16
dipengaruhi oleh irama sirkadian, pada kadar paling tinggi yang terjadi antara pukul 01.00 dn 05.00 Chan, 1997.
Susu yang mengisi dan memenuhi alveoli tidak dapat diberikan kepada bayi kalau sel-sel mioptelial yang mengelilingi alveoli dan duktus-duktus kecil
tidak berkontraksi sebagai respon terhadap refleks ejeksi susu. Refleks ini dimulai oleh isapan puting susu, dan melalui bantuan hipotalamus dan kelenjar hipofise
yang melepaskan oksitosin ke dalam aliran darah. Oksitosin menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel sehingga air susu dapat dikeluarkan dari alveoli dan
duktus kecil untuk mengalir ke duktus besar dan reservoir subalveolar. Oksitosin juga menghambat pelepasan dopamin dari hipotalamus, sehingga mendorong
sekresi air susu lebih lancar Bobak, 2005. Oksitosin dihasilkan oleh hipotalamus tepatnya pada kelenjar pituitary
posterior dan menginisiasi keluarnya ASI “let-down reflex. Let-down reflek dipicu oleh isapan bayi pada puting, respon emosional ibu pada bayi, ataupun
keduanya. Alveoli mengejeksikan ASI ke dalam duktus dan kemudian ke dalam sinus, sampai ke nipel puting. Let-down pertama timbul selama 1 sampai 3
menit pertama saat menyusui. Let-down dapat dipengaruhi oleh stress dan kecemasan. Frekuensi dan intensitas let-down dapat berbeda-beda, tergantung dari
menyusui dan tergantung dari ibu. Berikut adalah skema stimulasi hormonal produksi dan ejeksi ASI Susan Judy, 2004.
17
Gambar 2.2 Skema Stimulasi Hormonal Produksi dan Ejeksi ASI Let-
Down Reflex
Sumber : Susan Mattson Judy E. Smith dalam Core Curriculum for Maternal- Newborn Nursing, 2004
Prolactin Oxytocin
Myoepithelial cell
Uterus Pituitary Gland
Hipotalamus
Infant’s suckling at the nipple
18
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
3.1 Kerangka Teori
Selama proses kehamilan uterus mengalami pembesaran. Setelah terjadinya proses persalinan, uterus akan kembali ke ukuran dan lokasi semula
involusi setelah beberapa hari. Untuk mempercepat proses involusi uterus, digunakan teknik menyusui efektif. Menurut Bobak 2005, ibu yang
merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsang pelepasan
oksitosin. Oksitosin berguna dalam merangsang kontraksi uterus dan berperan dalam mengejakulasikan ASI. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam Weni Kristiyansari, 2009. Involusi mulai diukur setelah selesai
persalinan kala IV dua jam setelah persalinan plasenta. Pengukuran involusi dilakukan selama sepuluh hari masa nifas.
19
Kerangka Penelitian :
Keterangan :
Area yang diteliti :
Area yang tidak diteliti :
Kelompok tidak menyusui
Penilaian involusi
uterus: 1. TFU
2. Lokia Penilaian
involusi uterus:
1. TFU 2. Lokia
Faktor-faktor yang mempengaruhi
involusi: 1. Senam nifas
2. Mobilisasi dini 3. Gizi
4. Faktor Usia 5. Faktor Paritas
Kelompok menyusui
6. Menyusui Ibu post partum
normal
20
3.2 Defenisi Operasional No
Variabel Defenisi Operasional
Alat Ukur Hasil Ukur
Skala
1 Involusi Uterus
Suatu proses kembalinya uterus ke keadaan semula
seperti saat sebelum kehamilan yang dapat
diketahui melalui : a.
Pengukuran Tinggi
Fundus Uteri TFU b.
Pengamatan warna
lokia Jari tangan
peneliti 1.
TFU, dalam
hitungan jari
2. Warna
Lokia Rasio
Nominal
2 Post Partum Masa setelah proses persalinan.
3 Menyusui Tindakan memberikan
ASI kepada bayi. a.
Disebut menyusui jika memberikan ASI
kepada bayi secara eksklusif dengan
periode waktu 2-4 jam sekali atau kapan pun
bayi meminta.
b. Disebut tidak
menyusui jika tidak memberikan ASI
kepada bayi secara eksklusif dan dengan
periode waktu lebih dari 4 jam sekali.