Karakteristik Sampel Penelitian

4.1.1 Karakteristik Sampel Penelitian

a. Distribusi Jenis Perdarahan Postpartum

Berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi menjadi perdarahan postpartum primer dan perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri. Perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebab yang tersering adalah sisa plasenta (Karkata, 2010).

Berdasarkan tabel 6 berikut terlihat bahwa pada tahun 2013 didapatkan 101 kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang, dengan perdarahan postpartum primer sebanyak 89 (88,12%) sampel dan perdarahan postpartum sekunder sebanyak 12 (11,88%) sampel. Distribusi frekuensi kasus perdarahan postpartum dapat dilihat pada tabel 6 berikut:

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Persentase (%) Perdarahan postpartum primer

Jenis Perdarahan Postpartum

89 88,12 Perdarahan postpartum sekunder

12 11,88 Jumlah

Penyebab perdarahan postpartum adalah kelainan salah satu atau gabungan dari empat penyebab dasar. Empat penyebab dasar tersebut meliputi 4T, yaitu tone atau kurangnya kontraksi uteri setelah persalinan, trauma pada jalan lahir, tissue atau sisa jaringan produk konsepsi, dan thrombin atau kelainan koagulasi darah (Evensen dan Anderson, 2013).

Gangguan tone didapatkan sebanyak 5 (4,95%) sampel, yaitu atonia uteri 4 (3,96%) sampel dan subinvolusi uterus 1 (0,99%) sampel. Gangguan tissue didapatkan sebanyak 57 (56,5%) sampel, yaitu retensio plasenta 34 (33,67%) sampel dan sisa plasenta 23 (22,77%) sampel. Gangguan trauma didapatkan sebanyak 31 (30,7%) sampel, yaitu laserasi jalan lahir 27 (26,73%) sampel, ruptur perineum 2 (1,98%) sampel, hematom 1 (0,99%) sampel, dan luka episiotomi 1 (0,99%) sampel. Sedangkan etiologi campuran didapatkan sebanyak 8 (7,92%) sampel, dan tidak didapatkan kasus dengan gangguan thrombin. Etiologi terbanyak kasus perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 adalah retensio plasenta dengan 34 (33,67%) kasus.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Etiologi Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Atonia Uteri 4 3,96 Subinvolusi Uterus

Tissue

Retensio Plasenta 34 33,67 Sisa Plasenta

Trauma

Laserasi Jalan Lahir 27 26,73 Ruptur Perineum

2 1,98 Hematom

1 0,99 Luka Episiotomi

Thrombin

Kelainan Koagulasi Darah 0 0

Campuran

Atonia Uteri dan Sisa Plasenta 2 1,98 Atonia Uteri dan Laserasi Jalan Lahir

1 0,99 Retensio Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir

1 0,99 Sisa Plasenta dan Laserasi Jalan Lahir

4 3,96 Jumlah

Paritas adalah banyaknya kelahiran aterm yang dialami oleh seorang wanita (Mannuaba, 2008). Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2009).

Pada tabel 8 di bawah didapatkan bahwa dari 101 sampel kasus, diperoleh kategori primipara sebanyak 25 (24,75%) sampel, multipara sebanyak 68 (67,32%) sampel dan kategori grandemultipara sebanyak 8 (7,92%) sampel. Kemudian dicari populasi kontrol dengan jumlah yang sama berdasarkan kategori paritas tersebut. Penentuan matching sampel (kasus dan kontrol) berdasarkan kategori paritas dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 8. Distribusi Matching Sampel Berdasarkan Kategori Paritas

Persentase (%) Primipara

d. Distribusi Usia Ibu

Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Sedangkan usia ibu hamil adalah usia ibu yang diperoleh saat datang ke rumah sakit untuk melahirkan.

Berdasarkan tabel 9 berikut didapatkan bahwa pada populasi kasus yang termasuk dalam kategori usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) sebanyak 29 (67,4%) sampel dan pada populasi kontrol sebanyak 14 (32,6%) sampel. Sedangkan untuk usia risiko rendah (20-35 tahun) pada populasi kasus sebanyak

72 (45,3%) sampel dan pada populasi kontrol sebanyak 87 (54,7%) sampel. Distribusi usia pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Usia

Jumlah Usia

Kasus

Kontrol

N % Usia risiko tinggi

43 100 Usia risiko rendah

Perbandingan karakteristik usia pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat dilihat pada tabel 10 berikut:

Tabel 10. Perbandingan Karakteristik Usia

Usia Standar

Min

Max

Mean Deviasi

Usia populasi kasus 18 49 30,28 6,615 Usia populasi kontrol

e. Distribusi Berat Badan Lahir

Berat badan lahir (BBL) adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama setelah lahir dan dinyatakan dengan gram (Kosim et al, 2009). Dalam penelitian ini dari 7 pasien yang memiliki berat badan lahir ≥4000 gram didapatkan 5 (71,4%) sampel pada populasi kasus dan 2 (28,6%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan berat badan lahir <4000 gram didapatkan 195 sampel, dengan 96 (49,02%) sampel pada populasi kasus dan 99 (50,8%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi berat badan lahir pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 11 berikut:

Tabel 11. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Berat Badan Lahir

Jumlah Berat Badan Lahir

Kasus

Kontrol

n % BBL ≥4000 gram

7 100 BBL <4000 gram

Perbandingan karakteristik BBL pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat dilihat pada tabel 12 berikut:

Tabel 12. Perbandingan Karakteristik Berat Badan Lahir (BBL)

BBL Standar

Min

Max

Mean Deviasi

BBL Populai Kasus

3036,14 582,89 BBL Populasi Kontrol

f. Distribusi Jarak Antarkelahiran

Menurut Gitta (2007) jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai kelahiran berikutnya. Pada penelitian ini untuk variabel jarak antarkelahiran hanya digunakan 126 sampel (63 sampel pada populasi kasus dan

63 sampel pada populasi kontrol), karena sisanya termasuk kategori primipara atau rekam medik tidak mencantumkan jarak antarkelahiran. Setelah dianalisis dari 19 pasien yang memiliki jarak risiko tinggi ( ≤2 tahun) didapatkan 12 (63,2%) sampel pada populasi kasus dan 7 (36,8%) sampel pada populasi kontrol. Sementara itu pasien dengan jarak risiko rendah (>2 tahun) didapatkan 107 sampel, dengan 51 (47,7%) sampel pada populasi kasus dan 56 (52,3%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 13 berikut:

Tabel 13. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Jarak Antarkelahiran

Jumlah Jarak Antarkelahiran

Kasus

Kontrol

n % Jarak risiko tinggi

19 100 Jarak risiko rendah

Perbandingan karakteristik jarak antarkelahiran pada populasi kasus dan populasi kontrol dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 14. Perbandingan Karakteristik Jarak Antarkelahiran

Jarak Antarkelahiran Standar

Min

Max

Mean Deviasi

Jarak Populasi Kasus 1 17 5,94 3,72 Jarak Populasi Kontrol

Karkata (2010) menyatakan bahwa gemeli adalah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Dalam penelitian ini gemeli dicatat bila ibu melahirkan ≥2 bayi pada satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik.

Dalam penelitian ini hanya didapatkan 1 (100%) sampel gemeli pada populasi kontrol sedangkan pada populasi kasus tidak dijumpai kasus gemeli (0%). Distribusi gemeli pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel

15 berikut:

Tabel 15. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Gemeli

Jumlah Gemeli

Kasus

Kontrol

n % Gemeli

1 100 Tidak gemeli

h. Distribusi Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik. Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa dari 2 ibu yang memiliki riwayat perdarahan postpartum didapatkan 2 (100%) sampel pada populasi kasus dan 0 (0%) sampel pada populasi kontrol. Distribusi riwayat perdarahan postpartum pada populasi kasus dan kontrol dapat dilihat pada tabel 16 berikut:

Tabel 16. Distribusi Sampel Berdasarkan Kategori Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat Perdarahan

Jumlah Postpartum

Kasus

Kontrol

n % Ada riwayat perdarahan

0 0 2 100 postpartum Tidak

200 100 perdarahan postpartum Jumlah

ada riwayat

i. Distribusi Kadar Hemoglobin dan Trombosit

Perdarahan postpartum menyebabkan kehilangan darah >500 ml pada persalinan pervaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea, sehingga bila dibiarkan Perdarahan postpartum menyebabkan kehilangan darah >500 ml pada persalinan pervaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea, sehingga bila dibiarkan

yaitu 3 trombositopenia (<150.000/mm ), trombosit normal (150.000-

3 450.000/mm 3 ), dan trombositosis (>450.000/mm ). Berdasarkan klasifikasi WHO kadar hemoglobin pada wanita hamil dapat dibagi menjadi beberapa kategori

yaitu Hb normal (Hb ≥11 gr%), anemia ringan (Hb 9-11 gr%), anemia sedang (Hb 7-9 gr%), anemia berat (Hb <7 gr%) (Mannuaba, 2009).

Dari penelitian didapatkan distribusi kadar Hb postpartum yaitu Hb normal sebanyak 11 (11,8%) sampel, anemia ringan 20 (21,5%) sampel, anemia sedang

34 (36,6%) sampel, dan anemia berat sebesar 28 (30,1%) sampel. Sedangkan distribusi kadar trombosit didapatkan trombositopenia sebanyak 15 (16,7%) sampel, trombosit normal 72 (80,0%) sampel, dan trombositosis sebanyak 3 (3,3%) sampel. Distribusi kadar Hb dan kadar trombosit dapat dilihat di tabel berikut:

Tabel 17. Distribusi Kadar Hb Postpartum Kadar Hb

Persentase (%) Hb normal

11 11,8 Anemia ringan

20 21,5 Anemia sedang

34 36,6 Anemia berat

28 30,1 Jumlah

Tabel 18. Distribusi Kadar Trombosit Postpartum Kadar Trombosit

Persentase (%) Trombositopenia

15 16,7 Trombosit normal

72 80,0 Trombositosis

3 3,3 Jumlah