Unsur dan Syarat Perjanjian Mudharabah

7 Oleh karena itu perlu dikaji, bagaiman tanggung jawab mudharib sebagai pengelola dana pada perjanjian mudharabah jika usaha yang dikelolanya tidak mendapatkan keuntungan seperti yang diharapkan atau bahkan mengalami kerugian. Makalah ini hanya akan mengkaji satu jenis perjanjian dari beberapa perjanjian mudharabah yang biasa dilaksanakan dalam perbankan syariah, yaitu perjanjian mudharabah antara nasabah sebagai shahibul mal yang menyimpan dananya pada bank syariah dengan bank syariah sebagai mudharib yang mengelola dana nasabah. Apakah kontruksi hukum perjanjian antara bank syariah dengan nasabah penyimpan dana sama dengan perjanjian antara nasabah penyimpan dengan bank pada bank konvensional ? Bagaimana tanggung jawab direksi bank syariah jika bank yang dikelolanya mengalami kerugian, atau bahkan misalnya sampai dilikuidasi, atau pailit. Sejauhmana tanggung jawab direksi terhadap dana nasabah yang dititipkannya ? Untuk memudahkan pembahasan, masalah-masalah tersebut dibatasi pada tiga hal, yaitu : apa unsur dan syarat perjanjian mudharabah ? Bagaimana aplikasi perjanjian mudharabah pada bank syariah ? dan bagaimana tanggung jawab direksi bank sebagai mudharib dalam perjanjian mudharabah pada bank syariah ? A. PEMBAHASAN

1. Unsur dan Syarat Perjanjian Mudharabah

Seperti telah diuraikan bahwa mudharabah adalah suatu transaksi pembiayaan berdasarkan syariah. Transaksi mudharabah digunakan juga sebagai transaksi pembiayaan perbankan Islam. Menurut Elias G. Kazarian yang dikutip oleh Sutan Remy Syadaeni, 20 unsur utama perjanjian mudharabah adalah kepercayaan. Kepercayaan merupakan unsur yang terpenting dalam transaksi mudharabah, yaitu kepercayaan dari shahibul mal kepada mudharib. Lebih jauh Sutan Remy Syadaeni mengatakan bahwa kepercayaan dikatakan merupakan unsur terpenting karena dalam transaksi mudharabah, shahibul mal tidak boleh ikut meminta jaminan atau agunan dari mudharib. Shahibul mal juga tidak boleh ikut campur dalam pengelolaan proyek atau usaha yang note bene dibiayai dengan dana shahibul mal tersebut. Dengan demikian, mudharib mengelola dan menjalankan usaha atau proyek tersebut tanpa campur tangan dari shahibul mal. Apabila usaha yang dilakukan oleh mudharib mengalami kegagalan, sehingga terjadi kerugian yang mengakibatkan sebagaian atau bahkan seluruh modal yang ditanamkan oleh shahibul mal habis, maka yang menanggung kerugian keuangan hanya shahibul mal sendiri. Mudharib sama sekali tidak menanggung atau tidak harus mengganti kerugian atas modal yang hilang. Mudharib hanya menanggung kehilangan atau risiko berupa waktu, pikiran, dan jerih payah yang telah 20 Sutan Remy Syadaeni, Op.Cit.,hal.48. 8 dicurahkannya selama mengelola proyek atau usaha tersebut, serta kehilangan kesempatan untuk memperoleh sebagian dari pembagian keuntungan yang telah diperjanjikan. Namun ketentuan tersebut tidak berlaku jika apabila kerugian tersebut terjadi sebagai akibat kecurangan yang dilakukan mudharib. 21 Menurut Sutan Remy Syahdaeni, karena unsur kepercayaan merupakan unsur penentu, maka dalam perjanjian mudharabah, shahibul mal dapat mengakhiri perjanjian secara sepihak apabila shahibul mal tidak lagi memiliki kepercayaan kepada mudharib. Dalam beberapa pustaka yang penulis pelajari, belum tampak pakar yang secara detail membahas mengenai unsur-unsur pembiayaan mudharabah, namun jika melihat unsur-unsur kredit yang dikemukan oleh para pakar, 22 dapat dilihat bahwa dalam beberapa hal perjanjian mudharabah mempunyai unsur yang sama dengan kredit bank. Unsur Kredit Mudharabah Kepercayaan V V Tanggang waktu V V Degree of risk V V lebih tinggi Prestasi V V Menurut penulis walaupun antara perjanjian mudharabah dan kredit bank memiliki persamaan unsur, namun terdapat perbedaan subtansial. Perbedaan antara kredit bank dan perjanjian mudharabah, yaitu mengenai hubungan hukum dan kontra prestasi. Hubungan hukum dalam perjanjian kredit adalah hubungan debitur, kreditur, sedangkan dalam perjanjian mudharabah adalah hubungan kemitraan. 23 Kontra prestasi dalam perjanjian kredit bank adalah berupa bunga, sedangkan dalam perjanjian mudharabah adalah bagi hasil. Selanjutnya akan diuraikan syarat-syarat perjanjian mudharabah. Syarat-syarat operasional yang diperlukan dalam pelaksanaan pembiayaan Mudharabah antara lain sebagai berikut : 24 a. Modal harus jelas jumlahnya b. Jika modal berbetuk barang mesti ditaksir dengan rupiah c. Modal yang diberikan oleh bank harus berbentuk tunai dan diserahkan kepada nasabah 21 Sutan Remy Syadaeni, ibid 22 Thomas Suyatno, Dasar-dasar Perkreditan, Gramedia, Jakarta, 1990, hal. 12-13. 23 Lihat Abdul Manan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, Dana Bhakti Wakaf, Yogyakarta, 1995, hal. 164. 9 d. Keuntungan dibagi setelah seluruh atau sebagain modal dikembalikan Syarat-syarat qiradh mudharabah dikemukakan pula oleh Ibrahim Lubis, yaitu 25 : 1. Adanya harta modal baik uang atau benda. Modal dapat berada pada tanggungan yang berusaha 2. Usahanya tertentu misalnya : dagang, pabrik 3. Pembagian labarugi 4. Pemilik modal dan orang yang berusaha telah dewasa, serandahnya umur 15 tahun. Menurut penulis syarat-syarat perjanjian mudharabah yang dikemukakan oleh dua pakar tersebut di atas, masih sangat umum, tidak jauh berbeda dengan syarat perjanjian musyarakah. Syarat perjanjian mudharabah yang lebih rinci dikemukakan oleh Sutan Remy Syadaeni. Sutan remy Syahdaeni menerangkan syarat-syarat perjanjian mudharabah dari berbagai pustaka dan menghubungkannya dengan hukum positif, yaitu : 26 1. Perjanjian mudharabah dapat dibuat secara formal maupun informal, secara tertulis maupun lisan. 27 2. Perjanjian mudharabah dapat pula dilangsungkan antara beberapa shahibul mal dan beberapa mudharib seperti halnya kredit sindikasi. 3. Pada hakekatnya kewajiban utama shahibul mal adalah menyerahkan modal mudharabah kepada mudharib, bila hal itu tidak dilakukan, maka perjanjian tidak sah. 4. Para pihak harus cakap bertindak hukum. 5. Shahibul mal berkewajiban menyediakan dana, mudharib berkewajiban menyediakan keahlian, waktu, pikiran, upaya untuk mengelola proyek atau kegiatan usaha. 6. Shahibul mal berhak memperoleh kembali investasi dari hasil likuidasi usaha mudharabah tersebut apabila usaha mudharabah tersebut telah diselesaikan mudharib dan jumlah hasil likuidasi itu cukup untuk pengembalian dana investasi tersebut. 7. Shahibul mal tidak boleh meminta jaminan dari mudharib. Persyaratan yang demikian itu dalam perjanjian mudharabah batal dan tidak berlaku. 28 24 Munir Fuady, Op.Cit.,hal. 183 25 Ibrahim Lubis, ibid. 26 Sutan Remy Syahdaeni, Op.Cit.,hal. 30 s.d. 46. 27 Namun mengingat ketentuan Q.S. Al baqarah ayat 282-283 yang menekankan agar perjanjian- perjanjian pinjaman dibuat secara tertulis, maka sebaiknya dibuat secara tertulis dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang memenuhi syarat dan dirumuskan secara tegas dan jelas untuk menghindari salah tafsir, Sutan remy Syahdaeni, Op.Cit.,hal. 30. 28 Pasal 1311 KUH Perdata : “Segala kekayaan kreditur, baik yang bergerak maupun tidak bergerak baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari, menjadi jaminan utang debitur. Menurut Sutan Remy Syahdaeni, Perjanjian mudharabah bukan merupakan perjanjian utang piutang melainkan perjanjian kerjasama, maka ketentuan Pasal 1311 KUHPerdata tidak berlaku. Sutan Remy Syadaeni, Op.Cit.,hal.35. 10 8. Mudharib berkewajiban mengembalikan pokok dana investasi kepada shahibul mal ditambah sebagian keuntungan yang pembagiannya telah ditentukan sebelumnya. 9. Syarat-syarat perjanjian mudharabah wajib dipenuhi mudharib. Pasal 1339 dan 1347 KUHPerdata, Pasal 1342 s.d. 1351 KUHPerdata berlaku bagi perjanjian mudharabah. 29 10. Shahibul mal berhak melakukan pengawasan atas pelaksanaan perjanjian mudharabah. 11. Modal yang harus disediakan oleh Shahibul mal diisyaratkan : 1. berbentuk uang 2. jelas jumlahnya 3. tunai 12. Keuntungan dibagi menurut perbandingan berdasarkan prinsip bagi hasil profit and loss sharing principle yang harus diperjanjikan sebelumnya. Besarnya pembagian keuntungan harus ditentukan dimuka dan proporsinya harus ditentukan secara tegas. 13. Pembagian keuntungan tidak dibenarkan untuk dilkukan sebelum dapat ditentukan besarnya kerugian dan telah dipaus bukukannya kerugian. Terhadap modal shahibul mal yang ditanamkan telah diberikan penggantian penuh dikembalikan. 14. Shahibul mal dan mudharib keduanya harus menghadapi risiko mukhatara, Shahibul mal menghadapi resiko finansial, sedangkan mudharib menghadapi resiko nonfinansial. Syarat yang memperjanjikan mudharib harus memikul resiko finansial adalah batal. 15. Tanggung jawab Shahibul mal terbatas hanya sampai jumlah investasi saja. 16. Mudharib tidak boleh membuat komitmen dengan pihak ketiga melampaui modal investasi. 17. Mudharib boleh menanamkan pula modal investasi. 18. Mudharabah dapat dibuat dalam 2 dua bentuk yaitu mudharabah mutlaqoh dan mudharabah muqoyyadah. 30 19. Pembatasan-pembatasan oleh Shahibul mal dapat diabaikan oleh mudharib apabila pembatasan-pembatasan tersebut menghalangi tercapainta tujuan bisnis mudharabah, yaitu memperoleh keuntungan optimal. 29 Pasal 1339 KUHPerdata : Para pihak dalam suatu perjanjian tidak hanya terikat oleh ketentuan dan syarat-syarat yang secara tegas telah diperjanjikan tersebut, tetapi juga terikat oleh ketentuan dan syarat-syarat yang diharuskan, karena memang demikian sifat dari perjanjian itu atau karena kepatutan mengharuskan demikian atau karena ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang berlaku sebagai kebiasaan atau yang diharuskan undang-undang. Pasal 1347 KUH Perdata : Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam dimasukan kedalam perjanjian meskipun dengan tidak tegas dinyatakan. 11 20. Pengeluaran pribadi mudharib yang tidak ada hubungannya dengan bisnis mudharabah tidak boleh dibebankan atas beban rekening bisnis mudharabah. 21. Mudharib berhak atas remunerasi atau pembagian keuntungan yang besarnya telah ditentukan. 22. Perjanjian mudharabah berakhir karena telah tercapainya tujuan dari usaha tersebut sebagaimana yang dimaksud dalam perjanjian atau pada saat berakhirnya jangka waktu perjanjian, atau karena salah satu pihak meninggal dunia, atau jika salah satu pihak ingin mengakhiri perjanjian tersebut dan disetujui oleh pihak lainnya. 23. Mudharaib harus memperhatikan prinsip kehati-hatian dan itikad baik sebagaimana diwajibkan oleh Al-Quran Surat 5 ayat 1.

2. Aplikasi Perjanjian Mudharabah Pada Bank Syariah