Hubungan Perilaku, Higienitas Personal, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Siswa-siswi SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas 2015
(2)
3. Seminar dan Workshop "Breast Cancer” SCORA PEMA FK USU
2014
4. Simposium Nasional: “Clinical Updates and Current Management of Infection Disease (Highlights on Dengue Hemorragic Fever and
Thypoid fever)” Scripta Research Festival 2015 Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
5. Seminar Nasional: “Emergency on Cardiology - Respiratory System”
Scientific Atmosphere 8 2015 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
6. Seminar dan Workshop “Psychiatric Disorder: Health Mind For A Healthy Community” MEDJONSON (Medical Djogja Scientific
Competition) FK UMY Yogyakarta 2015 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Pengabdian Masyarakat
1. Peserta Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2014 Desa Nainggolan, Pananggangan, dan Kel. Parhusip III Kec. Nainggolan Kab. Samosir. 2. Peserta Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara 2015 Desa Petarum, Batu Rongkam, dan Dusun Paya Mbelang Kec. Lau Baleng Kab. Karo.
(3)
2. Juara 1 (Peraih Medali Emas) 3th REGIONAL MEDICAL OLYMPIAD (RMO) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) Wilayah 1 Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Riau 2015 Bidang Gastroenterohepatologi-Endokrinologi
3. Juara 1 (Peraih Medali Emas) 4th INDONESIAN INTERNATIONAL MEDICAL OLYMPIAD (IMO) Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI) Indonesia Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar 2015 Bidang Digestive System
4. Mahasiswa Berprestasi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Tahun Ajaran 2014/2015
Prestasi Non Akademik
1. Peserta Lomba Poster Ilmiah Tingkat Nasional TEMILNAS (Temu Ilmiah Nasional) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya BAPIN ISMKI 2014
2. Peserta Lomba Poster Publik Tingkat Nasional TEMILNAS (Temu Ilmiah Nasional) Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya BAPIN ISMKI 2014
3. Peringkat 8 Lomba Essai Ilmiah Tingkat Nasional MEDSMOTION (Medical Sebelas Maret Scientific Competition) Fakultas Kedokteran Universitas Negeri Sebelas Maret, Surakarta 2014
4. Finalis 10 Besar Lomba Poster Publik Tingkat Provinsi PIM (Pekan Ilmiah Mahasiswa) 2014 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan 2014
5. Peringkat 1 Lomba Essai Ilmiah Tingkat Nasional Atma Cordis OPTHALMICUS Fakultas Kedokteran Universitas Katholik Atmajaya, Jakarta 2015
(4)
7. Peringkat 6 Lomba Essai Ilmiah Tingkat Nasional MEDJONSON (Medical Djogja Scientific Competition) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 2015
8. Finalis 10 Besar Lomba Poster Ilmiah Tingkat Nasional MEDJONSON (Medical Djogja Scientific Competition) Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta 2015
Scientific Paper
1. Poster Publik “Masyarakat SIGAP (Siaga dan Tanggap) Hadapi ISPA”
2. Poster Publik “JANTUNG DINDA DAN KANDA (Jangan Tunggu Diri Anda Terkena Tekanan Darah Tinggi)”
3. Poster Publik “Imunisasi Wajib, Yuk!”
4. Poster Ilmiah “Potensi Omega-3 Polyunsaturated Fatty Acid sebagai Agen Terapeutik dalam Upaya Pencegahan Post Traumatic Stress Disorder(PTSD) Pasca Bencana
5. Poster Ilmiah “Peran Imunomodulator Vitamin D melalui Peningkatan Cathelicidin LL-37 dan Beta defensin 4A serta supresi Matrix Metalloproteinases (MMP): Terobosan Baru sebagai Terapi Adjuvan
Tuberkulosis Paru”
6. Poster Ilmiah “Nanopartikel Polimerik PLGA [Poly(lactic-co-glycolic acid)] Berbasis Konjugasi Curcumin Pada kunyit (Curucuma longa) dan Peptida Tet-1 Sebagai Agen Neuroprotektor, Antiinflamasi dan
(5)
Prostat
8. Essai Ilmiah “Nanopartikel Polimerik Berbasis Kitosan Sebagai Agen
Anti-Mikroba Dan Anti-Inflamasi: Suatu Terobosan Baru Dalam Penanganan Acne Vulgaris”
9. Essai Ilmiah “Pemanfaatan Potensi Mikroenkapsulasi Kombinasi
Curcumin pada Kunyit (Curcumin longa) dan Epigallocatechin-3-Gallate (EGCG) pada Daun Teh Hijau (Camellia sinensis) Sebagai Inovasi Dalam Pengembangan Terapi pencegahan Diabeticd Retinopathy pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2”
10.Essai Ilmiah “Menejement Holistik Penanganan Gangguan Jiwa Berat
(Skizofrenia) sebagai Gebrakan dan Harapan Baru dalam Mewujudkan
Indonesia Bebas Pasung”
11.Review Article “Diabetes Mellitus Increases The Risk of Tuberculosis by Inducing Lower Expression of Cellular Immune Response”
Riwayat Organisasi
1. Staf Muda Divisi Program SCORE PEMA FK USU
2. Personalia Divisi Pengembangan Potensi Ilmiah SCORE PEMA FK USU
Riwayat Kepanitiaan
1. Anggota Seksi Acara Panitia Manajemen Mahasiswa Baru (MMB) FK USU 2013
2. Angoota Seksi Acara Panitia Kebaktian Senior-Junior KMK UP FK USU
3. Angoota Seksi Acara Panitia Get Together (GT) SCORE PEMA FK USU 2013
(6)
6. Anggota Seksi Dana Panitia Scripta Research Festival (SRF) SCORE PEMA FK USU 2014
7. Koordinator Seksi Konsumsi Panitia Seminar Penyusunan Proposal Penelitian SCORE PEMA FK USU 2014
8. Anggota Seksi Acara dan Doa Panitia Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen KMK UP FK USU 2014
9. Koordinator Seksi Konsumsi Panitia Scripta Research Festival (SRF) SCORE PEMA FK USU 2015
10. Bendahara Panitia Perayaan Natal 2014 KMK UP FK USU
11. Anggota Seksi Acara dan Doa Panitia Pengabdian Masyarakat Mahasiswa Kristen KMK UP FK USU 2015
(7)
dengan Kejadian Infeksi Soil-Transmitted Helminthes (STH) pada Siswa-Siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1
Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015
1. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Umur :
3. Jenis Kelamin :
4. Kelas :
II. PERTANYAAN PENELITIAN A. Tingkat Pengetahuan
1. Apakah yang adik ketahui mengenai penyakit kecacingan? a. Terdapat satu atau lebih cacing di dalam tubuh manusia b. Terdapat cacing di dalam tanah
c. Terdapat cacing di dalam makanan
2. Melalui apakah telur cacing dapat masuk ke dalam tubuh manusia? a. Melalui kulit tangan
b. Melalui kulit kaki c. Melalui mulut
3. Bagaimana kita dapat mengetahui bila seseorang menderita kecacingan? a. Pemeriksaan dahak
b. Pemeriksaan kotoran hasil buang air besar (berak) c. Pemeriksaan darah
4. Bersama apakah telur cacing dikeluarkan dari tubuh manusia? a. Bersama kotoran hasil buang air besar (berak)
b. Bersama dahak c. Bersama air kencing
(8)
c. Sakit kepala dan demam
6. Berapa kalikah dalam setahun seorang anak perlu meminum obat cacing? a. 3 kali dalam 1 tahun
b. 2 kali dalam 1 tahun c. 1 kali dalam 1 tahun
7. Bagaimana penyakit cacingan dapat ditularkan kepada seseorang anak? a. Melalui makanan yang kotor dan ketika tidak memakai alas kaki/sandal b. Melalui pakaian kotor dan jika tidak mencuci rambut
c. Melalui makanan yang sudah basi 8. Kapan sebaiknya kita memotong kuku?
a. setiap kali kuku panjang dan sudah kotor b. 2 kali dalam 1 minggu
c. Setiap hari
9. Kapan sebaiknya kita mencuci tangan?
a. sebelum makan dan setelah buang air besar b. sebelum buang air besar
c. sebelum makan dan sebelum buang air besar
10. Seseorang dapat terhindar dari penyakit kecacingan apabila? a. menjaga kebersihan diri dan lingkungan
b. makan makanan yang bergizi c. tidak makan ikan asin
(9)
penyakit kecacingan a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
2. Memotong kuku dengan teratur dapat menghindarkan kita dari penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
3. Anak-anak yang bermain tidak memakai alas kaki/sandal dapat terkena penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
4. Buang air besar di WC dapat mencegah penularan penyakit kecacingan a. Sangat setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
5. Setelah buang air besar harus mencuci tangan agar tidak terkena penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
6. Sebaiknya setelah bermain anak-anak mencuci tangan dan kaki dengan sabun untuk menghindari penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
(10)
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
8. Anak yang terkena penyakit kecacingan harus minum obat cacing a. Sangat setuju
b. Kurang setuju c. Tidak setuju
9. Ketika berada di sekolah harus selalu memakai sepatu walaupun sedang bermain di tanah supaya terhindar dari penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
10. Air minum harus dimasak terlebih dahulu sebelum diminum supaya terhindar dari penyakit kecacingan
a. Sangat setuju b. Kurang setuju c. Tidak setuju
(11)
sesudah makan? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
2. Apakah adik menggunakan toilet/WC ketika buang air besar? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
3. Apakah adik mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
4. Apakah adik meminum air minum yang telah dimasak terlebih dahulu? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
5. Apakah adik menggunting kuku secara teratur? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
6. Apakah adik suka menggigit kuku jari tangan? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
7. Apakah adik menggunakan sandal/sepatu saat keluar rumah? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
(12)
c. Tidak pernah
9. Apakah adik mencuci buah-buahan sebelum dimakan? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
10. Apakah adik mencuci tangan setelah bermain dengan tanah? a. Selalu
b. Kadang-kadang c. Tidak pernah
(13)
a. Jamban/ WC pribadi b. Jamban umum c. Sungai
2. Apakah adik memiliki jamban/WC sendiri? Dimana letaknya? a. Ya, di dalam rumah
b. Ya, di luar rumah c. Tidak ada
3. Dari bahan apakah jamban/WC adik terbuat? a. Keramik
b. Semen
c. Tanah atau kayu
4. Apakah tersedia saluran pembuangan air limbah di rumah? a. Ada dan lancar
b. Ada dan tidak lancar c. Tidak ada
5. Dari manakah sumber air yang digunakan sehari-hari untuk minum, mencuci, dan mandi?
a. Air dari kran air dan air kemasan b. Air sumur
c. Air hujan d. Air sungai
6. Apakah tersedia air yang cukup di WC? a. Ya
b. Tidak
7. Jarak dari jamban/WC ke sumber air yang digunakan: a. Lebih dari 10 meter
b. 5-10 meter
c. Kurang dari 5 meter
(14)
c. Tidak
9. Terbuat dari apakah bahan dan lantai rumah adik? a. Keramik/semen
b. Kayu/papan c. Tanah
10. Dimanakah tempat penampungan air bersih di rumah adik? a. Bak permanen
b. Ember plastik
(15)
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Salam sejahtera,
Bapak/Ibu yang saya hormati, nama saya Hans Andre H Simorangkir, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian untuk melengkapi Karya Tulis Ilmiah yang menjadi kewajiban saya untuk menyelesaikan pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Adapun penelitian saya berjudul “Hubungan Perilaku, Higienitas Personal, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Siswa-siswi SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas 2015”.
Dalam penelitian ini, adapun langkah penelitian saya adalah sebagai berikut:
1. Penjelasan singkat kepada orang tua/wali siswa-siswi SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas dan persetujuan tertulis bagi siswa-siswi yang disetujui untuk ikut dalam penelitian ini.
2. Adik akan menjawab beberapa isian mengenai identitas dan beberapa pertanyaan untuk menilai perilaku, higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dalam waktu 20 menit.
3. Selanjutnya siswa-siswi akan diberikan tempat/pot untuk menampung tinja/tai/kotoran hasil Buang Air Besar. Perlu diperhatikan tinja yang dimasukkan ke dalam tempat/pot yang diberikan adalah tinja adik sendiri, bukan tinja orang tua atau saudara.
4. Tinja yang diperoleh akan saya teliti di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran USU untuk melihat tingkat keparahan kecacingan pada siswa-siswa SD Negeri 060925.
Tidak ada biaya apapun yang akan dikenakan pada penelitian ini. Partisipasi penelitian ini bersifat bebas, tanpa ada paksaan dan Bapak/Ibu berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun. Setiap data dalam
(16)
Nama : Hans Andre H Simorangkir
Alamat : Jalan Kemuning No.11 Tanjung Rejo Medan No. HP : 082365766638
Demikianlah penjelasan ini saya sampaikan. Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini, diharapkan Bapak/Ibu dapat membubuhkan tanda tangan pada bagian bawah lembaran ini sebagai tanda persetujuan sehingga pemeriksaan dapat segera kita mulai. Atas partisipasi dan kesediaan Bapak/Ibu, saya ucapkan terima kasih. Partisipasi Adik sangat saya hargai dan akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.
Medan, ……… 2015
Peneliti,
Hans Andre H Simorangkir NIM: 120100070
(17)
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)
Medan, 2015 Dengan hormat,
Saya, Bapak/Ibu ………. yang merupakan wali/orangtua dari:
Nama: Kelas:
Riwayat Penyakit:
Apakah anak Bapak/Ibu ada mengonsumsi obat cacing dalam 6 bulan terakhir? Ya / Tidak (lingkari salah satu)
dengan ini memberikan persetujuan pada anak saya untuk ikut dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang berjudul “Hubungan Perilaku, Higienitas Personal, dan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH) pada Siswa-siswi SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas 2015” dilakukan oleh
Saudara Hans Andre H Simorangkir, mahasiswa FK USU 2012; NIM 120100070 setelah diberikan penjelasan singkat mengenai penelitian yang akan dilakukan di sekolah anak kami di SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas.
Medan, …………..…… 2015
Responden,
(………)
(18)
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 8,56 1,40 1,31 1,15 1,6250 1,6875 1,7500 1,6750
Median 8,00 1,00 1,00 1,00 2,0000 2,0000 2,0000 2,0000
Mode 8 1 1 1 2,00 2,00 2,00 2,00
Std. Deviation ,793 ,493 ,466 ,359 ,48718 ,46644 ,43574 ,47133
Variance ,629 ,243 ,218 ,129 ,237 ,218 ,190 ,222
Range 3 1 1 1 1,00 1,00 1,00 1,00
Minimum 7 1 1 1 1,00 1,00 1,00 1,00
(19)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 3A 23 28,8 28,8 28,8
3B 24 30,0 30,0 58,8
4A 18 22,5 22,5 81,3
4B 15 18,8 18,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid LK 45 56,3 56,3 56,3
PR 35 43,8 43,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 7 4 5,0 5,0 5,0
8 38 47,5 47,5 52,5
9 27 33,8 33,8 86,3
10 11 13,8 13,8 100,0
Total 80 100,0 100,0
Soil Transmitted Helminth
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif infeksi 48 60,0 60,0 60,0
Positif infeksi 32 40,0 40,0 100,0
Total 80 100,0 100,0
(20)
Valid Negatif Ascaris 55 68,8 68,8 68,8
Positif Ascaris 25 31,3 31,3 100,0
Total 80 100,0 100,0
Trichuris
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid Negatif Trichuris 68 85,0 85,0 85,0
Positif Trichuris 12 15,0 15,0 100,0
Total 80 100,0 100,0
TP1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BURUK 30 37,5 37,5 37,5
BAIK 50 62,5 62,5 100,0
Total 80 100,0 100,0
S1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BURUK 25 31,3 31,3 31,3
(21)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BURUK 20 25,0 25,0 25,0
BAIK 60 75,0 75,0 100,0
Total 80 100,0 100,0
SL1
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid BURUK 26 32,5 32,5 32,5
BAIK 54 67,5 67,5 100,0
Total 80 100,0 100,0
(22)
N Percent N Percent N Percent Jenis Kelamin * Soil
Transmitted Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
Jenis Kelamin * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
Jenis Kelamin LK Count 24 21 45
% within Jenis Kelamin 53,3% 46,7% 100,0% % within Soil Transmitted
Helminth 50,0% 65,6% 56,3%
% of Total 30,0% 26,3% 56,3%
PR Count 24 11 35
% within Jenis Kelamin 68,6% 31,4% 100,0% % within Soil Transmitted
Helminth 50,0% 34,4% 43,8%
% of Total 30,0% 13,8% 43,8%
Total Count 48 32 80
% within Jenis Kelamin 60,0% 40,0% 100,0% % within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
(23)
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur * Soil Transmitted
Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
Umur * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
Umur 7 Count 2 2 4
% within Umur 50,0% 50,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 4,2% 6,3% 5,0%
% of Total 2,5% 2,5% 5,0%
8 Count 25 13 38
% within Umur 65,8% 34,2% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 52,1% 40,6% 47,5%
% of Total 31,3% 16,3% 47,5%
9 Count 13 14 27
% within Umur 48,1% 51,9% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 27,1% 43,8% 33,8%
% of Total 16,3% 17,5% 33,8%
10 Count 8 3 11
% within Umur 72,7% 27,3% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 16,7% 9,4% 13,8%
% of Total 10,0% 3,8% 13,8%
Total Count 48 32 80
% within Umur 60,0% 40,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
% of Total 60,0% 40,0% 100,0%
(24)
N Percent N Percent N Percent TP1 * Soil Transmitted
Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
TP1 * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
TP1 BURUK Count 8 22 30
Expected Count 18,0 12,0 30,0
% within TP1 26,7% 73,3% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 16,7% 68,8% 37,5%
% of Total 10,0% 27,5% 37,5%
BAIK Count 40 10 50
Expected Count 30,0 20,0 50,0
% within TP1 80,0% 20,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 83,3% 31,3% 62,5%
% of Total 50,0% 12,5% 62,5%
Total Count 48 32 80
Expected Count 48,0 32,0 80,0
% within TP1 60,0% 40,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
(25)
Pearson Chi-Square 22,222a 1 ,000 Continuity Correctionb 20,056 1 ,000
Likelihood Ratio 22,847 1 ,000
Fisher's Exact Test ,000 ,000
Linear-by-Linear
Association 21,944 1 ,000
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12,00. b. Computed only for a 2x2 table
(26)
N Percent N Percent N Percent S1 * Soil Transmitted
Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
S1 * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
S1 BURUK Count 9 16 25
Expected Count 15,0 10,0 25,0
% within S1 36,0% 64,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 18,8% 50,0% 31,3%
% of Total 11,3% 20,0% 31,3%
BAIK Count 39 16 55
Expected Count 33,0 22,0 55,0
% within S1 70,9% 29,1% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 81,3% 50,0% 68,8%
% of Total 48,8% 20,0% 68,8%
Total Count 48 32 80
Expected Count 48,0 32,0 80,0
% within S1 60,0% 40,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
(27)
Pearson Chi-Square 8,727a 1 ,003 Continuity Correctionb 7,333 1 ,007
Likelihood Ratio 8,685 1 ,003
Fisher's Exact Test ,006 ,003
Linear-by-Linear
Association 8,618 1 ,003
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,00. b. Computed only for a 2x2 table
(28)
N Percent N Percent N Percent HP1 * Soil Transmitted
Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
HP1 * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
HP1 BURUK Count 7 13 20
Expected Count 12,0 8,0 20,0
% within HP1 35,0% 65,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 14,6% 40,6% 25,0%
% of Total 8,8% 16,3% 25,0%
BAIK Count 41 19 60
Expected Count 36,0 24,0 60,0
% within HP1 68,3% 31,7% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 85,4% 59,4% 75,0%
% of Total 51,3% 23,8% 75,0%
Total Count 48 32 80
Expected Count 48,0 32,0 80,0
% within HP1 60,0% 40,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
(29)
Pearson Chi-Square 6,944a 1 ,008 Continuity Correctionb 5,625 1 ,018
Likelihood Ratio 6,864 1 ,009
Fisher's Exact Test ,016 ,009
Linear-by-Linear
Association 6,858 1 ,009
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,00. b. Computed only for a 2x2 table
(30)
N Percent N Percent N Percent SL1 * Soil Transmitted
Helminth 80 100,0% 0 0,0% 80 100,0%
SL1 * Soil Transmitted Helminth Crosstabulation
Soil Transmitted Helminth
Total Negatif infeksi Positif infeksi
SL1 BURUK Count 10 16 26
Expected Count 15,6 10,4 26,0
% within SL1 38,5% 61,5% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 20,8% 50,0% 32,5%
% of Total 12,5% 20,0% 32,5%
BAIK Count 38 16 54
Expected Count 32,4 21,6 54,0
% within SL1 70,4% 29,6% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 79,2% 50,0% 67,5%
% of Total 47,5% 20,0% 67,5%
Total Count 48 32 80
Expected Count 48,0 32,0 80,0
% within SL1 60,0% 40,0% 100,0%
% within Soil Transmitted
Helminth 100,0% 100,0% 100,0%
(31)
Pearson Chi-Square 7,445a 1 ,006 Continuity Correctionb 6,175 1 ,013
Likelihood Ratio 7,404 1 ,007
Fisher's Exact Test ,008 ,007
Linear-by-Linear
Association 7,352 1 ,007
N of Valid Cases 80
a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10,40. b. Computed only for a 2x2 table
(32)
(33)
(34)
(35)
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Kusuma, I., 2013.Hubungan Antara Parasites Load Soil-Transmitted Helminth dengan Kadar Hemoglobin. Program Studi Kedokteran Umum Universitas Diponegoro. Available from: eprints.undip.ac.id/43921/. Albonico, M., Allen, H., Chitsulo, L., Engels, D., Gabrielli, A.F., 2008.
Controlling Soil Transmitted Helminthiasis in Preschool Age Children Through Preventive Chemotherapy. Plos Negl Trop Dis. 2008; 2 (3): e 126. Bogist, B.J., Carter, C.E., Oeltmann, T.N., 2013.Intestinal Nematodes. Human
Parasitology 4th Edition. United States of America: Elsevier Saunders. Brooker, S.J., Bundy, D.A.P., 2014.Soil-transmitted Helminths (Geohelminths).
Manson's Tropical Diseases 23rd Edition. China: Elsevier Saunders. Bundy, D.A.P., Silva, N., Brooker, S., 2012.Intestinal Nematodes: Ascariasis.
Hunter's Tropical Medicine and Emerging Infectious Disease 9th Edition. China: Elsevier Saunders.
Centers for Disease Control and Prevention, 2015. Diunduh dari: http://www.cdc.gov/parasites/sth/
Chadijah, S., Sumolang, P.P.F., Veridiana, N.N., 2014.Hubungan Pengetahuan, Perilaku, dan Sanitasi Lingkungan dengan Angka Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Kota Palu. Media Litbangkes Vol. 24 No. 1, Mar 2014, 50-56.
Dachi, R.A., 2005.Hubungan Perilaku Anak Sekolah Dasar No. 174593
Hatoguan Terhadap Infeksi Cacing Perut di Kecamatan Palapi Kabupaten Samosir. J Mutiara Kesehatan Indonesia. 2005;1(2):35–41.
(36)
Departemen Kesehatan RI, 2004.Pedoman umum program nasional
pemberantasan cacingan di era desentralisasi. Subdit Diare dan Penyakit Pencernaan, Direktorat Jenderal PPM&PL, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2008.Laporan hasil survey morbiditas kecacingan di tahun 2008. Subdit Diare dan Penyakit Pencernaan. Direktorat Jenderal PPM&PL, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI. Semonar Pengembangan Strategi Pengendalian Kecacingan dan Perilaku CTPS di Indonesia. Direktorat Jendral PP-PL, Jakarta. Available from http://pppl.depkes.go.id/
Ernawati, A., 2006.Hubungan Faktor Sosial Ekonomi, Higiene Sanitasi
Lingkungan, Tingkat Konsumsi dan Infeksi dengan Status Gizi Anak Usia 2-5 Tahun di Kabupaten Semarang Tahun 2003. (Tesis). Program Studi Magister Gizi Masyarakat Pasca Sarjana Universitas Diponegoro. Eryani, D., Fitriangga, A., Kahtan, M.I., 2014.Hubungan Personal Hygine
dengan Kontaminasi Telur Soil Transmitted Helminthes pada kuku dan Tangan Siswa SDn 07 Mempawah Hilir Kabupaten Pontianak. Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjung Pura Pontianak. Faridawati, Y., 2013.Hubungan Antara Personal Higiene dan Karakteristik
Individu Dengan Keluhan Gangguan Kulit Pada Pemulung (Laskar
Mandiri) di Kelurahan Sumur Batu Kecamatan Bantar Gebang tahun 2013. (Skripsi). Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Fitri, J., Saam, Z., Hamidy, M.Y., 2012.Analisis Faktor-Faktor Risiko Infeksi
(37)
Gass, K., Addiss, D., Freeman, M.C., 2013.Exploring the Relationship between Access to Water, Sanitation and Hygiene and Soil-Transmitted Helminth Infection: A Demonstration of Two Recursive Partitioning Tools. Neglected Tropical Diseases www.plosntds.org 1 June 2014 Volume 8 Issue 6 e2945. Ginting, A., 2008.Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian
Kecacingan pada Anak Sekolah Dasar di Desa Tertinggal Kecamatan Pangukuran Kabupaten Samosir. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
Hairani, B., Waris, L., Juhairiyah, 2014.Prevalensi Soil Transmitted Helminth (sth) pada Anak Sekolah Dasar di Kecamatan Malinau Kota Kabupaten Malinau Provinsi Kalimantan Timur.Jurnal Epidemiologi dan Penyakit Bersumber Binatang Vol. 5, No. 1, Juni 2014.
Hotez, P.J., Gilman, R.H., 2012.Hookworm and Strongyloides Infections. Hunter's Tropical Medicine and Emerging Infectious Disease 9th Edition. China: Elsevier Saunders.
Ideham, B., Pusarawati, S., 2007.Helmintologi Kedokteran. Surabaya: Airlangga University Press, 10-13.
Jalaluddin, 2009.Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Higiene, dan
Karakteristik Anak Terhadap Infeksi Kecacingan pada Murid di Kecamatan Blang Mangat Kota Lhokseumawe. (Tesis). Program Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
Jong, E.C., 2012.Soil-Transmitted Helminths and Other Intestinal Roundworms. Netter’s Tropical Infectious Disease 1stEdition. China: Elsevier Saunders. KEMENKES RI, 2006.Pedoman Pengendalian Cacing. Dalam: Surat Keputusan
Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/2006. Jakarta: Republik Indonesia. Available from:
(38)
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMKPedomanPengen dalianCacingan.pdf
Kholid, A., 2012.Promosi Kesehatan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Listautin, 2012.Pengaruh Lingkungan Tempat Pembuangan Akhir Sampah,
Personal Higiene, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Terhadap Kesehatan Pada Pemulung di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Tahun 2012. (Tesis). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
Mardiana, L.A., Djarismawati, N.R., 2008.Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2008;7(2):769-74.
Notoatmodjo, S., 2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, S., 2007.Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta.
Pertiwi, A.C., Ane, R., Selomo, M., 2013.Analisa Faktor Praktik Hygiene Perorengan Terhadap Kejadian Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makasaar.
Resnhaleksmana, E., 2014. Prevalensi Nematoda Usus Golongan Soil Transmitted Helminths (STH) pada Peternak di Lingkungan Gatep Kelurahan Ampenan Selatan. Media Bina Ilmiah 45 SSN No. 1978-3787 Volume 8, No. 5, Agugstus 2014.
(39)
Samad, H., 2009.Hubungan Infeksi dengan Pencemaran Tanah oleh Telur Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah dan Perilaku Anak Sekolah Dasar di Kelurahan Tembung Kecamatan Medan Tembung. (Tesis). Program Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
Silitonga, M.M., Sudharmono, U., Hutasoit, M., 2008.Prevalensi Kecacingan pada Murid Sekolah Dasar Negerei di Desa Cihanjuang Rahayu
Parongpong Bandung Barat. Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNAI.
Sumanto, D., 2010. Faktor Risiko Infeksi Cacing Tambang Pada Anak Sekolah (Studi Kasus Kontrol di Desa Rejosari, Karangawen, Demak). (Tesis). Program Studi Magister Epidemiologi Pasca Sarjana Universitas Diponegoro.
Supali, T., Margono, S.S., Abidin, S.A.N., 2008.Nematoda Usus. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat. Jakarta: Balai Penerbit FK UI. Suriptiastuti, 2006.Infeksi Soil-Transmitted Helminth: Ascariasis, Trichiuriasis,
dan Cacing Tambang. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Universa Medicina April-Juni 2006, Vol.25 No.2.
Tumanggor, A.H., 2008.Hubungan Perilaku dan Higiene Siswa SD Negeri 030375 dengan Infeksi Kecacingan di Desa Juma Teguh Kecamatan
Siempat Nempu Kabupaten Dairi. (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. USU Repository.
Wahid, I., 2008.Kebutuhan Dasar Manusia dan Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta: EGC.
Weller, P.F., Nutman, T.B., 2010.Intestinal Nematodes. Harrisons’s Infectious Diseases 1st Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
(40)
World Health Organization, 2012.Soil Transmitted Helminthiases: eliminating soil-transmitted helminthiases as a public health problem in children: progress report 2001-2010. Geneva: World Health Organization.
World Health Organization, 2014.Soil-Transmitted Helminth Infections. Geneva: World Health Organization. Available from:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en.
Yudhastuti, R., Lusno, M.F.D., 2012.Kebersihan Diri dan Sanitasi Rumah pada Anak Balita dengan Kecacingan. Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 4, Februari 2012.
Zeibig, E.A., 2013.The Nematodes. Clinical Parasitology: A Practical Approach 2th Edition. China: Elsevier Saunders.
Zit, Z., 2000.Pengobatan Infeksi Cacing yang Ditularkan Melalui Tanah dengan Kombinasi Mebendazol dan Pirantel pada Anak.Majalah Kedokteran
(41)
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah:
Gambar 3.1. Kerangka Konsep 3.2. Defenisi Operasional
Variabel-variabel yang akan diukur pada penelitian ini terlebih dahulu dibuat batasan-batasannya.
3.2.1. Variabel independen : N
o
Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Kategori Skala ukur 1 Tingkat Pengeta-huan Hasil pengkategorian dari penilaian terhadap jawaban anak tentang hal-hal yang berkaitan dengan kuesio ner Siswa /siswi meng-isi kuesi-oner Skor jawaban a. Baik, apabila responden mendapat nilai 70%-100% dari seluruh skor yang ada. b. Buruk, Ordinal Perilaku -Tingkat pengetahuan
-Sikap Kejadian Infeksi
Soil-Transmitted Helminthes Variabel Independen Variabel Dependen
Higenitas Personal
Sanitasi Lingkungan Rumah
(42)
kecacingan, meliputi: jenis cacing, cara penularan, gejala-gejala kecacingan dan cara pencegahan apabila responden mendapat nilai < 70 % dari
seluruh skor yang ada
2 Sikap Hasil
pengkategorian dari penilaian terhadap jawaban anak tentang respon atau perasaan positif atau negatif anak dalam upaya pencegahan kecacingan Kuesi oner Siswa /siswi meng-isi kuesi-oner Skor jawaban a. Baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada. b. Buruk, apabila responden
mendapat nilai≤ 75% dari seluruh skor yang ada Ordinal 3 Higienitas Personal Hasil pengkategorian dari penilaian terhadap kuesio ner Siswa /siswi meng-isi Skor jawaban a.Baik, apabila responden mendapat nilai Ordinal
(43)
apa yang diketahui atau yang disikapi (dinilai baik) dalam upaya pencegahan kecacingan apabila responden
mendapat nilai≤ 75% dari seluruh skor yang ada 4 Sanitasi lingku-ngan rumah Kondisi lingkungan rumah yang berhubungan dengan infeksi cacing berdasarkan indikator keberadaan fasilitas BAB, tempat pembuangan akhir tinja, lantai rumah, sumber air bersih, dan tempat penampunagan air Kuesi oner Siswa /siswi meng-isi kuesi-oner Skor jawaban a. Baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada. b. Buruk, apabila responden
mendapat nilai≤ 75% dari
seluruh skor yang ada
Ordinal
Tabel 3.1. Variabel Independen
(44)
3.2.2. Variabel dependen N
o
Variabel Defenisi Alat ukur Cara ukur Kategori Skala ukur 1 Kejadian Infeksi Soil Trans-mitted Helminths Keberada-an telur cacing di dalam tubuh anak yang dapat diketahui dengan pemeriksa an feses di laboratori-um Mikros-kop cahaya Olympus Pemeriksaan feses dengan metode Kato-Katz di laboratorium parasitologi FK USU. Dikatakan a. positif bila dijumpai telur cacing STH b. negatif bila tidak dijumpai telur caciung STH Ordinal
Tabel 3.2. Variabel dependen
3.3. Hipotesis
Terdapat hubungan antara perilaku (tingkat pengetahuan dan sikap), higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthespada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015.
(45)
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah survei analitik dengan rancangancross sectional study yaitu melihat hubungan antara perilaku tentang pencegahan penyakit kecacingan, higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthes pada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
4.2.1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. Alasan pemilihan lokasi adalah faktor geografis dan demografis, dimana lokasi sekolah berada di kawasan tanah yang lembab dan subur. Kebersihan lingkungan sekolah kurang terjaga serta higienitas personal murid masih kurang baik.
4.2.2. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Maret - Desember 2015 4.3. Populasi dan Sampel
4.3.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015 kelas III- IV sebanyak 114 orang.
(46)
4.3.2. Sampel
Sampel yang diambil merupakan subjek dari populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling, dimana seluruh jumlah populasi terjangkau merupakan data sampel. Sampel diperoleh dengan beberapa kriteria yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
Adapun kriteria inklusi dan eksklusi adalah sebagai berikut: a. Kriteria Inklusi
1. Siswa-siswi yang bersedia mengikuti penelitian dan mendapat persetujuan dari orang tua
2. Siswa-siswi yang bersedia membawa feses b. Kriteria Eksklusi
1. Siswa-siswi yang menderita penyakit sistemik sehingga tidak dapat mengikuti penelitian
2. Siswa-siswi yang tidak mengisi kuesioner dengan lengkap
3. Siswa-siswi yang telah menerima pengobatan cacing dalam 6 bulan terakhir
4. Siswa-siswi yang tidak kooperatif
4.4. Metode pengumpulan Data
4.4.1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh dari:
1. Hasil pengisian kusioner yang dilakukan oleh siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas mengenai
(47)
feses ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dengan menggunakan metode Kato-Katz. 4.4.2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data mengenai keadaan lingkungan sekitar lokasi penelitian yang diperoleh dari SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
4.4.3. Pemeriksaan Feses dengan Metode Kato Katz Alat & Bahan
1. Aquadest
2. Glycerin
3. Malachite green(hijau malasit) 4. Gelas objek
5. Cellophane tape(selofan), ukuran 2,5 cm
6. Karton ukuran tebal 2 mm dan dilubangi dengan perforator 7. Kawat saring atau kawat kasa (wire screen)
8. Pot plastik ukuran 10-15 cc atau kantong plastik obat 9. Lidi atau tusuk gigi
10. Kertas minyak
11. Kertas saing atau tissue 12. Spidol tahan air
13. Tutup botol dari karet 14. Gunting logam 15. Waskom plastik kecil 16. Sabun dan deterjen 17. Handuk kecil 18. Sarung tangan karet 19. Formalin 5-10% 20. Mikroskop 21. Formulir
(48)
22. Ember
23.Counter(alat penghitung) Pengambilan Feses
1. Memberikan inform consent
2. Memberikan edukasi pada subyek tata cara pengambilan feses: a. Dianjurkan feses pada pagi hari (saat sebelum berangkat ke
sekolah)
b. Pasien diminta untuk berkemih terlebih dahulu.
c. Feses segar tidak boleh bercampur dengan air kloset maupun urin.
d. Feses ditampung pada pot steril bermulut lebar dan berpenutup.
e. Feses dikeluarkan dan ditampung di atas kertas plastik. f. Dengan lidi, ambil banyak feses yang dibutuhkan
• Feses padat: ± 2-5 g (sebesar ujung jari) • Feses cair: 10-15 ml
Cara penyimpanan dan pengiriman feses: 1. Peneliti menerima tabung berisi feses dari subyek 2. Feses tidak diawetkan dan tidak didinginkan
3. Menyimpan fese di dalam box.
4. Feses dikirim ke Laboratorium Parasitologi FK USU dan diperiksa < 24 jam setelah pengambilan.
(49)
1. Untuk membuat Larutan Kato diperlukan campuran dengan perbandingan Aquadest 100 bagian. Glycerin 100 bagian dan Larutan malachite green 3% sebanyak 1 bagian.
2. Timbang malachite green sebanyak 3 gram, masukkan ke dalam botol/beker glass dan tambahkan aquadest 100 cc sedikit demi sedikit lalu aduk/kocok sehingga homogen, maka akan diperoleh larutan malachite green 3%.
3. Masukkan 100 cc aquadest ke dalam Waskom plastik kecil, lalu tambahkan 10 cc glycerin sedikit demi sedikit dan tambahkan 1 cc larutan malachite green 3%, lalu aduk sampai homogen. Maka akan didapatkan Larutan Kato 201 cc.
b. Cara Merendam/Memulas Selofan (Cellophane Tape)
1. Buatlah bingkai kayu segi empat sesuai dengan ukuran Waskom plastik kecil. Contoh: bingkai untuk foto.
2. Libatkan/lilitkan selofan pada bingkai tersebut. 3. Rendamlah selama±18 jam dalam Larutan Kato.
4. Pada waktu akan dipakai, guntinglah selofan yang sudah direndam sepanjang 3 cm.
c. Cara Pemeriksaan Kualitatif (Modifikasi Teknik Kato)
Hasil pemeriksaan tinja kualitatif berupa positif atau negatif cacingan. Prevalensi cacingan dapat berupa prevalensi seluruh jenis cacing atau per jenis cacing.
1) Cara Membuat Preparat
a. Pakailah sarung tangan untuk mengurangi kemungkinan infeksi berbagai penyakit.
b. Tulislah Nomor Kode pada gelas objek dengan spidol sesuai dengan yang tertulis di pot tinja.
(50)
c. Ambillah tinja dengan lidi sebesar kacang hijau dan letakkan di atas gelas obyek.
d. Tutup dengan selofan yang sudah direndam dalam Larutan Kato, dan ratakan tinja di bawah selofan dengan tutup botol karet atau gelas obyek. e. Biarkan sediaan selama 20-30 menit.
f. Periksa dengan pembesaran lemah 100x (obyektif 10x dan okuler 10x), bila diperlukan dapat dibesarkan 400x (obyektif 40x dan okuler 10x). g. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur cacing. 2) Cara Menghitung Prevalensi
a. Prevalensi seluruh cacing:
ℎ 1
ℎ 100%
b. Prevalensi cacing gelang: ℎ
ℎ 100%
c. Prevalensi cacing cambuk: ℎ
ℎ 100%
d. Prevalensi cacing tambang: ℎ
ℎ 100%
(51)
1) Cara Membuat Preparat
a. Saringlah tinja menggunakan kawat saring.
b. Letakkan karton yang berlubang di atas slide kemudian masukkan tinja yang sudah disaring pada lubang tersebut.
c. Ambillah karton berlubang tersebut dan tutuplah tinja dengan selofan yang sudah direndam dalam larutan Kato.
d. Ratakan dengan tutup botol karet hingga merata. Diamkan kurang lebih sediaan selama 20-30 menit.
e. Periksa di bawah mikroskop dan hitung jumlah telur yang ada pada sediaan tersebut.
2) Cara Menghitung Telur
Hasil pemeriksaan tinja secara kuantitatif merupakan intensitas infeksi, yaitu jumlah telur per gram tinja (Egg Per Gram/EPG) tiap jenis cacing. a. Intensitas cacing gelang:
ℎ
ℎ 1000/
b. Intensitas cacing cambuk: ℎ
ℎ 1000/
c. Intensitas cacing tambang: ℎ
ℎ 1000/
4.5. Aspek Pengukuran Data
Pertanyaan untuk menilai perilaku anak terhadap pencegahan infeksi cacing yang terdiri dari tingkat pengetahuan dan sikap berjumlah 20 pertanyaan masing-masing terdiri dari 10 pertanyaan. Pertanyaan untuk menilai higienitas
(52)
personal anak terdiri dari 10 pertanyaan dan untuk menilai sanitasi lingkungan rumah terdiri dari 10 pertanyaan. Total semua berjumlah 40 pertanyaan.
4.5.1. Variabel Perilaku
a. Variabel Tingkat pengetahuan
Ketentuan penilaian ntuk variabel tingkat pengetahuan, skor jawaban benar adalah 1 dan skor jawaban salah adalah 0. Maka Penilaian tingkat pengetahuan dikategorikan sebagai berikut:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 70 % - 100 % dari seluruh skor yang ada.
b. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai≤ 70 % dari seluruh skor yang ada
b. Variabel Sikap
Ketentuan penilaian untuk variabel sikap, skor jawaban sangat setuju adalah 3, skor jawaban kurang setuju adalah 2, dan skor jawaban tidak setuju adalah 1. Maka Penilaian sikap dikategorikan sebagai berikut:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada.
b. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai≤ 75% dari seluruh skor yang ada
4.5.2. Variabel Higienitas Personal
Ketentuan penilaian ntuk variabel higienitas personal, skor jawaban selalu adalah 3, skor jawaban kadang-kadang adalah 2, dan skor jawaban tidak pernah adalah 1. Ada beberapa pertanyaan untuk jawaban tidak pernah skornya adalah 3
(53)
b. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai≤ 75% dari seluruh skor yang ada
4.5.3. Variabel Sanitasi Lingkungan Rumah
Ketentuan penilaian untuk variabel sanitasi lingkungan, skor bergantung pada jawaban mana yang dipilih oleh responden karena setiap jawaban memiliki skor tertentu mulai dari 4, 3, 2, dan 1. Maka Penilaian sanitasi lingkungan rumah dikategorikan sebagai berikut:
a. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai 76%-100% dari seluruh skor yang ada.
b. Nilai tidak baik, apabila responden mendapat nilai≤ 75% dari seluruh skor yang ada
4.5.4. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah kejadian infeksi kecacingan dengan indikator dijumpainya satu jenis atau lebih telur cacing pada pemeriksaan feses secara laboratorium.
4.6. Pengolahan dan Analisis data
4.6.1. Pengolahan Data
Data yang terkumpul akan ditabulasi dan kemudian akan diolah secara komputerisasi. Setelah semua data penelitian terkumpul kemudian dilakukan analisis data menggunakan software SPSS melalui beberapa tahap pengolahan data, sebagai berikut (Notoatmodjo, 2010) :
1. Editing
Proses pemeriksaan kembali data yang telah diambil dari Siswa-Siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas meliputi kelengkapan identitas responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk.
(54)
2. Coding
Memberikan kode untuk mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan, sehingga mempermudah peneliti ketika mengadakan tabulasi dan analisa data
3. Entry
Memasukkan data hasil penelitian kedalam proses tabulasi menggunakan perangkat lunak komputer sekaligus melakukan editing ulang untuk mencegah terjadinya kesalahan memasukkan data.
4. Cleaning
Bila semua data dari setiap sumber data telah dimasukkan, perlu dilakukan pengecekan ulang untuk melihat kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi data.
4.6.2. Uji Validitas
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan menggunakan program SPSS 17.0. Angket penelitian ini disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 40 soal. Sampel untuk uji validitas sebanyak 25 orang yang diambil dari siswa-siswi sekolah dasar yang bukan berasal dari SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
Uji validitas dilakukan dengan uji Korelasi Pearson. Skor setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Hasilnya kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel. Apabila nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid.
(55)
sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan program SPSS 17.0. Angket penelitian ini disusun dengan jumlah pertanyaan sebanyak 40 soal. Sampel untuk uji reliabilitas sebanyak 25 orang yang diambil dari siswa-siswi sekolah dasar yang bukan berasal dari SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas.
Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang sudah valid. Uji dilakukan dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS 17.0. Jika nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan reliabel. 4.6.2. Analisis Data
Analisa data dilakukan dengan menyajikan data dalam bentuk tabel kemudian dilanjutkan dengan analisa statistik untuk mengetahui ada tidaknya hubungan variabel-variabel dalam penelitian yaitu hubungan perilaku (tingkat pengetahuan dan sikap), higienitas personal, dan sanitasi lingkungan rumah dengan kejadian infeksi Soil-Transmitted Helminthespada siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas Tahun 2015. Karena data yang diklasifikasikan atas kategori atau dikelompokkan maka uji statistik dilakukan menggunakan ujiChi Squareα = 0,05.
1. Analisis Univariate
Analisis univariate bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteriktik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel
2. Analisis Bivariate
Apabila telah dilakukan analisis univariate, hasilnya akan diketahui karakteristik atau distribusi setiap variabel dan dapat dilanjutkan ke analisis bivariate. Analisa bivariate yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berhubungan dan berkorelasi.
(56)
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Hasil Penelitian
Proses pengambilan data dalam penelitian ini diawali dengan pengisian kuesioner oleh siswa-siswi SD Negeri 060925 kelas 3 dan 4, Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas. Pengisian kuesioner dilakukan untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap dan higienitas personal mereka tentang penyakit kecacingan, juga mengenai sanitasi lingkungan rumah masing-masing anak. Selanjutnya, membagikan pot tinja kepada setiap siswa-siswi dan meminta agar mengisinya dengan tinja segar mereka, dan keesokan harinya dibawa untuk diperiksa lebih lanjut di Laboratorium Parasitologi FK USU.
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas. Dari hasil survei dan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ditemukan beberapa faktor yang berperan penting terhadap angka kejadian infeksi kecacingan pada siswa-siswi di sekolah tersebut. Secara demografis, sekolah ini terletak persis di pinggiran jalan Sisingamangaraja Medan Amplas. Sekolah ini berada diantara pemukiman penduduk yang padat dan beberapa pusat perdagangan tradisional. Sedangkan dari sisi geografis, sekolah ini berada pada kawasan yang memiliki tanah yang lembab dan subur. Pada saat hujan, lingkungan dan halaman sekolah akan tergenang oleh air hujan, hal ini menyebabkan adanya lumpur tanah yang sekaligus dijadikan siswa-siswi sebagai tempat bermain sewaktu jam istrirahat. Tanah yang lembab serta lingkungan yang
(57)
Kondisi sanitasi lingkungan di sekolah terlihat sangat tidak terkelola dengan baik, masih banyak ditemukan sampah yang berserakan dimana-mana, belum lagi banyak jajanan yang dijual di sekitaran sekolah tersebut dekat dengan tempat pembuangan sampah dan selokan air yang kotor. Sekolah ini memiliki fasilitas yang memadai seperti toilet/WC, sehingga siswa/siswi memiliki tempat untuk membuang air kecil ataupun air besar. Namun, fasilitas tersebut tampaknya tidak diberdayakan secara optimal, hal ini tampak dari tidak tersedianya air bersih yang siap digunakan, jamban tidak terkelola dengan baik, dan kebersihan toilet yang sangat jauh dari kata bersih. Hal ini tidak terlepas dari tingkat pengetahuan dan sikap siswa-siswi yang masih minim tentang pola hidup sehat dan bersih. Disisi lain, kesadaran diri para siswa-siswi mengenai higienitas personal masih sangat rendah, hal ini tampak dari pakaian yang kurang bersih, kuku yang panjang dan kotor, bermain di kubangan air yang berlumpur, bermain tanpa alas kaki, dan lain-lain
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah siswa-siswi SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 Kecamatan Medan Amplas kelas 3 dan 4 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi yaitu sebanyak 80 orang. Dari keseluruhan responden yang ada, diperoleh data mengenai karakteristiknya meliputi jenis kelamin, usia, dan tingkatan kelas.
Pada penelitian ini jumlah responden yang berjenis kelamin laki-laki dan perempuan tidak dibatasi. Dari total 80 siswa-siswi dalam penelitian ini, responden berjenis kelamin laki-laki 45 orang (56,25%) dan berjenis kelamin perempuan 35 orang (43,75%). Untuk usia responden, dikarenakan responden yang dipilih berasal dari siswa-siswi kelas 3 dan 4 maka kisaran usianya berada pada rentang 7 tahun sampai 10 tahun. Dari 80 siswa-siswi pada penelitian ini, responden yang berusia 7 tahun sebanyak 4 orang (5,00%), usia 8 tahun sebanyak 38 orang (47,50%), usia 9 tahun sebanyak 27 orang (33,75%), dan yang berusia 10 tahun sebanyak 11 orang (13,75%). Penelitian ini mengikutsertakan
(58)
siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri 060925 yang masing-masing dibagi menjadi 2 kelas yaitu A dan B. Dari 80 responden penelitian terdapat 57 orang (58,75%) kelas 3, masing-masing 23 orang (28,75%) kelas 3A dan 24 orang (30,00%) kelas 3B dan diikuti 37 orang (41,25%) kelas 4, masing-masing 18 orang (22,50%) kelas 4A dan 15 orang (18,75%) kelas 4B
Tabel 5.1. Distribusi Karakteristik Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
No Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Jenis kelamin
Laki-laki 45 56,25
Perempuan 35 43,75
2 Usia
7 tahun 4 5,00
8 tahun 38 47,50
9 tahun 27 33,75
10 tahun 11 13,75
3 Kelas
3A 23 28,75
3B 24 30,00
4A 18 22,50
4B 15 18,75
5.1.3. Hasil Analisis Data
(59)
responden tentang penyakit kecacingan. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel tingkat pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Tingkat Pengetahuan
No Pertanyaan
Benar Salah
Frekuensi % Frekuensi %
1 Defenisi kecacingan 51 63,75 29 36,25
2 Melalui apa telur cacing masuk
ke dalam tubuh 34 42,50 46 57,50
3 Cara mengetahui seseorang
menderita kecacingan 69 86,25 11 13,75
4 Bersama dengan apa telur
cacing dikeluarkan dari tubuh 69 86,25 11 13,75 5 Gejala seorang anak yang
menderita kecacingan 51 63,75 29 36,25
6 Berapa kali minum obat untuk mencegah kecacingan dalam setahun
27 33,75 53 66,25
7 Cara penularan penyakit
kecacingan 57 71,25 23 28,75
8 Kapan sebaiknya memotong
kuku 52 65,00 28 35,00
9 Kapan sebaiknya mencuci
tangan 56 70,00 24 30,00
10 Bagaimana pencegahan
kecacingan 59 73,75 21 26,25
(60)
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan tingkat pengetahuan yang paling banyak dijawab dengan benar adalah pertanyaan nomor 3 dan 4 yaitu sebesar 86, 25 %. Sementara itu, pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan salah adalah pertanyaan nomor 6 yaitu sebesar 66,25 %.
Penilaian tingkat pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu baik dan buruk. Seorang responden dikatakan memiliki tingkat pengetahuan baik bila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 70,00% dari total nilai dan buruk jika memperoleh nilai kurang dari 70,00%. Berdasarkan hal tersebut maka tingkat pengetahuan siswa-siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 dapat dikategorikan pada tabel 5.3
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 50 62,50
Buruk 30 37,50
Total 80 100,00
Dari tabel 5.3 dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase 62,50 % dan tingkat pengetahuan yang dikategorikan buruk sebesar 37,50 %.
5.1.3.2. Sikap Anak tentang Kecacingan
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai sikap terhadap penyakit kecacingan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga
(61)
Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Sikap
No Pertanyaan Sangat Setuju Kurang Setuju Tidak Setuju
N % N % N %
1 Memelihara kebersihan diri dan lingkungan dapat menghindarkan kita dari penyakit kecacingan
66 82,5 7 8,75 7 8,75
2 Memotong kuku dengan teratur dapat menghindarkan kita dari penyakit kecacingan
61 76,25 9 11,25 10 12,50
3 Anak-anak yang bermain tidak memakai alas kaki/sandal dapat terkena penyakit kecacingan
29 36,25 14 17,50 37 46,25
4 Buang air besar di WC dapat mencegah penularan terhadap kecacingan
37 46,25 22 27,50 21 26,25
5 Setelah buang air besar harus mencuci tangan agar tidak terkena penyakit kecacingan
67 83,75 7 8,75 6 7,50
6 Sebaiknya setelah bermain, anak harus mencuci tangan dan kaki dengan sabun untuk menghindari penyakit kecacingan
65 81,25 9 11,25 6 7,50
7 Kecacingan dapat menyebabkan badan kurus, sering mengantuk waktu belajar dan prestasi di sekolah menurun
32 40,00 19 23,75 29 36,25
8 Anak yang terkena penyakit kecacingan harus meminum obat
65 81,25 8 10 7 8,75
(62)
No Pertanyaan
Sangat Setuju
Kurang Setuju
Tidak Setuju
N % N % N %
9 Ketika berada di sekolah harus selalu memakai sepatu walaupun sedang bermain di tanah supaya terhindar dari penyakit
kecacingan
56 70,00 12 15,00 12 15,00
10 Air minum harus dimasak
terlebih dahulu sebelum diminum suapaya terhindar dari penyakit kecacingan
60 75,00 13 16,25 7 8,75
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab sangat setuju oleh responden adalah pertanyaan nomor 5 yaitu sebesar 83,75%. Pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab kurang setuju oleh responden adalah adalah pertanyaan nomor 4 yaitu sebesar 27,50%. Pertanyaan sikap yang paling banyak dijawab tidak setuju oleh responden adalah pertanyaan nomor 3 yaitu sebesar 46,25%.
Penilaian sikap dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu baik dan buruk. Seorang responden dikatakan memiliki sikap baik bila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 76,00% dari total nilai dan buruk jika memperoleh nilai kurang atau sama dengan 75,00%. Berdasarkan hal tersebut maka sikap siswa-siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 dapat dikategorikan pada tabel 5.5
(63)
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Sikap
Sikap Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 55 68,75
Buruk 25 31,25
Total 80 100,00
Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa sikap responden dengan kategori baik memiliki persentase 68,75% dan sikap yang dikategorikan tidak baik sebesar 31,25%.
5.1.3.3. Higienitas Personal Anak terhadap Kecacingan
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai higienitas personal anak terhadap kecacingan. Pertanyaan-pertanyaan yang terdapat dalam kuesiner ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya sehingga pertanyaan tersebut dapat mewakili higienitas personal anak terhadap kecacingan. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel higienitas personal dapat dilihat pada tabel 5.6.
Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Higienitas Personal
No Pertanyaan Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
N % N % N %
1 Adik selalu mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah makan
62 77,5 14 17,50 4 5,00
2 Adik menggunakan toilet/WC ketika buang air besar
53 66,25 24 30,00 3 3,75
(64)
No Pertanyaan Selalu
Kadang-kadang
Tidak Pernah
N % N % N %
3 Adik mencuci tangan menggunakan sabun setelah buang air besar
53 66,25 21 26,25 6 7,50
4 Adik meminum air minum yang telah dimasak terlebih dahulu
57 71,25 15 18,75 8 10,00 5 Adik menggunting kuku secara
teratur
58 72,50 15 18,75 7 8,75 6 Adik suka menggigit kuku jari
tangan
45 56,25 20 25,00 15 18,75 7 Adik menggunakan sendal/sepatu
saat keluar rumah
62 77,50 12 15,00 6 7,50 8 Adik mandi di sungai 53 66,25 22 27,50 5 6,25 9 Adik mencuci buah-buahan
sebelum dimakan
57 71,25 14 17,50 9 11,25 10 Adik mencuci tangan setelah
bermain dengan tanah
53 66,25 13 16,25 14 17,50
Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa pertanyaan higienitas personal yang paling banyak dijawab sering oleh responden adalah pertanyaan nomor 1 dan 7 yaitu sebesar 77,50%. Pertanyaan higienitas personal yang paling banyak dijawab kadang-kadang adalah pertanyaan nomor 2 yaitu sebesar 30,00%. Pertanyaan higienitas personal yang paling banyak dijawab tidak pernah adalah pertanyaan nomor 6 yaitu sebesar 18,75%
(65)
Penilaian higienitas personal dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu baik dan buruk. Seorang responden dikatakan memiliki higienitas personal baik bila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 76,00% dari total nilai dan buruk jika memperoleh nilai kurang atau sama dengan 75,00%. Berdasarkan hal tersebut maka higienitas personal siswa-siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 dapat dikategorikan pada tabel 5.7.
Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Higienitas Personal
Higienitas Personal Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 60 75,00
Buruk 20 25,00
Total 80 100,00
Dari tabel 5.7 dapat dilihat bahwa higienitas personal responden dalam kategori baik memiliki persentase 75,00% dan higienitas personal yang dikategorikan buruk sebesar 25,00%.
5.1.3.4. Sanitasi Lingkungan Rumah Anak
Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner terdapat 10 pertanyaan mengenai sanitasi lingkungan rumah anak. Pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini telah dirancang untuk dapat mewakili kondisi sanitasi lingkungan rumah anak. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel sanitasi lingkungan rumah dapat dilihat pada tabel 5.8.
(66)
Tabel 5.8. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Sanitasi Lingkungan Rumah
No Sanitasi Lingkungan Rumah Frekuensi
(n)
Persentase (%) 1 Fasilitas buang air besar yang tersedia di
rumah
Jamban/WC pribadi 53 66,25
Jamban umum 22 27,50
Sungai 5 6,25
2 Letak jamban/WC yang digunakan
Di dalam rumah 51 63,75
Di luar rumah 21 26,25
Tidak ada 8 10,00
3 Terbuat dari bahan apa jamban/WC yang digunakan
Keramik 41 51,25
Semen 29 36,25
Tanah atau kayu 10 12,5
4 Ketersediaan saluran pembuangan air limbah atau air kotor di rumah
Ada dan lancar 50 62,50
Ada dan tidak lancar 13 16,25
Tidak ada 17 21,25
5 Sumber air yang digunakan sehari-hari untuk minum, mencuci, dan mandi
(67)
No Sanitasi Lingkungan Rumah Frekuensi (n)
Persentase (%) 6 Ketersediaan air di jamban/WC
Tersedia 67 83,75
Tidak tersedia 13 16,25
7 Jarak dari jamban/WC ke sumber air yang digunakan
Lebih dari 10 meter 30 37,50
5-10 meter 16 20,00
Kurang dari 5 meter 34 42,50
8 Apakah air yang diminum dimasak terlebih dahulu
Ya 64 80,00
Kadang-kadang 9 11,25
Tidak 7 8,75
9 Terbuat dari apa bahan dan lantai rumah
Keramik/semen 64 80,00
Kayu/papan 7 8,75
Tanah 9 11,25
10 Tempat penampungan air bersih di rumah
Bak permanen 35 43,75
Ember plastik 30 37,50
Langsung dari sumur 15 18,75
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa fasilitas buang air besar yang digunakan responden paling banyak adalah jamban/WC pribadi yaitu sebesar 66,25%. Terdapat sebesar 63,75% responden yang memiliki jamban/WC di dalam rumah. Bahan pembuat jamban/WC responden paling banyak terbuat dari keramik yaitu sebesar 51,25%. Terdapat sebesar 62,50% responden yang saluran pembuangan air limbah dan air kotor tersedia dan lancar. Sumber air yang digunakan paling banyak oleh responden sehari-hari untuk minum, mencuci dan
(68)
mandi adalah air dari kran dan air kemasan yaitu sebesar 60,00%. 83,75 % responden memiliki air yang cukup di jamban/WC mereka. Jarak jamban/WC ke sumber air yang digunakan oleh responden paling banyak adalah kurang dari 10 meter yaitu sebesar 42,50%. Sebanyak 80,00% responden meminum air yang dimasak terlebih dahulu. Bahan pembuat lantai rumah responden paling banyak terbuat dari keramik/semen yaitu sebesar 80,00%. Tempat penampungan air bersih responden paling banyak terbuat dari bak permanen yaitu sebesar 43,75%.
Penilaian sanitasi lingkungan rumah dalam penelitian ini dibedakan menjadi 2, yaitu baik dan buruk. Seorang responden dikatakan memiliki sanitasi lingkungan rumah baik bila memperoleh nilai lebih besar atau sama dengan 76,00% dari total nilai dan buruk jika memperoleh nilai kurang atau sama dengan 75,00%. Berdasarkan hal tersebut maka sanitasi lingkungan rumah siswa-siswi kelas 3 dan 4 SD Negeri 060925 Kelurahan Harjosari 1 dapat dikategorikan pada tabel 5.9.
Tabel 5.9. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Variabel Sanitasi Lingkungan Rumah
Sanitasi Lingkungan
Rumah Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 54 67,50
Buruk 26 32,50
Total 80 100,00
Dari tabel 5.9 dapat dilihat bahwa sanitasi lingkungan rumah responden dalam kategori baik memiliki persentase 67,50 % dan higienitas personal yang
(69)
5.1.3.4. Kejadian Infeksi STH pada Siswa-Siswi SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan feses responden untuk melihat apakah responden terinfeksi kecacingan atau tidak. Pemeriksaan feses dilakukan dengan menggunakan metode Kato-Katz untuk melihat apakah terdapat telur cacing golongan STH pada feses responden. Data lengkap mengenai distribusi frekuensi kecacingan pada anak dapat dilihat pada tabel 5.10
Tabel 5.10. Prevalensi Infeksi Soil-Transmitted Helmithes pada Siswa-Siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Infeksi STH Frekuensi (n) Persentase (%)
Positif 32 40,00
Negatif 48 60,00
Total 80 100,00
Dari tabel 5.10 dapat dilihat bahwa responden yang positif terinfeksi cacing golongan Soil-Transmitted Helmithes memiliki persentase sebesar 40,00% dan anak yang negatif terinfeksi cacing golongan Soil-Transmitted Helmithes
sebesar 60,00%.
Tabel 5.11. Distribusi Frekuensi Infeksi Parasit Berdasarkan Jenis STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Jenis Infeksi Frekuensi (n) Persentase (%)
Ascaris lumbricoides 20 62,50
Trichuris trichiura 7 21,87
Hookworm 0 0,00
Campuran : Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura
5 15,63
Total 32 100
(70)
Dari tabel 5.11 dapat dilihat bahwa dari 32 orang (40,00%) responden yang positif terinfeksi kecacingan, 20 orang (62,50%) terinfeksi cacing Ascaris lumbricoides, 7 orang (21,87%) terinfeksi cacingTrichuris trichiura, dan terdapat 5 orang (15,63%) yang menderita infeksi campuran (Ascaris lumbricoides + Trichuris trichiura). Pada penenlitian ini tidak ditemukan responden yang terinfeksi cacing hookworm.
Tabel 5.12. Distribusi Frekuensi Infeksi STH pada Siwa-siswi SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
Laki-laki 21 26,25 24 30,00 45 56,25
Perempuan 11 13,75 24 30,00 35 43,75
Total 32 40 48 60 80 100
Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa dari 32 orang yang positif terinfeksi
Soil-Transmitted Helminthes, 21 orang berjenis kelamin laki-laki (26,25%) dan 11 orang berjenis kelamin perempuan (13,75%). Sedangkan dari 48 orang yang negatif terinfeksi, 24 orang berjenis kelamin laki-laki (30,00%) dan 24 orang berjenis kelamin perempuan (30,00 %).
(71)
Tabel 5.13. Distribusi Frekuensi Infeksi STH pada Siwa-siswi SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas Berdasarkan Usia
Umur
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
7 tahun 2 2,50 2 2,50 4 5,00
8 tahun 13 16,25 25 31,25 38 47,50
9 tahun 14 17,50 13 16,25 27 33,75
10 tahun 3 3,75 8 10,00 11 13,75
Total 32 40 48 60 80 100,00
Dari tabel 5.13 dapat dilihat bahwa dari 32 orang (40%) responden yang positif terinfeksi Soil-Transmitted Helminthes, 2 orang (2,50%) berusia 7 tahun, 13 orang (16,25%) berusia 8 tahun, 14 orang (17,50%) berusia 9 tahun, dan 3 orang (3,75%) berusia 10 tahun. Sedangkan dari 48 orang yang negatif terinfeksi, 4 orang (5,00%) berusia 7 tahun, 38 orang (47,50%) berusia 8 tahun, 27 orang (33,75%) berusia 9 tahun, dan 11 orang (13,75%) berusia 10 tahun.
5.1.3.14. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Infeksi STH
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara tingkat pengetahuan responden dengan kejadian infeksi STH. Pemeriksan feses dengan menggunakan metode Kato-Katz dilakukan untuk menentukan responden positif atau negatif terinfeksi STH. Pengisian kuesioner dilakukan untuk menilai tingkat pengetahuan. Untuk mengetahui adanya hasil tersebut maka data dari 80 sampel yang telah terkumpul diolah menggunakan ujiChi-Square.
(72)
Tabel 5.14. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Tingkat Pengetahuan
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
Baik 10 12,50 40 50,00 50 62,50
Buruk 22 27,50 8 10,00 30 37,50
Total 32 40 48 60 100 100
X2= 22,22 df = 1 p = 0,000
Berdasarkan tabel 5.14 diatas menunjukkan bahwa dari 50 responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik, terdapat 10 orang (12,50%) positif infeksi STH dan 40 orang (50,00%) negatif infeksi STH. Sementara dari 30 responden yang memiliki tingkat pengetahuan buruk, terdapat 22 orang (27,50%) positif infeksi STH dan 8 orang (10,00 %) negatif infeksi STH. Dari hasil ujiChi-Square
(X2) diperoleh p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan reponden dengan kejadian infeksi STH.
5.1.3.15. Hubungan Sikap dengan Kejadian Infeksi STH
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara sikap responden dengan kejadian infeksi STH. Pemeriksan feses dengan menggunakan metode Kato-Katz dilakukan untuk menentukan responden positif atau negatif terinfeksi STH. Pengisian kuesioner dilakukan untuk menilai sikap. Untuk mengetahui adanya hasil tersebut maka data dari 80 sampel yang telah
(73)
Tabel 5.15. Hubungan Sikap dengan Kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Sikap
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
Baik 16 20,00 39 48,75 55 68,75
Buruk 16 20,00 9 11,25 25 31,25
Total 32 40 48 60 100 100
X2= 8,727 df = 1 p = 0,003
Berdasarkan tabel 5.15 diatas menunjukkan bahwa dari 55 responden yang memiliki sikap baik, terdapat 16 orang (20,00%) positif infeksi STH dan 39 orang (48,75%) negatif infeksi STH. Sementara dari 25 responden yang memiliki sikap buruk, terdapat 16 orang (20,00%) positif infeksi STH dan 9 orang (11,25%) negatif infeksi STH. Dari hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara sikap reponden dengan kejadian infeksi STH.
5.1.3.16. Hubungan Higienitas Personal dengan Kejadian Infeksi STH
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk melihat adanya hubungan antara higienitas personal responden dengan kejadian infeksi STH. Pemeriksan feses dengan menggunakan metode Kato-Katz dilakukan untuk menentukan responden positif atau negatif terinfeksi STH. Pengisian kuesioner dilakukan untuk menilai higienitas personal. Untuk mengetahui adanya hasil tersebut maka data dari 80 sampel yang telah terkumpul diolah menggunakan ujiChi-Square.
(74)
Tabel 5.16. Hubungan Higienitas Personal dengan Kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Higienitas Personal
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
Baik 19 23,75 41 51,25 60 75
Buruk 13 16,25 7 8,75 20 25
Total 32 40 48 60 100 100
X2= 6,944 df = 1 p = 0,008
Berdasarkan tabel 5.16 diatas menunjukkan bahwa dari 60 responden yang memiliki higienitas personal baik, terdapat 19 orang (23,75%) positif infeksi STH dan 41 orang (51,25%) negatif infeksi STH. Sementara dari 20 responden yang memiliki higienitas personal buruk, terdapat 13 orang (16,25 %) positif infeksi STH dan 7 orang (8,75 %) negatif infeksi STH. Dari hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara higienitas personal reponden dengan kejadian infeksi STH.
5.1.3.17. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi STH
Tujuan utama dari penelitian ini dalah untuk melihat adanya hubungan antara sanitasi lingkungan rumah responden dengan kejadian infeksi STH. Pemeriksan feses dengan menggunakan metode Kato-Katz dilakukan untuk menentukan responden positif atau negatif terinfeksi STH. Pengisian kuesioner
(75)
Tabel 5.17. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan Kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Sanitasi Lingkungan
Rumah
Infeksi STH
Jumlah
Positif Negatif
N % N % N %
Baik 16 20,00 38 47,50 54 67,50
Buruk 16 20,00 10 12,50 26 32,50
Total 32 40 48 60 100 100
X2= 7,445 df = 1 p = 0,006
Berdasarkan tabel 5.17 diatas menunjukkan bahwa dari 54 responden yang memiliki sanitasi lingkungan rumah baik, terdapat 16 orang (20,00 %) positif infeksi STH dan 38 orang (47,50 %) negatif infeksi STH. Sementara dari 26 responden yang memiliki sanitasi lingkungan rumah buruk, terdapat 16 orang (20,00 %) positif infeksi STH dan 10 orang (12,50 %) negatif infeksi STH. Dari hasil uji Chi-Square (X2) diperoleh p < 0,05 artinya terdapat hubungan antara sanitasi lingkungan rumah reponden dengan kejadian infeksi STH.
5.2. Pembahasan
Pada penelitian yang dilakukan di SD Negeri 0609025 Kecamatan Medan, terdapat 80 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Penelitian ini mengikutsertakan siswi yang memiliki rentang usia 7-10 tahun yakni siswa-siswi yang duduk di bangku kelas 3 dan 4. Berdasarkan jenis kelamin, responden laki-laki memiliki persentase yang lebih banyak yaitu 45 orang (56,25%) dibandingkan responden perempuan yang berjumlah 35 orang (43,75%). Dalam penelitian ini diperoleh bahwa sebagian besar responden berada pada kelompok usia 8 tahun yaitu 38 orang (47,50%) diikuti kelompok usia 9 tahun sebanyak 27 orang (33,75 %).
(76)
5.2.1. Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi
Tabel 5.3. dan 5.4 menunjukkan sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik mengenai kecacingan yaitu 50 orang (62,50%). Sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan yang buruk yaitu 30 orang (37,50%.). Hal ini dapat diketahui dari jawaban tepat yang diberikan responden saat pengisian kuesioner. Sebagian besar reponden mengetahui defenisi kecacingan, cara pemeriksaan kecacingan, bersama dengan apa telur cacing keluar dari tubuh manusia, gejala anak yang menderita kecacingan, cara penularan penyakit kecacingan, dan waktu yang tepat untuk memotong kuku serta mencuci tangan. Namun, hanya sedikit responden yang mampu menjawab pertanyaan mengenai jadwal meminum obat cacing dan bersama dengan apa cacing keluar dari tubuh manusia. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Salbiah (2008) pada anak di Kecamatan Medan Belawan yang menemukan dari 65 orang anak, 52 orang (80,00%) memiliki tingkat pengetahuan baik dan 13 orang (20,00%) memiliki tingkat pengetahuan buruk.
5.2.2. Sikap Siswa-siswi
Tabel 5.5. dan 5.6 menunjukkan sebagian besar responden memiliki sikap yang baik mengenai kecacingan yaitu 55 orang (68,75%). Sedangkan responden dengan sikap yang buruk yaitu 25 orang (31,25%.). Hal ini dapat diketahui dari jawaban tepat yang diberikan responden saat pengisian kuesioner. Sebagian besar setuju bahwa pencegahan penyakit kecacingan dapat dilakukan dengan memelihara kebersihan, memotong kuku teratur, setelah buang air besar harus mencuci tangan, setelah bermain harus mencuci tangan dan kaki, ketika berada di sekolah harus selalu memakai sepatu walaupun sedang bermain di tanah, dan harus meminum air yang sudah dimasak terlebih dahulu. Namun, hanya sedikit
(77)
menemukan dari 65 orang anak, 54 orang (83,00%) memiliki sikap baik dan 11 orang (17,00%) memiliki sikap buruk.
5.2.3. Higienitas Personal Siswa-siswi
Tabel 5.7. dan 5.8 menunjukkan sebagian besar responden memiliki higienitas personal yang baik mengenai kecacingan yaitu 60 orang (75,00%). Sedangkan responden dengan higienitas personal yang buruk yaitu 20 orang (25,00%.). Hal ini dapat diketahui dari jawaban tepat yang diberikan responden saat pengisian kuesioner. Sebagian besar responden selalu melakukan tindakan untuk mencegah kecacingan seperti mencuci tangan sebelum makan, menggunakan toilet/WC, mencuci tangan setelah buang air besar, meminum air minum yang dimasak terlebih dahulu, menggunting kuku teratur, tidak menggigit kuku jari, menggunakan sendal/sepatu saat keluar rumah, tdak mandai di sungai, mencuci buah-buahan sebelum dimakan, dan mencuci tangan setelah bermain di tanah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Eryani, et al. (2014) pada anak SD di Kota Pontianak yang menemukan dari 44 orang anak, 39 orang (88,60%) memiliki higienitas personal baik dan 5 orang (11,40%) memiliki higienitas personal buruk.
5.2.4. Sanitasi Lingkungan Rumah Siswa-siswi
Tabel 5.9. dan 5.10 menunjukkan sebagian besar responden memiliki sanitasi lingkungan rumah yang baik yaitu 54 orang (67,50%). Sedangkan responden dengan sanitasi lingkungan rumah yang buruk yaitu 26 orang (32,50%). Penilaian mengenai sanitasi lingkungan rumah melibatkan beberapa aspek meliputi fasilitas buang air besar yang tersedia, letak jamban/WC, bahan pembuat jamban/WC, ketersediaan saluran pembuangan air limbah dan air kotor, sumber air yang paling banyak digunakan sehari-hari, ketersediaan air yang cukup di jamban/WC mereka, jarak jamban/WC ke sumber air yang digunakan, ketersediaan air bersih untuk diminum, bahan pembuat lantai rumah, dan tempat penampungan air bersih. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chadijah,
et al. (2014) pada anak SD di Kota Palu yang menemukan dari 288 orang anak,
(1)
4.1. Jenis Penelitian... 52
4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52
4.2.1. Lokasi Penelitian... 52
4.2.2. Waktu Penelitian... 52
4.3. Populasi dan Sampel ... 52
4.3.1. Populasi... 52
4.3.2. Sampel ... 53
4.4. Metode Pengumpulan Data... 53
4.4.1. Data Primer ... 53
4.4.2. Data Sekunder... 54
4.4.3. Pemeriksaan Feses dengan Metode Kato Katz ... 54
4.5. Aspek Pengukuran Data... 58
4.5.1. Variabel Perilaku ... 59
4.5.2. Variabel Higienitas Personal ... 59
4.5.3. Variabel Sanitasi Lingkungan Rumah ... 60
4.5.4. Variabel Dependen ... 60
4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 60
4.6.1. Pengolahan Data ... 60
4.6.2. Uji Validitas ... 61
4.6.3. Uji Reliabilitas ... 61
4.6.4. Analisis Data... 62
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 63
5.1. Deskripsi Hasil Penelitian... 63
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 63
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 64
5.1.3. Hasil Analisis Data ... 65
(2)
5.2.5. Prevalensi InfeksiSoil-Transmitted Helminthes... 85
5.2.6. Hubungan Tingkat Pengetahuan Siswa-siswi Terhadap Kejadian Infeksi STH ... 86
5.2.7. Hubungan Sikap Siswa-siswi Terhadap Kejadian Infeksi STH ... 86
5.2.8. Hubungan Higienitas Personal Terhadap Kejadian Infeksi STH ... 86
5.2.9. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah Terhadap Kejadian Infeksi STH ... 87
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN... 88
5.1. Kesimpulan dan Saran ... 88
5.1.1. Kesimpulan ... 88
5.1.2. Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA... 90 LAMPIRAN
(3)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. KarakteristikAscaris lumbricoides 22
2.2. KarakteristikHookworm 30
2.3. KarakteristikTrichuris trichiura 39
2.4. Klasifikasi Intensitas Infeksi Menurut Jenis Cacing 44
3.1. Variabel Independen 48
3.2. Variabel Dependen 51
5.1. Distribusi Karakteristik Responden SD Negeri 060925
Kecamatan Medan Amplas 65
5.2. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel
Tingkat Pengetahuan 66
5.3. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Variabel
Tingkat Pengetahuan 67
5.4. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri
060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Sikap 68 5.5. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925
Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Variabel Sikap 70 5.6. Distribusi Frekuensi Jawaban Responden SD Negeri
060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel
Higienitas Personal 70
5.7. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas berdasarkan Variabel
(4)
5.9. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas pada Variabel Sanitasi
Lingkungan Rumah 75
5.10. Prevalensi InfeksiSoil-Transmitted Helmithespada Siswa-Siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan
Medan Amplas 76
5.11. Distribusi Frekuensi Infeksi Parasit Berdasarkan Jenis STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925
Kecamatan Medan Amplas 76
5.12. Distribusi Frekuensi Infeksi STH pada Siswa-siswi SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Berdasarkan Jenis Kelamin 77
5.13. Distribusi Frekuensi Responden SD Negeri 060925 Distribusi Frekuensi Infeksi STH pada Siswa-siswi SD Negeri 060925 Kecamatan Medan Amplas
Berdasarkan Usia 78
5.14. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri
060925 Kecamatan Medan Amplas 79
5.15. Hubungan Sikap dengan kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri 060925 Kecamatan
Medan Amplas 80
5.16. Hubungan Higienitas Personal dengan kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri
060925 Kecamatan Medan Amplas 81
5.17. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan kejadian Infeksi STH pada Siswa-siswi di SD Negeri
(5)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
Gambar 2.1. Ascaris lumbricoides 20
Gambar 2.2. Siklus HidupAscaris lumbricoides 23
Gambar 2.3. InfeksiAscaris lumbricoides 25
Gambar 2.4. TelurAscaris lumbricoides 26
Gambar 2.5. Siklus HidupHookworm 31
Gambar 2.6. InfeksiHookworm 33
Gambar 2.7. MulutNecator americanus&Ancylostoma duodenale 35
Gambar 2.8. TelurHookworm 36
Gambar 2.9. Trichuris trichiura 37
Gambar 2.10. Siklus HidupTrichuris trichiura 40
Gambar 2.11. InfeksiTrichuris trichiura 41
Gambar 2.12. Prolapsus Rektum 42
Gambar 2.13. TelurTrichuris trichiura 43
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Lembar Penjelasan Subjek Penelitian
Lampiran 4 Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan/Informed Consent Lampiran 5 Data Induk
Lampiran 6 Surat Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan (Ethical Clearence)
Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Pemeriksaan Tinja di Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di SD Negeri 060925, Kelurahan Harjosari I, Kecamatan Medan Amplas