Marjin Dan Rantai Tataniaga Ikan Patin

3.3.2.3.1 Marjin Dan Rantai Tataniaga Ikan Patin

  Tingkat margin untuk setiap pedagang pada setiap saluran yang terbentuk juga bervariasi Margin pemasaran adalah perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan harga yang dibayar oleh pembeli terakhir. Secara teoritis, faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya margin pemasaran adalah: (1) Biaya pemasaran, keuntungan dari perantara, harga eceran, dan harga produsen; (2) Sifat barang yang diperdagangkan; dan (3) Tingkat pengolahan barang yang dipasarkan. Margin pemasaran ikan patin tidak diperoleh karena data yang di dapatkan berbeda dengan data ikan patin konsumsi maka tidak dibuatkan margin dari pemasaran ikan patin di indonesia.

  Rantai tataniaga ikan patin sangat ringkas dan efisien, sehingga harga yang diterima pembudidaya sekitar 80 – 90 dari harga yang dibayar konsumen. Pemasaran produk oleh pembudidaya dilakukan secara langsung kepada pedagang pengumpulagen tanpa melalui pedagang perantara. Pedagang pengumpul juga merupakan pedagang benih ikan, pakan dan peralatan perikanan. Untuk menjamin stok ikan, pedagang pengumpul memiliki kolam penampungan sementara.

  Pedagang pengumpul menjual ikan langsung baik kepada pedagang besar dan petani pembesaran ikan. Pihak-pihak yang terlibat dalam rantai pemasaran benih diantaranya perusahaan, pedagang pengumpul, pedagang besar, pengecer, dan konsumen. Pada penelitian Mastuti (2011), konsumen Deddy Fish Farm (perusahaan pembenihan ikan patin) terdiri dari pembesar, pengumpul, dan supplier ikan yang berasal dari berbagai daerah mulai dari Palembang, Tulung Agung Solo, Jatiluhur,

  Kalimantan, dan petani-petani pembesaran ikan di sekitar Bogor. Banyaknya konsumen disebabkan karena benih ikan patin di Bogor relatif lebih berkualitas dibandingkan benih ikan patin yang dihasilkan di daerah lain. Rantai pemasaran produk DFF ditunjukkan pada Gambar 17.

  Gambar 17. Rantai Pemasaran Benih Ikan Produksi Deddy Fish Farm

  Berdasarkan analisis kualitatif terkait pemasaran dalam penelitian Zelvina (2009) didapatkan bahwa hasil kegiatan usaha pembenihan ikan patin di Desa Tegal Waru terdiri dari empat saluran dimana lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat melakukan fungsi-fungsi pemasaran yang terdiri dari fungsi pertukaran, fisik, dan fasilitas. Dilihat dari kriteria dalam menentukan saluran pemasaran yan efisien diketahui bahwa saluran pemasaran yang terdiri dari petani – pedagang pengumpul – petani pembesaran ikan patin lebih efisien dibanding dengan saluran lainnya. Hal ini dikarenakan saluran pemasaran ini memiliki total margin lebih kecil, nilai farmer’s share paling besar dan nilai rasio keuntungan terhadap biaya yang paling besar.

  Kendala pemasaran Ketersediaan benih ikan patin yang berkelanjutan dibutuhkan sesuai permintaan. Selama ini kegiatan pemijahan ikan patin banyak terkonsentrasi di daerah Sukabumi, Bogor, dan Jakarta sedangkan kegiatan pendederan dan pembesaran berada di daerah Sumatra, Kalimantan, dan daerah lainnya di pulau jawa (Sumarna, 2007). Jarak yang jauh antara daerah produksi benih dan daerah pendederan serta pembesaran maka penghematan dalam penggunaan sistem transportasi harus dilakukan. Penghematan dilakukan dengan mengirimkan benih dengan kepadatan tinggi dan sistem tertutup namun diduga cara ini dapat

  Di tingkat pembudidaya tidak dijumpai kendala pemasaran, namun di tingkat pedagang kendala pemasaran contoh kerusakan pada kondisi jalan yang menghubungkan kabupaten OKI dengan kabupaten atau provinsi lain. Hal ini menyebabkan penurunan kualitas ikan yang dijual sehingga harga jual ikan jatuh. Kendala lain adalah adanya persaingan harga dari pemasok yang berasal dari wilayah lain. Pedagang dari Jakarta mampu memasukkan ikan patin dengan harga ang lebih rendah dibanding harga ikan yang ditawarkan oleh pedagang di kabupaten OKI.

  Seperti diketahui bahwa pergerakan barang dari produsen ke konsumen merupakan jasa daripada lembaga-lembaga tataniaga yang terlibat didalamnya. Dengan demikian lembaga-lembaga tatniaga itu yang merupakan badan-badan perantara (middlemen) adalah merupakan saluran-saluran arus pergerakan dari barang-barang yang diperdagangkan. Jika ada lembaga tataniaga yang bekerja secara tidak efisien dan efektif maka sudah pasti ada saluaran yang akan tersumbat atau merupakan hambatan dari pengaliran barang. Tabel 25 menjelaskan saluran tataniaga ikan patin di beberapa provinsi di indonesia.

  Tabel 24. Saluran Tataniaga Ikan Patin Di Beberapa Provinsi Di Indonesia

  No

  Provinsi

  Saluran tataniaga

  Jawa Barat

  1. Petani - pedagang besar penerima - pedagang besar

  penyebar - pedagang eceran - konsumen

  2. Petani - pedagangtengkulak - pedagang besar penerima

  - pedagang besar penyebar - pedagang pengecer

  1. Petani - pedagang besar pasar induk dalam dan luar

  provinsi - Konsumen akhir.

  2. Petani - Pengecer - Konsumen akhir.

  3 Riau

  1. Petani – konsumen akhir

  2. Petani – Pedagang Pengumpul lokal kabupaten –

  pedagang pengecer lokalkabupaten – konsumen lokalkabupaten.

  3. Petani – pedagang pengumpul daerah – pedagang

  pengecer luar daerah – konsumen luar daerah

  4 Jambi

  4. Petani – pengecer – konsumen akhir

  Saluran tataniaga terpedek berada pada daerah jambi di karena petani jg bertindak sebagai pengecer yang langsung memasarkan hasilnya kepada konsumen.