Masyarakat Adat dalam Peraturan dan Perundang-undangan

16 orang yang berdiam di satu wilayah geografis dan teritorial yang sama dan dalam jangka waktu lama. Wilayah teritorial ini umumnya sudah mereka tinggali selama beberapa generasi sehingga tanah tempat mereka berpijak menjadi wilayah teritorial fisik sekaligus moral bagi seluruh anggota masyarakat adat. Wilayah teritorial ini ada di berbagai wilayah, mulai dari pegunungan, perbukitan, hutan, pantai dan lain sebagainya. Keberadaan wilayah tidak hanya sebatas area tinggal, sebab hal ini juga mempersyaratkan hal lain: masyarakat adat memiliki hak penuh untuk memanfaatkan seluruh area tersebut, dalam sumber daya yang ada, untuk kepentingan masyarakat adat tersebut. d sekelompok orang yang memiliki sistem hukum yang khas dan tata kepengurusan kehidupan bersama. Ciri yang paling khas adalah adanya hukum adat dan lembaga adat yang berkewajiban menegakkan hukum adat. Lembaga adat adalah komponen dasar dalam pelaksanaan hukum adat, sebab agar hukum adat dapat terus berlangsung dan agar mencegah terjadinya pelanggaran adat, maka lembaga adat adalah hal yang mutlak dilakukan. Keberadaan lembaga adat menjadi pelaksana sekaligus penanggungjawab atas pelaksanaan hukum adat dalam masyarakat adat. Hukum adat sendiri adalah hukum lokal yang dimiliki oleh masyarakat adat yang bertujuan untuk mengatur kehidupan mereka. Van Vollenhoven menjelaskan hukum adat sebagai aturan perilaku yang berlaku bagi orang-orang pribumi dan orang timur asing, yang di satu pihak memliki sanksi dan di lain pihak tidak dikodifikasi. 7 Penjelasan yang senada juga datang dari Soepomo yang melihat hukum adat sebagai hukum nonstatutair, yang sebagian besar adalah hukum kebiasaan dan sebagian kecil hukum Islam. 8

2.2 Masyarakat Adat dalam Peraturan dan Perundang-undangan

Hingga saat ini, masyarakat adat memang belum diatur dalam satu peraturan maupun perundang-undangan yang khusus dan tersendiri. Meskipun tidak memiliki peraturan perundangan tersendiri, namun masyarakat adat telah masuk dalam UUD 1945 yang telah diamandemen, yakni pada Pasal 18B Ayat 2 yang berbunyi: “Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang” Pasal 28I Ayat 3 tertulis “identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban.” Jauh sebelum amandemen UUD 1945, UU 7 Hilman Hadikusuma. 1992. Pengantar Hukum Adat Indonesia. Bandung: Mandar Maju. Hlm.12. 8 Soepomo. 2000. Bab-Bab Tentang Hukum Adat. Jakarta: PradnyaParamita. Hlm. 3 17 Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan Pasal 67, telah mengakui masyarakat adat dengan ketentuan sebagai berikut: 1 masyarakatnya masih dalam bentuk paguyuban gemeinschaft, 2 ada kelembagaan dalam bentuk perangkat adat, 3 ada wilayah hukum adat yang jelas, 4 ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih ditaati, dan 5 masih mengadakan pemungutan hasil hutan di wilayah hutan sekitarnya untuk pemenuhan hidup sehari-hari. 9 Di luar UUD 145 dan UU Nomor 41 Tahun 1999, beberapa peraturan perundangan juga berkaitan erat dengan masyarakat adat, seperti: 1. Ketetapan MPR Nomor XV Tahun 1998 Tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah: Pengaturan, Pembagian, dan Pemanfaatan Sumberdaya Nasional yang Berkeadilan; Serta Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia 2. Ketetapan MPR Nomor IX Tahun 2001 Tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, Pasal 4 hurup J berbunyi “Mengakui, menghormati dan melindungi hak masyarakat hukum adat dan keragaman budaya bangsa atas sumber daya agrariasumber daya alam”. 3. UU Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria. 4. UU Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang 5. UU Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan Konvensi Internasional Mengenai Keanekaragaman Hayati United Nation Convention on Biological Diversity 6. UU Nomor 2 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah UU Otonomi Daerah 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi Sebagai daerah Otonom 8. UU Nomor 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil 9. UU Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. 10

2.3 Kebijakan Pemerintah dan Implikasinya pada Masyarakat Adat