Sistem yang Masalah Kontrol Optimum Hama Secara Hayati

dengan = menyatakan kepadatan populasi hama ke- = 1,2, … , 1 dan populasi predator ke- = 1+1 , 1+2 , … , pada saat , dengan � merupakan konstanta yang bernilai positif. Pada sistem 3.2 dan 3.3, suku − dan + menyatakan kontrol taklangsung, di mana kontrol dapat memengaruhi laju pertumbuhan melalui interaksi dengan populasi hama atau predator, sedangkan suku � menyatakan kontrol langsung pada sistem yang dapat memengaruhi laju pertumbuhan tanpa melalui interaksi antara populasi hama dan predator. IV PEMBAHASAN Dalam karya ilmiah ini, model interaksi hama-predator diasumsikan hanya terdiri atas satu populasi hama dan satu populasi predator. Pada kasus ini populasi hama dinyatakan dalam indeks = 1 dan populasi predator dinyatakan dalam indeks = 2.

4.1 Sistem yang

Dikendalikan dengan Kontrol Model interaksi antara hama dan predator yang dikendalikan dengan kontrol diberikan oleh sistem persamaan diferensial berikut: 1 = 1 − 1 1 1 − 1 , 2 + 2 − � 1 1 , 4.1 2 = 2 + 2 2 1 − 1 , 2 + 2 + � 2 2 , 4.2 dengan 1 : kepadatan populasi hama, 2 : kepadatan populasi predator, 1 : fungsi kontrol terhadap populasi hama berupa upaya untuk mengurangi jumlah hama dengan menggunakan pestisida, 2 : fungsi kontrol terhadap populasi predator berupa upaya untuk mempertahankan atau menambahkan jumlah predator, � 1 , � 2 : konstanta yang bernilai positif. 4.2 Masalah Kontrol Optimum Masalah kontrol optimum yang dihadapi adalah menentukan fungsi kontrol 1 dan 2 , yang membawa sistem dari kondisi awal ke kondisi akhir kepadatan populasi hama dan predator agar tidak menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup signifikan. Didefinisikan fungsional objektif berikut: ∶= 1 1 − 2 2 + 1 � 1 1 � + 2 � 2 2 � �, 4.3 dengan 1 dan 2 merupakan parameter bobot yang dikenakan pada peubah kontrol 1 dan 2 . Meminimumkan fungsional objektif pada persamaan 4.3 berarti meminimumkan populasi hama 1 dan memaksimumkan populasi predator 2 di akhir periode , dan sekaligus meminimumkan fungsi kontrol 1 serta memaksimumkan fungsi kontrol 2 . Dengan demikian masalah kontrol optimum dapat dituliskan sebagai berikut: min 4.4 dengan kendala: 1 = 1 − 1 1 1 − 1 , 2 + 2 − � 1 1 , 2 = 2 + 2 2 1 − 1 , 2 + 2 + � 2 2 , 1 1 , 4.5 2 . 4.6 Masalah kontrol optimum di atas dapat diselesaikan dengan prinsip minimum Pontryagin. Untuk menyelesaikannya didefinisikan peubah berikut: = 1 1 − 2 2 + 1 � 1 1 � + 2 � 2 2 � �, 4.7 1 = 1 − 1 , 4.8 2 = 2 + 2 , 4.9 dengan 1 : populasi hama yang telah diberikan kontrol secara taklangsung, 2 : populasi predator yang telah diberikan kontrol secara taklangsung. Sebagai akibatnya masalah kontrol optimum di atas dapat dinyatakan dalam bentuk modifikasi dengan fungsional objektif dan kendala baru sebagai berikut: min 4.10 dengan kendala: = 1 1 1 1 , 2 − 2 2 2 1 , 2 , 4.11 1 = 1 1 1 , 2 − � 1 1 , 4.12 2 = 2 2 1 , 2 + � 2 2 , 4.13 1 = 1 − 1 , 2 = 2 + 2 , 1 1 , 2 . Penurunan persamaan 4.11 dapat dilihat pada Lampiran 2. Dengan prinsip minimum Pontryagin diperoleh fungsi Hamilton dari masalah kontrol optimum tersebut, ialah sebagai berikut: = 1 1 1 1 1 , 2 − 1 2 2 1 , 2 + 2 1 1 1 , 2 − � 1 1 + 3 2 2 1 , 2 + � 2 2 . 4.14 Karena = 1 , 2 , 1 , 2 , 1 , 2 , 3 , , maka syarat 1 Teorema 1 Prinsip Minimum Pontryagin memberikan: = 1 , 1 = 2 , 2 = 3 . Syarat 1 akan menghasilkan kembali kendala pada masalah kontrol optimum tersebut yang dapat dituliskan sebagai berikut: = 1 1 1 1 , 2 − 2 2 2 1 , 2 , 1 = 1 1 1 , 2 − � 1 1 , 2 = 2 2 1 , 2 + � 2 2 . Pada fungsi Hamilton juga terdapat peubah adjoin 1 , 2 , dan 3 yang nilainya ditentukan melalui syarat 2 berikut: 1 = − = 0, 4.15 2 = − 1 , 4.16 3 = − 2 . 4.17 Peubah adjoin yang dihasilkan merupakan syarat batas yang akan memengaruhi perubahan setiap peubah 1 dan 2 pada waktu , sedangkan 1 , 2 dan 3 menyatakan laju dari perubahan peubah tersebut . Untuk menentukan fungsi kontrol pada masalah kontrol optimum, maka syarat 3 memberikan dua kondisi berikut: 1 = − � � 1 − � 1 2 = 0, 4.18 2 = � � 2 + � 2 3 = 0. 4.19 Penurunan persamaan 4.18 dan 4.19 dapat dilihat pada Lampiran 3. Persamaan 4.18 dan 4.19 dapat disederhanakan menjadi: � � 1 = −� 1 2 , 4.20 � � 2 = −� 2 3 . 4.21 Dari persamaan 4.15, 4.16, 4.17, 4.18, dan 4.19 diperoleh fungsi-fungsi adjoin: 1 = , 4.22 2 = 2 ℯ �1 , 4.23 3 = 3 ℯ �2 . 4.24 Karena diasumsikan bebas, maka harus dipenuhi syarat transversalitas berikut syarat 5 pada Teorema 1: 1 = ⇔ 1 = 1, 4.25 2 = 1 ⇔ 2 = 0, 4.26 3 = 3 ⇔ 3 = 0, 4.27 sehingga dari persamaan 4.22, 4.23, 4.24, 4.25, 4.26, dan 4.27 diperoleh nilai konstanta 1 = 1 dan 2 = 3 = 0, dan persamaan 4.25, 4.26, dan 4.27 dapat dituliskan menjadi: 1 = 1, 2 = 0, 4.28 3 = 0. Dari persamaan 4.28 maka fungsi Hamilton 4.14 dapat dituliskan menjadi: = 1 1 1 1 , 2 − 2 2 2 1 , 2 . 4.29 Substitusi persamaan 4.28 dan 4.29 ke persamaan 4.20 dan 4.21 dapat dituliskan sebagai berikut: 1 � 1 1 1 , 2 � 1 − 2 � 2 2 1 , 2 � 1 = 0, 4.30 1 � 1 1 1 , 2 � 2 − 2 � 2 2 1 , 2 � 2 = 0. 4.31 Penurunan persamaan 4.30 dan 4.31 dapat dilihat pada Lampiran 4. Dari persamaan 4.5, 4.6, 4.8, dan 4.9 diperoleh nilai fungsi kontrol untuk populasi hama dan predator, yang dinyatakan dalam bentuk persamaan berikut: 1 = 1 − 1 ; 1 1 0 ; 1 1 , 2 = 2 − 2 ; 2 2 0 ; 2 2 . 4.32 Fungsi kontrol yang diperoleh pada persamaan 4.32 merupakan upaya pengendalian hama dan predator yang akan membawa sistem pada level kesetimbangan yang diinginkan. Upaya pengendalian hama merupakan pengurangan jumlah hama dengan menggunakan pestisida dan upaya pengendalian predator untuk mempertahankan atau menambahkan jumlah predator. Dengan menyelesaikan persamaan 4.30 dan 4.31 secara serentak, akan diperoleh 1 ∗ dan 2 ∗ . Nilai 1 ∗ dan 2 ∗ yang diperoleh kemudian disubstitusi kembali ke persamaan 4.32, sehingga dapat dituliskan menjadi: 1 ∗ = 1 ∗ − 1 ∗ ; 1 ∗ 1 ∗ 0 ; 1 ∗ 1 ∗ , 4.33 2 ∗ = 2 ∗ − 2 ∗ ; 2 ∗ 2 ∗ 0 ; 2 ∗ 2 ∗ . 4.34 Persamaan 4.33 dan 4.34 disubstitusikan ke persamaan 4.12 dan 4.13, sehingga diperoleh: 1 = 1 ∗ 1 1 ∗ , 2 ∗ − � 1 1 ∗ − 1 ∗ , 4.35 2 = 2 ∗ 2 1 ∗ , 2 ∗ + � 2 2 ∗ − 2 ∗ . 4.36 V STUDI KASUS Bagian ini akan membahas model interaksi hama-predator Lotka-Volterra, yang melibatkan dua fungsi kepadatan populasi berikut: 1 1 , 2 = − 1 − 2 , 2 1 , 2 = 1 − 2 − . Pada sistem 3.1 diterapkan kontrol 1 dan 2 , sehingga fungsi kepadatan populasi hama predator dituliskan menjadi: 1 1 − 1 , 2 + 2 = − 1 − 1 − 2 + 2 , 2 1 − 1 , 2 + 2 = 1 − 1 − 2 + 2 − , atau dapat dituliskan sebagai berikut: 1 1 , 2 = − 1 − 2 , 5.1 2 1 , 2 = 1 − 2 − , 5.2 dengan : tingkat pertumbuhan populasi hama tanpa adanya interaksi dengan predator, : laju kematian populasi hama karena adanya interaksi dengan predator, : koefisien tingkat pemangsaan, : koefisien pertumbuhan predator saat memangsa hama, : laju penurunan populasi predator, : tingkat kematian populasi predator tanpa adanya interaksi dengan populasi hama. Substitusi persamaan 5.1 dan 5.2 ke persamaan 4.30 dan 4.31 akan memberikan persamaan berikut: 1 − 2 − 2 1 − 2 2 = 0, 5.3 1 1 + 2 − + 1 − 2 2 = 0. 5.4 Penurunan persamaan 5.3 dan 5.4 dapat dilihat pada Lampiran 5. Solusi dari sistem 5.3 dan 5.4 adalah: 1 ∗ = 1 1 + 2 +2 1 2 1 + 2 2 +4 1 2 , 5.5 2 ∗ = 1 1 + 2 −2 1 2 1 + 2 2 +4 1 2 . 5.6 Penurunan persamaan 5.5 dan 5.6 dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.1 Kontrol Optimum Hama untuk Tanaman