Kapasitas Masyarakat adat dalam perumusan kebijakan

58 komunitas yang bersangkutan diwakili secara bersama-sama? Atau berunding sebagai sebuah kelompok yang lebih luas dari masyarakat yang terkena dampak? Untuk menentukan perwakilan masyarakat adat ini, AMAN membuat semacam panduan penentuan perwakilan:  Perwakilan komunitas merupakan wakil-wakil yang berasal dan dipilih oleh masyarakat setempat dengan tujuan tertentu dan dalam batas waktu tertentu pula. Kebiasaan umum yang ditemukan di masyarakat, perwakilan komunitas terdiri dari unsur-unsur: tokoh adat, pemuda, perempuan, pemerintahan formal yang ada di komunitas desa, tokoh agama, dan tokoh pendidikan.  Yang paling penting dari perwakilan komunitas adalah: setiap wakil yang dipilih berdasarkan mandat dan dipercayai oleh masyarakat; mempunyai komitmen, sikap, dan perilaku yang menunjukkan keberpihakannya kepada masyarakat; memiliki pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan; dan adanya aturan atau konsesus yang disepakati untuk mengatur fungsi, peran dan sanksi-sanksi terhadap perwakilan komunitas tersebut.  Dalam proses pengambilan keputusan, perwakilan komunitas berfungsiberperan membantu memfasilitasi anggota msyarakat untuk terlibat dalam merumuskan dan membuat keputusan serta memastikan bahwa proses pengambilan keputusan benar-benar berlangsung secara adil dan tanpa tekanan.  Dalam proses perundingan wewenang perwakilan komunitas adalah: menyampaikan keputusan-keputusan komunitas di meja perundingan dan melaporkan tahapan-tahapan perundingan kepada seluruh anggota komunitas.

4.6 Kapasitas Masyarakat adat dalam perumusan kebijakan

Secara umum bisa dikatakan bahwa kapasitas masyarakat adat dalam perumusan kebijakan masih lemah. Dalam proses perumusan kebijakan mereka tidak tahu apa yang menjadi hak mereka dan bagaimana mekanisme untuk memperjuangkannya. Upaya untuk terlibat dalam perumusan kebijakan umumnya dibantu, didampingi atau diwaikili oleh LSM yang concern terhadap masalah mereka. Kapasitas mereka tidak berkembang karena mereka lebih banyak ditempatkan sebagai pendengar dalam proses perumusan kebijakan. Dalam proses perumusan kebijakan, umumnya masyarakat adat hanya mendapat undangan untuk mendengar pemaparan dari pemerintah, namun masyarakat adat tidak diikutsertakan dalam perumusan kebijakan itu sendiri. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa LSM khususnya AMAN memberikan pelatihan kepada komunitas adat untuk terlibat dan berpartisipasi dalam perumusan kebijakan. Mereka yang menjadi anggota AMAN mempunyai kesempatan untuk meningkatkan kapasitas dalam hal kesadaran hak sebagai anggota masyarakat adat dan warga negara. AMAN mengadakan training 59 pengorganisasian dan pendampingan yang dibagi menjadi pemula, pengerak dan pemimpin yang diiuti oleh wakil-wakil dari masyarakat adat yang beberapa diantaranya maju hingga ketingkat nasional sebagai tokoh masyarakat adat. AMAN dan berbagai LSM lainnya juga membangun kesadaran mereka dalam proses pengambilan keputusan dengan mensosilisasikan berbagai RUU dan UU, Perda dan Raperda, atau kebijakan lainnya yang berdampak bagi kehidupan mereka. Mereka disadarkan akan hak-haknya sebagai warga negara untuk terlibat dalam proses pembuatan RUU atau Raperda dan melakukan advokasi terhadap UU atau Perda yang dianggap bertentangan dengan UU dan merugikan hak dan berdampak buruk bagi kehidupan mereka. Partisipasi masyarakat terlihat menonjol khususnya dalam advokasi kebijakan, terutama dalam aksis protes menentang suatu kebijakan atau menuntut pencabutan kebijakan tertentu yang dianggap metugikan mereka.

4.7 Partisipasi Masyarakat Adat dalam Tahapan Penyusunan kebijakan