kekurangan bahan makanan sehingga inilah menjadi sumber kemelaratan dan kemiskinan manusia.
2.3 Rasio Jenis Kelamin
Rasio jenis kelamin adalah perbandingan banyaknya penduduk laki-laki dengan banyaknya penduduk perempuan pada suatu daerah dan waktu tertentu. Biasanya
dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Secara umum rumus rasio dapat dituliskan sebagai berikut :
xk perempuan
penduduk Jumlah
laki laki
penduduk Jumlah
SR .
. .
. −
=
dimana, k = konstanta, biasanya nilainya 100 Besar kecilnya rasio jenis kelamin di suatu daerah dipengaruhi oleh :
1. Sex Ratio at Birth
Di beberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100 bagi perempuan.
2. Pola Mortalitas antara Penduduk Laki-laki dan Penduduk Perempuan
Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.
3. Pola Migrasi antara Penduduk Laki-laki dan Penduduk Perempuan
Jika di suatu daerah sex ratio 100 berarti di daerah tersebut lebih banyak penduduk laki-laki, sedangkan jika sex ratio 100 berarti di daerah tersebut
lebih banyak penduduk perempuan.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Angka Pertumbuhan Penduduk
Angka pertumbuhan penduduk r menunjukkan rata-rata pertambahan penduduk per tahun pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dengan persen. Ada
beberapa macam ukuran angka pertumbuhan penduduk yaitu: 1.
Pertumbuhan Geometri:
t o
t
r P
P 1
. +
= 2.
Pertumbuhan Eksponensial:
rt o
t
e P
P .
= dimana :
t
P = Jumlah penduduk pada tahun t
o
P = Jumlah penduduk pada tahun dasar
r = Tingkat pertumbuhan penduduk
t = Jangka waktu antara
o
P dan
t
P e
= Bilangan pokok dari sistem logaritma, besarnya 2,718282
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
SEJARAH SINGKAT KABUPATEN SAMOSIR
3.1 Latar Belakang Terbentuknya Kabupaten Samosir
Penerapan Undang-undang No 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat
dan Daerah, telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk membentuk kabupaten kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status daerah
otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Salah satu kabupaten yang menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten Samosir, yang berada di tengah-tengah
Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian peningkatan pemekaran Kabupaten Toba Samosir dengan melahirkan calon Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan,
mengingat sudah waktunya pelaksanaan Undang-undang No 22 tahun 1999.
Oleh karena itu, kajian dan penelitian data perlu dilakukan untuk mendapatkan penilaian objektif dengan berdasar pada ketentuan yang berlaku mengingat bahwa
pengelolaan potensi kekayaan yang ada di daerah memerlukan kajian dan pengaturan yang rasional, profesional dan bertanggung jawab sesuai dengan kondisi dan potensi
daerah masing-masing.
Universitas Sumatera Utara
Aspirasi masyarakat untuk memekarkan Kabupaten Toba Samosir menjadi dua kabupaten, didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD
Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya yaitu : 1.
Kabupaten Toba Samosir Induk terdiri dari 10 sepuluh kecamatan yaitu Kecamatan Balige, Kecamatan Laguboti, Kecamatan Silaen, Kecamatan
Habinsaran, Kecamatan Porsea, Kecamatan Lumbanjulu, Kecamatan Uluan, Kecamatan Pintu Pohan Meranti, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan Borbor.
2. Kabupaten Samosir Calon terdiri dari 9 sembilan kecamatan yaitu
Kecamatan Pangururan, Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kecamatan Simanindo, Kecamatan Nainggolan, Kecamatan Onan Runggu, Kecamatan
Palipi, Kecamatan Ajibata, dan Kecamatan Sitio-tio.
Sesuai dengan aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemkab Toba Samosir serta Pemerintah Provinsi
Sumatera Utara telah ditindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan : 1.
Keputusan DPRD Kabupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni 2002.
2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101Pem2002 tanggal 24 Juni 2002 yang
ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara. 3.
Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1351187Pem 2002 tanggal 3 Juli 2002 perihal Laporan tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk
Kabupaten Samosir, yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara. 4.
Terakhir, dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir, usulan ini diakomodir dengan keluarnya Undang-undang No 36 Tahun 2003
Universitas Sumatera Utara
tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai tanggal 18 Desember 2003.
Terbentuknya Samosir sebagai kabupaten baru merupakan langkah awal untuk memulai percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera. Tujuan
pembentukannya adalah untuk menegakkan kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada masyarakat dan untuk merespon
serta merestruturisasi jajaran pemerintahan daerah dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang cukup singkat dapat sejajar dengan
kabupaten lainnya, sehingga secara langsung akan mengangkat harkat hidup masyarakat yang ada di Kabupaten Samosir pada khususnya, Provinsi Sumatera Utara
pada umumnya.
3.2 Lokasi dan Keadaan Geografis