menyusur pantai jika dikombinasikan dengan aksi gelombang akan efektif dalam pengangkutan sedimen Komar, 1983.
Menurut Black 1986 penentuan status utama garis pantai harus di lakukan dalam periode waktu panjang sejak pengendapan dan pengangkutan sedimen
mulai sering terjadi pantai umumnya stabil jika gelombang kecil, tetapi dapat berubah sangat cepat karena gelombang besar seperti tsunami dan angin ribut.
2.2.1.2 Angin
Angin merupakan penyebab terjadinya gelombang yang paling utama di permukaan laut. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin dipengaruhi tiga
faktor, yaitu kecepatan angin, lamanya angin bertiup dan luas daerah yang terkena tiupan angin. Durasi bertiupnya angin merupakan salah satu faktor
penting, dimana semakin lama angin bertiup maka gelombang yang dihasilkan semakin besar Komar, 1983.
Angin yang berhembus di permukaan air laut yang semula tenang akan menyebabkan gangguan pada permukaan air, sehingga timbulah gelombang
kecil, riak atau ripples, yang mempunyai gaya pengembali dominan berupa tegangan permukaan. Dengan telah terbentuknya gelombang kecil tersebut,
maka interaksi antara angin dengan permukaan air laut menjadi lebih efektif. Riak tersebut hanya bertahan sebentar, jika angin berhenti berhembus maka
hampir seketika itu riak hilang dari permukaan laut. Jika angin terus berhembus, riak akan tumbuh menjadi gelombang yang lebih besar Holtz
1888, Jeffreys 1924, Sverdrup dan Munk 1947, dan Phillips 1957 dalam Rahardjo, 2004.
2.2.1.3 Pasang Surut
Pasang surut laut
adalah gelombang
yang dibangkitkan oleh adanya interaksi antara laut,
matahari dan
bulan . Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan
lembah gelombang disebut pasang rendah. Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang surut.
Periode pasang surut
adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Panjang periode pasang surut bervariasi antara 12 jam
25 menit hingga 24 jam 50 menit httpwww.wikipedia.orgwikipasang_surut diakses pada 19 Februari 2009.
Berdasarkan pola gerakan muka lautnya, pasang surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu pasang surut harian tunggal diurnal tide,
harian ganda semidiurnal tide dan dua jenis campuran. Pada jenis harian tunggal hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut setiap hari. Pada jenis
harian ganda, tiap hari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya masing-masing hampir sama. Di samping itu, dikenal pula campuran dari
keduanya, meskipun jenis tunggal atau gandanya masih menonjol. Pada pasang surut campuran condong ke harian ganda mixed tide, prevailing
diurnal , terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, tetapi berbeda
dalam tinggi dan waktunya. Dan, yang terakhir adalah jenis campuran condong ke harian tunggal mixed tide, prevailing diurnal. Pada jenis ini tiap hari
terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi kadang-kadang pula untuk
sementara dengan dua kali pasang dan dua kali surut, yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktunya Nontji, 1993.
Pada saat pasang, energi pasang akan mendorong massa air laut ke dalam daerah pantai sehingga sedimen akan menyebar di daerah tersebut, sedangkan
pada saat surut aliran sungai akan lebih besar sehingga mampu mendorong massa air laut keluar dan sebagai akibatnya sedimen akan terbawa bersama dan akan
menyebar sampai ke laut yang kemudian akan terdeposit di sekitar daerah tersebut. Pada waktu pasang, arus yang mengalir kearah laut akan mengangkut
sedimen dari pantai dalam jumlah besar. Jika material ini tidak dibawa kembali ke pantai oleh gelombang yang datang maka pantai akan mengalami pengikisan,
sedangkan pada saat surut, aliran sungai akan lebih besar sehingga mampu mendorong sedimen Ross, 1970.
2.2.1.4 Proses Sedimentasi dan Erosi di Pantai a.