Daftar Nilai Tes Formatif Siklus I 14. Daftar Nilai Tes Formatif Siklus II Pengertian cooperative learning Model-model cooperative learning

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian dari Fakultas 2. Surat Izin Penelitian dari Fakultas 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 4. Lembar Soal dan Hasil Tes Formatif Siklus I 5. Lembar Soal dan Hasil Tes Formatif Siklus II 6. Lembar Soal dan Hasil Tes Formatif Siklus III 7. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II 9. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus III 10. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Siklus I 11. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Siklus II 12. Lembar Observasi Penilaian Kinerja Guru Siklus III

13. Daftar Nilai Tes Formatif Siklus I 14. Daftar Nilai Tes Formatif Siklus II

15. Daftar Nilai Tes Formatif Siklus III 16. Foto Dokumentasi Kegiatan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Pendidikan adalah suatu kegiatan yang kompleks, berdimensi luas, dan banyak variabel yang mempengaruhi keberhasilan penyelenggaraannya. Pendidikan pada dasarnya adalah bimbingan yang dilakukan oleh orang ”dewasa” kepada yang ”belum dewasa”, yang dilakukan melalui program pendidikan sekolah ataupun pendidikan luar sekolah termasuk pendidikan dalam keluarga serta lingkungan. Kecenderungan pendidikan adalah pada proses ”pendewasaan” psikologis seseorang, sehingga menjadi manusia yang mandiri dalam berbagai aspek kehidupan. Pada pendidikan formal, 2 kegiatan pembelajaran tidak terlepas dari peranan guru, baik di kelas maupun di luar kelas, untuk ketercapaian tujuan yang telah ditetapkan. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal yang pertama menjadi dasar untuk jenjang pendidikan selanjutnya. Oleh karena itu, mutu pendidikan di sekolah dasar harus menjadi hal yang paling utama yang perlu di perhatikan. Fungsi pendidikan di atas sangat sesuai dengan pembelajaran Ilmu Pendidikan Sosial IPS di SD. Pembelajaran IPS merupakan pembelajaran yang menekankan pada analisis terhadap fakta, konsep dan generalisasi. Guru sebagai fasilitator dalam pambelajaran hendaknya memiliki kemampuan untuk mengelola kelas agar tercipta suasana belajar yang dapat meningkatkan aktivitas dan daya kreatifitas siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil observasi pembelajaran IPS di SD 11 Metro Pusat peneliti menemukan masalah-masalah dalam pembelajaran siswa kurang aktif, kurang termotivasi untuk belajar dirumah, hasil belajar siswa belum optimal, situasi kelas belum menunjukkan PAIKEM, dan pembelajaran masih terpusat pada guru. Teacher Centered. Pemecahan masalah-masalah di atas dapat dilakukan dengan model cooperative learning tipe STAD. Model pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas siswa baik kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor serta membina tanggung jawab siswa terhadap suatu masalah. Oleh karena itu, siswa dapat memahami bagaimana konsep materi IPS yang dipelajari dari masalah yang harus dipecahkannya. Dalam hal ini, perlu dilakukan Penelitian Tindakan Kelas PTK dengan menggunakan model 3 STAD untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 11 Metro Pusat. Menurut Slavin 2010: 215 kelas merupakan sebuah tempat kreatifitas kooperatif, guru dan siswa membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual saling menguntungkan dari berbagai pengalaman, kapasitas, dan kebutuhan masing-masing. Pembentukan makna dari bahan-bahan pelajaran dalam proses pembelajaran yang saling menguntungkan salah satu model pembelajaran yang tepat dengan pembelajaran kelompok cooperative learning tipe STAD.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut: 1. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 2. Siswa kurang termotivasi untuk belajar. 3. Hasil belajar siswa belum optimal. 4. Situasi kelas belum menunjukkan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan paikem. 5. Pembelajaran masih berpusat pada guru Teacher centered. 4

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VA SD Negeri 11 Metro Pusat ? 2. Apakah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan menggunakan model cooperative learning tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VA SD Negeri 11 Metro Pusat ?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa kelas VA pada pelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe STAD. 2. Meningkatkan hasil pembelajaran siswa kelas VA pada pelajaran IPS menggunakan model cooperative learning tipe STAD.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa : a. Siswa akan menjadi lebih kreatif dan berinisiatif dalam memahami konsep dasar untuk memecahkan masalah sosial. b. Pembelajaran menjadi lebih mudah dilakukan untuk anak usia dini karena siswa SD termasuk dalam tahap perkembangan kognitif 5 operasional konkret yang tahap berfikirnya telah menggunakan aturan yang jelas dan logis. c. Melatih siswa dalam meningkatkan kemampuan komunikasi dan sosial. 2. Bagi Sekolah a. Dapat memberikan sumbangan yang berguna dengan meningkatkan kualitas pembelajaran IPS khususnya untuk kelas VA SD Negeri 11 Metro Pusat. b. Untuk menghasilkan output yang optimal dan kompetitif karena siswa telah memiliki pengalaman belajar yang bermakna. 3. Bagi Peneliti a. Menjembatani pemahaman peneliti terhadap kesenjangan teori dengan fakta empiris. b. Menghasilkan pengetahuan yang shahih dan relevan yang dapat digunakan oleh kelas. c. Memotivasi diri lebih kreatif dan berfikir kritis dan sistematis. d. Membiasakan diri melakukan aktivitas yang bernilai akademik dan ilmiah.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Belajar merupakan perkembangan yang dialami seorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Azis Wahab 2009: 2 belajar merupakan proses perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan lingkunganya, baik lingkungan alamiahnya maupun liongkungan social. Sedangkan gagne dalam Slamento 2003: 13 menyatakan pengertian belajar sebagai berikut : 1 belajar adalah proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku; 2 belajar dalam penguasan pengetahuan atau diperoleh dari intruksi. Berdasarkan pengertian belajar di atas, penulis menyimpulkan bahwa belajar itu adalah suatu proses dari ketidaktahuan seseorang menjadi tahu dan dapat membentuk seseorang yang mandiri dari pengalaman yang ia dapatkan dai lingkungan sekitarnya. Sejalan dengan itu Sujanto 1997:21 mengemukakan bahwa belajar adalah segenap rangkaian aktifitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya, berupa penambahan pengetahuan menyangkut banyak aspek, baik karena kematangan maupun karena latihan. 7 Berdasarkan pendapat di atas, dapat diartikan bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan secara sadar pada diri seseorang yang bersifat continue dan positif baik dalam hal tingkah laku, ataupun pengetahuan sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungan.

B. Pembelajaran

Menurut Hamalik 2008: 57 pembelajaran adalah komnbinasi yaqng tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain, manusia terlibat dalam system pengajaran tediri dari siswa, guru, dan tenaga lainya, misalnya tenaga laboratorium. Material meliputi buku-buku, papan tulis, dan alat tulis lainya. Fasilitas dan perlengkapan terdiri dari ruangan kelas dan lapangan. Prosedur meliputi jadwal, model pembelajaran yang digunakan,belajar ujian dan segalanya. Dalam Undang – Undang no. 23 tahun 2003 tentang pendidikan nasional dalam pasal 1 menyebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidikan dan sumber belajar pada lingkungan belajar. Sumber belajar dalam hal ini dapat berupa lingkungan alam, sosial, budaya guru atau sesama teman. Selain itu juga guru juga berperan dalam pemilihan model pembelajaran yang digunakan. Dari pengertian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pembelajaran adalah pertemuan antara peserta didik dan guru sebagai sumber belajar pada lingkungan sekolah, serta dari pembelajaran peserta didik dapat menyelesaikan pertanyan yang bersumber dari materi yang diterimanya dari guru. 8

C. Aktivitas belajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia 2007: 23 aktivitas adalah keaktifan, kegiatan. Aktivitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar tidak hanya mendengarkan dan mencatat saja. Semakin banyak aktivitas siswa dalam belajar, maka proses pembelajaran yang terjadi akan semakin baik. Menurut Sardiman 2004: 38 belajar adalah kegiatan yang aktif dimana si subjek didik belajar membangun sendiri pengetahuannya dan mencari sendiri makna dari suatu pelajaran. Menurut Sanjaya 2010: 176 aktivitas adalah segala perbuatan yang sengaja dirancang oleh guru untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa. Jadi segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non-fisik, merupakan suatu aktivitas.

D. Hasil belajar

Nur, Muhamad 2008: 77 hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar, dan belajar itu sendiri adalah suatu proses dalam diri seseorang yang berusaha memperoleh sesuatu dalam bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Perilaku dalam belajar sudah ditentukan terlebih dahulu, sedangkan hasil belajar ditentukan berdasarkan kemampuan siswa. Menurut Hamalik 2008:155 hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibanding dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang sopan menjadi sopan dan sebagainya. Menurut Ahmadi 1991: 72 9 prestasi belajar yang dicapai dalam usaha belajar hal ini usaha belajar dalam mewujudkan prestasi belajar siswa yang diperoleh dalam mengikuti tes. Jadi berdasarkan definisi dari para ahli di atas, penulis hasil belajar merupakan kemampuan dan kemajuan yang dimiliki siswa setelah mengalami proses pembelajaran dan tercapai tujuan-tujuan belajarnya. Jadi, hasil belajar berdasarkan kesimpulan penulis adalah kemampuan dari peserta didik yang dihasilkan dari proses belajar yang dapat di nilai dari pengetahuan sikap, ketrampilan, perubahan dapat diartikan terjadi peningkatan dan perkembangan yang lebih baik dari sebelumnya.

E. Model cooperative learning

1. Pengertian cooperative learning

Menurut Slavin dalam Isjoni 2010: 15, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar. Adapun tujuan model cooperative learning menurut Ibrahim dalam Isjoni 2010: 27 adalah : 1. Hasil belajar akademik. 2. Penerimaan terhadap perbedaan individu. 3. Pengembangan ketrampilan sosial. Menurut Jarolimek Parker dalam Isjoni 2010: 24, model cooperative learning memiliki kelebihan dan kekurangan, sebagai berikut : Kelebihan metode cooperative learning : 1. Saling ketergantungan yang positif. 2. Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3. Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4. Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 10 5. Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dangan guru. 6. Memiliki banyak kesempatan untuk mengekpresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Adapun kelemahannya adalah : 1. Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2. Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3. Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4. Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif.

2. Model-model cooperative learning

Menurut Isjoni 2010: 51, model pembelajaran coopertive learning terdapat beberapa model yang dikembangkan diantaranya : 1 Student Team Achievement Division STAD, 2 Jigsaw, 3 Group Investigation, 4 Rotating Trio Exchange, 5 Group Resume.

3. Pengertian STAD Student Team-Achievement Division

Dokumen yang terkait

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VA SD NEGERI 06 METRO BARAT

0 16 69

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAV) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

0 5 44

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IVA SD NEGERI 10 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 5 61

PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA SD NEGERI 11 METRO PUSAT TAHUN AJARAN 2011/2012

0 5 52

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR I PA MELALUI PENGGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA KELAS V SD KRISTEN 1 METRO

0 4 120

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS VI SEMESTER GANJIL SD NEGERI 2 FAJAR AGUNG TAHUN AJARAN 2011/201

0 3 65

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 METRO PUSAT

0 7 51

PENGUNAAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA ILMU PENGETAHUAN SOSIAL KELAS V SD NEGERI 6 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 47

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV B SDN 11 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

0 4 73

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA KELAS IV SD NEGERI 7 METRO BARAT

0 5 79