Profil ibu Hamil dengan HIV dan AIDS yang Bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada Periode Tahun 2012-2014

(1)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

NamaLengkap : VaniaGivadoraHasianiGirsang

JenisKelamin : Perempuan

Tempat/TanggalLahir : Medan, 28Juli 1995

WargaNegara : Indonesia

Status : BelumMenikah

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jln. Sultan Agung no 11 Medan

Nomor Handphone : 087766223534

Email : [email protected]

RiwayatPendidikan :

1. TK SwastaFajar Medan (2000-2001)

2. SD SwastaST Antonius – IV Medan (2001-2007) 3. SMP SwastaST YosephPemudaMedan (2007-2010) 4. SMA Negeri 4 Medan (2010-2013)

5. FakultasKedokteranUniversitas Sumatera Utara (2013-Sekarang) RiwayatPelatihan :

1. Peserta PMB (PenerimaanMahasiswaBaru) FK USU 2013


(2)

2. Peserta Seminar Hypnotheraphy “The Secret of Hypnotheraphy” SCOPH FK USU 2013

3. Peserta Get Together SCORE FK USU 2014 4. Peserta Basic Surgical Skill TBM FK USU 2014

5. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support TBM FK USU 2014 6. Peserta Seminar NasionalSehatReproduksikinidanNanti2014

7. Peserta Training & Coaching Jurnalistik PPSDM Medan 2015 8. Peserta Seminar Nasional Creative Entrepreneurship 2015

9. Peserta Seminar & Talk Show 2015 “Keep Our Reproductive Health“ParamedisBerbaktiuntukNegeri”

10. Peserta Bali Internasional Summer School – Faculty of Medicine Udayana University 2015

11. PesertaPaduanTatalaksanaSkizofenia&Gangguan Bipolar padaLayanan Primer 2015

12. Peserta Seminar HariTanpaTembakauSedunia 2016

RiwayatOrganisasi :

1. Anggota SCORE FK USU (2013-sekarang)

RiwayatKepanitiaan :

1. PanitiaHariGiziNasional 2015 PEMA FK USU 2014

2. PanitiaSeleksidanPelatihan Inter Medical School Physiology Quiz FK USU 2015

3. PanitiaPengabdianMasyarakat Akbar FK USU 2015 4. PanitiaPengabdianMasyarakatPEMA FK USU 2016 5. PanitiaScripta Research Festival 2016 SCORE FK USU 6. PanitiaKomisiPemilihanUmum FK USU 2015 - 2016 7. PanitiaBaktiSosial KMK FK USU 2015


(3)

(4)

(5)

LAMPIRAN 4

OUTPUT SPSS

Frequency Table

tahunterjadinya

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 2012.00 16 30.8 34.0 34.0

2013.00 18 34.6 38.3 72.3

2014.00 13 25.0 27.7 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Statistics

tahunterjadinya Usiaibusaatmelahirkan Pekerjaanibu Pekerjaansuami

Status pernikahan

Daerah tempattinggal

Status penerima

ARV profilaksis

Volun Counse

Test

N Valid 47 47 47 47 47 47 47

Missing 5 5 5 5 5 5 5


(6)

Usiaibusaatmelahirkan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 21-25 tahun 10 19.2 21.3 21.3

26-30 tahun 24 46.2 51.1 72.3

31-35 tahun 11 21.2 23.4 95.7

36-40 tahun 1 1.9 2.1 97.9

> 40 tahun 1 1.9 2.1 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Pekerjaanibu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Iburumahtangga 15 28.8 31.9 31.9

PNS / pensiunan 2 3.8 4.3 36.2

Wiraswasta 7 13.5 14.9 51.1

Tidaktercatat 23 44.2 48.9 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Pekerjaansuami

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Pegawaiswasta 3 5.8 6.4 6.4

PNS / Pensiunan 2 3.8 4.3 10.6


(7)

Wiraswasta 19 36.5 40.4 51.1

Tidaktercatat 23 44.2 48.9 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Status pernikahan

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Menikah 24 46.2 51.1 51.1

Tidaktercatat 23 44.2 48.9 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Daerah tempattinggal

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Medan 23 44.2 48.9 48.9

Luarmedan 24 46.2 51.1 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Status penerima ARV profilaksis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 47 90.4 100.0 100.0

Missing System 5 9.6


(8)

Status penerima ARV profilaksis

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Ya 47 90.4 100.0 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Volunter Counseling Test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Konseling post test 47 90.4 100.0 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0

Usiakehamilanibusaatmengikuti PPIA

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 28 - 40 minggu 23 44.2 48.9 48.9

Tidaktercatat 24 46.2 51.1 100.0

Total 47 90.4 100.0

Missing System 5 9.6

Total 52 100.0


(9)

DAFTAR PUSTAKA

1. Infodatin. Pusat Data dan Informasi Kesehatan Republik Indonesia: Situasi dan Analisis HIV AIDS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2014.

2. Kurniawati, Ninuk Dian. Asuhan Keperawatan pada Pasien Terinfeksi HIV-AIDS. ed1. Salemba Medika; 2009.

3. World Health Organization. HIV AIDS Factsheet, 2000. World Health organization; 2015.

Available at: http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/ [Accessed 1 Jun. 2016].

4. UNAIDS. HIV in Asia and the Pacific, 2013. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS; 2014.

Available at: http://www.unaids.org/sites/default/files/media_asset/2013_HIV-ASIA-PACIFIC_en_0.pdf.

5. Nasronudin. HIV& AIDS, Pendekatan Biologi Molekular, Klinis dan Sosial ed 2. Airlangga University Press; 2014.

6. Unicef Indonesia. Respon Terhadap HIV & AIDS, 2011. United for Children Indonesia; 2012.

Available at: http://www.unicef.org/Indonesi/id/A4_ _B_Ringkasan_Kajian_HIV.pdf.

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 51: Pedoman pencegahan penularan HIV dari Ibu ke Anak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.

8. Kennedy MB, Ruth DJ, Martin EJ. Modul Management Intrapartum. .Philadelphia: Wolters Kluwer Health; 2011

9. Kementerian Kesehatan 2013. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) Indonesia 2013-2017. Kementerian Kesehatan; 2013.

10. Siregar, C. Gambaran kasus HIV pada Kehamilan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2008-2011 [Skripsi] Universitas


(10)

Sumatera Utara; 2012

Available at: http://repository.usu.ac.id/xmlui/handle/123456789/35119 11. Muhaimin, T. Prevalensi HIV pada Ibu Hamil di Delapan Ibu Kota Provinsi

Di Indonesia tahun 2003-2010. [Article] Universitas Indonesia; 2011

12. Ditjen PP & PL Kementerian Kesehatan RI. Laporan Situasi Perkembangan HIV & AIDS di Indonesia tahun 2013. [online]. Kementerian Kesehatan RI; 2013 Available at:

ht t p:/ / pppl.depkes.go.id/ _asset / _dow nload/ Laporan%20HIV%20AIDS%20T W%204%202013.pdf.

13. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Obstetri Fisiologis ed1. Universitas Padjajaran. Bandung; 1986

14. Cunningham, Leveno, Bloom, et al. Obstetri Williams. ed23. Egc; 2011 15. Bakti Husada. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan

Dasar dan Rujukan. ed1. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013. p. 36-49, 165.

16. Bakti Husada. Pedoman Nasional Tatalaksana Klinis Infeksi HIV dan Terapi Antiretroviral pada Orang Dewasa. Kemenkes RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2011. p. 26.

17. WHO, UNAIDS, UNFPA, and UNICEF. Guidelines on HIV and Infant

Feeding. [ebook]. 2010 Available at:

http://apps.who.int/iris/bitestream/10665/44345/1/9789241599535_eng.pdf. 18. Wiener, C. Harrison's principles of internal medicine. New York.

McGraw-Hill, Medical Pub. Division; 2008

19. Maryunani Aeman U. Pencegahan penularan HIV Dari Ibu Ke Bayi. Trans Info Media. Jakarta; 2009.

20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 21: Pedoman Penanggulangan HIV dan AIDS. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.


(11)

BAB 3

DIAGRAM ALUR PENELITIAN, KERANGKA TEORI

PENELITIAN DAN KERANGKA KONSEP

3.1. Diagram Alur Penelitian

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian

Menentukan judul penelitian yang sudah disetujui dosen pembimbing

M engurus surat izin survey aw al di RSUP. H. Adam M alik M edan

M elakukan pengecekan dat a dari krit eria inklusi pada penelit ian di Pusyansus VCT RSUP. H. Adam M alik M edan

M elakukan penyusunan proposal penelit ian unt uk dilanjut kan ke penelit ian (skripsi) apabila sudah diset ujui

M enganalisis dat a

M enginput dat a

M elakukan pengolahan dat a Unt uk diolah dan dianalisi secara kom put erisasi dan disajikan dalam bent uk t able dat a dist ribusi frekuensi kem udian dibandingkan dengan referensi penelit ian lainnya


(12)

3.2. Kerangka Teori Penelitian

Kerangka teori penelitian pada dasarnya menggambarkan seluruh tinjauan pustaka dalam bentuk skema sehingga seluruh landasan penelitian dapat tergambar dengan jelas. Melalui kerangka teori, proposal penelitian dapat dipahami dengan singkat. Adapun yang menjadi kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

Gambar 3.2. Kerangka Teori Penelitian

Profil: - VCT

- Usia ibu hamil - Pekerjaan ibu hamil - Pekerjaan suam i - St at us perkaw inan - Daerah t em pat

t inggal

- Usia keham ilan ibu saat m engikut i PPIA - Pemberian ARV

Ibu Hamil VCT

HIV (+) HIV (-)

Bersalin


(13)

3.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian ini pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang diamati melalui penelitian yang akan dilakukan. Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini :

Variabel Dependent Variabel Independent

Gambar 3.3. Kerangka Konsep Penelitian

Profil ibu

- VCT

- Usia ibu hamil

- Pekerjaan ibu hamil

- Pekerjaan suami

- Status perkawinan

- Daerah tempat tinggal

- Usia kehamilan ibu saat mengikuti PPIA

- Pemberian ARV

Ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode tahun

2012-2014


(14)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Desain penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif dengan desain studi deskriptif retrospektif, yaitu pengumpulan dan pengamatan rekam medik akan dilakukan satu kali, pada satu saat. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran HIV dan AIDS pada ibu hamil yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode tahun 2012-2014 dengan cara pengumpulan data.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian 4.2.1. Waktu penelitian

Waktu Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan April 2016 sampai Desember 2016.

4.2.2. Tempat penelitian

Tempat dilakukannya penelitian ini adalah RSUP H. Adam Malik Medan dengan pertimbangan bahwa rumah sakit ini merupakan rumah sakit yang menyediakan pelayanan bagi penderita HIV dan AIDS. selain itu RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan untuk wilayah regional Sumatera dan dengan alasan bahwa belum pernah dilakukan penelitian untuk melihat angka kejadian HIV dan AIDS pada ibu hamil yang bersalin di tempat tersebut. 4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi penelitian

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode tahun 2012-2014.


(15)

4.3.2. Sampel penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh populasi penelitian, yaitu seluruh ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada periode tahun 2012-2014. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan teknik total sampling.

Sampel diambil berdasarkan total sampling. Kriteria inklusi diantaranya:

1. Pasien ibu yang hamil dengan infeksi HIV dan AIDS dan bersalin bersalin di RSUP. H. Adam Malik Medan pada periode tahun 2012- 2014.

2. Data pasien tertulis di rekam medik RSUP. H. Adam Malik medan.

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data sekunder. Data sekunder penelitian ini adalah ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang diperoleh melalui data rekam medik dari RSUP H. Adam Malik Medan pada periode tahun 2012-2015, kemudian hal–hal yang diperlukan dicatat dan dikumpulkan sesuai kebutuhan penelitian.

4.5. Pengelolaan dan Analisa Data

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, dibutuhkan pengolahan dan analisis data secara tepat. Pada penelitian ini, data yang didapat akan diolah dan kemudian dianalisis menggunakan secara komputerisasi. Analisa data dilakukan secara deskriptif dengan melihat presentase data yang telah terkumpul dan disajikan ke dalam tabel distribusi frekuensi.


(16)

4.6. Definisi Operasional Tabel 4.1. Definisi Operasional

Keterangan Definisi

operasional Alat ukur

Cara

ukur Hasil ukur

Skala ukur

VCT Kegiatan

konseling yang bersifat sukarela dan rahasia, yang dilakukan sebelum dan sesudah tes darah untuk HIV dan AIDS di laboratorium

Rekam medis Melihat data rekam medis

-Konseling pre tes - Tes HIV -Konseling post test

Nomi nal

Usia Lamanya

waktu hidup pasien sejak dilahirkan sampai saat ini yang

dinyatakan dalam tahun

Rekam medis Melihat data

฀ 15 – 20 tahun ฀21 – 25 tahun ฀ 26 – 30 tahun ฀31 – 35 tahun ฀36 – 40 tahun ฀>40 tahun Ordin al Pekerjaan ibu Aktivitas utama ibu hamil

terinfeksi HIV dan AIDS

Rekam medis Melihat data rekam medis ฀Ibu Rumah Tangga ฀Pegawai Swasta

฀PNS /

pensiunan ฀Wiraswata ฀ Tidak tercatat Nomi nal Pekerjaan Suami Aktivitas utama suami ibu hamil terinfeksi HIV dan AIDS

Rekam medis Melihat data rekam medis

฀Pegawai Swasta

฀PNS /

pensiunan ฀Wiraswata ฀ Tidak tercatat Nomi nal 35


(17)

Status pernikahan Keterangan yang menunjukkan riwayat pernikahan penderita HIV

Rekam medis Melihat data rekam medis

฀ nikah ฀Belum nikah ฀Cerai ฀Tidak tercatat Nomi nal Daerah tempat tinggal

Daerah dimana ibu hamil yang terinfeksi HIV tinggal dan menetap

Rekam medis Melihat data rekam medis ฀Medan ฀Luar Medan Nomi nal Usia kehamilan ibu saat menerima program pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA)

Lamanya kehamilan ibu sampai saat dimana ia menyetujui mengikuti program pencegahan penularan ibu ke anak (PPIA)

Rekam medis Melihat data rekam medis

฀ 1 – 12 minggu ฀13 – 27 minggu ฀ 28 – 40 minggu ฀ Tidak tercatat Ordin al Pemberian ARV profilaksis

Terapi yang diberikan pada saat ibu terinfeksi HIV dan AIDS

Rekam medis Melihat data rekam medis ฀ Ya (Mendapat ARV ) ฀ Tidak (tidak mendapat ARV) ฀ Tidak tercatat Nomi nal 36


(18)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VIII/1990. Selain itu, RSUP H. Adam Malik Medan adalah rumah sakit rujukan vertikal yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat, dan Riau. Sejak tanggal 6 September 1991 RSUP H. Adam Malik Medan ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991.

RSUP H. Adam Malik Medan mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan pelayanan rawat jalan dan untuk pelayanan rawat inap mulai berfungsi tepatnya pada tanggal 2 Mei 1992. RSUP H. Adam Malik Medan ini beralamat di Jl. Bunga Lau No. 17, Medan, terletak di kelurahan Kemenangan, Tuntungan. Dibangun di atas tanah seluas ± 10 Ha dan letak RSUP H. Adam Malik Medan ini agak berada di daerah pedalaman Jl. Djammin Ginting yang merupakan jalan raya menuju Brastagi.

5.1.2. Deskripsi Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT RSUP H. Adam Malik Medan

Klinik Volunteer Counseling Test (VCT) RSUP H. Adam Malik Medan merupakan wadah pelayanan khusus yang didirikan untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi individu maupun kelompok berisiko terinfeksi HIV dan AIDS berupa konseling pra – testing, tes HIV, dan konseling pasca test. Jika hasil test menunjukkan penderita positif HIV dan AIDS, klinik ini bekerjasama dengan bagian Case Support and Treatment (CST) untuk memberikan perawatan dan pengobatan terhadap penderita secara intensif.


(19)

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Individu

Dalam penelitian ini, karakteristik individu yang dipilih menjadi sampel adalah ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014. Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data yang berasal dari rekam medis pasien. Data yang diambil berasal dari tiga kurun waktu, yaitu data rekam medis dari tahun 2012 – 2014. Jumlah keseluruhan ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012 – 2014 adalah 47 orang.

5.1.3.1. Deskripsi sample berdasarkan tahun masuk

Distribusi data penelitian berdasarkan tahun masuk ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2014

Tahun Frekuensi Persentase (%)

2012 16 34.0

2013 18 38.3

2014 13 27.7

Total 47 100.0

Dari table 5.1 diatas dapat dilihat prevalensi distribusi kasus ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 terjadi fluktuasi dalam angka kejadian kasus. Distribusi tertinggi terjadi pada tahun 2013, didapati pasien sebanyak 18 orang (38,3%). Pada tahun sebelumnya jumlah kasus ibu hamil dengan HIV dan AIDS yakni 16 orang (38,3%) sedangkan kejadian pada tahun 2012 lebih rendah yakni sebanyak 16 orang (34,0%).


(20)

5.1.3.2. Deskripsi sampel berdasarkan sosiodemografi

Distribusi data penelitian berdasarkan sosiodemografi (usia, tempat tinggal, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan) kejadian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS yang Bersalin Berdasarkan Sosiodemografi Pasien

No Karakteristik Pasien Frekuensi Persentase (%)

1 Usia ibu saat melahirkan

21 – 25 tahun 26 – 30 tahun 31 – 35 tahun 36 – 40 tahun >40 tahun Total 10 24 11 1 1 47 21.3 51.1 23.4 2.1 2.1 100.0 2 Pekerjaan ibu

Ibu rumah tangga PNS / Pensiunan

Wiraswasta Tidak tercatat Total 15 2 7 23 47 31.9 4.3 14.9 48.9 100.0 3 Pekerjaan suami

Pegawai swasta PNS / Pensiunan

Wiraswasta Tidak tercatat Total 3 2 19 23 47 6.4 4.3 40.4 48.9 100.0 4 Status pernikahan

Menikah Tidak menikah Bercerai Tidak tercatat Total 24 0 0 23 47 51.1 0 0 48.9 100.0

5. Daerah tempat tinggal

Medan Luar medan Total 23 24 47 48.9 51.1 100.0 39


(21)

Berdasarkan tabel 5.2. sesuai dengan demografi pasien. Diperoleh data ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014. paling banyak dijumpai pada usia produktif, pada kelompok usia 26 – 30 tahun sebanyak 24 orang (51.1%). Pekerjaan ibu hamil penderita HIV dan AIDS sendiri banyak tidak diketahui dengan jumlah 23 pasien (48.9%), dengan kelompok pekerjaan terbanyak selebihnya adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 15 pasien (31.9%). Pekerjaan suami banyak tidak diketahui dengan jumlah pasien 23 (48.9%). Diikuti dengan kelompok suami banyak bekerja sebagai wiraswasta. Suami yang bekerja sebagai wiraswasta ada sebanyak 19 orang (40.4%). Kelompok ibu hamil yang menderita HIV dan AIDS dengan status perkawinan adalah 24 orang (51.1%). Dan ibu hamil penderita HIV dan AIDS lebih banyak berasal dari luar kota Medan dibandingkan dari kota Medan. Pasien yang berasal dari luar kota Medan sebanyak 24 orang (51.1%).

5.1.3.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan ARV Profilaksis

Distribusi data penelitian yang menunjukkan kejadian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin dan menerima ARV profilaksis pada tahun 2012 – 2015 dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS yang Bersalin Berdasarkan Penerimaan ARV Profilaksis

Status ARV Ya Tidak Tidak tercatat

Frekuensi 47

0 0

Persentase (%) 100.0

0 0

Total 47 100.0

Berdasarkan tabel 5.3. semua kejadian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 sudah menerima ARV profilaksis (100%).


(22)

5.1.3.4. Deskripsi sampel berdasarkan konseling VCT

Distribusi data penelitian yang menunjukkan kegiatan konseling VCT pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin pada tahun 2012 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kejadian Ibu Hamil dengan HIV dan AIDS yang Bersalin Berdasarkan Konseling VCT

Konseling VCT Frekuensi Persentase ( % )

Konseling pre – test 0 100.0

Total 0 100.0

Testing HIV 47 100.0

Total 47 100.0

Konseling post – test 47 100.0

Total 47 100.0

Berdasarkan dari tabel 5.4. bahwa semua ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014. tidak mendapatkan konseling pre – test. Tetapi mereka semua mendapatkan konseling post – test dan tes HIV yaitu sebanyak 41 orang (100 %).

5.1.3.5. Deskripsi sampel berdasarkan usia kehamilan ibu saat mengikuti PPIA Distribusi data penelitian yang menunjukkan kejadian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin saat mengikuti PPIA pada tahun 2012 – 2014 dapat dilihat pada tabel berikut.


(23)

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Usia Kehamilan Ibu Dengan HIV dan AIDS Saat Mengikuti Program PPIA

Usia Kehamilan Frekuensi Persentase ( % )

1 – 12 minggu 0 0

13 – 27 minggu 0 0

28 – 40 minggu 23 48.9

Tidak tercatat 24 51.1

Total 47 100.0

Berdasarkan tabel 5.6. Usia kehamilan ibu saat mengikuti PPIA banyak tidak tercatat dalam rekam medis yakni sebanyak 24 orang (51.1%) diikuti dengan usia kehamilan terbanyak yakni usia 28 – 40 minggu. Terdapat 23 pasien (48.9%) pada usia kehamilan 28 – 40 minggu.


(24)

5.2. Pembahasan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah kejadian HIV dan AIDS pada kehamilan sepanjang tahun 2012 sampai 2014 dengan mengobservasi rekam medis pasien di RSUP Haji Adam Malik, Medan.

Di dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah penderita HIV dan AIDS yang mengalami kehamilan dan berhasil bersalin di RSUP. Haji Adam Malik pada tahun 2012 – 2014.

Pada tabel 5.1. terlihat bahwa fluktuasi kejadian HIV dan AIDS pada ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 walaupun terjadi penurunan pada tahun 2014..Pada tahun 2012, terjadi kasus sebanyak 16 kejadian (34.0%) dan meningkat pada tahun 2013 dan merupakan tahun dengan kelompok sampel tertinggi yakni 18 kasus (38.3) walaupun pada tahun berikutnya kembali menurun menjadi 13 kasus (27.7%). Pada referensi lain, menyatakan bahwa selama tahun 2008 – 2010 tingkat prevalensi ibu hamil yang bersalin dengan HIV dan AIDS diantara pengunjung Pusyansus VCT RSUP Haji Adam Malik Medan meningkat dari 8,8 % menjadi 29,4 %. Dan pada tahun 2011 prevalensi HIV dan AIDS diantara ibu hamil meningkat menjadi 38,2 %.10 Peningkatan pada jumlah kasus HIV dan AIDS ini sangat mungkin disebabkan oleh semakin gencarnya informasi tentang HIV dan AIDS diberbagai media sehingga menggugah para ibu untuk datang secara sukarela memeriksakan status HIV nya, sedangkan penurunan prevalensinya sendiri walaupun tidak terlalu signifikan dapat merupakan variasi normal akibat faktor sampling atau merupakan penurunan nyata dilapangan.11 Untuk mengetahui secara akurat diperlukan kajian yang lebih mendalam dengan data yang lebih lengkap di tahun berikutnya dan sebaiknya pemerintah semakin gencar memberitakan secara luas mengenai HIV dan AIDS, pentingnya melakukan tes HIV serta edukasi cara pencegahan dan penularan.

Dari tabel 5.2. diperoleh data ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 paling banyak dijumpai


(25)

(51.1%) dan terendah pada kelompok usia 36 – 40 tahun sebanyak 1 orang (2.1%) dan kelompok usia > 40 tahun sebanyak 1 orang (2,1%). Data di Indonesia juga menegaskan bahwa sejak tahun 1987 – 2014 pola penularan HIV dan AIDS berdasarkan kelompok umur terjadi pada usia reproduktif dan seksual aktif.1,5 Responden banyak berasal dari populasi ibu muda dengan rata – rata usia 27 tahun.11 Di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008 – 2011 ditemukan proporsi tertinggi pada penderita HIV dan AIDS adalah penderita dengan kelompok usia 26 – 30 tahun sebesar 55,9 %.10 Hal ini dapat terkait dengan laju arus modernisasi tanpa dilandasi persiapan yang mapan dari kebanyakan rakyat Indonesia yang menyebabkan terjadinya perubahan gaya hidup termasuk perilaku seksual. Sehingga diperlukan penekanan kembali norma – norma sosial yang ada dimasyarakat dan penyuluhan kepada remaja tentang edukasi reproduksi dan edukasi seks yang aman kepada kelompok usia reproduktif dan seksual aktif.

Dari tabel 5.2. data yang telah disajikan dapat terlihat bahwa proporsi ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 berdasarkan pekerjaan yang tertinggi sebagian besar tidak tercatat dalam rekam medis (48.9%) diikuti oleh pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (31.9%). Analisis dari data di Indonesia juga menegaskan kelompok penderita HIV dan AIDS kebanyakan bekerja sebagai ibu rumah tangga, diikuti wiraswasta dan tenaga non professional (karyawan).1 Walaupun begitu tetap saja sebaiknya pencatatan yang baik diperlukan dalam rekam medis. Karena hal itu merupakan salah satu tantangan dan hambatan yang dapat mempengaruhi program PPIA di Indonesia. Dimana gambaran mengenai keberhasilan pelaksanaan program ini tidak dapat diketahui tanpa evaluasi dan monitoring serta pencatatan yang lengkap.9 Dimana fungsi rekam medis sendiri sebagai penyimpanan informassi harus lebih ditekankan kepada tenaga medis.

Dari tabel 5.2. data yang disajikan dapat terlihat bahwa proporsi pekerjaan suami dari ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 kebanyakan tidak tercatat (48.9%) diikuti oleh


(26)

kelompok yang bekerja sebagai wiraswasta yaitu sebanyak 46,3%. Walaupun wiraswasta termasuk kelompok pekerjaan dengan penderita HIV dan AIDS terbanyak di Indonesia, yang membuat orang mempunyai resiko tertinggi adalah perilakunya.1,5

Dari tabel 5.2. data yang disajikan dapat terlihat bahwa proporsi ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 pada perkawinan berdasarkan status pernikahan tertinggi adalah dengan status menikah sebesar 51,1% dan 48,9% sisanya tidak tercatat. Di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2008 – 2011 proporsi penderita HIV dan AIDS berdasarkan status perkawinan tertinggi adalah menikah sebesar 85,3 % , bercerai sebesar 5,9 % dan tidak tercatat sebesar 8,8 %.10 Hal ini menggambarkan tidak adanya pembatasan terhadap perilaku seksual sejauh tidak mengganggu kepentingan umum.11 Dimana hubungan seksual ekstramarital dapat dilakukan lebih leluasa bahkan dalam hubungan intramarital dapat terjadi pasangan ganda.

Dari tabel 5.2. data yang disajikan dapat terlihat bahwa proporsi ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 berdasarkan daerah tempat tinggal tertinggi adalah penderita yang bertempat tinggal di luar kota Medan yaitu sebesar 51,1% dan yang terendah adalah diluar kota Medan sebesar 48,9%. Hal ini diakibatkan karena masih rendahnya pengetahuan masyarakat di daerah mengenai HIV dan AIDS terlebih kepada faktor resiko penularan dan cara pencegahannya.12 Dan dapat juga terjadi karena RSUP Haji Adam Malik Medan sendiri merupakan rumah sakit rujukan starata III (pusat/provinsi) untuk kasus rujukan HIV dan AIDS di Sumatera Utara sehingga banyak kasus rujukan dari berbagai tempat di Sumatera Utara yang terdata di RSUP Haji Adam Malik Medan.7

Pada tabel 5.3. dari penelitian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014, semua penderita sudah menerima ARV (100%). Obat antiretroviral (ARV) sampai saat ini baru berfungsi menghambat multiplikasi virus, belum menghilangkan secara total keberadaan virus


(27)

mengobati ibu, juga untukmengurangi resiko penularan perinatal kepada janin atau neonatus. Jumlah virus dalam plasma ibu masih merupakan faktor predisposisi bebas yang paling kuat terjadinya penularan perinatal karena itu, semua wanita hamil yang terinfeksi HIV dan AIDS harus diberikan pengobatan antiretrovirus (ARV) untuk mengurangi jumlah muatan virus.8, 9, 19

Pada tabel 5.4. dari penelitian yang telah disajikan bahwa semua pasien ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014 melakukan konseling VCT , yang meliputi testing HIV dan post – test HIV sebanyak 41 orang (100%). Hal ini mungkin dapat terjadi karena pelayanan kesehatan tidak menawarkan ataupun pasien tidak mendapat informasi lebih banyak tentang HIV dan konseling HIV. Padahal VCT sendiri termasuk ke dalam fasilitas Antenatal Care dimana semua perempuan harus menerima informasi mengenainya.19 Selain itu diantara perempuan yang datang ke pusat kesehatan untuk perawatan antenatal, hanya 64 % yang datang kembali untuk mengambil hasil mereka.10, 11 Padahal manfaat dari konseling ini adalah membantu perempuan, ibu hamil dan pasangannya penjelasan yang benar mengenai HIV dan AIDS, bagaimana cara mencegah penularan, penanganan dan dukungan moril bagi ODHA dan lingkungannya.19

Pada tabel 5.5. dari penelitian ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2012-2014, diketahui semua pasien HIV dan AIDS yang mengikuti program PPIA paling banyak tidak tercatat pada usia kehamilannya (51,1%). Diikuti oleh kelompok usia kehamilan 28 – 30 minggu sebanyak 48,9%. Data yang tersedia menunjukkan bahwa pemberian ARV kepada ibu selama hamil dan dilanjutkan selama menyusui adalah intervensi PPIA yang paling efektif untuk kesehatan ibu dan juga mampu mengurangi risiko penularan HIV dan kematian bayi.7, 8


(28)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan tujuan dan hasil penellitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Jumlah ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014adalah 47 orang. Dan terjadi fluktuasidalamjumlah dari tahun ke tahun.

2. Pada kasus ini semua ibu mendapatkan testing HIV dan konseling post test. 3. Kelompok usia penderita HIV pada kehamilan di RSUP H. Adam Malik

Medan yang paling banyak adalah kategori usia 26 – 30 tahun. Dan termasukkelompokusiareproduktif.

4. Pekerjaan ibu hamil denganHIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan banyak tidak tercatat di ikuti oleh kelompok ibu rumah tangga. 5. Pekerjaan suami dar iibu hamil dengan HIV dan AIDS diketahui paling banyak

tidak tercatat di ikuti kelompok yang bekerja sebagai wiraswasta.

6. Status dariibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012 – 2014diketahui paling banyaksudahmenikah. 7. Tempat tinggal dari ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP

H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014, lebih banyak ditemukan pada ibu yang berada di daerah kota Medan.

8. Ibu hamil dengan HIV dan AIDS yang bersalin di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012-2014semuanyasudahmenerima ARV profilaksis.

9. Usia kehamila ibu hamil dengan HIV dan AIDS saat mengikuti program PPIA paling banyak tidak tercatat disusul kelompok dengan usia kehamilan 28-40 minggu atau pada trimester ketiga.


(29)

6.2. Saran

Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Dokter, perawat dan tenaga medis lainnya sebaiknya melakukan penyuluhan mengenai reproduksi seksual dan juga penyakit infeksi seksual kepada remaja ataupun masyarakat. Untuk mencegah terjadinya peningkatan kasus HIV dan AIDS di Indonesia.

2. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya sampel yang diambil lebih banyak, waktu lebih lama dan penelitiannya dapat dilakukan dibeberapa tempat agar dapat mewakili data di medan.

3. Masyarakatuntukmenghindarimelakukanseksbebas yang tidakaman. Dan bila mencurigai kemungkinan tertular sebaiknya segera melakukan konsultasi kedokter

4. Petugas rumah sakit dan kesehatan sebaiknya dalam melakukan tindakan medis hendaknya mencantumkan keterangan secara lengkap di rekam medis dan melakukan penyimpanan rekam medis dengan sebaik-baiknya. 5. Rumah Sakit sebaiknya melakukan pengkodean rekam medis lebih baik

lagi sehingga tidak menyulitkan orang-orang yang ingin mengambil rekam medis dan melakukan penelitian.

6. Orang dengan HIVdanAIDS (ODHA) sebaiknya melakukan konsultasi dengan klinik rujukan khusus ODHA di daerah mereka untuk melakukan pencegahan penularan penyakitnya kepada orang lain ataupun kepada anak yang akan dikandungnya nanti.


(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Persalinan

2.1.1. Defenisi Persalinan

Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan (37-42 minggu diukur dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari), disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu.13,14

2.1.2. Jenis-jenis Persalinan

1. Persalinan Spontan

Bila persalinan ini berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan Buatan

Bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan operasi Sectio Caesaria

3. Persalinan Anjuran

Pada umumnya persalinan terjadi bila bayi sudah cukup besar untuk berada diluar, tetapi tidak sedemikian besarnya sehingga menimbulkan kesulitan dalam persalinan. Kadang-kadang persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau prostaglandin.13,14

2.1.3. Tahapan persalinan

1. Kala I

Pada kala 1 pembukaan his belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak seberapa mengganggu ibu sehingga ia sering masih dapat berjalan. Lambat laun his akan menjadi kuat dimana interval menjadi lebih pendek, kontraksi lebih kuat dan lebih lama. Lamanya kala I untuk primigravida adalah 12 jam dan untuk multigravida adalah 8 jam.

Kala I dapat dibagi menjadi 2:

- Fase laten: pembukaan serviks 1 hingga 3 cm, sekitar 8 jam.


(31)

- Fase aktif: pembukaan serviks 4 hingga lengkap (10 cm), sekitar 6 jam. Untuk mengetahui apakah persalinan dalam kala I maju sebagaimana mestinya sebagai pegangan kita ambil:Kemajuan pembukaan 1 cm dalam 1 jam bagi primigravida dan 2 cm dalam 1 jam bagi multigravida.13,15

Tabel 2.1. Penilaian dan intervensi selama kala I 15

Parameter Frekuensi pada kala I laten

Frekuensi pada kala I aktif

Tekanan darah Tiap 4 jam Tiap 4 jam

Suhu Tiap 4 jam Tiap 2 jam

Nadi Tiap 30-60 menit Tiap 30-60 menit

Denyut jantung janin Tiap 1 jam Tiap 30 menit Kontraksi Tiap 1 jam Tiap 30 menit

Pembukaan serviks Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*

Penurunan kepala Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*

Warna cairan amnion Tiap 4 jam* Tiap 4 jam*

*Dinilai pada setiap pemeriksaan dalam

2. Kala II

Pembukaan lengkap sampai bayi lahir, 1 jam pada primigravida, 2 jam pada multigravida.

13,14,15

Gejala-gejala kala II ialah:

- His menjadi lebih kuat, kontraksinya selama 50-100 detik, datangnya tiap 2-3 menit. Ketuban biasanya pecah dalam kala ini dan ditandai dengan keluarnya cairan yang kekuning-kuningan secara sekonyong-konyong dan banyak. Ada kalanya ketuban pecah dalam kala I dan malahan selaput janin dapat robek sebelum persalinan dimulai.


(32)

- Pasien mulai mengejan

- Pada akhir kala II sebagai tanda bahwa kepala sudah sampai di dasar panggul perineum menonjol , vulva menganga dan rektum terbuka.

- Di puncak his, bagian kecil dari kepala nampak dalam vulva, tetapi hilang lagi waktu his terhenti

- Pada his berikutnya bagian kepala yang nampak lebih besar lagi, tetapi surut kembali kala his berhenti. Kejadian ini disebut : *kepala membuka pintu*

Maju dan surutnya kepala berlangsung terus, sampai lingkaran terbesar dari kepala terpegang oleh vulva sehingga tak dapat mundur lagi.Pada saat ini tonjolan tulang ubun-ubun telah lahir dan subocciput ada dibawah simfisis.Pada saat ini pada primigravida, perineum biasanya tak dapat menahan regangan yang kuat ini sehingga robek pada pinggir depannya. Setelah kepala lahir, ia jatuh kebawah dan kemudian terjadi putaran paksi luar, sehingga kepala melintang.

Sekarang vulva menekan pada leher dan dada tertekan oleh jalan lahir sehingga dari hidung anak keluar lendir dan cairan. Pada his berikutnya bahu lahir, bahu belakang dulu kemudian bahu depan, disusul oleh seluruh badan anak dengan fleksi lateral, sesuai dengan paksi jalan lahir. Sesudah anak lahir, sering keluar sisa air ketuban, yang tidak keluar waktu ketuban pecah, kadang-kadang bercampur darah. Lamanya kala II pada primigravida ± 50 menit pada multigravida ± 20 menit.13-15

3. Kala III

Setelah anak lahir his berhenti sebentar, tetapi setelah beberapa menit timbul lagi.His ini dinamakan his pelepasan uri yang melepaskan uri sehingga terletak pada segmen bawah rahim atau bagian atas dari vagina. Setelahanak lahir uterus teraba sebagai tumor yang keras, segmen atas lebar karena mengandung plasenta, fundus uteri teraba sedikit diatas pusat.Kalau plasenta telah lepas bentuknya menjadi bundar dan tetap bundar sehingga perubahan bentuk ini dapat diambil sebagai tanda pelepasan plasenta.


(33)

Jika keadaan dibiarkan, maka setelah plasenta lepas fundus uteri naik sedikit hingga setinggi pusat atau lebih dan bagian tali pusat diluar vulva menjadi lebih panjang. Naiknya fundus uteri disebabkan karena plasenta jatuh dalam segmen bawah rahim atau bagian atas vagina dan dengan demikian mengangkat uterus yang berkontraksi; dengan sendirinya dengan lepasnya plasenta bagian tali pusat yang lahir menjadi lebih panjang. Lama kala uri ± 8,5 menit, dan pelepasan plasenta hanya memakan waktu 2-3 menit.13,14,15

4. Lamanya persalinan

Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan multigravida. Tabel 2.2. Tahapan persalinan primigravida dan multigravida Tahapan Persalinan Primigravida Multigravida

Kala I 12,5 jam 7 jam 20 menit

Kala II 80 menit 30 menit

Kala III 10 menit 10 menit

Persalinan 14 jam 8 jam

2.2. HIVdan AIDS

2.2.1. Dasar Virologi HIV( Struktur Genomik)

Acquaired immune deficiency syndrome (AIDS) disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV).HIV-1 adalah virus HIVyang pertama diidentifikasikan oleh Luc Montainer di Institut Pasteur, Paris, tahun 1983.Karakteristik virus sepenuhnya diketahui oleh Robert Gallo di Washington dan Jay levy di San Francisco, tahun 1984.HIV-2 berhasil diisolasi dari pasien di Afrika Barat pada tahun 1986.5Secara struktural morfologinya, bentuk HIV terdiri atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-melebar.Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIVmempunyai 3 gen yang merupakan komponen fungsional dan struktural. Tiga gen tersebut yaitu gag, pol dan env.Grup antigen (gag), polymerase (pol) dan envelope (env). Gen gag mengkode protein inti. Gen pol mengkode enzim reverse transcriptase, protease dan integrase. Gen env mengkode komponen struktural HIVyang dikenal dengan glikoprotein. Gen lain yang


(34)

ada dan juga penting dalam replikasi virus adalah rev, nef, vpu, vpr.2Pemeriksaan dengan mikroskop elektron memperlihatkan bahwa HIVmemiliki banyak tonjolan eksternal yang dibentuk oleh dua protein utama envelope virus, gp120 di sebelah luar dan gp41 yang terletak di transmembran.gp120 memiliki afinitas tinggi terutama region V3 terhadap reseptor CD4 sehingga bertanggung jawab pada awal interaksi dengan sel target. Sedangkan gp41 bertanggung jawab dalam proses internalisasi atau adsorbsi.HIVadalah kasus virus sitopatik diklasifikasikan dalam family Retroviridae, subfamily Lentivirinae, genus lentivirus. Berdasarkan strukturnya HIVtermasuk famili retrovirus, termasuk virus RNA dengan berat molekul 9,7 kb. RNA diliputi oleh kapsul berbentuk kerucut terdiri atas sekitar 2000 kopi p24 proteinvirus.Dikelilingi oleh kapsid selubung virus (envelope).Selubung virus terdiri atas dua lapis membrane lipid.Masing-masing subunit selubung virus terdiri atas dua non-kovalen rangkaian protein membran glycoprotein 120 (gp 120), protein membran luar, dan glycoprotein 41 (gp41).5

Gambar 2.1. Struktur HIV 18


(35)

2.2.2 Siklus Hidup HIV

Didalam siklus hidup HIV, rangkaian asam nukleat berperan pada fungsi intrinsik.Asam nukleat merupakan zat kimia yang bertanggung jawab atas penyimpanan danpenyampaian semua informasi genetik yang yang diperlukan guna perencanaan pembentukan fungsi sel. Asam nukleat terbentuk dari nitrogen yang mengandung basa (purin dan pirimidin), gula (deoksiribosa), dan asam fosfat.Asam nukleat yang mengandung deoksiribosa disebut asam deoksiribonukleat atau DNA.Yang mengandung ribose disebut asam ribonukleat atau RNA.DNA berperan membawa informasi genetik untuk sintesis protein.RNA, termasuk mRNA (messenger RNA), tRNA (transfer RNA), dan rRNA (ribosomal RNA) yang bertugas melaksanakan instruksi yang dibawa DNA.5

Sel pejamu yang terinfeksi oleh HIVmemiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti HIVsecara terus-menerus menggunakan sel pejamu baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10 miliar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIVakan tertangkap oleh sel dendrit pada membran mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang terinfeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah perifer selama 5 hari setelah paparan,dimana replikasi virus menjadi semakin cepat. Siklus hidup HIVdapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu:

- Masuk dan mengikat. - Reverse transcriptase - Replikasi

- Budding. - Maturasi.2 2.2.3 Tipe HIV

Ada 2 Tipe HIVyang dapat menyebabkan AIDS. HIV-1 dan HIV-2.HIV-1 bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat.Berbagai macam subtipe dari HIV-1 telah ditemukan dalam area geografis yang spesifik dan kelompok spesifik resiko


(36)

tinggi.Individu dapat terinfeksi oleh subtipe yang berbeda. Berikut adalah subtipe HIV-1 dan distribusi geografisnya:

Subtipe A: Afrika Tengah

Subtipe B : Amerika Selatan, Brazil, USA, dan Thailand Subtipe C : Brazil, India dan Afrika Selatan

Subtipe D : Afrika Tengah

Subtipe E : Thailand, Afrika Tengah Subtipe F : Brazil, Rumania, Zaire Subtipe G : Zaire, Gabon, Thailand Subtipe H : Zaire, Gabon

Subtipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIVbaru diseluruh dunia.

2.2.4 Perjalanan Penyakit HIV

Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIVsampai tahapAIDS, sejalan dengan penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran penyakit yang kronis.Penurunan imunitas biasanya diikuti dengan peningkatan resiko dan derajat keparahan infeksi oportunistik serta penyakit keganasan. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hampir 100% pasien HIVmenunjukkan gejala AIDS sesudah 13 tahun. Perjalanan klinis HIVdan AIDS digambarkan sebagai berikut :

Dalam tubuh ODHA, partikel virus akan bergabung dengan DNA sel pasien, sehingga orang yang terinfeksi HIVseusia hidup akan tetap terinfeksi. Sebagian pasien memperlihatkan gejala tidak khas infeksi seperti demam, nyeri menelan, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam, diare, atau batuk pada 3-6 minggu setelah infeksi.Kondisi ini dikenal dengan infeksi primer.

Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu dimana HIVpertama kali masuk ke dalam tubuh. Pada fase awal proses infeksi (imunokompeten) akan terjadi respon


(37)

imun berupa peningkatan aktivasi imun, yaitu pada tingkat seluler (HLA-DR; sel T; IL-2R); serum atau humoral (beta-2 mikroglobulin,neopterin,CD8, IL-R) dan antibodi upregulation (gp 120, anti p24; IgA). Induksi sel T helper dan sel-sel lain diperlukan untuk mempertahankan fungsi sel-sel faktor sistem imun agar tetap berfungsi dengan baik. Infeksi HIVakan menghancurkan sel-sel T, sehingga T-helper tidak dapat memberikan induksi kepada sel-sel efektor sistem imun. Dengan tidak adanya T-helper, sel-sel efektor sistem imun seperti T8 sitotoksik, sel NK, monosit dan sel B tidak dapat berfungsi dengan baik.Daya tahan tubuh menurun sehingga pasien jatuh ke dalam stadium lebih lanjut. Saat ini darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat tinggi, yang berarti banyak virus lain dalam darah. Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta.Orang dewasa yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom retroviral akut ini meliputi: panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat di malam hari, kehilangan berat badan dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa hari dan sering salah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononukleosis.

Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan cepat. Target virus ini adalah limfosit CD4+ pada nodus limfa dan thymus selama waktu tersebut, yang membuat individu yang terinfeksi HIVakan mungkin terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan thymus untuk memproduksi limfosit T. Tes antibodi HIVmenggunakan enzym linked imunoabsorbent assay (ELISA) yang akan menunjukkan hasil positif.Setelah infeksi akut, dimulailah infeksi HIVasimptomatik (tanpa gejala).Masa tanpa gejala ini bisa berlangsung selama 8-10 tahun.Tetapi ada sekelompok orang yang perjalanan penyakitnya sangat cepat, hanya sekitar 2 tahun, dan ada pula yg perjalanannyasangatlambat.Seiring dengan memburuknya kekebalan tubuh, ODHA mulai menampakkan gejala akibat infeksi oportunistik (penurunan berat badan, demam lama, pembesaran kelenjar getah bening, diare, tuberkulosis, infeksi jamur, herpes, dan lain-lain.


(38)

Pada fase ini disebut dengan imunodefisiensi, dalam serum pasien yang terinfeksi HIVditemukan adanya faktor supresif berupa antibodi terhadap poliferasi sel T. Adanya supresif pada proliferasi sel T tersebut dapatmenekansintesisdansekresilimfokin.Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkoba.Lamanya penggunaan jarum suntik berbanding lurus dengan infeksi pneumonia dan tuberkulosis. Infeksi oleh kuman lain akan membuat HIV membelah lebih cepat. Selain itu dapat mengakibatkan reaktivasi virus di dalam limfosit T sehingga perjalanan penyakit bisa lebih progresif.

1. Stadium pertama: HIV

Infeksi dimulai dengan masuknya HIVdan diikuti terjadinya perubahan serologis kita antibodi terhadap virus tersebut berubah dari negatif menjadi positif.Rentang waktu sejak HIVmasuk ke dalam tubuh sampai tes antibodi terhadap HIVmenjadi positif disebut window period.Lama window period antara satu sampai tiga bulan, bahkan ada yang dapat berlangsung sampai enam bulan.

2. Stadium kedua: Asimptomatik (tanpa gejala)

Asimptomatik berarti bahwa di dalam organ tubuh terdapat HIVtetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala.Keadaan ini dapat berlangsung rerata selama 5-10 tahun. Cairan tubuh pasien HIV/AIDS yang tampak sehat ini sudah dapat menularkan HIVkepada orang lain.

3. Stadium ketiga : pembesaran kelenjar getah bening secara menetap dan merata (Persistent Generalized Lymphadenopathy), tidak hanya muncul pada satu tempat saja, dan berlangsung lebih dari satu bulan.

4. Stadium keempat : AIDS

Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit saraf dan penyakit infeksi sekunder.2


(39)

2.2.5 Diagnostik Infeksi HIV&AIDS

Algoritma standar (tahapan prosedur) dalam pemeriksaan HIV mencakup:

1. Skrining awal menggunakan enzyme immunoabsorbent assay (EIA) berlisensi FDA yang sensitif, dilanjutkan dengan

2. Konfirmasi dengan uji Western blot berlisensi FDA yang spesifik.

Pemeriksaan awal untuk skrining status antibodiHIVpada orang dewasa adalah EIA.EIA mendeteksi antibodi yang diproduksi sebagai respons terhadap HIV.Infeksi HIVmenimbulkan reaksi dalam EIA; oleh sebab itu, hasil positif disebut reaktif.EIA sensitif karena mendeteksi hampir semua darah yang mengandung antibodiHIV(uji positif sejati), namun EIA tidak spesifik.EIA terkadang memberikan hasil positif-palsu.

Hasil positif palsu pada EIA dapat disebabkan oleh kondisi berikut:  Kontaminasi dalam laboratorium

 Kehamilan kembar

 Reaktivitas silang dengan retrovirus lain

 Riwayat penggunaan obat suntik

 Hemofilia

 Alkoholisme disertai hepatitis

 Hemodialisis

Hasil negatif palsu jarang dihasilkan oleh EIA.Hasil negatif palsu dapat terjadi pada fase awal infeksi HIVatau pada fase akhir infeksi HIV.Pada fase awal, terdapat interval ketika pemeriksaan dapat menjadi negatif karena pasien belum memproduksi antibodimelawan HIV.Walaupun EIA awal mungkin reaktif, hasil ini tidak boleh dianggap sebagai uji positif sampai EIA lain diulang pada sampel darah yang sama. Jika dua kali pemeriksaan adalah reaktif, pemeriksaan dilaporkan sebagai reaktif berulang dan hasil ditegaskan dengan menggunakan pemeriksaan antibodi kedua yang lebih spesifik disebut Western blot.Western blot tidak digunakan sebagai pemeriksaan skrining awal karena mahal dan lama.Western blot adalah prosedur


(40)

imunoelektroforesis yang mengidentifikasikan antibodi hingga sembilan protein virus yang spesifik. Hasil uji Western blot dilaporkan sebagai positif sejati atau samar.

Hasil positif sejati menunjukkan bahwa serum antibodiHIVpositif bereaksi dengan sembilan antigen virus. Hal ini berarti bahwa pasien terinfeksi HIV.

 Hasil samar menunjukkan bahwa antibodi yang melawan antigen virus tidak cukup untuk dapat dideteksi. Pemeriksaan sebaiknya diulang dalam 1 bulan.

 Jika hasil pemeriksaan samar, dapat berarti bahwa pemeriksaan terlalu cepat dilakukan untuk dapat mendeteksi antibodiHIVatau darah telah memproduksi sesuatu yang menimbulkan reaksi terhadap pemeriksaan.

 Apabila hasil pemeriksaan tetap samar selama 6 bulan atau lebih, kondisi ini disebut samar yang stabil. Jika hasil tetap samar yang stabil selama 6 bulan atau lebih, pasien dianggap tidak terinfeksi kecuali kondisi klinis HIV muncul.

Pemeriksaan tambahan lain yang tidak lazim digunakan meliputi :  P24 antigen assay HIV-1

Viral load assay

 Kultur virus

Polymerase chain reaction (PCR)

Infeksi HIVselama kehamilan biasanya dapat didiagnosis menggunakan algoritma standar yang terdiri atas EIA dan Western blot.Karena beberapa keluhan dan masalah umum yang terkait kehamilan serupa dengan keluhan dan masalah umum yang timbul pada fase awal infeksi HIV, diagnosis banding yang akurat mungkin sulit untuk didapatkan sehingga, diagnosis HIVtertunda.8

2.2.6. Penularan HIVSecara Vertikal

Penularan HIVsecara vertikal terjadi saat virus yang berasal dari ibu ditularkan ke bayinya selama periode perinatal.Penularan dapat terjadi selama periode antepartum, intrapartum, atau pascapartum. HIVtelah diisolasi dari berbagai sumber (embrio pada awal kehamilan, darah, air susu ibu, cairan amnion, darah tali pusat, dan plasenta), yang mengindikasikan beragam rute penularan ke janin atau bayi baru lahir yang potensial. Virus diisolasi didalam tubuh janin berusia 13 sampai 20 minggu,


(41)

namun penularan umumnya diyakini paling sering terjadi pada akhir kehamilan. Pada populasi yang tidak menyusui, penularan antepartum menyebabkan infeksi sebanyak 25% sampai 40%, dan penularan intrapartum menyebabkan infeksi HIVsebanyak 60% hingga 75%. Pada populasi dengan pemberian ASI, penularan antepartum menyebabkan infeksi sebanyak 20 sampai 25%, penularan intrapartum mengakibatkan infeksi sebanyak 60% hingga 70%, dan penularan pascapartum menyebabkan infeksi sebanyak 10% hingga 15%.

Penularan antepartum kemungkinan besar terjadi melalui penularan HIV transplasenta.Salah satu contoh adalah ketika HIVditularkan setelah timbul gangguan pada plasenta, seperti pada abrupsio plasenta atau selama amniosintesis.Penularan intrapartum dapat terjadi melalui transfusi darah ibu-janin selama persalinan dan melalui kontak bayi dengan darah yang terinfeksi atau sekresi maternal lain selama pelahiran. Penularan pascapartum dapat terjadi melalui inokulasi jika bayi disuntik sebelum sekresi maternal dikeluarkan dari tubuhnya, atau melalui proses menyusui karena pemajanan mulut dan saluran cerna bayi dalam waktu lama terhadap ASI yang terinfeksi.8

2.2.7. Faktor Resiko Penularan HIVdari Ibu ke Bayi 1. Selama Kehamilan

Tingginya muatan virus (viral load) ibu

Muatan virus yang tinggi merupakan faktor utama yang mempengaruhi resiko penularan HIVdari ibu ke bayi.Namun meskipun diketahui selama kehamilan, bayi mungkin tertular HIVdari ibunya yang memiliki viral load yang tinggi.Selain itu, ibu juga memilki masa jendela (window period) selama 6 bulan setelah ibu terinfeksi HIV.Pada masa ini HIV telah ada dalam tubuhnya, tetapi tubuh belum membentuk antibodi tehadap HIV sehingga hasilnya adalah negatif palsu.

 Infeksi plasenta (virus,bakteri,parasit)

Tidak semua bayi yang dikandung oleh ibu yang positif terinfeksi HIVakan terinfeksi HIVjuga seperti ibunya. Karena ada plasenta yang melindungi janin dari infeksi HIV. Plasenta akan memisahkan sirkulasi darah janin dan ibu melalui beberapa lapisan


(42)

selnya. Oksigen, makanan, antibodi dan obat-obatan dapat menembus plasenta, namun HIVbiasanya tidak dapat menembusnya.Kekuatan plasenta dalam melindungi janin terhadap infeksi HIVmengalami gangguan bila ada infeksi serta daya tahan tubuh ibu yang sangat rendah. Hal ini akan menyebabkan virus HIV dapat menembus plasenta, sehingga terjadi resiko penularan terhadap bayi. Infeksi parasit seperti malaria juga dapat merusak plasenta sehingga memudahkan virus HIVmenembus plasenta untuk menginfeksi bayi.

 Ibu memiliki infeksi menular seksual

Bila menderita infeksi pada saluran reproduksinya maka kadar HIVibu akan meningkat sehingga resiko penularan HIVke bayi akan meningkat.

 Ibu menderita kekurangan gizi

Bila ibu memiliki berat badan rendah selama kehamilan serta kekurangan mikronutrisi (vitamin, mineral, zat logam), maka resiko terkena penyakit infeksi juga meningkat.

2. Selama Persalinan

Tingginya muatan virus (viral load) ibu

Jumlah virus dalam tubuh ibu yang sangat tinggi akan meningkatkan resiko penularan HIVpada bayi selama persalinan.

 Ibu mengalami pecah ketuban dini

Ketuban pecah lebih dari 4 jam sebelum persalinan akan meningkatkan resiko penularan sampai 2 kali lipat bila dibandingkan bila ketuban pecah kurang dari 4 jam sebelum persalinan. Hal ini disebabkan karena proses persalinan yang berlangsung lama, dapat meningkatkan kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.

 Persalinan yang invasif

Persalinan yang menggunakan tindakan medis secara invasif seperti penggunaan elektroda pada kepala janin, penggunaan vakum atau forceps dan episiotomy dapat meningkatkan resiko penularan HIVdari ibu ke bayi selama proses persalinan.

 Khorioamnionitis

Ibu yang memiliki khorioamnionitis yang disebabkan karena penyakit Infeksi Menular Seksual, yang tidak diobati atau infeksi lainnya, juga meningkatkan resiko penularan HIVdari ibu ke bayi.


(43)

3. Selama Menyusui ASI

Ibu baru terinfeksi HIV

Ibu yang baru terinfeksi HIVmudah menularkan HIVke bayinya.

 Durasi menyusui yang lama

Ibu yang memberikan ASI dalam periode waktu yang lama dapat menyebabkan bayi tertular HIVdari ibu.Hal ini disebabkan karena ASI dari ibu yang terinfeksi HIVterbukti mengandung HIV, meskipun konsentrasinya lebih rendah dari yang ditemukan di darah.

 Pemberian makanan campuran pada tahap lama

Pemberian makanan campuran (mixed feeding) yaitu pemberian ASI yang diberikan bersamaan susu formula dan makanan padat lainnya berkemungkinan dapat menyebabkan bayi memiliki resiko terinfeksi HIV lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang diberikan susu formula saja atau ASI eksklusif. Hal ini diperkirakan karena air dan makanan padat yang kurang bersih (terkontaminasi) dapat merusak usus bayi yang mendapatkan makanan campuran pada tahap awal ini, sehingga HIVdari ASI dapat merusak tubuh bayi.

 Ibu mengalami mastitis atau abses pada payudara

Ibu yang memiliki masalah pada payudara, seperti mastitis, abses, infeksi pada putting susu, luka pada puting susu, maupun puting susu yang retak dapat menambah resiko penularan HIVdari ibu ke bayi.

 Penyakit mulut pada bayi

Bayi yang memiliki luka atau lesi di mulutnya memiliki resiko tertular HIVlebih besar pada saat diberikan ASI, terutama pada bayi yang berusia dibawah 6 bulan.19

2.2.8. Pencegahan Penularan HIV Perinatal

Pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak dilaksanakan melalui kegiatan komprehensif yang meliputi empat pilar (4 prong), yaitu:

1. Pencegahan penularan HIVpada perempuan usia reproduksi (15-49 tahun) 2. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan HIVpositif


(44)

3. Pencegahan penularan HIVdari ibu hamil ke bayi yang dikandungnya

4. Dukungan psikologis, sosial, dan perawatan kesehatan selanjutnya kepada ibu yang terinfeksi HIV dan bayi serta keluarganya

A. Prong 1: Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduksi

Langkah dini yang paling efektif untuk mencegah terjadinya penularan HIVpadaanak adalah dengan mencegah penularan HIVpada perempuan usia reproduksi 15-49 tahun (pencegahan primer). Pencegahan primer bertujuan mencegah penularan HIVdari ibu ke anak secara dini, yaitu baik sebelum terjadinya perilaku hubungan seksual berisiko atau bila terjadi perilaku seksual berisiko maka penularan masih bisa dicegah, termasuk mencegah ibu dan ibu hamil agar tidak tertular oleh pasangannya yang terinfeksi HIV. Upaya pencegahan ini tentunya harus dilakukan dengan penyuluhan dan penjelasan yang benar terkait penyakit HIV dan AIDS, dan penyakit IMS dan didalam koridor kesehatan reproduksi. Isi pesan yang disampaikan tentunya harus memperhatikan usia, norma, dan adat istiadat setempat, sehingga proses edukasi termasuk peningkatan pengetahuan komprehensif terkait HIV dan AIDS dikalangan remaja semakin baik. Untuk menghindari perilaku seksual yang berisiko upaya mencegah penularan HIVmenggunakan strategi “ABCD”, yaitu: • A (Abstinence), artinya Absen seks atau tidak melakukan hubungan seks bagi orang yang belum menikah;

• B (Be Faithful), artinya Bersikap saling setia kepada satu pasangan seks (tidak berganti-ganti pasangan);

• C (Condom), artinya Cegah penularan HIV melalui hubungan seksual dengan menggunakan kondom;

• D (Drug No), artinya Dilarang menggunakan narkoba.7,20

B. Prong 2: Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakanpada perempuan dengan HIV


(45)

Perempuan dengan HIVberpotensi menularkan virus kepada bayi yang dikandungnyajika hamil.Karena itu,ODHAperempuan disarankan untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Konseling yang berkualitas,penggunaanalat kontrasepsi yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIVbukan merupakan indikasi aborsi. • Perempuan dengan HIVyang tidak ingin hamil dapat menggunakan kontrasepsiyang sesuai dengan kondisinya dan disertai penggunaan kondom untuk mencegahpenularan HIVdan IMS.

• Perempuan dengan HIVyang memutuskan untuk tidak mempunyai anak lagidisarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan tetap menggunakankondom.

Kontrasepsi untuk perempuan yang terinfeksi HIV:

• Menunda kehamilan: kontrasepsi jangka panjang + kondom • Tidak mau punya anak lagi: kontrasepsi mantap + kondom

Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIVdan intervensi PPIA, ibu dengan HIVdapatmerencanakan kehamilannya dan diupayakan agar bayinya tidak terinfeksi HIV.Petugaskesehatan harus memberikan informasi yang lengkap tentang berbagai kemungkinanyang dapat terjadi, terkait kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak terinfeksi HIV. Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa perempuan dengan HIVyang belum terindikasi untuk terapi ARV bila memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seusia hidupnya. Jika ibu sudah mendapatkan terapi ARV, jumlah virus HIVdi tubuhnya menjadi sangat rendah (tidak terdeteksi), sehingga risiko penularan HIVdari ibu ke anak menjadi kecil, artinya, ia mempunyai peluang besar untuk memiliki anak HIVnegatif. Ibu dengan HIVberhak menentukan


(46)

keputusannya sendiri atau setelah berdiskusi dengan pasangan, suami atau keluarganya. Perlu selalu diingatkanwalau ibu atau pasangannya sudah mendapatkan ARV demikian penggunaan kondom harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan penularan HIV pada pasangannya.7

C. Prong 3: Pencegahan penularan HIVdari ibu hamil dengan HIVke bayi yang dikandungnya

Strategi pencegahan penularan HIVpada ibu hamil yang telah terinfeksi HIVini merupakan inti dari kegiatan Pencegahan Penularan HIVdari Ibu ke Anak. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak yang komprehensif mencakup kegiatan sebagai berikut: 1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV;

2. Diagnosis HIV

3. Pemberian terapi antiretroviral; 4. Persalinan yang aman;

5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi dan anak; 6. Menunda dan mengatur kehamilan;

7. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak; 8. Pemeriksaan diagnostik HIVpada anak.

Semua jenis kegiatan di atas akan mencapai hasil yang efektif jika dijalankan secara berkesinambungan. Kombinasi kegiatan tersebut merupakan strategi yang paling efektif untuk mengidentifikasi perempuan yang terinfeksi HIVserta mengurangi risiko penularan HIVdari ibu ke anak pada periode kehamilan, persalinan dan pasca kelahiran.Pelayanan KIA yang komprehensif meliputi pelayanan pra-persalinan dan pascapra-persalinan,serta layanan kesehatan anak.Konseling dan tes HIVdalam PPIA komprehensif dilakukan melalui pendekatanKonseling dan Tes atas Inisiasi Petugas Kesehatan (KTIP), yang merupakan komponen penting dalam upaya pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk membuat keputusan klinis danatau menentukan pelayanan medis khusus yang tidak mungkin dilaksanakan tanpa mengetahui status HIVseseorang,seperti pada saat


(47)

pemberian ARV.Apabila seseorang yang datang ke layanan kesehatan dan menunjukan adanya gejala yang mengarah ke HIV, tanggung jawab dasar dari petugas kesehatan adalah menawarkan tes dan konseling HIVkepada pasien tersebut sebagai bagian dari tatalaksana klinis.Berbagai bentuk layanan di klinik KIA, seperti imunisasi untuk ibu, pemeriksaan IMS terutama sifilis, pemberian suplemen zat besi dapat meningkatkan status kesehatan semua ibu hamil, termasuk ibu hamil dengan HIV.Hendaknya klinik KIA juga menjangkau dan melayani suami atau pasangannya, sehingga timbul keterlibatan aktif para suami atau pasangannya dalam upaya pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak.Upaya pencegahan IMS, termasuk penggunaan kondom, merupakan bagian pelayanan IMS dan HIVserta diintegrasikan dalam pelayanan KIA.

1. Layanan ANC terpadu termasuk penawaran dan tes HIV

Pelayanan tes HIVmerupakan upaya membuka akses bagi ibu hamil untuk mengetahui status HIV, sehingga dapat melakukan upaya untuk mencegah penularan HIVke bayinya,memperoleh pengobatan ARV sedini mungkin, dukungan psikologis, informasi dan pengetahuan tentang HIV dan AIDS.

2. Diagnosis HIV

Pemeriksaan diagnostik infeksi HIVdapat dilakukan secara virologis (mendeteksiantigen DNA atau RNA) dan serologis (mendeteksi antibodi HIV) pada specimen darah.Pemeriksaan diagnostik infeksi HIVyang dilakukan di Indonesia umumnyaadalah pemeriksaan serologis menggunakan tes cepat (Rapid Test HIV) atau ELISA.Pemeriksaan diagnostik tersebut dilakukan secara serial dengan menggunakan tiga reagen HIVyang berbeda dalam hal preparasi antigen, prinsip tes, dan jenis antigen, yang memenuhi kriteria sensitivitas dan spesifitas.7

3. Pemberian Terapi Antiretroviral

Sampai sekarang belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIVdan AIDS, namun dengan terapi antiretroviral, jumlah virus di dalam tubuh dapat ditekan sangat rendah, sehingga ODHA dapat tetap hidup layaknya orang sehat.


(48)

Terapi ARVbertujuan untuk:

• Mengurangi laju penularan HIVdi masyarakat,

• Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang berhubungan dengan HIV, • Memperbaiki kualitas hidup ODHA,

• Memulihkan dan memelihara fungsi kekebalan tubuh, dan • Menekan replikasi virus secara maksimal.

Cara paling efektif untuk menekan replikasi HIVadalah dengan memulai pengobatan dengan kombinasi ARV yang efektif.Semua obat yang dipakai harus dimulai pada saatyang bersamaan pada pasien baru. Terapi kombinasi ARV harus menggunakan dosisdan jadwal yang tepat.Obat ARV harus diminum terus menerus ODHAsecara teratur untukmenghindari timbulnya resistensi.Diperlukan peran serta aktif pasien dan pendamping atau keluarga dalam terapi ARV.Di samping ARV, timbulnya infeksi oportunistik harus mendapat perhatian dan tatalaksana yang sesuai.Penentuan saat yang tepat untuk memulai terapi obat antiretroviral (ARV) padadewasa didasarkan pada kondisi klinis pasien (stadium klinis WHO) atau hasilpemeriksaan CD4.Namun pada ibu hamil, pasien TB dan penderita Hepatitis B kronikaktif yang terinfeksi HIV, pengobatan ARV dapat dimulai pada stadium klinis apapunatau tanpa menunggu hasil pemeriksaan CD4.Pemeriksaan CD4 tetap diperlukanuntuk pemantauan pengobatan.

Pemberian ARV pada ibu hamil dengan HIVselain dapat mengurangi risiko penularan HIVdari ibu ke anak, adalah untuk mengoptimalkan kondisi kesehatan ibu dengan cara menurunkan kadar HIV serendah mungkin. Pilihan terapi yang direkomendasikan untuk ibu hamil dengan HIVadalah terapi menggunakan kombinasi tiga obat (2 NRTI + 1 NNRTI).Seminimal mungkin hindari triple nuke (3 NRTI).


(49)

Tabel 2.3. Pedoman Tatalaksana dan Pemberian ARV7 Populasi Target Pedoman Tatalaksana dan

Pemberian ARV (2011)

Pasien naiveHIV+ CD4≤350 sel/mm3

asimtomatik

Pasien naiveHIV+ dengan gejala Stadium 2 dengan CD4≤350 sel/mm3 atau

Stadium 3 atau 4 tanpa memandang nilai CD4-nya

Ibu hamil - ARV diberikan mulai pada usia

kehamilan ≥14 minggu,berapa pun stadium klinis dan nilai CD4-nya

- Jika usia kehamilannya <14

minggu namun ada

indikasi,ARV dapat segera diberikan

Data yang tersedia menunjukkan bahwa pemberian ARV kepada ibu selama hamildan dilanjutkan selama menyusui adalah intervensi PPIAyang paling efektif untuk kesehatan ibu dan juga mampu mengurangi risiko penularan HIVdan kematian bayi.

Pemberian ARV disesuaikan dengan kondisi klinis ibu dan mengikuti ketentuan sebagai berikut :

• Ibu hamil merupakan indikasi pemberian ARV.

• Untuk perempuan yang status HIV-nya diketahui sebelum hamilan, dan pasiensudah mendapatkan ART, maka saat hamil ART tetap diteruskan dengan regimenyang sama seperti saat sebelum hamil.

• Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sebelum usia kehamilannya14 minggu, jika ada indikasi dapat diberikan ART. Namun jika tidak ada indikasi,pemberian ART ditunggu hingga usia kehamilannya 14 minggu. Regimen ART yang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.


(50)

• Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui pada usia kehamilan ≥ 14 minggu,segera diberikan ART berapapun nilai CD4 dan stadium klinisnya. Regimen ARTyang diberikan sesuai dengan kondisi klinis ibu.

• Untuk ibu hamil yang status HIV-nya diketahui sesaat menjelang persalinan,segera diberikan ART sesuai kondisi klinis ibu. Pilihan kombinasi regimen ARTsama dengan ibu hamil yang lain.7,16

4. Persalinan aman

Pemilihan persalinan yang aman diputuskan oleh ibu setelah mendapatkan konseling lengkap tentang pilihan persalinan, risiko penularan, dan berdasarkan penilaian dari tenaga kesehatan.Pilihan persalinan meliputi persalinan per vaginam dan per abdominam (bedah sesar atau sectio sesarea).Dalam konseling perlu disampaikan mengenai manfaat terapi ARV sebagai cara terbaik mencegah penularan HIVdari ibu ke anak. Dengan terapi ARV yang sekurangnya dimulai pada minggu ke-14 kehamilan, persalinan per vaginam merupakan persalinan yang aman. Apabila tersedia fasilitas pemeriksaan viral load, dengan viral load< 1.000 kopi/µL, persalinan per vaginam aman untuk dilakukan. Persalinan bedah sesar hanya boleh didasarkan atas indikasi obstetrik atau jika pemberian ARV baru dimulai pada saat usia kehamilan 36 minggu atau lebih, sehingga diperkirakan viral load> 1.000 kopi/µL.

Tabel 2.4. Persyaratan Persalinan Pervaginam dan Perabdominal

Persalinan pervaginam Syarat: Persalinan perabdominam Syarat:

Pemberian ARV mulai pada < 14 minggu (ART> 6 bulan); atau •

VL >1.000 kopi/Μl

- Ada indikasi obstetrik; dan - VL <1.000 kopi/µL atau

- Pemberian ARV dimulai pada usiakehamilan > 36 minggu

Beberapa hasil penelitianmenyimpulkan bahwa bedah sesar akan mengurangiresiko penularan HIVdari ibu ke bayi hingga sebesar 2%–4%, namun perludipertimbangkan:


(51)

a. Faktor keamanan ibu pasca bedah sesar. Sebuah penelitian menyebutkan bahwakomplikasi minor dari operasi bedah sesar seperti endometritis, infeksi luka dan infeksi saluran kemih lebih banyak terjadi pada ODHA dibandingkan non-ODHA.

Namun tidak terdapat perbedaan bermakna antara ODHA dan bukan ODHA terhadap risiko terjadinya komplikasi mayor seperti pneumonia, efusi pleura ataupun sepsis. b. Fasilitas pelayanan kesehatan dan akses ke pelayanan kesehatan, apakah memungkinkan untuk dilakukan bedah sesar atau tidak.

c. Biaya bedah sesar yang relatif mahal.7-9

5. Tatalaksana pemberian makanan bagi bayi/anak

Pemilihan makanan bayi harus didahului dengan konseling tentang risiko penularan HIVmelalui ASI.Konseling diberikan sejak perawatan antenatal atau sebelum persalinan.Pengambilan keputusan oleh ibu dilakukan setelah mendapat informasi secara lengkap.Pilihan apapun yang diambil oleh ibu harus didukung. Ibu dengan HIV yang sudah dalam terapi ARV memiliki kadar HIVsangat rendah,sehingga aman untuk menyusui bayinya.World Health Organization (WHO) merekomendasikan pemberian ASI eksklusifselama 6 bulan untuk bayi lahir dari ibu yang HIVdan sudah dalam terapi ARV untuk kelangsungan hidup anak (HIV-free and child survival). Eksklusif ART-nya hanya diberikan ASI saja, tidak boleh dicampur dengan susu lain (mixed feeding). Setelah bayi berusia 6 bulan pemberian ASI dapat diteruskan hingga bayi berusia 12 bulan, disertai dengan pemberian makanan padat.Bila ibu tidak dapat memberikan ASI eksklusif, maka ASI harus dihentikan dan digantikan dengan susu formula untuk menghindari mixed feeding.7,17,20

6.Mengatur kehamilan dan Keluarga Berencana

Seperti telah disebutkan pada Prong 2, semua jenis kontrasepsi yang dipilih oleh ibu dengan HIVharus selalu disertai penggunaan kondom untuk mencegah IMS dan HIV.Kontrasepsi pada ibu atau perempuan HIVpositif :


(52)

• Ibu yang ingin menunda atau mengatur kehamilan, dapat menggunakan kontrasepsi jangka panjang.

• Ibu yang memutuskan tidak punya anak lagi, dapat memilih kontrasepsi mantap.7,20 7. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada anak

Pemberian profilaksis ARV dimulai hari pertama setelah lahir selama 6 minggu.Obat ARV yang diberikan adalah zidovudine (AZT atau ZDV) 4 mg/kgBB diberikan 2 kali sehari.Selanjutnya anak dapat diberikan kotrimoksazol profilaksis mulai usia 6 minggu dengan dosis4-6 mg/kgbb, satu kali sehari, setiap hari sampai usia 1 tahun atau sampai diagnosis HIVditegakkan.7-9

8. Pemeriksaan diagnostik HIVpada bayi yang lahir dari ibu denganHIV

Penularan HIVpada anak dapat terjadi selama masa kehamilan, saat persalinan, dan menyusui. Antibodi HIVdari ibu dapat berpindah ke bayi melalui plasenta selama kehamilan berada pada darah bayi/anak hingga usia 18 bulan. Penentuan status HIVpada bayi/anak (usia<18 bulan) dari ibu HIVtidak dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan diagnosis HIV(tes antibodi) biasa. Pemeriksaan serologis anti-HIVdanpemeriksaan virologis HIVRNA (PCR) dilakukan setelah usia 18 bulan atau dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan catatan bila hasilnya positif, maka harus diulang setelah usia 18 bulan.Pemeriksaan virologis, seperti HIVDNA (PCR), saat ini sudah ada di Indonesia dan dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis HIVpada anak usia di bawah 18 bulan. Pemeriksaan tersebut harus dilakukan minimal 2 kali dan dapat dimulai ketika bayi berusia 4-6 minggu dan perlu diulang 4 minggu kemudian.Pemeriksaan HIVDNA (PCR) adalah pemeriksaan yang dapat menemukan virus atau partikel virus dalam tubuh bayi dan saat ini sedang dikembangkan di Indonesia untuk diagnosis dini HIV pada bayi (early infant diagnosis, EID).7


(53)

D. Prong 4: Pemberian Dukungan Psikologis, Sosial danPerawatan kepada Ibu dengan HIV beserta Anak dan Keluarganya

Upaya pencegahan penularan HIVdari ibu ke anak tidak berhenti setelah ibu melahirkan.Ibu akan hidup dengan HIVdi tubuhnya. Ia membutuhkan dukungan psikologis, social dan perawatan sepanjang waktu. Hal ini terutama karena si ibu akan menghadapi masalah stigma dan diskriminasi masyarakat terhadap ODHA. Faktor kerahasiaanstatus HIVibu sangat penting dijaga.Dukungan juga harus diberikan kepada anak dankeluarganya.7


(54)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Human Immunodefficiency Virus atau HIV adalah sejenis virus yang menyerang atau menginfeksi sel darah putih yang membuat sistem pertahanan tubuh manusia menjadi lemah, terutama jika ditambah dengan stress psikososial-spiritual yang berkepanjangan yang akan mempercepat terjadinya AIDS dan meningkatkan angka kematian.1,2

Acquired Immune Defficiency Syndrome atau AIDS adalah sekumpulan gejala penyakit yang timbul karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV. Di seluruh dunia pada tahun 2013 ada 35 juta orang hidup dengan HIV yang meliputi 16 juta perempuan dan 3,2 juta anak berusia <15 tahun. Jumlah kematian akibat AIDS sebanyak 1,5 juta yang terdiri dari 1,3 juta dewasa dan 190.000 anak berusia <15 tahun.1

World Health Organisation (WHO) tahun 2014 melaporkan bahwa HIV saat ini terus menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat dengan jumlah masyarakat yang terkena sekitar 34 juta penduduk.3 Menurut laporan Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2013 mengenai data di daerah Asia dan Pasifik, total penduduk yang hidup dengan HIV dalam 12 negara tersebut sebanyak 4.734.000. Angka kejadian tertinggi terjadi di India (2.100.000) yang mengalami penurunan dibandingkan tahun lalu, begitu juga dengan Thailand (450.000), Vietnam (260.000), Myanmar (200.000) dan China yg tidak mengalami perubahan (780.000). Indonesia sendiri mengalami peningkatan dengan total penduduk 610.000.4 Hal ini bertentangan dengan target pemerintah Indonesia dalam pencapaian MDGs 2014 (Millenium Development Goals) dalam menurunkan penyebaran virus HIV dan AIDS karena dalam 5 tahun terakhir jumlah penderita HIV dan AIDS di Indonesia terus bertambah yang merupakan masalah yang belum terselesaikan bagi pemerintah Republik Indonesia.


(1)

6. Sahabat terdekat saya selama masa perkuliahan ini, Amelia Sefti Lestari, Ira Febrina, dan Rosi Dwika Sari terima kasih yang sebanyak-banyaknya buat segala dukungan, waktu, kebersamaan, dan kesabaran dari awal perkuliahan hingga akhir dari proses pembuatan skripsi ini.

7. Dan kepada keluarga besar Girsang yang sudah mendukung saya dalam perkuliahan saya.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima segala saran dan kritik untuk penulisan selanjutnya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembacanya.

Medan, Desember 2016

Penulis,Vania G.H.Girsang 130100282


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN... ... i

ABSTRAK... ... ii

ABSTRACT... ... iv

KATA PENGANTAR... ... v

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL... ... x

DAFTAR GAMBAR... ... xi

DAFTAR LAMPIRAN... ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.3.1 Tujuan Umum ... 3

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Persalinan ... 6

2.1.1. Defenisi Persalinan ... 6

2.1.2. Jenis-jenis Persalinan ... 6

2.1.3. Tahapan Persalinan ... 6

2.2 HIV dan AIDS ... 10

2.2.1. Dasar Virologi HIV ... 10

2.2.2. Siklus Hidup HIV ... 11

2.2.3. Tipe HIV ... 12

2.2.4. Perjalanan Penyakit HIV ... 13

2.2.5. Diagnostik Infeksi HIV & AIDS ... 15

2.2.6. Penularan HIV Secara Vertikal ... 17

2.2.7. Faktor Resiko Penularan HIV dari Ibu ke Bayi ... 18

2.2.8. Pencegahan Penularan HIV Perinatal... 21

BAB 3 DIAGRAM ALUR PENELITIAN, KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL ... 28

3.1. Diagram Alur Penelitian ... 28

3.2. Kerangka Teori Penelitian ... 29

3.3. Kerangka Konsep Penelitian ... 30 vi


(3)

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 30

4.1. Desain Penelitian ... 30

4.2.Waktu dan Tempat Penelitian ... 30

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

4.3.1 Populasi ... 30

4.3.2 Sampel ... 30

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.6. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 31

4.7. Definisi Operasional ... 31

3.2.1 Definisi ... 31

3.2.2 Alat Ukur ... 31

3.2.3 Cara Ukur ... 31

3.2.4 Skala Pengukuran ... 31

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN... 34

5.1. Hasil Penelitian ... 34

5.1.1.Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

5.1.2.Deskripsi Pusat Pelayanan Khusus Klinik VCT... 34

5.1.3. Deskripsi Karakteristik Individu ... 34

5.1.3.1. Deskripsi sample berdasarkan tahun masuk ... 35

5.1.3.2. Deskripsi sampel berdasarkan sosiodemografi …... 36

5.1.3.3. Deskripsi Sampel Berdasarkan ARV Profilaksis ... 37

5.1.3.4. Deskripsi sampel berdasarkan konseling VCT... 38

5.1.3.5. Deskripsi sampel berdasarkan usia kehamilan ibu saat mengikuti PPIA ………... 39

5.2. Pembahasan ... 40

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

6.1. Kesimpulan ... 44

6.2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 47

LAMPIRAN ……… 49


(4)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1. Penilaian dan intervensi selama kala I 7

Tabel 2.2. Tahapan persalinan primigravida dan multigravida 10

Tabel 2.3. Pedoman tatalaksana dan pemberian ARV 26

Tabel 2.4. Persyaratan persalinan pervaginam dan perabdominal 27

Tabel 4.1. Defenisi Operasional 31

Tabel 5.1. Distribusi jumlah kasus HIV dan AIDS pada kehamilan 35 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi kejadian berdasarkan sosiodemografi 36 Tabel 5.3. Distribusi frekuensi kejadian berdasarkan ARV profilaksis 38 Tabel 5.4. Distribusi frekuensi kejadian berdasarkan konseling VCT 38 Tabel 5.5. Distribusi frekuensi kejadian berdasarkan usia kehamilan saat

mengikuti PPIA


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1. Struktur HIV 11

Gambar 3.1. Diagram Alur Penelitian 28

Gambar 3.2. Kerangka Teori Penelitian 29

Gambar 3.3. Kerangka Konsep Penelitian 30


(6)

DAFTAR SINGKATAN

HPV Human Papillomavirus

HIV Human Immunodeficiency Virus

AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome

WHO World Health Organization

UNAIDS United Nations Programme on HIV/AIDS

MDGs Millenium Development Goals

MTCT Mother to Child Transmission

PPIA Pencegahan Penularan Ibu ke Anak

ELISA Enzym Linked Imunoabsorbent Assay