Overlay citra untuk perubahan daratan pantai tahun 2001-2005

4.1.1.2.1 Overlay citra untuk perubahan daratan pantai tahun 2001-2005

Hasil overlay citra tahun 2001 dan 2005 menunjukkan adanya perubahan daratan pantai dalam kurun waktu empat tahun pada daerah Pantai Pangandaran di selatan Kabupaten Ciamis. Berikut adalah peta hasil overlay citra tahun 2001 dan tahun 2005. Gambar 14. Peta Hasil Overlay Darat–Laut tahun 2001-2005 Berdasarkan Gambar 14, secara umum terlihat bahwa peristiwa akresi lebih dominan terjadi di wilayah Pantai Pangandaran bila dibandingkan dengan abrasi. Daerah yang mengalami akresi meliputi Pantai Barat Pangandaran Desa Penanjung sebelah selatan, Pantai Timur sebelah utara Desa Pangandaran sebelah timur, Pantai Pasir Putih Tg. Batu Mandi, Tg. Cimanggu, Tg. Kalapaendep, dan muara Sungai Cikidang. Sedangkan wilayah yang mengalami abrasi adalah Pantai Timur sebelah selatan Dekat Cagar Alam, sebagian kecil Pantai Barat, sebagian muara Sungai Cikidang, dan beberapa bagian dari pantai di sekitar Cagar Alam. Daerah yang mengalami perubahan luasan dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Perubahan Luas Darat Laut Tahun 2001-2005 Kelas Luasan Ha Persentase Laut – Laut 3879,575 ± 65,00 Darat – Darat 2037,597 ± 34,14 Laut – Darat 36,403 ± 0,006 Darat – Laut 14,505 ± 0,0024 Total 5968,081 100,00 Berdasarkan hasil overlay tahun 2001 dan 2005, luas laut yang tidak mengalami perubahan mencapai 65 dari total luas wilayah penelitian. Luas darat yang tidak mengalami perubahan sebesar 2037,597 Ha atau 34,14 dari total luas wilayah penelitian. Daerah yang mengalami akresi atau perubahan laut menjadi darat mencapai 36,403 Ha dan daerah yang mengalami abrasi atau perubahan darat menjadi laut sebesar 14,505 Ha. Pembagian daerah penelitian menjadi 13 sel menunjukkan peristiwa akresi dan abrasi secara lebih spesifik. Secara umum peristiwa akresi di wilayah penelitian mengakibatkan majunya daratan pantai sedangkan peristiwa abrasi menunjukkan kemunduran daratan pantai. Peristiwa akresi dan abrasi di Pantai Pangandaran secara keseluruhan dalam kurun waktu 4 tahun 2001-2005 mengakibatkan daratan pantai maju rata-rata sebesar 23,03 m, sedangkan pengurangan garis pantai mundur rata-rata sekitar 1,4 m Sel 13 yang menunjukkan letak Muara Sungai Cikidang memiliki garis pantai maju rata-rata tertinggi yaitu 56,32 m. Daerah yang merupakan muara dari sungai yang cukup besar ini menjadi perangkap sedimen yang dibawa oleh aliran sungai. Sel 7 dan sel 8 merupakan wilayah yang mengalami abrasi rata-rata sebesar 1,7 dan 1,1 meter. Sel-sel tersebut menunjukkan letak Cagar Alam dan sebagian kecil Pantai Barat dan Pantai Timur Pangandaran. Wilayah Cagar Alam menjorok ke laut berhadapan langsung dengan Samudera Hindia melindungi daerah tanah genting yang menghubungkan Pantai Barat dengan Pantai Timur. Gelombang dari samudera yang besar mempengaruhi abrasi di wilayah tersebut. Gambar 15 adalah histogram yang menunjukkan penambahan atau pengurangan rata-rata daratan pantai tiap sel. Gambar 15. Grafik perubahan daratan pantai dalam kurun waktu 4 tahun 2001-2005 menurut pembagian wilayah per sel Tabel 5 . Rata-rata Perubahan Daratan Pantai Selama 4 Tahun 2001-2005 dari Setiap Sel m. 4.1.1.2.2 Overlay citra untuk perubahan daratan pantai tahun 2005-2006 Hasil overlay citra tahun 2005 dan 2006 menunjukkan adanya perubahan daratan pantai dalam kurun waktu satu tahun dengan tujuan untuk melihat adanya perubahan yang diakibatkan oleh bencana alam tsunami yang terjadi pada tanggal 17 Juli 2006. Gambar 16 dan Tabel 6 adalah peta yang menunjukkan hasil overlay citra tahun 2005 - tahun 2006 dan tabel luas perubahannya. Gambar 16. Peta Hasil Overlay Darat–Laut tahun 2005-2006 Sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Total 19,9 23,9 6,33 19,91 48,28 12,72 -1,7 -1,1 5,6 9,15 27,37 24,24 56,32 Tabel 6. Perubahan Luas Darat-Laut Dalam Periode 1 Tahun 2005-2006 Kelas Luasan Ha Persentase Laut – Laut 3894,680 ± 65,02 Darat – Darat 2038,136 ± 34,15 Laut – Darat 28,562 ± 0,48 Darat – Laut 20,702 ± 0,34 Total 5968,081 100 Pada hasil overlay citra tahun 2005 dan 2006, terlihat bahwa peristiwa abrasi di Pantai Pangandaran terjadi cukup besar di beberapa titik pada wilayah penelitian. Daerah yang mengalami abrasi paling besar adalah di Pantai Barat Pangandaran dengan adanya garis pantai mundur 14,8 meter. Jika dilihat dari hasil penelitian lapangan di wilayah tersebut, Pantai Barat Pangandaran memang wilayah yang paling parah terkena tsunami. Hal tersebut dikarenakan topografi pantai dan batimetri perairan Pantai Barat Pangandaran mendukung untuk terjadinya gelombang tsunami yang besar di daerah tersebut. Namun demikian, luas daerah yang mengalami perubahan laut menjadi darat akresi sedikit lebih besar dibandingkan dengan wilayah yang mengalami perubahan darat menjadi laut abrasi yaitu sekitar 8 Ha. Hal tersebut diakibatkan oleh pengendapan sedimen yang terbawa oleh tsunami di beberapa tempat. Pada pembagian wilayah penelitian yang dibagi menjadi 13 sel, 6 sel yang sebagian besar menunjukkan lokasi Pantai Barat Pangandaran mengalami daratan pantai mundur rata-rata sebesar 7,2 m, sedangkan 7 sel lainnya yang sebagian besar menunjukkan lokasi Pantai Timur dan Muara Sungai Cikidang mengalami daratan pantai maju rata-rata sebesar 4,5 m. Gambar 17 dan Tabel 7 adalah grafik dan tabel yang menunjukkan panjang rata-rata perubahan daratan pantai pada setiap sel di Pantai Pangandaran. -20 -15 -10 -5 5 10 15 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sel P a nja ng m Daratan Pantai Gambar 17. Grafik Perubahan Garis Pantai Dalam Kurun Waktu 1 Tahun 2005-2006 Menurut Pembagian Wilayah Per Sel Tabel 7 . Rata-rata Perubahan Garis Pantai Selama 1 Tahun 2005-2006 dari Setiap Sel m.

4.1.2 Perubahan penutupan lahan 4.2.1.1 Klasifikasi penutupan lahan