SISTEM USAHA AGRIBISNIS IKAN PATIN SEKOL

SISTEM USAHA AGRIBISNIS IKAN PATIN TUGAS MK. SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS

  Disusun Oleh :

  1. Andreas R Simanjuntak

  (H351130351)

  2. Elvin Desi Martauli

  (H351130151)

  3. January Rizki

  (H351130431)

  4. Ni Made Nike Zeamita (H351130161)

  5. Ricky Herdiyansyah

  (H351130381)

  6. Timbul Rasoki

  (H351130261)

SEKOLAH PASCASARJANA MAGISTER SAINS AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013

DAFTAR ISI

  Halaman

  DAFTAR TABEL ...................................................................................

  iv

  DAFTAR GAMBAR ................................................................................

  v

  1

  I. PENDAHULUAN ........................................................................

  1

  1.1 Latar Belakang ...........................................................................

  1.3 Tujuan ........................................................................................ 5

  7

  II. GAMBARAN UMUM KOMODITAS ......................................

  7

  2.1 Profil Ikan Patin ................................................................

  2.2 Sejarah Budidaya Patin di Indonesia .................................. 11

  III. SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS ......................................... 13

  3.1 Subsistem Hulu .................................................................... 13 3.3.1Gambaran Industri Benih Ikan Patin di Indonesia ...... 13

  13

  3.3.1.1 Kebutuhan dan Produksi Patin Indonesia.....

  15

  3.1.2 Gambaran Industri Pakan Indonesia ..........................

  15

  3.1.2.1 Kebutuhan dan Produksi Pakan Indonesia..

  15

  3.1.2.2 Penggunaan Pakan di Daerah ........................

  17

  3.1.2.3 Gambaran Umum Industri Pakan .................

  21

  3.1.3 Gambaran Umum Penggunaan Teknologi ...............

  21

  3.1.3.1 Penggunaan Teknologi di Indonesia ............

  26

  3.1.3.2 Industri Alat Pertanian Indonesia .................

  27

  3.1.4 Vaksin dan Obat-obatan dalam Budidaya Patin.......

  29

  3.2 Subsistem On Farm ............................................................

  29

  3.2.1 Perkembangan Produksi Usahatani Ikan Indonesia

  3.2.1.1 Perkembangan Produktivitas Indonesia .... 29

  30

  3.2.1.2 Perkembangan Produktivitas Daerah Sentra

  32

  3.2.2 Perkembangan Luas Lahan Usahatani Indonesia.......

  33

  3.2.3 Analisis Keragaan Usahatani Patin Indonesia ...........

  33

  3.2.3.1 Pola Usahatani Ikan Patin Indonesia ............

  34

  3.2.3.2 Penggunaan Input Pada Usahatani ...............

  37

  3.2.3.3 Efisiensi Teknis Usahatani ...........................

  37

  3.2.4 Faktor Penyebab Gagal Panen ..................................

  39

  3.2.5 Struktur Biaya dan Pendapatan Usahatani ...............

  52

  3.3 Subsistem Hirir ...................................................................

  54

  3.3.1 Subsistem Pengolahan ...............................................

  65

  3.3.2 Subsistem Pemasaran .................................................

  65

  3.3.2.1 Dinamika Pasar Ikan Patin Dunia ................

  67

  3.3.2.2 Dinamika Pasar Ikan Patin Domestik ..........

  72

  3.3.2.2.1 Trend Permintaaan Ikan Patin .......

  76

  3.3.2.2.2 Trend Harga Ikan Patin ..................

  79

  3.3.2.2.3 Ekspor dan Impor Ikan Patin ........

  86

  3.3.2.3 Analisis Sistem Tataniaga Ikan Patin .............

  87

  3.3.2.3.1 Margin dan Rantai Tataniaga .........

  90

  3.3.2.3.2 Struktur Pasar Ikan Patin ................

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

  Perkembangan jumlah penduduk di Indonesia dan Negara-negara muda dalam lima puluh tahun terakhir sangat maju pesat. Pada awal kemerdekaan jumlah penduduk Indonesia hanya sekitar 60 juta jiwa tetapi pada saat sekarang ini jumlah penduduk Indonesia lebih kurang 700 juta jiwa. Peningkatan jumlah penduduk berarti peningkatan jumlah kebutuhan termasuk kebutuhan pangan, kebutuhan bahan pangan sumber protein hewani seperti ikan juga ikut meningkat.

  Salah satu zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh kita adalah protein. Protein ini didalam tubuh selain untuk mengganti sel-sel yang rusak, juga untuk pertumbuhan. Protein dibedakan menjadi 2 menurut sumbernya yaitu protein nabati yang berasal dari tumbuhan dan protein hewani yang berasal dari hewan baik berupa daging, telur, susu maupun ikan. Ikan sebagai salah satu sumber protein hewani saat ini merupakan bahan makanan yang murah dan mudah didapat serta mudah dikembangbiakkan. Namun memang diakui bahwa hingga saat ini produksi ikan yang terbesar masih merupakan hasil tangkapan dilaut dan masih sedikit yang merupakan hasil pemeliharaan di kolam.

  Produksi ikan periode awal sejarah kehidupan manusia dilakukan melalui usaha berburu. Manusia pada saat itu selalu bermukim dekat dengan sumber air seperti sungai, waduk, danau atau rawa, dengan kondisi seperti itu manusia sangat dengan mudah dapat memenuhi kebutuhan ikan. Hasil buruan atau tangkapan ikan diperairan umum semakin berkurang. Hal ini sebagai akibat adanya peningkatan intensitas penangkapan, perubahan iklim, perubahan badan air dan pencemaran. Sehingga dalam kondisi seperti itu usaha pemeliharaan ikan atau budi daya merupakan alternative pilihan yang potensial untuk memenuhi kebutuhan penduduk terhadap ikan.

  Budi daya ikan bukannlah sesuatu yang baru bagi masyarakat Indonesia. Ratusan tahun yang lalu pada zaman Hindu Abad 13-14, kitab kutaramenawa telah menuliskan undang-undang tentang Siwakan atau pengaturan air yang diduga

  Usaha budidaya ikan di kolam selain bisa menyediakan sumber protein juga dapat dijadikan mata pencaharian. Maka dalam mengusahakan nya haruslah memperhatikan factor teknis maupun social ekonomis. Sebab tidak jarang orang yang telah mengeluarkan jutaan rupiah untuk membangun suatu uni perkolaman bisa menderita kerugian, karena debit air tidak mencukupi pada musim kemarau atau sering kebanjiran jika musim hujan tiba.

  Teknologi budidaya ikan terdiri atas suatu rangkaian usaha meliputi pembenihan, pembesaran, pemberian pakan, pengelolaan air, pengendalian hama penyakit, pengelolaan hasil dan pemasaran. Usaha pembesaran ikan memerlukan benih atau ikan yang berusia muda.

  Pada era globalisasi, hanya mengandalkan kemampuan memanfaatkan sumber daya secara optimal untuk mencapai tingkat produksi yang tinggi ternyata tidak cukup. Hal tersebut juga dibarengi dengan peningkatan mutu produk budidaya yang dihasilkan melalui penerapan standarisasi hasil perikanan. Perbaikan mutu produk perikanan harus dumulai dengan perbaikan mutu benih dan induk penghasil benih, selain melakukan kegiatan budi daya secara lebih baik sesuai kaidah yang ditentukan.

  Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya perikanan yang cukup besar, terutama dalam perbendaharaan jenis jenis ikan. Diperkirakan sekitar 16 spesies ikan yang ada di dunia hidup di perairan Indonesia. Menurut data, total jumlah jenis ikan yang terdapat di perairan Indonesia mencapai 7.000 jenis (spesies). Hampir sekitar 2000 spesies di antaranya merupakan jenis ikan air tawar.

  Di Indonesia, diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 250 juta jiwa pada tahun 2015, saat itu kebutuhan protein perkapita per hari sekitar 36,2 gram. Dari jumlah tersebut, sekitar 60 atau 21,72 gram protein diharapkan dapat dipenuhi dari sector perikanan dan sisanya dari peternakan. Besarnya kebutuhan protein yang berasal dari perikanan tersebut setara dengan 42 kg ikan per kapita per tahun. Dengan demikian kebutuhan penduduk Indonesia terhadap ikan pada tahun 2015 diperkirakan

  Ikan air tawar merupakan jenis ikan yang hidup dan menghuni perairan daratan (inland water), yaitu perairan dengan kadar garam (salinitas) kurang dari 5 permil. Menurut kartamihardja, et.al. 2007, luas perairan daratan di Indonesia mencapai 54 juta ha. Angka tersebut mencakup perairan umum daratan dengan luas sekitar 13,85 juta ha (terdiri dari sungai dan paparan banjir seluas 12 juta ha, danau seluas 1,80 juta

  ha dan waduk seluas 0,05 juta ha). Dari sekitar 2000 spesies ikan air tawar yang terdapat di Indonesia sedikitnya ada 27 jenis yang sudah di budi dayakan. Ikan ikan yang dibudidayakan tersebut merupakan jenis ikan konsumsi yang memiliki nilai ekonomi penting. Ikan bernilai ekonomi penting mengandung arti bahwa ikan tersebut merupakan jenis ikan yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk diperdagangkan dan di budidayakan di tanah air.

  Umumnya pembudidayaan ikan air tawar bernilai ekonomi penting di Indonesia dilakukan di kolam budi daya , baik secara tradisional, semi intensif maupun intensif. Pembudidayaan ikan secara tradisional dan semi intesif umumnya dilakukan di kolam dengan konstruksi sederhana. Jenis jenis ikan budi daya air tawar yang memiliki nilai ekonomi tinggi di Indonesia, selain merupakan jenis ikan endemic (asli perairan Indonesia), sebagian lainnya merupakan ikan introduksi (ikan pendatang yang dimasukkan dari Negara lain).

  Jenis ikan air tawar bernilai ekonomis penting yang sudah dikenal dan diperdagangkan

  saat ini adalah ikan

  mas,tawes,nilem,jelawat,semah,mola,kowan,patin,baung,lain,Lele

  local dan

  pembesarannya sudah dikuasai dengan baik dan sudah disebarluaskan ke berbagai daerah di tanah air. Khusus untuk nila,mas,patin,lele dumbo dan gurami merupakan jenis ikan bernilai ekonomi penting yang sangat popular dan sudah dibudi dayakan secara intensif. Dalam pengembangannya pemerintah menyiapkan beberapa program khusus untuk masing-masing komoditas tersebut. Salah satunya untuk mempercepat pencapaian produksi dan target pemasaran perikanan dikembang kan konsep pembangunan perikanan berbasis wilayah dengan pendekatan dan system manajemen

  Tabel 1. Kawasan Minapolitan Percontohan (Pilot Project) tahun 2011

  2 Kepulauan Riau

  Muaro Jambi

  Patin

  4 Sumatera Selatan

  Musirawas

  Nila, ikan mas

  Rumput laut

  7 Jawa Barat

  Bogor

  Lele

  8 Jawa Tengah

  Banyumas,klaten

  Gurami,nila,lele

  10 Jawa Timur

  Blitar,Gresik

  Ikan hias

  11 NTB

  Sumbawa

  Rumput Laut

  12 NTT

  Sumba Timur

  Rumput Laut

  13 Kalimantan Selatan

  Banjar

  Patin dan Nila

  14 Sulawesi Selatan

  Maros

  Udang windu

  15 Sulawesi Tengah

  Morowali

  Rumput laut

  18 Kalimantan Tengah

  Kapuas

  Patin

  Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan Salah satu keunggulan patin adalah bisa dibudidayakan dilahan marjinal,seperti

  lahan yang tidak memiliki sumber daya air terus menerus (tanpa irigasi), tetapi bisa dijadikan sebagai kolam tadah hujan atau lahan rawa yang kualitasnya tidak terlalu bagus.

  Produksi ikan patin semula hanya ikan patin lokal tangkapan yang berasal dari perairan umum di beberapa provinsi di Sumatera dan Kalimantan. Namun, saat ini produksi ikan patin sebagian besar adalah hasil budidaya, terutama sejak diperkenalkannya ikan patin jenis siam dari Thailand. Wilayah produksi budidaya ikan patin terdapat pada daerah tertentu, seperti di Sumatera Selatan, Lampung, Jambi, Riau Kalimantan Selatan dan Jawa. Dari segi sumber daya yang tersedia, wilayah tersebut cukup potensial untuk pengembangan budidaya ikan patin. Tidak diperoleh informasi mengenai produksi ikan patin dari budidaya dan perairan umum di Indonesia, namun dari hasil wawancara dengan peneliti di beberapa Balai Riset Perikanan Air tawar diperoleh kesan bahwa produksi ikan patin di Indonesia masih tergolong sedikit.

  Dalam usaha budidaya ikan patin persyaratan lokasi yang harus dipenuhi untuk mencapai produksi yang menguntungkan meliputi sumber air, kualitas air dan tanah serta kuantitas air. Kriteria persyaratan tersebut berbeda tergantung daripada sistem budidaya yang digunakan. Sebelum menetapkan lokasi usaha, selain harus memenuhi persyaratan tersebut perlu pula dipastikan kelayakan lokasi budidaya ditinjau dari segi gangguan alam, gangguan pencemaran, gangguan predator, gangguan keamanan dan gangguan lalu lintas angkutan air.

  Saat ini permintaan pasar ikan patin cukup menjanjikan, terutama pasar local untuk patin Bangkok (warna daging merah) dan pasar ekspor untuk patin jambal (warna daging putih). Sentra pengembangan patin meliputi Provinsi Jambi, Sumatra Selatan, lampung, Jawa Barat dan lainnya.

1.2 Tujuan

  Adapun tujuan penelitian yang di lakukan penulis dalam makalah ini adalah unutk :

  1. Mengetahui dan memahami serta mempelajari Sistem dan Usaha Agribisnis

  Ikan Patin di Indonesia

  2. Untuk mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi masing-masing

  subsistem yang terkait dalam Agribisnis Ikan Patin di mulai dari Subsistem Hulu yakni persiapan input, budiddaya, pengolahan , sampai ke pemasaran

  3. Mengetahui serta menganalisis system Komoditi ikan patin di Indonesia

  4. Dapat memberikan kontribusi saran dalam pengembangan system usaha

  agribisnis Ikan Patin yang berdaya saing

II GAMBARAN UMUM KOMODITAS

2.1. Profil Ikan Patin

  Bagi masyarakat Indonesia, patin merupakan salah satu jenis ikan konsumsi yang cukup digemari. Umumnya ada dua jenis patin yang ada di pasaran saat ini, yaitu patin local dan patin silam. Patin local adalah patin asli Indonesia yang berasal dari sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan, sedangkan patin siam merupakan jenis ikan patin yang di introduksi dari Thailand.

  Patin termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting. Harga jualnya cukup menjanjikan, umumnya di atas harga jual rata-rata ikan konsumsi jenis lain. Dari semua jenis ikan keluarga lele-lelean, rasa daging patin boleh dibilang termasuk yang sangat enak, bahkan tidak sedikit orang yang menjadi fanatic mengonsumsi daging patin, khususnya di Sumateram menu patin yang paling digemari adalah patin asam pedas yang menjadi masakan favorit etnis melayu dan terkenal hingga ke Negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam

  Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini.

  Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan tawar lokal, warna putih seperti perak, punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan patin relatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri khas golongan

  Ikan patin didatangkan dari Bangkok (Thailand) ke Bogor pada tahun 1972. Jenis ikan ini mempunyai harapan baik karena pertumbuhannya tergolong cepat dan dapat mencapai ukuran individu yang sangat besar maupun dapat dipelihara secara intensif (Hardjamulia, 1975 dalam Sumantadinata, 1983 dalam Sulistio, 2001). Klasifikasi ikan patin Pangasius hipophthalmus (Saanin, 1984 dalam Sulistio, 2001) adalah sebagai berikut:

  : Pangasius hypophthalmus Secara umum ikan patin memiliki bentuk badan sedikit memipih, tidak

  bersisik, mulut subterminal dengan empat sungut peraba (barbels). Terdapat patil pada sirip punggung dan sirip dada. Sirip analnya panjang mulai dari belakang anus sampai pangkal sirip ekor (Arifin, 1997 dalam Wibowo, 2001). Sirip punggung mempunyai duri yang bergerigi, mempunyai sirip tambahan (adipose fin), terdapat pula garis lengkung yang berawal dari kepala sampai pangkal sirip ekor, sirip ekor bercagak dengan tepi berwarna putih. Warna badan kelabu kehitaman, sirip anal putih dengan garis hitam di tengah (Sumantadinata, 1983 dalam Wibowo, 2001).

  Ikan ini sesekali muncul ke permukaan untuk mengambil oksigen langsung dari udara (Arifin, 1997 dalam Wibowo, 2001). Menurut Robert dan Vidthayanon (1991) dalamWibowo (2001), gelembung renang ikan patin merupakan organ yang mirip dengan organ pernapasan. Kekhasan tapis insangnya terletak pada keadaan

  Ada beberapa jenis tipe ikan patin yang ada di Indonesia yakni :

  a. Patin Bangkok Pada awalnya, jenis patin yang popular dibudidayakan di Indonesia adalah patin Bangkok atau jamal siam atau patin siam (pangasius hyphopthalmus sinonim pengasius sutchi). Patin jenis ini merupakan jenis patin yang di introduksi dari Thailand, sehingga sering juga disebut dengan lele Bangkok. Patin Bangkok memiliki keunggulan menghasilkan banyak telur, sehingga secara otomatis menghasilkan benih yang banyak. Namun saying warna dagingnya yang merah tidak begitu disukai oleh pasar ekspor.

  b. Patin jambal Patin jambal (Pangasius djambal) merupakan jenis patin local. Patin ini banyak terdapat di beberapa sungai besar di Sumatera dan Kalimantan. Keunggulan patin ini terletak pada ukuran tubunya yang besar dan dagingnya yang berwarna putih, sehingga di sukai oleh pasar ekspor, namun jumlah telurnya tidak begitu banyak, sehingga hasil benihnya pun sedikit.

  c. Patin Super Harapan Pertiwi (Pasupati) Untuk menutupi kekurangan pada kedua jenis patin sebelumnya, para ahli akhirnya mengawinsilangkan patin siam betina dengan patin jambal jantan. Dari perkawinan silang ini, dihasilkan patin unggul (hibrida) yang disebut dengan patin super harapan pertiwi (pasupati). Keunggulan patin ini diantaranya memiliki daging berwarna putih, kadar lemak yang relative rendah, laju pertumbuhan tubuh yang relative cepat, dan jumlah telur yang relative

  d. Patin Kunyit Selain tiga jenis diatas, ada juga jenis patin local yang popular, yakni patin kunyit (jenis patin local) yang banyak ditemukan di sungai-sungai besar Riau.

  e. Pangasius Bocourti Jenis patin lainya adalah Pangasius bocorti yang merupakan komoditas ekspor di eropa, Amerika Serikat, dan beberpa Negara di Asia. Ikan jenis ini banyak ditemukan di perairan umum dinegara Vietnam dan mirip dengan patin jambal.

  Kerabat ikan patin lainnya :

  a. Pangasius polyuranodo

  Memiliki bentuk tubuh tinggi, memiliki tujuh jari-jari lunak dan dua belas jari keras disirip punggungnya. Sirip lemak dibagian punggungnya tergolong kecil. Sirip ekornya bercgak simetris. Panjang tubuh maksimum 50 cm

  b. Pangasius macronema

  Memiliki sungut yang lebih panjang dari pada panjang kepalanya. Garis tengah tubuh dan perutnya jelas terpisah diawal sirip dada. Gigi veromine-nya terpisah-pisah dan memiliki 37-45 sisir saring tipis di lengkung ingsang pertama.

  Pangasius micronemus Memiliki gigi veromine yang terpisah atau bertemu di satu titik. Matanya

  sangat besar, kira-kira seperempat panjang kepala. Moncongya berbentuk segi. Bentuk cuping rahang bawahnya memanjang. Memiliki 13-16 sisir saring di lengkung ingsang pertama.

  Betuk moncong yang runcing tajam. Kumpulan veromine memiliki lebar tiga kali lebih panjang dari pada panjang tubuhnya. Matanya sangat kecil, enam kali lebih pendek daripada panjang kepala. Letak matanya di atas garis sudut mulut. Saat mulutnya tertutp seluruh gigi-gigi rahang atas terlihat jelas.

  d. Pangasius niewanheisii

  Dicirikan dengan gigi veromine dan palatine yang bersatu didalam bidang lebar. Tonjolan tulang lengan di pangkal sirip dadanya memanjang sejauh tiga perempat atau dua pertiga panjang sirip dada. Bentuk moncongnya meruncing. Penyebaran ikan ini hanya ada di Kalimantan Timur.

2.2 Sejarah Budi Daya Ikan Patin di Indonesia

  Ikan Patin termasuk ikan yang beraktifitas pada malam hari atau noctural. Ia termasuk ikan demersalatau ikan dasar . Secara fisik memang dari bentuk mulut yang lebar persis seperti ikan demersal lain seperti lele dan ikan gabus. Malam hari ia akan keluar dari lubangnya dan mencari makanan renik yang terdiri dari cacing, serangga, udang sungai, jenis-jenis siput dan biji-bijian juga. Dari sifat makannya ikan ini juga tergolong ikan yang sangat rakus karena jumlah makannya yang besar.

  Ikan patin merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Ikan patin dikenal sebagai komoditi yang berprospek cerah, karena memiliki harga jual yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan ikan patin mendapat perhatian dan diminati oleh para pengusaha untuk membudidayakannya. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang 35-40 cm. Sebagai keluarga Pangasidae, ikan ini tidak membutuhkan perairan yang mengalir untuk “membongsorkan“ tubuhnya. Pada perairan yang tidak mengalir dengan kandungan oksigen rendahpun sudah memenuhi syarat untuk membesarkan ikan ini. Ikan patin berbadan panjang untuk ukuran ikan

  Ikan patin banyak di jumpai di Provinsi Riau, Indonesia. Menurut masyarakat setempat, dulunya ikan ini hanya ada di daerah aliran sungai Indragiri, sungai siak, sungai Kampar, dan sungai rokan. Ikan patin yang asli adalah berasal dari sungai dan memiliki aroma khas. Selain itu ikan patin yang dari sungai biasanya memiliki ukuran lebih panjang dan lebih berat. Pada era tahun 1970-an hingga 1980-an, masyarakat riau masih sering menjumpai ikan patin yang panjangnya sampai satu meter lebih.

  Namun pada saat ini ikan patin yang asli dari sungai sudah jarang dijumpai. Maka sejak 10 tahun terakhir budidaya ikan patin sudah mulai ramai dilakukan oleh masyarakat riau. Namun hasilnya sangat berbeda dengan ikan asli dari sungai. Ikan patin hasil budidaya ukurannya lebih pendek dan ringan, rata-rata hanya sepanjang 25-50 cm dengan berat kurang dari satu kilogram dan terkadang masih berbau tanah.

III SISTEM DAN USAHA AGRIBISNIS

3.1 Subsistem Hulu

3.1.1 Gambaran Industri Benih Ikan Patin di Indonesia

  3.1.1.1 Kebutuhan dan produksi benih ikan patin di Indonesia

  Patin termasuk jenis ikan air tawar yang memiliki nilai bernilai ekonomi penting. Harga jualnya cukup menjanjikan, umumnya di atas harga jual rata-rata ikan konsumsi jenis lain. Mahalnya harga jual patin kerena rasa dagingnya yang enak, lezat, dan gurih. Minat peternak dalam membudidayakan patin memang belum sebesar minat membudidayakan ikan mas. Padahal tingkat permintaan konsumen terhadap ikan ini tidak pernah turun, bahkan cenderung mengalami kenaikan setiap tahunnya. Budidaya patin tidaklah sesulit dan serumit yang dibayangkan selama ini. Selain dapat dipelihara dikolam biasa seperti yang umum dilakukan pada pembudidayaan ikan lain-pemeliharaan patin juga dapat dilakukan di berbagai media lain di lokasi yang terbatas. Misalnya didalam bak tembok atau bak fiberglass yang diletakkan di dalam ruangan, didalam tanah yang dilapisi plastic terpal atau di saluran air yang diberi pembatas agar ikan tidak kabur. Namun pemeliharaan di media-media tersebut harus di dukung dengan penguasaan teknik intensifikasi pembudidayaannya.

  Dari segi produksi, ada dua hal yang merupakan keunggulan patin. Pertama ikan ini termasuk doyan makan, sehingga pertumbuhannya sangat cepat. Dapat mencapai pangjang 35-40 cm meskipun baru dipelihara selama enam bulan. Panjang patin dewasa mencapai sekitar 120 cm. ukuran tubuh seperti ini tergolong besar bagi ikan jenis lele-lelean. Bentuk tubuhnya memanjang dengan warna dominan putih berkilauan, seperti perak dan dibagian punggungnya berwarna kebiruan.

  Hingga saat ini diketahui antara jumlah produksi dengan jumlah permintaan patin belum seimbang, pasalnya jumlah produksi yang ada menunjukkan kecendrungan selalu lebih rendah daripada jumlah permintaan. Ini artinya peluang usaha pembudidayaan patin masih sangat terbuka lebar. Ikan patin, menjadi salah satu komoditas unggulan di Indonesia untuk mendorong program percepatan industrialisasi jenis perikanan budi daya. Selain untuk memenuhi

  Pembenihan produksi ikan patin merupakan kegiatan pokok dan bisa dikatakan merupakan kunci keberhasilan dari kegiata lainnya. Tanpa pembenihan, subsistem yang lainnya tidak akan dapat berjalan. Pasalnya kegiatan pendederan memerlukan benih yang berasal dari kegiatan pembenihan. Pembenihan ini dilakukan selama 2 -3 minggu sejak persiapan induk, pemijahan, sampai menghasilkan benih berukuran 1 – 2 cm. pembenihan bisa dilakukan di dalam bak tembok (beton) atau di kolam tanah berukuran 100 m. selama pemeliharaan di kolam, induk patin diberikan pakan tambahan yang cukup mengandung protein. Komposisi pakan untuk induk patin terdiri atas 35 tepung ikan, 30 dedak halus, 25 menir beras, 10 tepung kedelai serta 0,5 vitamin dan mineral. Campuran bahan pakan tersebut dibuat menjadi pasta dan diberikan sebanyak 5 per hari dari bobot induk selama lima hari dalam seminggu. Pemberian pakan dilakukan pada pagi dan sore hari. Untuk mempercepat kematangan gonand, dua kali seminggu induk patin diberi pakan ikan rucah atau ikan yang tidak layak konsumsi manusia sebanyak 10 dari bobot induk yang dipelahara.

  Sementara itu larva yang baru menetas di bak penetasan sampai usia lima hari tidak diberi pakan karena masih memiliki cadangan pakan berupa kuning telur. Pada hari ke enam, larva di pindah ke tempat pemeliharaan berupa akuarium atau fiberglass selama 2-3 minggu. Selama pemeliharaan dari hari pertama sampai hari ke

  10, benih patin diberikan pakan tambahan berupa artemia yang telah ditetaskan di tempat terpisah. Pemberian pakan dilakukan setiap 3-4 jam sekali. Setelah hari ke 10 benih patin dapat diberi pakan berupa kutu air, jentik nyamuk atau cacing sutera.

3.1.2 Gambaran Industri Pakan di Indonesia

3.1.2.1 Kebutuhan Dan Produksi Pakan Di Indonesia

  Menurut Direktur Jenderal Perikanan Budidaya, Slamet Soebjakto, pakan merupakan komponen biaya terbesar dalam suatu usaha budidaya ikan, mencapai 70 – 80. Sasaran produksi patin pada tahun 2013 yang mencapai 1,1 juta ton diperkirakan membutuhkan pakan sebesar 1,3 juta ton. Kebutuhan pakan ini akan meningkat menjadi 2,2 juta ton pada tahun 2014 karena target produksi patin juga meningkat menjadi 1,8 juta ton.maka dari itu kebutuhan pakan akan meningkat.

  Gambar 1. Pakan ikan patin

  Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5 dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena ikan patin lebih aktif pada malam hari.

3.1.2.2 Penggunaan Pakan Di Daerah (Jawa Dan Luar Jawa)

  Pada kegiatan budi daya, makanan ikan patin akan berubah-ubah sejaan dengan pertambahan umur dan perkembangannya. Larva patin yang berumur 0-2 hari belum diberi tambahan makanan karena masih memiliki cadangan makanan berupa

  Salah satu pakan ikan patin selain pakan buatan pabrik atau pelet ikan atin dapat diberi magot. Saat ini pabrik pakan ikan magot sudah ada di kalimantan barat tepatnya di Desa Kenanam Kecamatan Sekayam Kabupaten Sanggau. Pakan ikan berbahan baku magot tersebut sesuai dengan program kementrian kelautan yaitu memanfaatkan limbah mnjadi brnilai untuk masyarakat dan yang pertama di indonesia.

  Selain itu Kementerian Kelautan dan Perikanan menjadikan Provinsi Jambi sebagai percontohan untuk pengembangan pakan ikan patin. Yang menjadi permasalahan di Jambi yaitu mahalnya biaya produksi karena biaya transprtasi hal ini dikarenanproduksi ikan rucak ( ikan campur) sebagai bahan baku pelet yang biasanya diperoleh dari Kabupaten Tanjung Jabung Barat sangat minim. Begitu pula dedak, bahan pakan lainnya. Sehingga harus memesan dari Palembang dan Lampung.

  Jambi merupakan salah satu sentra patin di Indonesia berinisiatif untuk mendukung program pengembangan pakan ikan patin dengan bekerjasama dengan PT. Sinta Prima Feedmill untuk menyediakan pakan ikan patin (direktur Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan, Slamet Soebjakto, 21 juni 2013 dalam jaringan news.com)

  Di wilayah Jawa Tengah telah dikembangkan beberapa jenis pakan yang bisa diolah sendiri seperti eceng ondok, teratai, dan sejumlah jenis rumput laut bisa diolah

3.1.2.3 Gambaran Umum Industri Pakan

a. Produsen

  Seperti yang dituturkan kepala dinas kelautan dan perikanan provinsi kalimantan barta, Gatot rudiyo (11-10-13) kebutuhan pakan saat ini berasaldari jawa. Produsen nya juga berada disana, sehingga petani sering kesulitan pasokan, dan harga pakan mencapai Rp.15.000 perkilogram. Dengan menggunakan magot, harga pakan akan bisa murah mencapai rp. 5.000 perkilogrmnya. Saat ini pabrik pakan magot di kalimantan barat baru mampu mmproduksi 2,5 ton perbulan atau 50 ton pertahun. Sedangkan kebutuhan pakan khusus daerah kalbar bisa mencapai 900 ribu ton pertahun (anonim, 2013 oktber 12, budidaya-ikan.comkalbar-miliki-pabrik-pakan- ikan-magot-pertama-di-indonesia)

  Pemberian pakan pada sistem karamba dan fence yang dilakukan di kabupaten OKI adalah sebagai berikut :

  - Sistem Karamba : Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem karamba dilakukan sejak benih ditebar sampai saat ikan dipanen dengan jumlah pakan disesuaikan dengan umur ikan. Pemberian pakan dilakukan hanya satu kali pada sore hari. Dengan padat penebaran 1.250 ekor per karamba, pakan yang diberikan pada benih berumur 1-2 bulan adalah sebanyak 30 kg per bulan dan pada umur 3-6 bulan sebanyak 300 kg per bulan - Sistem fence : Pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik pada sistem fence dilakukan sejak benih ditebar di transito sampai benih berumur 2 bulan. Pada umur ikan 3 bulan pemberian pakan berupa pelet buatan pabrik ditambah dengan pakan ramuan sendiri. Dosis pakan per 12.500 ekor penebaran pada bulan pertama adalah 50 kg, pada bulan kedua 150 kg dan pada bulan ketiga 300 kg. Setelah umur ikan lebih dari 3 bulan pakan

  Pakan rebus : Bahan baku pembuatan pakan rebus terdiri atas ikan asin kualitas rendah (below standard = BS), tepung katul dan dedak halus dengan komposisi sebagaimana terdapat pada Tabel. Jumlah bahan baku yang disediakan adalah untuk pemberian pakan bagi 10 ribu ekor ikan.

  Tabel 2. Komposisi Bahan Baku Pakan Rebus Buatan Sendiri

  Komposisi menurut umur ikan di pembesaran

  Bahan Baku

  (kghari)

  4 bulan

  5 bulan 6-7 bulan

  8-10 bulan

  a. Ikan asin BS

  b. Tepung katul

  c. Dedak halus

  Adapun peralatan yang digunakan untuk pembuatan pakan adalah wadah dari tong (ukuran setengah drum), kompor pompa minyak tanah dan tungku masak. Cara membuatnya adalah sebagai berikut. Campuran bahan diramu di dalam tong dan ditambah air bersih, diaduk sampai rata dan direbus selama 2 jam, kemudian didinginkan. Setelah dingin, pakan yang masih diwadahi dalam tong atau dimasukkan kedalam karung plastik diangkut dengan perahu ke lokasi fence. Pemberian pakan dilakukan sekali dalam sehari pada sore hari dengan cara pakan dikepalkan dalam genggaman kemudian disebarkan di seluruh permukaan air. Menurut keterangan pembudidaya pemberian pakan dengan cara ini, hanya 75 pakan yang dapat

  Program pembuatan pakan berbasis bahan lokal untuk pakan patin di Kampar diakui membantu petani, karena harga yang murah membuat petani tidak harus mengeluh untuk membeli pakan apalagi pakan tersebut mudah didapatkan. Karena selama ini selain harganya yang cukup mahal kadang kitapun harus menunggu cukup lama. biasanya pembudidaya membeli pakan untuk budidaya patin ini dari pabrik dengan harga Rp 9000kg, sehingga petani harus mengeluarkan uang yang sangat besar untuk membeli pakan, apalagi dalam budidaya ikan ini 70 persen kebutuhan adalah untuk pakan.

b. Karakteristik produk

  Ikan patin dapat diberi berbagai jenis pakan, mulai dari pakan buatan pabrik (pellet), makanan alami, buatan olahan sendiri dan lainnya yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Namun memiliki khasiat yang sama. Kriteria pakan alami yang baik untuk larva ikan, adapun kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Bentuk serta ukuran pakan alami harus sesuai dengan lebar mulut larva ikan

  2. Pakan alami harus mudah kita kembangbiakan untuk persiapan pasokan

  3. Kandungan nutrisi dalam pakan alami tersebut harus tinggi

  4. Pakan alami tidak beracun dan tidak juga mengeluarkan racun

  Beberapa jenis pakan alami untuk larva yang biasa diberikan dan memenuhi kriteria di atas, serta sudah banyak pembudidaya mengembangbiakannya adalah seperti Kutu air (moina serta dapnia), Artemia, Infusoria, Rotifera, Tetraselmis, Chlorella, Diatomae, Cacing sutra (cacing tubifex).

  Pakan yang baik yaitu memiliki kriteria sebagai berikut :

  1. Mempunyai gizi yang tinggi

  2. Mudah diperoleh

  3. Mudah diolah

  4. Mudah dicerna

  5. Harga relative murah

  6. Tidak mengandung racun

c. Produksi pakan

  Menurut KKP RI , Untuk mengatasi penyediaan pakan buatan (Pellet) dengan jumlah dan kualitas yang baik. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan pellet yaitu :

  1. Pellet harus mudah dicerna oleh ikan.

  2. Mempunyai kandungan gizi yang cukup, terutama kandungan proteinnya harus

  diatas 25, selain itu harus juga mengandung lemak. Vitamin, mineral, zat kapur dan karbohidrat.

  3. Pellet harus mempunyai daya apung serta tidak cepat hancur di air.

  4. Pellet harus dapat disimpan dalam jangka waktu yang lama.

  Cara pembuatan pellet,yaitu a.Memprsiapkan bahan baku, menyusun jumlah setiap komponen dan menimbang

  dengan susunan formulasi seperti tabel 3.

  Tabel 3. Formulasi Pakan Ikan Patin

  No Bahan

  Knadungan Kandungan

  1 Tepung Ikan

  2 Tepung Kedelai

  3 Bungkil Kelapa

  4 Tepung Jagung

  5 Dedak Halus

  6 Tepung Tapioka

  7 Vitamin

  8 Mineral

  dedakhalus,tepung jagung satu wadah hingga merata, pada wadah yang terpisah dicampurpula dengan vitamin mix dan mineral mix. Kemudian kedua wadah tersebutdicampurkan hingga merata.

  c. Buat perekat dari tepung sagu dengan volume air 500 ml untuk 1 Kg pakan

  setelah merata dan kental kemudian dicampurkan dengan campuran bahan baku seperti pada huruf b diatas kemudian diaduk sampai merata.

  d. Membentuk adonan pakan diatas menjadi gumpalan-gumpalan untuk

  memudahkan dalam proses pencetakan pellet.

  e. Pencetakan pelet dengan mesinalat pellet disesuaikan dengan piringannya dengan

  diameter pellet yang dikehendaki.

  f. Pengiriman pellet bisa dengan menggunakan oven 60 0

  C selama 24 jam atau

  diangin- anginkandijemur hingga kering.

  g. Mengemas pakan dan menyimpannya ditempat dingin dan kering.

d. Harga

  Harga pakan buatan (pelet) dipasaran umumm mencapai Rp. 7.500,- perkilogramnya. Harga ini relatif tinggi bila digunakan untuk usaha pemudidayaan. Karena untuk hitung-hitungannya tidak masuk dalm perhitungan usaha. Menurut Hasan, pembudidaya patin didaerah muaro jambi, idealnya harga pakan Rp.4.000 dengan harga ikan perkilogramnya Rp.12.000,- sehingga pembudidaya mendapatkan untung (Edwin, 2013)

3.1.3 Gambaran Umum Penggunaan Teknologi Pada Industri Ikan Patin Di

  Indonesia

3.1.3.1 Penggunaan Teknologi Pada Industri Ikan Patin Di Indonesia

  Penerapan teknologi terkini dalam produksi pakan ikan juga diperlukan. Salah satunya adalah Maggot sebagai bahan baku pembuatan pakan ikan. Namun yang menjadi persoalan yang harus diselesaikan yaitu mahalnya media pertumbuhan

  Gambar 2. Maggot sebagai Penamaan Yang Ditujukan Bagi Larva Lalat Black Soldier

  Menurut Januardani (2011) teknik pengembangan maggot, yaitu:

  1. Masukkan 3 Kg PKM (Palm Kernel Meal) bungkil kelapa sawit (barang buangan

  pabrik kelapa sawit) yang telah dihaluskan kedalam tong, kemudian tambahkan 6 literair aduk hingga rata

  2. Tutup bagian atas medium dengan daun pisang

  3. Tutup tong dengan kawat untuk menghindari pemangsa seperti tikus atau burung

  4. Tempatkan bambu yang telah dibelah diatas kawat untuk sirkulasi udara dalam

  tong

  5. Tutup tong dengan platik terpal untuk melindungi medium dari hujan dan

  evaporasi (penguapan) yang menyebabkan medium menjadi kering

  6. Setelah 2 minggu pindahkan media kultur kedalam fiber yang ditutup dengan kain

  sehingga soldier fly tidak bisa meletakkan telurnya lagi dimedium tersebut

  7. Maggot akan mencapai ukuran yang sama setelah 2 minggu selanjutnya bisa

  dilakukan pemanenan

  8. Panen dilakukan dengan cara mencuci medium kultur di air mengalir

  9. Maggot yang telah bersih siap diberikan kepada ikan sebagai pakan atau disimpan

  di freezer untuk penyimpanan

  10. Hasil konversi PKM dan Maggot adalah 3:1 ( 3 kg PKM akan menghasilakn 1 kg

  Maggot)

  Alsintan Pada Usahatani Ikan Patin

  Ada beberapa alat dan mesin yang digunakan dalam pembenihan dan pemeliharaan larva. Alat mesin merupakan sarana penunjang yang sangat vital dalam proses pembenihan ikan patin. Peralatan mesin atau listrik yang dibutuhkan dalam usaha pembenihan ikan patin diantaranya sumber listrik, genset, bloweraerator, pompa air dan water heater.

  1. Sumber listrik

  Sumber listrik sangat vital dalam usaha pembenihan hal ini karena semua alat yang digunakan untuk mendukung kelangsungan hidup telur dan pemeliharaan larva benih ikan patin secara insentif harus memperoleh pasokan listrik. Pasokan listrik dapat berasal dari PLN atau generator.

  Sumber listrik digunakan untuk semua peralatan yang menggunkan energi litrik. blower, aerator, heater dan alat pendukung tidak berfungsi karena listrik mati penetasan telur dan pemeliharaan larva tentu kan terganggu dan bisa menyebabkan kematian pada telur atau larva patin karena kekurangan supply oksigen. Sumber listrik juga penting untuk penerangan. Alat penrangan digunakan tentu pada malam hari atau pada saat cuaca mendung. Kapasitas listrik yang digunakan untuk alat pembenihan minimal 900 watt.

  2. Genset Genset merupakan cadangan pembangkit tenaga listrik yang dapat dioperasikan

  menggunakan bahan bakar solar atau bensin. Cadangan sumber ini sebagai upaya jika listrik dari PLN padam. Harga genset bermacam-macam tergantung merk. Biasanya mencapai Rp.2.500.000,- unit

  Gambar 3. Genset, sangat berperan saat listrik mati

  3. Pompa air

  Pompaair berfungsi untuk mempermudah pengelolaan air pada unit pembenihan dan pemeliharaan larva patin. Pompa air digunakan sebagai penyedot air dari tempat penampungan air keakuarium, bak fiberglass, bak terpal plastik, atau dari tempat lainnya.

  Terdapat dua model pompa air, yatu pompa air yang iasa digunakan rumah tangga dan pompa submersible berupa pompa celup yang dapat digunakan untuk mengalirkan air dari bak penampungan airsumur keakuarium atou bak pemeliharaan. Sementara itu pompa air yang biasa digunakan dalam rumah tangga berupa jet pump. Harga pompa air juga bermacam-macam tergantung merek dan kwalitas mulai dari Rp.200.000 – Rp. 700.000 perunitnya.

  Gambar 4. Pompa submersible, merupakan pompa celup yang kedap air

  Gambar 5. Pompa air berfungsi untuk mempermudah pengelolaan air

  4. Bloweraerator

  Pembenihan dan pemeliharaan larva ikan patin secara insentif membutuhkan supply oksigen yang cukup. Untuk itu dibutuhkan alat penyupllay oksigen berupa blower aerator. Alat ini merupakan pompa udara yang berfungsi untuk meningkatkan kandungan oksigen terlarut dalam air. Supllay oksigen terlarut dari bloweraerator sangat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan oksigen terlrut selama penetasan telur dan pemeliharaan larva patin. Selain itu, bloweraerator digunakan untuk penetasan telur Artemia sp.harga produk ini bisa mencapai Rp.500.000,- unit

  5. water heater

  Fungsi water heater adalah untuk menstabilkan suhu yang dikehendaki oleh telur ikan. Harga water heater untuk akuarium mulai dari Rp.55.000 – Rp.250.000 perunit tergantung besarnya watt.

  Gambar 6. Blower berfungsi untuk mensupply oksigen kewadah-wadah larva

3.1.3.2 Gambaran Industri Alat-Alat Pertanian Di Indonesia

  Sampai bulan Juni 2013, Lembaga Sertifikasi Produk BPMA Kementerian Pertanian telah menerbitkan 53 Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI (SPPT-SNI) dari 53 model alatmesin pertanian (alsintan). Empat diantaranya merupakan hasil keputusan sidang komisi teknis (komtek) tahun 2013, yaitu satu sertifikat hasil keputusan sidang komtek pertama dan tiga sertifikat diputuskan dari sidang komtek kedua bulan Juni lalu. Daftar alatmesin pertanian yang telah mendapatkan SPPT SNI dapat diunduh di sini. Daftar ini memuat jenis, merek dan model alsintan, SNI yang dijadikan acuan, produsen atau distributor alsintan yang disertifikasi, tanggal terbit dan tanggal berakhir sertifikat.

  Untuk pengajuan SPPT SNI, produsen atau distributor alsintan dapat menyampaikan permohonan sertifikasi untuk ruang lingkupmodel alsintan yang akan disertifikasi kepada LS-Pro BPMA Kementan. Rangkaian tahapan sertifikasi akan dilaksanakan dan selanjutnya akan disidangkan pada sidang komisi teknis. Dua tahapan evaluasi pada sidang komisi teknis harus dilalui, yaitu : I) perusahaan produsen alsintan harus sudah menerapkan sistem manajemen mutu dan II) alsintan yang akan disertifikasi harus memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia.

  Model alsintan yang lulus evaluasi berhak untuk diterbitkan Sertifikat Produk Pengguna Tanda SNI.

3.1.4 Vaksin Dan Obat-Oabatan Yang Digunakan Dalam Penanganan Budidaya Ikan Patin

  Peyedian obat-obatan untuk mengantisipasi terjadi gangguan pada kesehatan ikan. Obat-obatan tersebut antaranya, antibiotik, garamdapur, methelyn blue, dan alium permangad. Methelyn blue biasa digunakan untuk persapan penetsan telur dan pemeliharaan larva. Bahan ini berfungsi sebagai zat pembunuh bakteri dan jarad renik lainnya. Gram daput digunakan untuk menyucihamakan air akuarium dan membunuh bakteridan jasad renik dari tubuh ikan. Antibiotik yang sering digunakan untk ikan patin oxytetrasiklin dan endrofloxaxin, antibiotik ini berguna untuk mecegah timbulna berbagai penyakit.

  Namun dalam budidaya patin bukannya tanpa ancaman penyakit. Terbukti ditemukan pertama kali kasus kematian massal pada usaha pembesaran dan pendederan ikan patin di Desa Tangkit, Kecamatan Sungai Gelam, Jambi yang disebabkan bakteri Edwardsiella ictaluri. Bakteri yang menyebabkan penyakitEnteric Septicemia (ESC) itu menjadi problem baru dalam budidaya ikan patin.

  Infeksi bakteri Edwardsiella ictaluri sangat patogen pada ikan patin.Infeksi E. ictaluri biasanya terjadi pada ukuran kecil (0.2 gram) sampai dengan ukuran konsumsi (300 gram) selama periode musim hujan dari Maret hingga Mei. Gejala klinis infeksi bakteri E. ictaluripada budidaya ikan patin seperti abdomen membesar dan pendarahan atau kemerahan pada sekitar anus, terdapat bintik putih pada organ dalam misalnya antisipasi terjadi danatau perut bengkak (dropsy) Kerugian yang besar bagi para pembudidaya dengan mengakibatkan kematian mencapai 80 – 100.

  Penyakit ini menyerang ikan pada berbagai ukuran. Paling merugikan pembudidaya patin adalah jika penyakit ini menyerang pada ukuran menjelang panen.Vaksin E. Ictaluripada budidaya ikan patin sebagai salahsatu cara pengendalian

  Vaksinasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan ketahanan tubuh yang bersifat spesifik melalui pemberian vaksin (imunisasi aktif dan pasif). Aplikasi vaksin untuk pencegahan ESC ini merupakan yang pertama di Indonesia. Pernah dikembangkan di Amerika Serikat, akan tetapi beda isolat. Vaksin patin yang dikembangkan di AS menggunakan isolat yang sudah dimodifikasi atau dimutasi gen.

  Untuk proses pembuatan inaktif vaksinmelalui 2 tahap, yaitu reaktivasi bakteri dan kultur bakteri. Terkait respon pembudidaya terhadap vaksin ini, Ia sebutkan pembudidaya patin sangat menunggu kehadiran vaksin ini. Sekarang sudah mulai diproduksi massal oleh salahsatu perusahaan obat swasta asal Indonesia. Untuk harga, sangat terjangkau bagi para pembudidaya ikan patin. Yaitu di kisaran harga Rp 75.000 untuk perendaman 15.000 benih. Pembudidaya akan jauh lebih besar mendapatkan keuntungan dengan penerapan vaksin ini.

  Gambar 7. Penyakit ESC Yang Dialami Ikan Patin

3.2 Sub Sistem On Farm

3.2.1 Perkembangan Produksi Dan Produktivitas Usahatani Ikan Patin Di Indonesia

  Perkembangan budidaya air tawar terhadap lima komoditas utama yaitu gurame, ikan mas, lele, nila dan patin menunjukkan tren positif selama lima tahun terakhir. Produksi ikan patin meningkat cukup tinggi selama tiga tahun terakhir. Hal ini disebabkan karena pasar ikan patin baik di dalam dan luar negeri sudah terbuka serta teknik budidaya yang tidak rumit sehingga banyak bermunculan para pembudidaya patin diberbagai daerah. Kenaikan rata-rata ikan patin selama lima tahun terakhir sebesar 68,73 persen. Lonjakan produksi ikan patin tertinggi terjadi antara tahun 2007 ke 2008, yaitu dari 36.755 ton menjadi 102.021 ton (Tabel 4).

  Tabel 4. Perkembangan Perikanan Budidaya, 2007 – 2012 Jenis

  H Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan 2012

3.2.1.1 Perkembangan produksi dan produktivitas usahatani nasional

  Seperti disebutkan sebelumnya, persentase kenaikan produksi ikan patin adalah yang terbesar diantara lima komoditas utama perikanan budidaya. Oleh karena itu, kementrian kelautan dan perikanan telah memperkirakan bahwa persentase produksi ikan patin di Indonesia harus dapat dipertahankan pada angka 70 . Tabel 5 menunjukkan produksi ikan patin 2010-2014 dengan asumsi persentase peningkatan produksi adalah 70 . Peningkatan produksi ikan patin diproyeksikan dapat

  Tabel 5. Proyeksi produksi Ikan Patin Nasional 2010-2014

  Tahun

  Jumlah Produksi (Ribu Ton)

  Kenaikan rata-rata 2009-2014 () = 70 Kenaikan 2009 ke 2014 () = 1420

  Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan 2011

  Sumber : Data Kementrian Kelautan dan Perikanan

3.2.1.2 Perkembangan produksi dan produktivitas usahatani pada beberapa daerah sentra produksi ikan patin

  Dilihat dari semua kabupatenkota yang ada di Provinsi Riau, maka Kabupaten Kampar merupakan penghasil produk perikanan budidaya dengan peringkat tertinggi yang didukung adanya potensi yang besar dalam pengembangan komoditas unggulan terutama disektor perikanan budidaya khususnya ikan patin. Sekitar 90 persen produksi perikanan budidaya provinsi Riau berasal dari kabupaten Kampar makatidak salah jika disebut Kampar adalah nyawa perikanan budidaya Riau.

  Produksi ikan patin Sumsel merupakan terbanyak di Indonesia yang pada tahun 2011 saja mencapai produksi 23 dari jumlah penghasilan sebesar 3.686.000 ton. Dan hingga saat ini produksi ikan patin Sumsel masih menjadi nomor satu di Indonesia.

  Kabupaten Tanjung Jabung Timur adalah salah satu Kabupaten di wilayah provinsi Jambi yang terletak di pantai timur Sumatera. Sebagai salah satu wilayah

  Untuk provinsi Kalimantan Timur, komoditas ikan patin dikembangkang di Kutai Barat (Kubar) dan Malinau. Sementara, pembudidayan ikan patin di provinsi Kalimantan Tengah dikembangkan di Desa Batanjung, Kecamatan Kapuas Kuala, Kabupaten Kapuas.

  Rencana pemerintah untuk pembangunan minapolitan ikan patin dan nila di Kalimantan Selatan dilakukan di Kabupaten Banjar yang memiliki potensi dengan

  3 sungai utama yaitu Sungai Martapura, Sungai Riam Kanan dan Sungai Riam Kiri. Luas areal budidaya yang dapat dimanfaatkan di Sungai Martapura sekitar 427.133 Ha, di Sungai Riam Kanan seluas 161.132 Ha, dan di Sungai Riam Kiri luas seluas 191.132 Ha.

  Tabel 6. Produksi Ikan Patin Di Daerah Sentra Produksi Ikan Patin Provinsi

  Kenaikan Kenaikan

  Tahun

  Rata-rata 2006 ke

  Jawa barat

  Tengah Kalimantan

  Selatan Kalimantan

  Timur Sumber : Statistik Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan Tahun 2012