Hipotesa Pertumbuhan Rumput Laut Sistem Polikultur

lingkungan yang optimal untuk hidup dan tumbuhnya udang vaname. Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai acuan pengembangan sistem budidaya polikultur udang vaname Litopenaeus vannamei dan rumput laut Gracilaria verrucosa.

1.4 Hipotesa

Apabila rumput laut Gracilaria verrucosa dapat memanfaatkan N-NH 3 dalam wadah budidaya maka kualitas air akan baik dan dapat menunjang pertumbuhan udang vaname dan rumput laut sehingga menghasilkan produksi udang vaname dan rumput laut yang memadai, bila keduanya dibudidayakan bersama secara polikultur. II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pertumbuhan Rumput Laut

Pertumbuhan rumput laut merupakan perubahan bobot basah biomassa selama selang waktu tertentu, yang memerlukan cahaya matahari untuk membentuk sel dari substansi abiotik melalui proses fotosintesis. Rumput laut sebagai tanaman berklorofil memerlukan unsur hara sebagai bahan baku untuk proses fotosintesis. Untuk menunjang pertumbuhan Gracilaria sp. diperlukan ketersediaan unsur hara seperti nitrogen dan fosfat dalam perairan tersebut. Masuknya unsur hara ke dalam jaringan tubuh rumput laut adalah dengan jalan proses difusi yang terjadi pada seluruh bagian permukaan tubuh rumput laut. Bila proses difusi semakin sering terjadi, maka akan mempercepat proses metabolisme sehingga akan meningkatkan laju pertumbuhan. Proses difusi dipengaruhi oleh faktor lingkungan terutama oleh adanya gerakan air Doty 1971. 2.2 Faktor Pembatas Pertumbuhan Rumput Laut 2.2.1 Intensitas Cahaya Kemampuan adaptasi rumput laut terhadap cahaya sangat baik. Gracilaria sp. mempunyai toleransi yang tinggi terhadap cahaya berlebih, mampu tumbuh pesat pada kedalaman 5 cm di bawah permukaan air, serta dapat tumbuh di perairan keruh yang mempunyai intensitas cahaya yang relatif kecil. Pengambilan nitrat dan nitrit oleh alga sangat bergantung pada cahaya dibandingkan dengan amonium. Alga pada daerah kurang cahaya pemanfaatan amoniumnya lebih efektif dari pada nitrat dan nitrit. Pengambilan amonium oleh Gracilaria tikvahiae pada cahaya terang sama dengan cahaya gelap Ryther et al. 1981 dalam Jones 1993. Rumput laut membutuhkan cahaya untuk pertumbuhan oleh karena itu kedalaman juga berpengaruh terhadap pertumbuhan. Haglund Petersen 1988 menyatakan bahwa pada budidaya rumput laut dalam bak terkontrol hendaknya rumput laut ditempatkan pada posisi antara 30-40 cm di bawah permukaan air dengan kepadatan 100-450 gm 2 . Hasil penelitian Ritawati 1990 terhadap G. lichenoides yang dibudidayakan pada pantai Geger Bali menghasilkan laju pertumbuhan rumput laut yang ditanam pada kedalaman 30 cm sebesar 2,78 dan pada kedalaman 60 cm sebesar 2,39 per hari.

2.2.2 Ketersediaan Unsur Hara

Unsur-unsur utama nutrien yang diperlukan bagi pertumbuhan rumput laut adalah nitrogen dan fosfor. Bentuk nitrogen yang diserap secara bertahap dari yang paling banyak sampai terkecil yaitu amonium, urea, nitrat dan nitrit Patadjai 1993. Rumput laut membutuhkan nitrogen guna menunjang pertumbuhan dan reproduksinya. Keberadaan nutrien pada makro alga ditentukan oleh hubungan N makroalga, seperti pengambilan oleh alga, asimilasi, penyimpanan dan pelepasan. Produksi fotosistesis bahan organik oleh alga tergantung pada asimilasi nutrien anorganik Jones 1993. Sebagian besar penyerapan nitrogen oleh rumput laut dilakukan dengan cara asimilasi N dalam bentuk amonium. Beban limbah budidaya udang yang berupa sisa pakan, ekskresi dan feses yang berada dalam air dapat mencapai 61,77-72,25 kgN per ton produksi udang pada tingkat FCR 1,69-2,14 dan akan meningkat seiring dengan meningkatnya produktivitas udang Syah et al. 2006. Semakin meningkat kepadatan udang dan tingkat pemberian pakan, total amoniak nitrogen TAN juga makin meningkat Velasco et al. 1998. Nitrogen dalam bentuk terlarut ini dapat digunakan sebagai nutrien untuk rumput laut.

2.3 Sistem Polikultur

Polikultur adalah suatu cara memelihara dua jenis atau lebih organisme pada wadah yang sama dengan tujuan efisiensi pengunaan lahan. Sistem budidaya secara polikultur dapat meningkatkan efisiensi penggunaan lahan dan pendapatan petani budidaya. Perkembangan teknologi budidaya menunjukkan bahwa rumput laut dapat dibudidayakan bersama udang dan bandeng di tambak. Pengembangan budidaya rumput laut secara polikultur dengan bandeng maupun udang dimaksudkan untuk meningkatkan produksi udang dan rumput laut serta mengefektifkan penggunaan tambak dengan harapan dapat memperbaiki kualitas lingkungan budidaya. Dalam hal ini rumput laut Gracilaria sp. dipelihara bersama udang. Polikultur ikan, kerang, krustase dan rumput laut spesies Gracilaria di tambak dapat meningkatkan pendapatan petani di Maros, Luwu Sulawesi Selatan, Thailand dan Taiwan Tjaronge 2005; Mustafa dan Ratnawati 2005; Guanzon. Jr. et al. 2004. Perbandingan penebaran benih rumput laut, bandeng dan udang pada penanaman secara polikultur dengan luas tambak 1 ha adalah 1-1,5 ton rumput laut : 1.500-2.000 ikan bandeng : 5.000-10.000 ekor udang. Benih udang yang digunakan tokolan PL-20 dan bandeng berukuran gelondongan. Penebaran benih dilakukan pagi dan sore hari, karena pada waktu itu kondisi air relatif stabil. Rumput laut ditanam terlebih dahulu, setelah 7-10 hari ditebar bibit bandeng, Satu minggu kemudian ditebar bibit udang. Hal ini dilakukan agar pakan alami dapat tumbuh terlebih dahulu baru ikan bandeng dan udang ditebar. Rumput laut yang pada usia panennya memiliki kandungan agar yang cukup tinggi dan kekuatan gel cukup tinggi dipilih untuk bibit. Bagian yang dijadikan sebagai bibit adalah talus thallus yang relatif masih muda, tidak rusak dan tidak berpenyakit. Bibit dipetik dari rumpun tanaman yang sehat dengan panjang sekitar 5-10 cm. Metode penanaman rumput laut Gracilaria sp. di tambak lebih disenangi mengunakan metode on bottom tebar dasar, yaitu petani melakukan tebar bibit di awal saja karena lebih mudah dan murah. Penanaman rumput laut budidaya menggunakan metode tebar dasar dengan perbedaan bobot bibit awal yang dipakai akan memberikan perbedaan pertumbuhan. Pemakaian bobot bibit awal 30 grumpun pertumbuhan cendrung lebih baik dibandingkan dengan bobot bibit 20 dan 75 grumpun Damar 1992. Dari hasil penelitian Guanzon Jr. et al. 2004 menunjukkan hasil bahwa ikan bandeng dapat dipolikultur dengan rumput laut Gracilariopsis bailinae dalam tambak, dengan kepadatan 30 ekor100 m 2 dan rumput laut Gracilariopsis bailinae 1 kg4 m 2 dalam jaring. Budidaya udang Penaeus monodon dengan padat tebar 50 ekorm 3 dan Gracilaria verrucosa 2 kgm 3 mampu memperbaiki kondisi tambak dan dapat meningkatkan produksi udang hingga 1,6 ton dari semula 1,1 ton per hektar, serta meningkatkan derajat kelangsungan hidup udang hingga 80,66 dan dapat menghasilkan 64 ton Gracilaria verrucosa dalam waktu 2 bulan Izzati 2005. Panen dapat dilakukan setelah tanaman mencapai ukuran yang sesuai untuk dipanen atau dengan memilih tanaman yang sudah cukup matang untuk dikeringkan. Rumput laut yang dibudidayakan di tambak dapat dipanen secara parsial dengan cara rumpun tanaman diangkat dan disisakan sedikit untuk dikembangbiakkan lebih lanjut. Menurut Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya 2003, panen pertama rumput laut Gracilaria sebaiknya dilakukan setelah berumur 4 bulan. Jika dapat dilakukan panen rumput laut dan udang pada waktu bersamaan, dilakukan panen udang terlebih dahulu, baru kemudian pemanenan rumput laut dilakukan dengan mengurangi ketinggian air hingga 30 cm, untuk mempermudah. Panen dilakukan ketika udang size 35-40. Dari padat penebaran awal yang dilakukan maka dapat dihasilkan produksi rumput laut per ha dalam satu musim tanam adalah 100-1.500 kg kering, bandeng 300 kg dan udang 75 kg. Pemanenan rumput laut dilakukan dengan meninggalkan sebahagian rumput laut agar tumbuh kembali. Panen kedua dilakukan 1,5-2 bulan.

2.4 Manajemen Kualitas Air