Hormon Tiroid
HORMON TIROID
Dr. MUTIARA INDAH SARI
NIP: 132 296 973
(2)
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN…….……….…………..……...……….……...….……1
II. ANATOMI KELENJAR TIROID…………...….……..……..……..……...….….…1
III. STRUKTUR KELENJAR TIROID ...…..…………...….….…4
IV. METABOLISME YODIUM………..….5
IV. A. SINTESIS HORMON TIROID...……….…...….…...5
IV. B. SEKRESI DAN SIRKULASI HORMON TIROID...…...…..…..…...…….8
V. MEKANISME KERJA ...………...…….10
VI. KESIMPULAN………...……….13
(3)
HORMON TIROID
I. PENDAHULUAN
Hormon tiroid, yaitu 3, 5, 3’- triiodotironin (T3) dan 3, 5, 3’, 5’ tetraiodotironin
(tiroksin, T4) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid berperan dalam mengatur ekspresi gen,
differensiasi jaringan dan perkembangan umum seperti perkembangan otak, perkembangan organ seks serta berperan sebagai antiproteolitik dari hormon insulin. . (Murray Robert K, et al, 2000, The Medicine Journal, 2000). Selain itu hormon-hormon ini juga berperan dalam mengatur sejumlah fungsi homeostasis termasuk produksi energi dan panas. (Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 ).
Hormon tiroid memiliki keunikkan yaitu hormon tersebut memerlukan unsur yodium bagi aktivitas biologinya. Serangkaian reaksi fisiologi dan biokimiawi yang ekstensif telah berkembang untuk menjamin kecukupan jumlah yodium bagi biosintesis T3 dan T4. Proses
ini melibatkan tiroglobulin yaitu salah satu bentuk protein yang disintesis oleh sel-sel folikel kelenjar tiroid, berukuran besar dengan massa molekul 660 kDa serta mengandung 115 residu tirosin yang masing-masing merupakan tempat potensial untuk terjadinya yodinasi. (Murray Robert K, et al, 2000)
II. ANATOMI KELENJAR TIROID
Kelenjar tiroid terdiri atas dua lobus yang berada di kanan dan kiri trakea anterior dan dihubungkan oleh suatu ismus. Ismus kelenjar tiroid terletak tepat di bawah kartilago tiroid, dipertengahanan antara apeks kartilago tiroid (Adam’s Apple) dan insisura suprasternum.
(4)
Berat kelenjar pada orang normal, seperti yang ditentukan oleh pemeriksaan ultrasonik, bervariasi tergantung pada asupan iodin dari makanan, umur dan berat badan, tetapi pada orang dewasa beratnya sekitar 15-25 g (Jurnal,2000,Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 ). Pada sekitar 48 % orang , lobus kanan dari kelenjar tirois ini didapati lebih besar dari kiri, sedang pada 12 % orang didapati lobus kiri lebih besar dari kanan. (Gambar 1) (The Medicine Journal, 2000)
Kelenjar tiroid mempunyai suplai darah yang kaya. Aliran darah ke kelenjar tiroid adalah sekitar 5 ml/g/menit dan pada penderita hipertiroidisme aliran darah ke kelenjar ini meningkat dengan nyata, dan suatu suara siulan atau bruit pada permukaan kutub bawah dari kelenjar.( Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 )
(5)
Pada pemeriksaan mikroskopis, kelenjar tiroid terdiri dari rangkaian folikel dengan ukuran yang bervariasi. Sel-sel folikel ini menjadi kolumner jika dirangsang oleh TSH dan gepeng saat istirahat. Sel-sel folikel mensintesis tiroglobulin, yang dikeluarkan ke dalam lumen folikel. Biosintesis T4 dan T3 berlangsung di dalam tiroglobulin pada interaksi sel koloid. Banyak mikrovili menonjol dari permukaan folikel dalam lumen, mikrovili ini berperan dalam endositosis dari tiroglobulin, yang kemudian dihidrolisis dalam sel untuk melepaskan hormon tiroid . Gambar 2. (The Medicine Journal, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994, Illingworth J, Dr )
(6)
III. STRUKTUR DARI HORMON TIROID
Hormon tiroid mempunyai keunikan karena mengandung 59 – 65 % unsur iodin. Tironin yang diiodinisasi diturunkan dari iodinisasi cincin fenolik dari residu tirosin dalam tiroglobulin membentuk mono dan diiodotirosin, yang digabungkan membentuk T3 dan T4. Gambar 3. (Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 ).
Sekitar 70% dari yodium di dalam tiroglobulin terdapat sebagai prekusor pengaktif yaitu Monoiodotirosin (MIT) dan Diiodotirosin (DIT), sementara 30% lagi berada dalam residu yodotironil, T3 dan T4. Asupan yodium haruslah mencukupi rasio T3 : T4
adalah sekitar 7 : 1. Pada keadaan defisiensi yodium, rasio ini akan menurun sebagaimana halnya pula rasio DIT : MIT. (Murray Robert K, et al, 2000)
(7)
IV. METABOLISME YODIUM
Iodine memasuki tubuh dalam makanan atau air dalam bentuk iodida atau iodat, dalam lambung iodat dirubah menjadi iodida. Kelenjar tiroid memekatkan dan menjebak iodida dan mensintesa hormon tiroid dalam tiroglobulin
IV. A. SINTESIS HORMON TIROID
Proses pembentukan hormon tiroid melibatkan beberapa tahapan (Gbr.4) : (Murray Robert K, et al, 2000, Satyanarayana U,Dr ).
A. Konsentrasi yodida (I−): kelenjar tiroid bersama dengan beberapa jaringan epitel lainnya, mampu memekatkan I− dengan melawan gradien elektrokimia yang kuat. Proses ini tergantung pada energi dan berkaitan dengan pompa Na+ / K+ yang tergantung ATP ase. Aktivitas pompa I− tiroid dapat dipisahkan dari tahap bio sintesis hormon berikutnya melalui penghambatan organifikasi I− dengan obat-obat golongan tiourea. Rasio yodida dalam tiroid terhadap yodida dalam serum (rasio T : S) pada manusia dengan diet yodium yang normal adalah sekitar 25 : 1 yang merupakan pencerminan aktivitas pompa atau mekanisme pemekatan. Aktivitas ini terutama dikendalikan oleh TSH.
B. Oksidasi I− : Kelenjar tiroid merupakan satu-satunya jaringan yang dapat mengoksidasi −
(8)
Proses oksidasi ini merupakan suatu tahapan yang wajib ada dalam organifikasi I− dan biosintesis hormon tiroid. Tahapan ini melibatan enzim peroksidase yang mengandung hem dan terjadi pada permukaan lumen sel folikuler. Sejumlah senyawa akan menghambat oksidasi I− dan dengan demikian menghambat pula proses penyatuan selanjutnya kedalam MIT serta DIT.
C. Yodinasi Tirosin : Yodida yang teroksidasi akan bereaksi dengan residu tirosil dalam tiroglobulin di dalam suatu reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase. Posisi 3 pada cincin aromatik merupakan bagian yang pertama kali mengalami yodinasi dan kemudian baru posisi 5-nya hingga terbentuk masing-masing MIT dan DIT. Reaksi ini yang kadang-kadang disebut organifikasi, terjadi dalam waktu beberapa detik saja di dalam tiroglobulin luminal. Begitu yodinasi terjadi, yodium tidak segera meninggalkan kelenjar tiroid. Tirosin bebas dapat mengalami yodinasi tetapi tidak disatukan ke dalam protein mengingat tidak adanya tRNA yang mengenali tirosin teryodinasi itu.
D. Perangkaian Yodotirosil : Perangkaian dua molekul DIT untuk membentuk T4 atau
perangkaian MIT dengan DIT untuk membentuk T3 akan terjadi di dalam molekul
tiroglobulin, sekalipun hal ini tidak berarti bahwa kemungkinan penambahan MIT dan DIT bebas pada DIT yang terikat sudah bisa disingkirkan. Enzim tersendiri untuk perangkaian tersebut masih belum ditemukan, dan karena reaksi perangkaian ini merupakan proses oksidasi, kita memperkirakan bahwa enzim tiroperoksidase yang sama mengkatalisasi reaksi ini dengan merangsang pembentukan radikal bebas yodotirosin.
(9)
RUANG FOLIKULER
Tg
b
T3, T4
T3, T4
Pelepasan Hidrolisis MIT DIT Tirosin
I
-I
-Lisosom skunder Tgb
Tgb
pompa NADP+ O2 NADPH H+ I- I-Na+-K+ATPase
Konsentrasi Lisosom Fagositosis Dan pinositosis DIT Tg
b
MIT T3 DIT T4 MIT DIT DIT T4 DIT Tgb
MIT DIT Tgb
DIT MIT DITH
2O
2 PEROKSIDASECoupling* I+ + Yodinasi*
Oksidasi
Deyodinasi*
DEYODONASE
RUANG EKSTRASELULAR
Gbr.4. Proses metabolisme yodium. Tampak suatu sel folikuler yang menghadap lumen folikuler dan ruang ekstrasel (dibawah). Yodida memasuki tiroid lewat pompa dan melalui difusi pasif. Sintesis hormon tiroid terjadi dalam ruang folikuler melalui serangkaian reaksi yang banyak diantaranya berlangsung dengan perantara enzim peroksidase. Hormon-hormon tiroid dilepas dari tiroglobulin melalui hidrolisis. (Tgb, tiroglobulin; MIT, monoyodotirosin; DIT, diyodotirosin; T3, triyodotironin; T4, tetrayodotironin.) Tanda bintang menunjukan tahapan atau proses yang diwariskan oleh defisiensi enzim hingga menyebabkan penyakit gondok (goiter) kongenital yang kerapkali berakibatkan
Hipotiroidisme
MIT DIT
(10)
IV. B. SEKRESI DAN SIRKULASI HORMON TIROID
Pada kelenjar Thyroid T3 dan T4 terikat pada thyroglobulin, tempat berlangsungnya
biosintesa hormon ini. Pembebasan T3 dan T4 dari thyroglobulin di atur oleh mekanisme
umpan balik dari pituitary. Proses ini memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH yang mengaktivasi adenilat siklase. Gambar 5. Pelepasan hormon ini dihambat oleh Iodium dan oleh Litium seperti Litium Karbonat yang digunakan untuk terapi manik depresif. Efek ini dimanfaatkan dengan penggunaan Kalium Iodida untuk terapi hiperthyroidisme. (The Medicine Journal, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 )
(11)
Sekitar 99,5 % T3 dan 99,9 % T4 yang berada di sirkulasi diangkut dalam ikatan
serum dengan protein carrier. Terdapat tiga protein transport utama untuk hormon tiroid yaitu : globulin pengikat tirksin (TBG), prealbumin pengikat tiroksin ( TBPA), atau transtiretin dan albumin. Pengikatan dengan protein ini mengantarkan hormon pada target selnya serta jalan bagi hormon untuk dapat diekskresikan melalui ginjal
Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas). Gambar 6 (The Medicine Journal, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 )
G
(12)
V
V
.
.
M
M
e
e
k
k
a
a
n
n
i
i
s
s
m
m
e
e
K
K
e
e
r
r
j
j
a
a
Hormon T3 dan T4 bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua
sel, menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid manusia terdapat paling tidak dalam tiga bentuk: hTR- α1 dan 2 serta hTR-β1. : hTR- α mengandung asam amino 410 asam amino , mempunyai BM sekitar 47.000, dan gennnya terletak pada kromosom 17. hTR-β mengandung 456 asam amino dengan BM sekitar 52.000, gennnya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daerah spesifik
1. Suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktivitas reseptor 2. Suatu daerah pengikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein – seng 3. Suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil
Gambar 7 (Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994)
(13)
Ada kemungkinan bahwa hTR-β1dan hTR- α1 merupakan bentuk reseptor yang aktif secara biologik. hTR- α2 tidak mempunyai kemampuan mengikat hormon tetapiberikatan dengan unsur respon hormon tiroid (TRE) pada DNA dengan demikian dapat bertindak pada beberapa kasus untuk menghambat T3. Mutasi titik pada gen hTR-β yang menimbulkan
reseptor T3 abnormal merupakan penyebab dari sindroma resistensi generalisata terhadap hormon tiroid ( sindroma refetotoff ). (Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994)
Kompleks Hormon Reseptor selanjutnya menjalani reaksi aktivasi yang tergantung pada suhu serta garam dan reaksi ini akan mengakibatkan perubahan ukuran, bentuk, muatan permukaan yang membuat kompleks hormon tersebut mampu berikatan dengan kromatin pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik. Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA, pembentukan protein spesifik.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon tiroid dan mempengaruhi proses metabolik Hormon tiroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang
→ penting pada usia balita. (Gambar 8. Murray Robert K, et al, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994, Gilbert Hiram F, 2001 )
(14)
(15)
VI. KESIMPULAN
Hormon tiroid, yaitu 3, 5, 3’- triiodotironin (T3) dan 3, 5, 3’, 5’ tetraiodotironin
(tiroksin, T4) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjariroid terdiri atas dua lobus yang
berada di kanan dan kiri trakea anterior dan dihubungkan oleh suatu ismus. Biosintesis T4 dan T3 berlangsung di dalam tiroglobulin paa interaksi sel koloid. .Hormon tiroid memiliki
Proses pembentukan hormon tiroid melibatkan beberapa tahapan yaitu pemekatan I−
, oksidasi I− hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi, Yodinasi Tirosin suatu reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase, perangkaian Yodotirosil dimana perangkaian dua molekul DIT untuk membentuk T4 atau perangkaian MIT dengan DIT untuk
membentuk T3 akan terjadi di dalam molekul tiroglobulin.
Pembebasan T3 dan T4 dari thyroglobulin di atur oleh mekanisme umpan balik dari
pituitary, dimana proses ini memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH yang mengaktivasi adenilat siklase.
T3 dan T4 yang berada di sirkulasi diangkut dalam ikatan serum dengan protein carrier
TBG, TBPA, atau transtiretin dan albumin. Hormon T3 dan T4 bersifat lipofilik dan dapat
berdifusi lewat membran plasma semua sel, menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid manusia terdapat paling tidak dalam tiga bentuk: hTR- α1 dan 2 serta hTR-β1.
Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik. Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA, pembentukan protein spesifik.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid dan mempengaruhi proses metabolik.
(16)
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 : 545 - 552
Greenspan F S MD, Baxter J D MD. Basic and Clinical Endocrinology 4th.1994, 206 - 289 Thyroid Gland: An Overview. Geneeskunde The Medicine Journal – November /Desember
Illingwort J, Dr. Thyroid hormone, Thermoregulation and Basal Metabolic Rate. /Google Image Result for http--www_bmb_leeds_ac_uk-teaching-icu3-lecture-23-.html
Satyanarayana U,Dr. Biochemistry. Books And Allied (P) Ltd, Calcutta. 2002. 485 - 489 Gilbert Hiram F, Basic Concepts in Biochemistry 2nd. McGraw-Hill5. 2001: 126 -130
(1)
Sekitar 99,5 % T3 dan 99,9 % T4 yang berada di sirkulasi diangkut dalam ikatan
serum dengan protein carrier. Terdapat tiga protein transport utama untuk hormon tiroid yaitu : globulin pengikat tirksin (TBG), prealbumin pengikat tiroksin ( TBPA), atau transtiretin dan albumin. Pengikatan dengan protein ini mengantarkan hormon pada target selnya serta jalan bagi hormon untuk dapat diekskresikan melalui ginjal
Aktifitas biologik hormon ini adalah oleh fraksi yang tidak terikat (bebas). Gambar 6 (The Medicine Journal, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD, 1994 )
G
(2)
V
V
.
.
M
M
e
e
k
k
a
a
n
n
i
i
s
s
m
m
e
e
K
K
e
e
r
r
j
j
a
a
Hormon T3 dan T4 bersifat lipofilik dan dapat berdifusi lewat membran plasma semua
sel, menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid manusia terdapat paling tidak dalam tiga bentuk: hTR- α1 dan 2 serta hTR-β1. : hTR- α mengandung asam amino 410 asam amino , mempunyai BM sekitar 47.000, dan gennnya terletak pada kromosom 17. hTR-β mengandung 456 asam amino dengan BM sekitar 52.000, gennnya terletak pada kromosom 3. Setiap reseptor mengandung tiga daerah spesifik
1. Suatu daerah amino terminal yang meningkatkan aktivitas reseptor 2. Suatu daerah pengikat DNA sentral dengan dua jari-jari sistein – seng 3. Suatu daerah pengikat hormon terminal karboksil
Gambar 7 (Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994)
(3)
Ada kemungkinan bahwa hTR-β1dan hTR- α1 merupakan bentuk reseptor yang aktif secara biologik. hTR- α2 tidak mempunyai kemampuan mengikat hormon tetapiberikatan dengan unsur respon hormon tiroid (TRE) pada DNA dengan demikian dapat bertindak pada beberapa kasus untuk menghambat T3. Mutasi titik pada gen hTR-β yang menimbulkan
reseptor T3 abnormal merupakan penyebab dari sindroma resistensi generalisata terhadap hormon tiroid ( sindroma refetotoff ). (Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994)
Kompleks Hormon Reseptor selanjutnya menjalani reaksi aktivasi yang tergantung pada suhu serta garam dan reaksi ini akan mengakibatkan perubahan ukuran, bentuk, muatan permukaan yang membuat kompleks hormon tersebut mampu berikatan dengan kromatin pada inti sel. Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik. Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA, pembentukan protein spesifik.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon tiroid dan mempengaruhi proses metabolik Hormon tiroid dikenal sebagai modulator tumbuh kembang
→ penting pada usia balita. (Gambar 8. Murray Robert K, et al, 2000, Greenspan F S MD, Baxter J D MD,1994, Gilbert Hiram F, 2001 )
(4)
(5)
VI. KESIMPULAN
Hormon tiroid, yaitu 3, 5, 3’- triiodotironin (T3) dan 3, 5, 3’, 5’ tetraiodotironin
(tiroksin, T4) yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjariroid terdiri atas dua lobus yang
berada di kanan dan kiri trakea anterior dan dihubungkan oleh suatu ismus. Biosintesis T4 dan T3 berlangsung di dalam tiroglobulin paa interaksi sel koloid. .Hormon tiroid memiliki
Proses pembentukan hormon tiroid melibatkan beberapa tahapan yaitu pemekatan I− , oksidasi I− hingga mencapai status valensi yang lebih tinggi, Yodinasi Tirosin suatu reaksi yang mungkin pula melibatkan enzim tiroperoksidase, perangkaian Yodotirosil dimana perangkaian dua molekul DIT untuk membentuk T4 atau perangkaian MIT dengan DIT untuk
membentuk T3 akan terjadi di dalam molekul tiroglobulin.
Pembebasan T3 dan T4 dari thyroglobulin di atur oleh mekanisme umpan balik dari
pituitary, dimana proses ini memerlukan enzim proteolitik yang distimulasi oleh TSH yang mengaktivasi adenilat siklase.
T3 dan T4 yang berada di sirkulasi diangkut dalam ikatan serum dengan protein carrier
TBG, TBPA, atau transtiretin dan albumin. Hormon T3 dan T4 bersifat lipofilik dan dapat
berdifusi lewat membran plasma semua sel, menjumpai reseptor spesifiknya di dalam sel sasaran. Reseptor hormon tiroid manusia terdapat paling tidak dalam tiga bentuk: hTR- α1 dan 2 serta hTR-β1.
Kompleks hormon reseptor berikatan pada suatu regio spesifik DNA yang dinamakan unsur respon hormon/HRE dan membuat aktif dan inaktif gen spesifik. Dengan memberi pengaruh yang selektif pada transkripsi gen dan produksi masing-masing mRNA, pembentukan protein spesifik.Protein ini kemudian memperantarai respon hormon Thyroid dan mempengaruhi proses metabolik.
(6)
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Murray R K, et al. Harper’s Biochemistry 25th ed. Appleton & Lange. America 2000 : 545 - 552
Greenspan F S MD, Baxter J D MD. Basic and Clinical Endocrinology 4th.1994, 206 - 289 Thyroid Gland: An Overview. Geneeskunde The Medicine Journal – November /Desember Illingwort J, Dr. Thyroid hormone, Thermoregulation and Basal Metabolic Rate. /Google Image Result for http--www_bmb_leeds_ac_uk-teaching-icu3-lecture-23-.html
Satyanarayana U,Dr. Biochemistry. Books And Allied (P) Ltd, Calcutta. 2002. 485 - 489 Gilbert Hiram F, Basic Concepts in Biochemistry 2nd. McGraw-Hill5. 2001: 126 -130