5 Bambu Tali Gigantochloa apus J.A J.H. Schulthes Kurz

epoxy memiliki keunggulan yaitu merupakan tipe perekat eksterior yang tahan panas, cuaca dingin, serta daya rekat yang permanen. Sehingga dapat diaplikasikan untuk dinding, sekat ruangan ataupun lantai dimana sangat membutuhkan kekuatan dalam menahan beban. Hasil penelitian Febriyani 2008, menunjukan bahwa panel sandwich dengan pola peletakan bambu bulat utuh memiliki kualitas yang lebih baik daripada panel dengan pola peletakan bambu belah dan campuran. Hal ini dinilai dari besarnya hasil pengujian MOE dan MOR dari ketiga pola peletakan bambu.

2. 5 Bambu Tali Gigantochloa apus J.A J.H. Schulthes Kurz

Bambu merupakan hasil hutan bukan kayu yang tergolong kedalam suku Gramineae rumput-rumputan, famili Bambuseae dari sub-famili Bambusoideae yang disebut juga giant grass rumput raksasa, berumpun dan terdiri dari sejumlah batang buluh yang tumbuh secara bertahap dari mulai rebung, batang muda, dan umur dewasa yaitu umur 4-5 tahun. Bambu memiliki perkembangan yang cepat, tingkat pertumbuhannya dapat mencapai 60 cm 24 in per hari. Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh bentuk sistem perakarannya yang rimpang rhizoma, tetapi hal ini juga dipengaruhi oleh kondisi tanah dan iklim di daerah tersebut Anonim 2010. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku, beruas, berdinding keras, pada setiap bukunya terdapat tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang rhizoma berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang. Kurang dari 1.000 spesies bambu dalam 80 genus, sekitar 200 spesies dari 20 genus ditemukan di Asia Tenggara Dransfield dan Widjaja 1995 sedangkan di Indonesia ditemukan sekitar 60 jenis. Tanaman bambu di Indonesia umumnya ditemukan di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 mdpl dan umumnya terdapat pada tempat-tempat terbuka serta bebas dari genangan air. Bambu merupakan salah satu sumber daya alam yang berasal dari daerah tropis yang penyebarannya luas, mudah didapat, cepat tumbuh, mudah diolah, dan mempunyai sifat yang bermanfaat. Oleh karenanya bambu dapat dimanfaatkan secara terus-menerus untuk kehidupan sehari-hari, bambu merupakan sumber daya alam yang berkesinambungan. Tidak ada tanaman tropis yang dapat menghasilkan manfaat yang banyak untuk kehidupan manusia seperti bambu. Bambu memiliki sifat-sifat yang baik, seperti mempunyai batang yang kuat, ulet, relatif lurus, keras, mudah dikerjakan, serta mudah untuk diangkut. Selain itu bambu juga mempunyai harga yang relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain, seperti kayu. Bahkan dibanding dengan kayu, bambu mempunyai rasio energi per unit tegangan yang rendah dan kekuatan lentur yang lebih baik. Kelebihan ini menjadikan bangunan yang terbuat dari bambu lebih tahan terhadap gempa bumi. Beberapa tahun belakangan ini bambu dapat memasuki kompetisi pasar dunia dalam produk pulp dan kertas, parquet, plybamboo, dan sebagai sayuran kaleng. Bambu mengalami peningkatan penggunaaan yang signifikan di Asia Tenggara sebagai bahan bangunan, bahan dasar pembuatan keranjang, dan sebagai sayuran. Pemanfaatan lain adalah sebagai bahan dasar kertas, alat musik, dan sebagai bahan kerajinan tangan Dransfield dan Widjaja 1995. Bambu memiliki beberapa karakter yang menjadi sifat dasarnya. Batang bambu terdiri atas sekitar 50 parenkim, 40 serat dan 10 sel penghubung sel pembuluh dan sel pembuluh tapis. Parenkim dan sel penghubung lebih banyak ditemukan pada bagian dalam batang, sedangkan serat lebih banyak terdapat pada bagian luarnya. Kisaran serat pada ruas penghubung antar buku memiliki kecenderungan bertambah besar dari bawah ke atas sementara parenkimnya makin berkurang Dransfield dan Widjaja 1995. Batang bambu terdiri atas bagian buku node dan bagian ruas internode. Pada bagian ruas orientasi adalah aksial tidak ada yang radial, sklerenkim pada bagian buku dilengkapi oleh sel radial. Bagian terluar terbentuk dari lapisan tunggal sel epidermis dan bagian dalam tertutup lapisan sklerenkim. Berat jenis bambu bervariasi dari 0,5-0,8 gcm 3 , bagian luar dari batang mempunyai berat jenis lebih besar daripada bagian dalamnya. Berat jenis akan meningkat di dalam batang dari bagian bawah sampai bagian atas. Menurut Dransfield dan Widjaja 1995 kadar air batang bambu merupakan faktor penting dan dapat mempengaruhi sifat-sifat mekanisnya. Kadar air pada bambu bervariasi menurut jenis, posisi dalam batang, umur batang dan musim. Kadar air cenderung bertambah dari bawah ke atas pada bambu yang berumur 1-3 tahun dan lebih banyak presentasenya saat musim penghujan dibanding saat musim kemarau. Pada umumnya jika bambu sudah berumur lebih dari tiga tahun akan mengalami penurunan kadar air. Pada batang bambu muda penurunan kadar air berkisar antara 50-99, sedang pada bambu tua berkisar antara 12-18. Bambu mulai mengalami penyusutan setelah pemanenan tetapi tidak berlangsung secara seragam, berbeda dengan kayu. Penyusutan berpengaruh terhadap ketebalan dinding batang dan diameter. Penyusutan radial pada bambu lebih besar dari pada penyusutan tangensial dengan perbandingan 7 dan 6, sedangkan penyusutan ke arah longitudinal tidak lebih dari 0,5 Dransfield dan Widjaja 1995. Bambu tali atau bambu yang memiliki nama lain Bambusa apus J.A J.H. Schultes 1830, Gigantochloa kurzii Gamble 1896. Nama daerah pring tali, pring apus Jawa, awi tali Sunda Dransfield dan Widjaja 1995. Asal dan penyebaran secara geografis bambu tali kemungkinan berasal dari Burma Myanmar dan Thailand Selatan. Bambu tali dikenal di Jawa selama masa perpindahan prasejarah manusia. Sekarang di Jawa, bambu tali tumbuh dan tersebar luas dan populasi alaminya terdapat di Gunung Salak Jawa Barat dan Blambangan Jawa Timur. Di Indonesia, bambu tali sudah menyebar ke Sumatera Selatan. Sulawesi Tengah, dan Kalimantan Tengah. Kadang-kadang bambu tali diusahakan di daerah tropis dalam bentuk kebun-kebun percobaan atau Kebun Raya Dransfield dan Widjaja 1995. Bambu tali termasuk tanaman bambu simpodial, berdiri tegak, tinggi batang 8-30 meter dengan diameter buluh 4-13 cm tebalnya bisa mencapai 1,5 cm. Berwarna hijau terang sampai kuning. Panjang ruas 20-60 cm, buku sedikit membengkok pada bagian luar. Panjang serat sekitar 0,9-5,5 mm. Diameter dinding serat 5,3 µ m, tebal dinding sel 1-3 µ m. Kadar air rata-rata batang bambu segar adalah 54,3 dan batang bambu kering 15,1. Sifat mekanis dan sifat fisis dari bambu dipengaruhi oleh umur, posisi ketinggian, diameter, tebal daging bambu, posisi beban pada buku atau ruas, posisi radial dari luas sampai ke bagian dalam dan kadar air bambu. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Ginoga 1977 dalam Krisdianto et al. 2010, bambu tali memiliki sifat fisis dan sifat mekanis terdapat pada Tabel 2. Tabel 2 Sifat Fisis Dan Mekanis Bambu Tali Sifat Satuan Bambu tali Keteguhan lentur static Tegangan pada batas proporsi kgcm 2 327 32,07 Mpa Tegangan pada batas patah kgcm 2 546 53,54 Mpa Modulus elastisitas kgcm 2 101000 9904,72 Mpa Usaha pada batas proporsi kgcm 3 0,8 Usaha pada batas patah kgdm 3 3,3 Keteguhan tekan sejajar serat tegangan maksimum kgcm 2 504 49,43 Mpa Keteguhan geser kgcm 2 39,5 3,82 Mpa Keteguhan tarik tegak lurus serat kgcm 2 28,3 2,75 Mpa Keteguhan belah kgcm 2 58,2 5,69 Mpa Berat Jenis KA pada saat pengujian - 0,69 KA : 19,11 KA kering tanur - 0,58 KA : 16,42 Keteguhan pukul Pada bagian dalam kgdm 3 45,1 Arah tangensial kgdm 3 31,9 Pada bagian luar kgdm 3 31,5 Sumber : Ginoga 1977 dalam Krisdianto et al. 2010 Bambu tali mempunyai buluh yang berwarna hijau kekuningan dengan lapisan lilin pada bagian bawah buku-bukunya ketika masih muda. Bambu ini mudah dibedakan dengan jenis-jenis yang lain dari pelepah buluhnya yang selalu melekat pada buluhnya. Disamping itu kuping pelepah buluhnya yang sangat kecil sehingga hampir tidak nampak. Kegunaan bambu tali sangat penting untuk perekonomian daerah pedesaan di Indonesia, karena banyak digunakan untuk membuat perlengkapan memasak, alat-alat perikanan, furniture, tali dan macam-macam keranjang. Batangnya dapat tahan lama dan digunakan sebagai bahan bangunan seperti atap, dinding, dan jembatan. Batangnya dapat dibelah menjadi belahan yang bagus untuk dibuat menjadi topi, keranjang, dan benda lainnya. Ketika potongannya dilekukkan, permukaannya tidak mengelupas. Dengan tidak memperhatikan jenis yang lebih sesuai, bambu tali kadang kala digunakan untuk membuat alat musik, walaupun kualitas nada yang dihasilkan tidak terlalu baik. Bambu tali tidak cocok untuk dibuat sumpit dan tusuk gigi secara mekanis, karena memiliki serat yang saling tindih.

2.6 Kayu Meranti