Penglibatan Masyarakat Adat dalam Perumusan Kebijakan

53

4.2 Penglibatan Masyarakat Adat dalam Perumusan Kebijakan

Selain meningkatkan tekanan terhadap masyarakat adat berikut hutan dan lingkungannya, desentralisasi juga mendorong berkembang semangat untuk membentuk kebijakan hukum di tingkat lokal atau daerah yang menentukan pengakuan hukum hak masyarakat adat atas sumber daya alam. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya produk hukum daerah yang berkaitan dengan perlindungan masyarakat adat yang lahir pasca era desentralisasi. Dalam lingkup pemerintahan daerah, jenis perundang-undangan yang dikenal adalah peraturan daerah perda, keputusan kepala daerah, peraturan desa perdes dan keputusan kepala desa. Paling tidak inilah yang disebutkan dalam UU Pemerintahan Daerah pasal 69, 72, 104 dan Peraturan Pemerintah No. 762001 tentang Pedoman Umum Pengaturan Mengenai Desa pasal 104. Sedangkan yang dapat digolongkan sebagai kebijakan adalah instruksi kepala daerah gubernur, bupatiwalikota, termasuk perencanaan dan program. Menurut UU Pemerintahan Daerah, Perda dibuat dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah dan penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundangan-undangan yang lebih tinggi. Sedangkan keputusan kepala daerah diperlukan untuk melaksanakan peraturan daerah dan bila diperintahkan peraturan perundangan lain yang berlaku. Sedangkan peraturan desa dibuat untuk mengatur empat hal, yakni: 1 segala sesuatu yang bersifat mengikat: 2 segala sesuatu yang menyangkut kehidupan masyarakat; 3 Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa; dan 4 semua pungutan yang membawa beban bagi penduduk desa. Sedangkan Keputusan Kepala Desa diperlukan untuk melaksanakan Peraturan Desa. Inisiatif untuk melibatkan masyarakat adat dalam perumusan kebijakan dilakukan oleh LSM maupun pemerintah departemen. Pemerintah daerah juga banyak yang melibatkan masyarakat adat dalam proses perumusan kebijakan, khususnya yang terkait dengan perlindungan masyarakat adat. Inisiatif ini antara lainnya dilakukan dengan pengajuan Undangan-undang dan Perda yang mengakui dan melindungi eksistensi dan hak-hak masyarakat adat. Terbitnya undang-undang dan perda ini diharapkan bisa mendorong pemerintah dan pemerintah daerah untuk sungguh-sungguh mengakui hak-hak masyarakat dalam proses perumusan kebijakan public, khususnya yang berkaitan dengan eksistensi, wilayah dan sumber daya yang dimilikinya. Perumusan UU dan Perda ini juga melibatkankan masyarakat adat dalam proses penyusunannya, meski tetap didampingi dan dibantu oleh LSM. Sebagian besar kebijakan tersebut didorong oleh masyarakat adat maupun LSM, sebagian lainnya merupakan inisiatif dari pemerintah daerah setempat. Selain beberapa inisiatif perumusan kebijakan yang terkait dan melibatkan masyarakat adat yang disajikan di Bab 3, juga terdapat beragam inisiatif serupa dengan tujuan yang hampir mirip. Misalnya, Peraturan Daerah Perda dan Surat Keputusan SK Kepala Daerah yang pada intinya mengakui keberadaan, kelembagaan, hukum adat dan hak ‐hak masyarakat adat lainnya. Beberapa peraturan dan kebijakan tersebut diantaranya Perda Kabupaten Kampar No. 12 Tahun 54 1999 tentang Hak Tanah Ulayat, Perda Kabupaten Lebak No. 32 Tahun 2001 tentang Perlindungan atas Hak Ulayat Masyarakat Baduy, Perda Propinsi Sumatera Barat No. 2 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Nagari, Perda Propinsi Sumatera Barat No. 6 Tahun 2008 tentang Tanah Ulayat dan Pemanfaatannya dan SK Kepala Daerah lainnya. daftar Peraturan daerah bisa dilihat di lampiran Keterlibatan masyarakat adat juga didorong melalui penandatanganan MOU dengan instansi pemerintah atau komisi negara. Penandatanganan MOU ini dianggap penting karena instansi pemerintah merupakan eksekutor atau pelaksana dalam proses perumusan maupun implementasi kebijakan. Penandatanganan MOU juga dimaksudkan untuk membangun kesepahaman bersama mengenai hak-hak masyarakat adat dalam perumusan kebijakan. Penandatanganan MOU juga dimaksudkan untuk saling berbagi informasi dan pengetahuan serta menghindari kesalahpahaman dalam penanganan berbagai kasus, persoalan dan konflik yang berkaitan dengan masyarakat adat. Beberapa inisitif perumusan kebijakan yang melibatkan masyarakat adat di tingkat nasional, antara lain: 1. Perumusan RUU PPMA Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak Masyarakat Adat 2. Revisi UU No. 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa 3. Judicial Review UU No. 411999 tentang Kehutanan 4. Judisial Review UU No. 11 tahun 1967 tentang Pokok-Pokok Pertambangan 5. MOU AMAN dengan Kementerian Lingkungan Hidup 6. MOU AMAN dengan Komnas HAM 7. MOU AMAN dengan BPN Badan Pertanahan Nasional, yang ditindaklanjuti dengan MOU AMAN daerah dengan beberapa BPN di daerah

4.3 Kondisi dan posisi masyarakat adat dalam perumusan kebijakan