PENDAHULUAN Strategi Komunikasi Pada Pelayanan Referensi (Reference Service) Di Perpustakaan

BAB I PENDAHULUAN

Apa yang ada dalam benak orang ketika mendengar kata Perpustakaan? Bagi para pecinta buku, Perpustakaan merupakan suatu ‘surga’ tempat mereka mendapatkan kebahagiaan intelektual. Bagi mereka Perpustakaan adalah gudang ilmu yang wajib dibongkar isinya untuk menemukan informasi yang mereka butuhkan. Namun bagi banyak lapisan masyarakat lain, kata ‘perpustakaan’ tidak lebih berharga dari tempat informasi lain yang biasa mereka gunakan. Para pekerja dan eksekutif mungkin menempatkan perbendaharaan kata ‘perpustakaan’ di urutan kesekian, setelah istilah-istilah lainnya seperti akuntansi, keuangan, ekonomi, dan bidang lain yang terkait dengan pekerjaan rutin mereka. Bahkan yang lebih ironis, di kalangan pelajar kosa kata ‘perpustakaan’ kalah pamor dengan toko buku, mall, plaza atau hypermarket, dan internet search engine. Sementara untuk kalangan perguruan tinggi kata ‘perpustakaan’ tidaklah begitu asing di telinga. Karena pendidikan di perguruan tinggi memaksa sivitas akademika untuk aktif mencari informasi di Perpustakaan, itupun kalau mereka ingin berhasil dalam proses belajar mengajarnya. Ada banyak hal yang menyebabkan kejadian di atas terjadi. Pertama, masalah ketiadaan waktu, khususnya di kota-kota besar. Para pegawai yang bekerja, agak mustahil untuk mengunjungi Perpustakaan, sehingga Perpustakaan bukanlah pilihan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan informasi. Kalangan ini biasanya memanfaatkan Perpustakaan kantor atau Universitas Sumatera Utara mencari dan membeli buku, serta menjelajah berbagai situs di internet. Hanya orang-orang tertentulah yang dapat mengakses Perpustakaan secara langsung, seperti peneliti, dosen, mahasiswa, dan pelajar yang mendapat tugas dari sekolah. Sekilas tentang pengguna internet. Informasi mengenai buku dan penerbit kini dengan mudah dapat diakses dan dipesan secara online. Demikian juga dengan forum-forum diskusi buku telah banyak berdiri, sehingga lewat forum ini khalayak dengan mudah dapat saling bertukar informasi tentang segala sesuatu yang diperlukan. Penyebab kedua adalah ketidaknyamanan dalam menikmati layanan Perpustakaan, seperti sarana penelusuran katalog kartu maupun katalog online yang tidak memadai, serta pustakawan yang kurang komunikatif. Bagi para pegawai kantoran yang lebih mengandalkan internet, ‘keramahan’ mesin pencari search engine seperti Google dan Yahoo, serta mesin pencari lainnya Altavista, Ask Jeeves, dan sebagainya dipercaya jauh mengalahkan layanan Perpustakaan. Mesin pencari tersebut bukan sekedar alat, tetapi juga sebagai ‘Profesor gratisan’ yang baik, penuh pengertian, dan mampu menyediakan beribu kemungkinan. Bandingkan dengan sikap pustakawan, yang notabene adalah manusia biasa, yang terkadang bisa marah atau kesal pada pengguna yang terkadang melakukan kesalahan dalam memasukkan suatu permintaan. Sebaliknya, Google dan Yahoo malah memberi pengunjungnya tips dan saran manakala pengguna keliru memasukkan jenis permintaan. Dan bila jenis informasi yang dibutuhkan tidak ditemukan, Google dan Yahoo selalu Universitas Sumatera Utara mengucapkan kata “ sorry” serta menawarkan alternatif pencarian lain. Mesin ini juga tidak pernah marah dan mengeluh terhadap permintaan apapun yang masuk, sehingga terkesan lebih manusiawi dibandingkan sikap pustakawan sendiri. Dengan berbagai kendala tersebut, sudah seharusnya Perpustakaan melakukan strategi komunikasi agar dapat menjaring pengguna baru serta mengelola pengguna yang telah memanfaatkan layanannya dan juga menjadikan citra Perpustakaan sebagai media utama dalam memenuhi kebutuhan informasi. Pengaturan strategi komunikasi dalam pelayanan Perpustakaan sangat penting dilakukan agar pesan-pesan yang disampaikan oleh pustakawan dapat diterima oleh pengguna yang masih belum merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh pustakawan guna mencapai keberhasilan dalam melakukan komunikasi dengan pengguna dan memajukan peranan Perpustakaan sebagai media komunikasi pada masyarakat. Universitas Sumatera Utara

BAB II STRATEGI KOMUNIKASI PADA