HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN

PERDARAHAN POSTPARTUM

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

Proposal Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memeroleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:

Ferry Krisnamurti 04111001065 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA

HALAMAN PENGESAHAN HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

Oleh:

Ferry Krisnamurti 04111001065 SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memeroleh gelar

Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Palembang, 13 Januari 2015

Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

Pembimbing I Merangkap penguji I dr. H. Rizal Sanif, SpOG (K)

..................................................... NIP. 19621005 198903 1 006

Pembimbing II Merangkap penguji II dr. Erial Bahar, MSc

..................................................... NIP. 19511114 197701 1 001

Penguji III dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG (K)

..................................................... NIP. 19681018 199603 1 002

Mengetahui, Pembantu Dekan I

dr. Mutiara Budi Azhar, SU, MMedSc

NIP. 19520107 198303 1 001

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik sarjana, baik di Universitas Sriwijaya maupun di perguruan tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini murni gagasan, rumusan dan penelitian Saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini Saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka Saya bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Palembang, Januari 2015 Yang membuat pernyataan

Ferry Krisnamurti 04111001065

iii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai civitas akademika Universitas Sriwijaya, Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Ferry Krisnamurti

NIM

Program Studi

: Pendidikan Dokter

Fakultas

: Kedokteran

Jenis Karya

: Skripsi

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM

(Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir Saya tanpa meminta izin dari Saya selama tetap mencantumkan nama Saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini Saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di: Palembang Pada tanggal: 13 Januari 2015 Yang Menyatakan

Ferry Krisnamurti NIM. 04111001065

iv

HUBUNGAN ANTARA USIA IBU DAN PERDARAHAN POSTPARTUM (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013)

(Ferry Krisnamurti, Januari 2015, 52 halaman) Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya

ABSTRAK

Latar Belakang: Salah satu penyebab kematian ibu adalah perdarahan obstetris, terutama perdarahan postpartum. Angka kejadian perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang meningkat pada beberapa tahun terakhir. Salah satu faktor risiko perdarahan postpartum adalah usia ibu. Ibu dengan usia risiko tinggi (<20 tahun dan >35 tahun) berisiko untuk mengalami atonia uteri, sehingga menimbulkan perdarahan postpartum. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Metode: Penelitian ini menggunakan desain kasus kontrol. Data diambil dari rekam medik di Instalasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013. Populasi kasus pada penelitian ini adalah seluruh pasien perdarahan postpartum di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang pada tahun 2013 yang berjumlah 112 pasien. Populasi kontrol adalah pasien yang tidak mengalami perdarahan postpartum dengan matching kategori jumlah paritas. Sampel diambil bila memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-Square dan uji Regresi Logistik. Hasil: Usia ibu risiko tinggi pada populasi kasus lebih banyak daripada populasi kontrol dan terdapat hubungan bermakna antara usia ibu dan perdarahan postpartum (p=0,016) dengan OR=2,503. Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan bermakna antara berat badan lahir, jarak antarkelahiran, gemeli, riwayat perdarahan postpartum dan perdarahan postpartum. Dari analisis statistik penelitian ini hanya usia ibu dan jarak antarkelahiran yang berhubungan dengan perdarahan postpartum. Usia ibu memiliki OR adj 3,266 setelah dikontrol jarak antarkelahiran. Kesimpulan: Usia ibu risiko tinggi mempunyai peluang 2,503 kali untuk terjadinya perdarahan postpartum dibandingkan usia ibu risiko rendah.

Kata Kunci: usia ibu, perdarahan postpartum, kasus kontrol

THE ASSOCIATION BETWEEN MATERNAL AGE AND POSTPARTUM HEMORRHAGE (A Case Control Study of Inpatient at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang on January 1 st 2013 until December 31 st 2013)

(Ferry Krisnamurti , January 2015, 52 pages) Faculty of Medicine Sriwijaya University

ABSTRACT

Introduction: The incidence of postpartum hemorrhage increases in the recent years at RSUP dr. Mohamamad Hoesin Palembang. One of the risk factors of postpartum hemorrhage is maternal age. High-risk maternal age (<20 and >35 years old) could cause atonia uteri, leading to postpartum hemorrhage. Therefore, the aim of this study was to determine the association between maternal age and postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang. Method: This study was a case control study. Data was taken from the medical records in the Medical Record Installation at RSUP dr. Mohammad Hoesin

Palembang period January 1 st 2013-December 31 2013. Case population in this study was all patients with postpartum hemorrhage at RSUP dr. Mohammad

st

Hoesin Palembang on 2013 with a total of 112 patients. Control population was the patients without postpartum hemorrhage by matching the parity. Samples who passed the criteria of inclusion and exclusion were included. Results were analyzed using Chi-Square and logistic regression test. Results: High-risk maternal age on case population was higher than control population and there was a significant association between maternal age and postpartum hemorrhage (p=0,016;OR=2,503). There were no association between infant weight, delivery interval, gemeli, history of postpartum hemorrhage and postpartum hemorrhage. Maternal age and delivery interval were associated with postpartum hemorrhage from the statistical analysis. OR adj of maternal age was 3,266 after being controlled by delivery interval. Conclusion: Postpartum hemorrhage is 2,503 times higher for mothers with high- risk maternal age compared to those with low-risk maternal age.

Keywords: maternal age, postpartum hemorrhage, case control

vi

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur saya panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa atas nikmat kesehatan, kesempatan dan karunia yang diberikan, dan atas kehendakNya

lah skripsi yang berjudul “Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum (Studi Kasus Kontrol Pasien Rawat Inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 01 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013) ”

dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada dr. H. Rizal Sanif, SpOG(K) dan dr. Erial Bahar, MSc yang telah bersedia meluangkan waktu dan membimbing saya dengan penuh kesabaran dan pengertian dalam penyusunan skripsi ini, juga kepada dr. H. Irawan Sastradinata, SpOG(K) yang telah memberi masukan yang kritis selaku penguji.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahan akibat keterbatasan pengetahuan dan kemampuan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat saya harapkan untuk kebaikan kita bersama. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pembaca.

Palembang, Januari 2015

Ferry Krisnamurti 04111001065

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Alhamdulillah saya ucapkan kepada Allah SWT, pencipta alam semesta dan segala isinya yang senantiasa memberikan perlindungan dan kemudahan dalam hidup ini. Sholawat dan salam saya ucapkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi teladan yang

sempurna dalam segala perilaku hidup ini.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa (Tunjang Sudiyono, SP) dan Mama (Jum Hartati, SPd), kedua orangtuaku yang tercinta yang selalu menemani di saat suka maupun duka serta

tak pernah letih melantunkan doa-doa dalam setiap sujud untuk anakmu ini. Entah bagaimana caranya bisa membalas kebaikanmu. Anakmu ini hanya bisa minta maaf bila belum bisa membuat kalian bangga. Terima kasih sudah menjadi orangtua paling sempurna selama ini. Terima kasih pula untuk kakakku, Toni Widi Haryono, SH dan adikku my ciput, Putri Anggitasari karena telah menghibur dan memberi semangat dalam pengerjaan skripsi ini. Selamat datang khusus buat dedek bayi-nya Mbak Yuni dan Kak Toni yang InshaAllah

lahir beberapa minggu lagi,

Terima kasih sebanyak-banyaknya kepada pembimbing I, dr.H.Rizal Sanif, SpOG(K) karena sudah menjadi dosen yang baik hati, dan sabar dalam membimbing serta memberikan arahan.

Kedua kepada pembimbing II, dr.Erial Bahar, MSc sosok pengajar yang sangat ideal dan

memiliki pengetahuan yang luas, terima kasih atas kesabarannya mengajari metodologi maupun materi, serta selalu mengingatkan tentang esensi utama penulisan skripsi ini yaitu

“Proses Belajar”. Ketiga kepada dr.H.Irawan Sastradinata, SpOG (K) sebagai penguji super yang memberikan saran kritis dan membangun sehingga skripsi ini bisa lebih baik lagi. Sekali

lagi a rigatou gozaimasu untuk “A+” yang sudah diberikan.

Ucapan selamat saya ucapkan kepada diri sendiri karena telah menyelesaikan “Masterpiece”

ini dengan masa pengerjaan berbulan-bulan. Terima kasih sudah menahan rasa ego dan menekan rasa penat sehingga skripsi ini bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabatku terutama Jim Lau, Prass

Apdio, Anggun Manc, Kiki Hayum, Bangrey Fixkelah, Randa Jaim, Devin Ais, Samiun Sotoy, Adam Bies yang banyak membantu dan memotivasi dalam penyelesaian skripsi ini. Walaupun secara harfiah tertawa dulu baru dibantu, tapi itulah sahabat yang sebenarnya. Ucapan terima kasih spesial diberikan kepada teman seperjuangan dan teman sebimbingan

Arasy, karena telah banyak membantu pengerjaan skripsi ini. Terima kasih pula untuk teman sejawat PDU Reguler 2011,Yuk Venty, Ayam BangHas, PM, Gembul, WS, BangRio yang telah memberi nutrisi yang cukup sehingga sanggup menyusun skripsi ini hingga selesai, serta

semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kompresi Bimanual Eksterna .................................................................. 12

2. Kompresi Bimanual Interna ..................................................................... 12

3. Kompresi Aorta Abdominalis .................................................................. 13

xii

DAFTAR SINGKATAN

PPP

: Perdarahan Postpartum

BBL

: Berat Badan Lahir

BBLR

: Berat Badan Lahir Rendah

BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional IU

: International Unit

IM

: Intramuskuler

NS/RL : Normal Saline/Ringer Laktat

xiv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meskipun kemajuan di bidang medis telah menurunkan bahaya melahirkan secara dramatis, kematian akibat perdarahan masih merupakan penyebab utama kematian ibu (Cunningham et al, 2012). Hingga kemudian dikenal dengan istilah tiga penyebab klasik kematian ibu, yaitu infeksi, preeklampsia, dan perdarahan. Kematian ibu di dunia disebabkan oleh perdarahan sebesar 25%, penyebab tidak langsung 20%, infeksi 15%, aborsi yang tidak aman 13%, eklampsia 12%, penyulit persalinan 8%, dan penyebab lain 7% (WHO, 2008).

Salah satu jenis dari perdarahan tersebut adalah perdarahan postpartum. Insidensi perdarahan postpartum di negara maju sekitar 5% dari persalinan, sedangkan di negara berkembang bisa mencapai 28% dari persalinan dan menjadi masalah utama dalam kematian ibu. Penyebabnya 90% karena atonia uteri, 7% robekan jalin lahir, dan 3% lainnya karena retensio plasenta serta gangguan pembekuan darah (Parisaei et al, 2008).

Menurut data di RSUD dr. H. Abdoel Moeloek Lampung tahun 2008 terdapat 412 kasus perdarahan postpartum (19,75%) dari 1.725 persalinan. Sementara pada tahun 2009 kasusnya menurun menjadi 204 kasus (7,40%) dari 1.758 persalinan (Dewi dan Yamin, 2011). Hal ini berbeda dengan angka kejadian perdarahan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang dari tahun 2009-2011 yang terus meningkat, yaitu 113 kasus (4,5%) pada tahun 2009, menjadi 155 kasus (11,7%) pada tahun 2010, dan menjadi 160 kasus (12%) pada tahun 2011 (Christy, 2012).

Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena banyak sekali faktor yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah usia ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian di RSUD Majene menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang Peningkatan angka kejadian tersebut terjadi karena banyak sekali faktor yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum, salah satu faktornya adalah usia ibu. Berdasarkan perhitungan Odds Ratio dari penelitian di RSUD Majene menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang

Meskipun penelitian ini bukan penelitian baru, namun apabila penelitian dilakukan dengan populasi yang berbeda, tempat, dan waktu yang baru akan menghasilkan data penelitian yang berbeda pula. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk mencari hubungan antara usia ibu dan kejadian perdarahan postpartum pada pasien yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

1.2 Rumusan Masalah

Adakah hubungan antara usia dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan mendapatkan hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi usia ibu yang mengalami perdarahan postpartum yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

b. Mengidentifikasi usia ibu yang tidak mengalami perdarahan postpartum yang dirawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

c. Menganalisis hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

d. Mengidentifikasi faktor risiko seperti jarak antarkelahiran, gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum yang dapat menyebabkan perdarahan postpartum pada pasien rawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

e. Menganalisis hubungan perdarahan postpartum dengan jarak antarkelahiran, gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum pada pasien rawat inap di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

1.4 Hipotesis

Ada hubungan antara usia ibu dan perdarahan postpartum.

1.5.1 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini sebagai dasar untuk memberikan saran kepada Rumah Sakit agar meningkatkan upaya pencegahan perdarahan postpartum dengan cara deteksi dini faktor risiko perdarahan postpartum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Perdarahan Postpartum

2.1.1.1 Definisi

Definisi perdarahan postpartum adalah perdarahan yang melebihi 500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam atau setara dengan 1000 ml pada seksio sesarea (Wiludjeng, 2007). Cunningham et al (2012) juga menjelaskan bahwa perdarahan postpartum yaitu kehilangan 500 ml lebih darah setelah selesainya kala 3 persalinan.

2.1.1.2 Klasifikasi

Karkata (2010) menyebutkan bahwa berdasarkan waktu terjadinya perdarahan postpartum (PPP) dapat dibagi menjadi 2 yaitu:

1. Perdarahan postpartum primer yaitu perdarahan postpartum yang terjadi dalam 24 jam pertama kelahiran. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, robekan jalan lahir, dan inversio uteri.

2. Perdarahan postpartum sekunder yaitu perdarahan postpartum yang terjadi setelah 24 jam pertama kelahiran. Penyebab utamanya adalah sisa plasenta.

2.1.1.3 Etiologi

Secara ringkas etiologi perdarahan postpartum lebih diingat sebagai 4T, yaitu Tone, Trauma, Tisssue, dan Thrombin.

1. Tone

Karkata (2010) menyebutkan bahwa diagnosis atonia uteri ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal serta pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, dengan kontraksi yang lembek. Pada saat atonia Karkata (2010) menyebutkan bahwa diagnosis atonia uteri ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak, bergumpal serta pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih, dengan kontraksi yang lembek. Pada saat atonia

Tonus menggambarkan kontraksi otot-otot uterus setelah melahirkan. Adanya abnormalitas kontraksi akan menyebabkan terjadinya perdarahan. Kontraksi ini diperlukan untuk menjepit arteri-arteri di tempat bekas plasenta berinsersi di uterus (Evensen dan Anderson, 2013).

Atonia uteri bisa disebabkan akibat anastesi, distensi berlebihan (gemeli, anak besar, hidramnion), partus lama, partus kasep, partus presipitatus/partus terlalu cepat, persalinan karena induksi oksitosin, multiparitas, korioamnionitis, dan riwayat atonia uteri pada kelahiran sebelumnya (Karkata, 2010).

2. Tissue

Bila plasenta tetap tertinggal dalam uterus setengah jam setelah anak lahir disebut sebagai retensio plasenta. Plasenta yang sulit dilepaskan dengan pertolongan aktif kala tiga bisa disebabkan oleh adhesi yang kuat antara plasenta dan uterus. Adanya jaringan tertinggal baik plasenta, fragmen plasenta, dan gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk berkontraksi secara optimal, sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan Anderson, 2013).

Karkata (2010) menyebutkan sisa plasenta bisa disebabkan karena kotiledon atau selaput ketuban tersisa, plasenta susenteriata, dan plasenta akreta, inkreta, serta perkreta.

Bila plasenta sampai menembus desidua basalis dan nitabuch layer maka disebut sebagai plasenta akreta, bila plasenta sampai menembus miometrium disebut sebagai plasenta inkreta, sedangkan bila vili korialis sampai menembus perimetrium disebut plasenta perkreta (Karkata, 2010).

3. Trauma

Trauma persalinan menyebabkan laserasi dan hematoma sehingga dapat menyebabkan perdarahan postpartum. Trauma dalam persalinan bisa disebabkan karena episiotomi yang melebar, ruptura uteri, robekan pada perineum, vagina dan serviks (Karkata, 2010).

4. Thrombin

Kausal perdarahan postpartum karena gangguan pembekuan darah (thrombin) baru dicurigai bila penyebab yang lain dapat disingkirkan apalagi disertai riwayat pernah mengalami hal yang sama pada persalinan sebelumnya. Pada gangguan pembekuan darah akan terjadi perdarahan setiap dilakukan penjahitan, perdarahan merembes atau timbul hematoma pada bekas jahitan, suntikan, perdarahan dari gusi, rongga hidung, dan lain- lain (Karkata, 2010).

2.1.1.4 Faktor Risiko

Faktor risiko perdarahan postpartum adalah faktor-faktor yang dapat memicu timbulnya perdarahan postpartum. Secara umum B-Lynch et al (2006) membagi faktor risiko perdarahan postpartum menjadi dua, yaitu faktor risiko antenatal dan intrapartum. Faktor risiko antenatal diantaranya yaitu usia ibu, indeks massa tubuh, paritas, jarak antarkelahiran, partus lama, janin besar, hamil lebih dari satu, kondisi medis lainnya, riwayat perdarahan postpartum, dan riwayat seksio sesarea. Sementara itu faktor risiko intrapartum terdiri dari durasi persalinan, induksi persalinan, analgetik, metode persalinan, episiotomi, dan korioamnionitis. Beberapa faktor risiko perdarahan postpartum diantaranya yaitu:

a. Paritas Pada ibu dengan paritas tinggi akan memengaruhi keadaan uterus ibu, karena semakin sering ibu melahirkan maka fungsi reproduksi akan mengalami penurunan, otot uterus terlalu regang dan kurang dapat berkontraksi dengan normal sehingga kemungkinan terjadi perdarahan postpartum lebih besar.

Berdasarkan penelitian Dina et al (2013) dari perhitungan Odd Ratio menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko, dimana besar risikonya adalah 6,1 yang artinya ibu yang memiliki paritas <1 atau >3 mempunyai risiko 6,1 kali lebih besar untuk mengalami perdarahan postpartum dibandingkan ibu yang memiliki paritas 2-3.

b. Jarak antarkelahiran BKKBN (2007) menyebutkan bahwa jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya hingga kelahiran berikutnya. Jarak antarkelahiran 2-4 tahun dibutuhkan agar kondisi tubuh ibu kembali seperti kondisi sebelumnya. Jarak antarkelahiran yang terlalu dekat dapat menimbulkan komplikasi dalam kehamilan, karena persalinan yang berturut-turut dalam jangka waktu yang singkat akan menyebabkan kontraksi uterus tidak optimal. Padahal kontraksi uterus dibutuhkan untuk menutup sumber perdarahan dari tempat implantasi plasenta. Sehingga bila kontraksi uterus tidak adekuat tentu akan memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum.

c. Gemeli Gemeli didefinisikan sebagai suatu keadaan ibu mengandung ≥2 janin pada satu kehamilan. Gemeli dapat menyebabkan distensi berlebihan pada uterus, akhirnya otot miometrium tidak berkontraksi secara adekuat. Sehingga timbul atonia uteri yang akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

d. Berat bayi lahir Berat bayi lahir adalah berat badan bayi yang ditimbang dalam 1 jam pertama postpartum. Secara umum berat bayi lahir dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu (Kosim et al, 2009):

 Bayi berat lahir rendah: berat badan lahir <2500 gram.  Bayi berat lahir normal: berat badan lahir antara 2500-4000 gram.  Bayi berat lahir lebih: berat badan lahir >4000 gram.

Bayi dengan berat lahir lebih dari >4000 gram sering menimbulkan perdarahan postpartum karena laserasi jalan lahir. Bayi berat lahir lebih juga mengakibatkan overdistensi uterus sehingga lebih berisiko menyebabkan atonia uteri dan pada akhirnya menyebabkan perdarahan postpartum (Cunningham et al, 2012). Selain itu Bayi besar juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan sehingga terjadi robekan pada jalan lahir (Bratakoesoema dan Angsar, 2011).

e. Riwayat perdarahan postpartum Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya. Bila ibu pada persalinan sebelumnya telah mengalami perdarahan postpartum, kemungkinan besar hal yang serupa akan dialaminya kembali pada persalinannya saat ini.

2.1.1.5 Patofisiologi

Selama proses persalinan, uterus mampu berkontraksi ke bawah secara signifikan untuk mereduksi volume dari uterus. Hal seperti ini dapat menyebabkan plasenta terpisah dari permukaan uterus. Setelah plasenta terpisah dan terlepas maka otot polos uterus akan menginisiasi rangkaian proses kontraksi secara terkoordinasi, memperpendek serat-serat ototnya dan membentuk suatu jahitan fisiologis (Keman, 2010). Namun, apabila uterus gagal untuk berkontraksi atau plasenta tidak dapat terpisah ataupun terlepas, maka perdarahan yang signifikan akan terjadi. Arteri spiral yang seharusnya tertutup oleh kontraksi uterus, bila tonus uterus tidak ada atau kontraksi uterus lemah, maka sumber perdarahan tersebut akan tetap terbuka. Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke kavum uteri hingga pada akhirnya darah tersebut keluar per vaginam (El-Refaey, 2003).

Adanya jaringan yang tertinggal baik plasenta, fragmen plasenta, dan gumpalan darah dapat mencegah uterus untuk berkontraksi secara optimal, sehingga terjadi perdarahan (Evensen dan Anderson, 2013). Perdarahan postpartum juga dapat disebabkan karena trauma yang terjadi saat persalinan menyebabkan laserasi dan hematoma. Sehingga akan timbul perdarahan dari tempat trauma yang terjadi. Perdarahan dapat diperberat bila terdapat gangguan pembekuan darah, karena proses pembekuan darah pada mekanisme normal tidak terjadi. Hingga akhirnya sumber perdarahan akan terus mengeluarkan darah.

2.1.1.6 Gejala Klinis

Seorang ibu hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala baru tampak pada Seorang ibu hamil yang sehat dapat kehilangan darah sebanyak 10% dari volume total tanpa mengalami gejala-gejala klinik. Gejala baru tampak pada

2.1.1.7 Diagnosis

Perdarahan postpartum adalah hilangnya darah >500 ml pada persalinan per vaginam setelah selesainya kala III persalinan atau setara dengan 1000 ml pada seksio sesarea (Wiludjeng, 2007). Namun, pada setiap perdarahan postpartum harus dicari apa penyebabnya. Untuk menentukan etiologi dari perdarahan postpartum diperlukan pemeriksaan lengkap yang meliputi anamnesis, pemeriksaan umum, pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan dalam.

Berikut ini tabel diagnosis perdarahan postpartum berdasarkan etiologinya: Tabel 1. Diagnosis Perdarahan Postpartum

Gejala dan tanda Diagnosis No

Gejala dan tanda yang selalu ada

yang kadang-

kemungkinan

kadang ada

1 - Uterus tidak berkontraksi dan lembek - Syok Atonia uteri - Perdarahan segera setelah anak lahir (PPP Primer)

2 - Plasenta atau sebagian selaput

Tertinggalnya (mengandung pembuluh darah) tidak

- Uterus

sebagian plasenta lengkap

berkontraksi

tetapi tinggi

- Perdarahan segera (PPP Primer)

fundus tidak berkurang

3 - Perdarahan segera (PPP Primer)

Robekan dinding (Perdarahan intraabdominal/vaginam) - Nyeri tekan perut uterus (ruptura - Nyeri perut berat

- Syok

- Denyut nadi ibu

uteri)

cepat

Robekan jalan - Darah segar yang mengalir segera

4 - Perdarahan segera

- Pucat

lahir setelah bayi lahir (PPP Primer)

- Lemah

- Menggigil

- Uterus kontraksi baik - Plasenta lengkap

5 - Plasenta belum lahir setelah 30 menit - Tali pusat putus Retensio plasenta - Perdarahan segera (PPP Primer)

akibat traksi

- Uterus kontraksi baik

berlebihan - Inversio uteri akibat tarikan - Perdarahan lanjutan

6 - Uterus tidak teraba - Syok neurogenik Inversio uteri - Lumen vagina terisi massa

- Pucat dan

- Tampak tali pusat (jika plasenta

limbung

belum lahir) - Perdarahan segera (PPP Primer) - Nyeri sedikit atau berat

7 - Sub-involusi uterus

Perdarahan - Nyeri tekan perut bawah

- Anemia

terlambat - Perdarahan lebih dari 24 jam setelah persalinan (PPP sekunder)

- Demam

Endometritis atau - Perdarahan bervariasi (ringan atau

sisa plasenta berat, terus menerus atau tidak teratur)

(terinfeksi/ tidak) dan berbau (jika disertai infeksi) Sumber

: Saifuddin, 2009. Keterangan : PPP (Perdarahan Postpartum)

2.1.1.8 Tatalaksana

1. Penanganan Umum

Penanganan umum bertujuan untuk memperbaiki keadaan umum pasien dan mengidentifikasi secara cepat penyebab dari perdarahan postpartum. Penanganan tersebut ialah sebagai berikut (Saifuddin, 2009):

 Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).  Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman

(termasuk upaya pencegahan perdarahan postpartum)  Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama postpartum (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadwal hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung).

 Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat  Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila

dihadapkan dengan masalah dan komplikasi  Atasi syok  Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan

pijatan uterus, berikan uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infus 20 IU dalam 500cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit.

 Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, eksplorasi kemungkinan robekan jalan lahir.

 Bila perdarahan terus berlangsung, lakukan uji beku darah.  Pasang kateter tetap dan lakukan pemantauan input-output cairan  Cari penyebab perdarahan dan lakukan penangan spesifik.

2. Penanganan Berdasarkan Etiologi

Setelah diketahui dengan pasti penyebab dari perdarahan postpartum. Maka segera dilakukan tindakan spesifik berdasarkan penyebab perdarahannya, yaitu sebagai berikut: Setelah diketahui dengan pasti penyebab dari perdarahan postpartum. Maka segera dilakukan tindakan spesifik berdasarkan penyebab perdarahannya, yaitu sebagai berikut:

Bila penanganan umum telah dilakukan tetapi masih terjadi perdarahan, penolong persalinan dapat melakukan tindakan spesifik yaitu kompresi bimanual eksterna, kompresi bimanual interna, dan kompresi aorta abdominalis.

Gambar 1. Kompresi Bimanual Eksterna

Sumber: www.edukia.org

Kompresi bimanual eksterna dilakukan dengan cara menekan uterus melalui dinding abdomen dengan jalan saling mendekatkan kedua belah telapak tangan yang melingkupi uterus. Lakukan pemantauan aliran darah yang keluar, bila perdarahan berkurang, kompresi diteruskan, pertahankan hingga uterus dapat kembali berkontraksi atau dibawa ke fasilitas kesehatan rujukan. Bila belum berhasil mengatasi perdarahan, dapat dilakukan kompresi bimanual interna.

Gambar 2. Kompresi Bimanual Interna

Sumber : www.edukia.org

Cara melakukan kompresi bimanual interna adalah uterus ditekan di antara telapak tangan pada dinding abdomen dan tinju tangan dalam vagina untuk menjepit pembuluh darah di dalam miometrium (sebagai pengganti mekanisme kontraksi). Perhatikan perdarahan yang terjadi. Pertahankan kondisi ini bila perdarahan berkurang atau berhenti, tunggu hingga uterus berkontraksi kembali. Apabila perdarahan tetap terjadi, dapat dilakukan kompresi aorta abdominalis.

Dalam melakukan kompresi aorta abdominalis, kita harus meraba arteri femoralis dengan ujung jari tangan kiri terlebih dahulu dan pertahankan posisi tersebut. Genggam tangan kanan kemudian tekankan pada daerah umbilicus secara tegak lurus dengan sumbu badan, hingga mencapai kolumna vertebralis. Penekanan yang tepat akan menghentikan atau mengurangi denyut arteri femoralis. Lihat hasil kompresi dengan memperhatikan perdarahan yang terjadi.

Gambar 3. Kompresi Aorta Abdominalis

Sumber : ambulance.qld.gov.au

Apabila setelah dilakukan tindakan-tindakan tersebut namun perdarahan tetap terjadi, lakukan pemasangan tampon uterovaginal dan segera rujuk pasien untuk kemudian dilakukan histerektomi ataupun ligasi arteri uterine dan ovarika (Saifuddin, 2009).

b. Retensio Plasenta

Jika plasenta belum terlepas maka tidak akan menimbulkan perdarahan yang banyak, namun harus diantisipasi dengan segera melakukan plasenta manual dan dilanjutkan dengan pemberian obat uterotonika. Plasenta manual adalah prosedur pelepasan plasenta dari tempat implantasinya pada dinding uterus dan mengeluarkannya dari kavum uteri secara manual. Arti manual adalah dengan melakukan tindakan invasi dan manipulasi tangan penolong persalinan yang dimasukan langsung ke dalam kavum uteri. Jika dengan cara manual juga tidak dapat mengeluarkan plasenta dan plasenta masih tertanam di dinding uterus maka dapat dilakukan histerektomi (Saifuddin, 2009).

c. Sisa Plasenta

Apabila terdapat beberapa bagian plasenta yang tertinggal di dalam rahim maka harus dilakukan eksplorasi ke dalam rahim, sisa plasenta dikeluarkan secara manual yaitu dengan kuretase dan pemberian uterotonika untuk menghentikan perdarahan (Mannuaba, 2007).

d. Trauma Jalan Lahir

Trauma jalan lahir dapat berupa laserasi atau luka lecet yang ringan, ruptur perineum, robekan dinding vagina, robekan pada serviks, dan bahkan yang terberat yaitu ruptura uteri. Apabila kontraksi uterus baik dan plasenta lahir lengkap, tetapi terjadi perdarahan banyak maka segera lakukan eksplorasi untuk memastikan apakah terjadi laserasi. Segera identifikasi lokasi laserasi dan sumber perdarahan, semua sumber perdarahan harus dijepit dengan klem, lakukan ligasi dengan benang yang dapat diserap, dan lakukan penjahitan luka (Saifuddin, 2009).

e. Kelainan Pembekuan darah

Mannuaba (2007) mengatakan jika kontraksi uterus baik dan eksplorasi secara manual telah menyingkirkan retensio plasenta, sisa plasenta, dan trauma jalan lahir, maka kecurigaan penyebab perdarahan adalah kelainan atau gangguan pembekuan darah. Tatalaksananya yaitu segera perbaiki faktor pembekuan darah dengan pemberian trombosit.

2.1.1.9 Pencegahan

Klasifikasi kehamilan risiko rendah dan risiko tinggi akan memudahkan penyelenggara kesehatan untuk menata strategi pelayanan ibu hamil saat perawatan antenatal dan melahirkan dengan mengatur petugas kesehatan mana yang sesuai dan jenjang rumah sakit rujukan. Akan tetapi, pada saat proses persalinan, semua kehamilan memiliki risiko untuk terjadinya patologi persalinan, salah satunya adalah perdarahan postpartum. Antisipasi terhadap hal tersebut dapat dilakukan sebagai berikut (Karkata, 2010):

1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan pasien tersebut dalam keadaan optimal.

2. Mengenal faktor predisposisi seperti multiparitas, anak besar, hamil kembar, hidramnion, bekas seksio, ada riwayat PPP sebelumnya dan kehamilan risiko tinggi lainnya yang risikonya akan muncul saat persalinan.

3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam untuk pencegahan partus lama.

4. Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.

5. Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan menghindari persalinan dukun.

6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi PPP dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya.

2.1.2 Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum

Usia ibu merupakan faktor predisposisi yang sangat penting pada perdarahan postpartum. Usia paling aman bagi seorang wanita untuk hamil dan melahirkan yaitu antara 20-35 tahun, karena berada dalam masa reproduksi sehat. Kematian maternal pada ibu yang hamil dan melahirkan pada usia <20 tahun dan usia >35 tahun akan meningkat secara bermakna, karena terpapar pada komplikasi baik medis maupun obstetrik yang dapat membahayakan jiwa ibu (Mannuaba et al, 2009).

Pada wanita berusia kurang dari 20 tahun organ reproduksinya belum berkembang dengan sempurna. Sedangkan wanita berusia lebih dari 35 tahun fungsi organ reproduksinya sudah mengalami penurunan (Mannuaba et al , 2009). Fungsi organ reproduksi yang belum sempurna dan penurunan fungsi tersebut akan menyebabkan tonus otot kurang adekuat, hingga timbul atonia uteri. Atonia uteri inilah yang menyebabkan perdarahan postpartum (Karkata, 2010).

Menurut BKKBN (2007) jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima sebaikny a harus menghindari “4 terlalu”, 2 diantaranya membahas mengenai usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia di bawah 20 tahun. Hal ini akan menimbulkan keguguran, preeklampsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), timbul kesulitan dalam persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, BBLR, fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker leher rahim. Pada ibu yang hamil pada usia muda, biasanya pinggul terlalu kecil sehingga terjadinya partus macet lebih besar yang akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia tua adalah terjadinya keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR, dan cacat bawaan. Usia ibu yang relatif tua menyebabkan daya tahan ibu hamil mulai menurun sehingga saat partus tidak kuat lagi mengejan. Selain itu fungsi alat Menurut BKKBN (2007) jika ingin memiliki kesehatan reproduksi yang prima sebaikny a harus menghindari “4 terlalu”, 2 diantaranya membahas mengenai usia ibu. T yang pertama yaitu terlalu muda artinya hamil pada usia di bawah 20 tahun. Hal ini akan menimbulkan keguguran, preeklampsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), timbul kesulitan dalam persalinan karena sistem reproduksi belum sempurna, bayi lahir sebelum waktunya, BBLR, fistula vesikovaginal (merembesnya air seni ke vagina), fistula retrovaginal (keluarnya gas dan tinja dari vagina) dan kanker leher rahim. Pada ibu yang hamil pada usia muda, biasanya pinggul terlalu kecil sehingga terjadinya partus macet lebih besar yang akan meningkatkan risiko terjadinya perdarahan postpartum. T yang kedua adalah terlalu tua artinya hamil di atas usia 35 tahun. Risiko yang mungkin terjadi jika hamil pada usia tua adalah terjadinya keguguran, preeklampsia, eklampsia, timbulnya kesulitan pada persalinan, perdarahan, BBLR, dan cacat bawaan. Usia ibu yang relatif tua menyebabkan daya tahan ibu hamil mulai menurun sehingga saat partus tidak kuat lagi mengejan. Selain itu fungsi alat

Berdasarkan perhitungan Odd Ratio dari penelitian di RSUD Majene oleh Dina et al (2013) menunjukkan bahwa usia ibu di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,1 kali lebih besar dibanding ibu yang berusia 20 sampai 35 tahun. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Sher Zaman et al (2007) bahwa pada tingkat kepercayaan 95% ibu yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 30 tahun memiliki risiko mengalami perdarahan postpartum 3,3 kali lebih besar dibandingkan ibu yang berusia 20 sampai 29 tahun.

2.2 Kerangka Teori

Usia Ibu

Terlalu tua

Terlalu muda

Anak lahir besar terlalu kecil

Fungsi sistem

antarkelahiran

reproduksi belum matang

Multiparitas Partus lama

Kondisi

Kelelahan

uterus tidak

Penurunan

optimal

fungsi sistem reproduksi Overdistensi uterus

Tonus otot tidak adekuat

Retensio plasenta Gangguan

Atonia uteri

Ruptura uteri/perineum

Sisa Plasenta

pembekuan darah

Subinvolusi uterus

Episiotomi Hematom

Laserasi Tr.genital

Plasenta tersisa di dalam uterus

Tidak mampu Pembuluh darah menutup

yang seharusnya

perdarahan terbuka

Gagalnya proses

bisa tertutup masih

dari tempat

Perdarahan di

penghentian darah

terbuka

implantasi plasenta

tempat trauma

Riwayat perdarahan

Perdarahan Postpartum

postpartum

Keterangan: Variabel utama yang diteliti

2.3 Kerangka Konsep

Usia Ibu

Variabel Perancu

Anak Lahir Besar Jarak Antarkelahiran Gemeli Riwayat Perdarahan Postpartum

Perdarahan Postpartum

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kasus kontrol (case control ) berdasarkan data sekunder rekam medik di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1 Waktu

Penelitian dilakukan dari Oktober 2014 hingga Desember 2014.

3.2.2 Tempat

Penelitian dilakukan di Installasi Rekam Medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

a. Populasi Target

Populasi target penelitian adalah semua ibu yang melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang.

b. Populasi Terjangkau

Populasi terjangkau dari penelitian ini adalah data rekam medik ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum dan ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan yang dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang sejak 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum dan ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum sejak 1 Januari 2013 sampai 31 Desember 2013 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Besar sampel dalam penelitian dihitung menggunakan rumus studi kasus kontrol untuk pengujian hipotesis terhadap Odd Ratio: Z

{ + Z√PQ}

n 1 =n 2 = P= 1 2

(𝑃− ) 2 Keterangan :

(1 + R)

n = besar sampel minimal pada kasus dan kontrol Z  = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (=0.05 adalah 1.96) Z  = nilai distribusi normal baku (tabel Z) pada  tertentu (=0.2 adalah 0.842) Q = 1-P R

= odd ratio yang dianggap bermakna

Penentuan besar sampel berdasarkan variabel usia dengan OR = 3,1 diambil dari penelitian terdahulu (Dina et al, 2013), sehingga didapat n:

Maka diperoleh 27 sampel minimal yang dapat diterapkan pada kelompok kasus (ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum) dan jumlah sampel yang sama pada kelompok kontrol (ibu bersalin tanpa perdarahan postpartum). Data kasus dipilih jika rekam medik berisi variabel yang dicari, sementara data kontrol dipilih jika data berisi variabel penelitian yang dicari setelah dilakukan matching jumlah paritas.

3.3.3 Kriteria Inklusi

3.3.3.1 Kriteria Kasus

- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode

1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013. - Ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum. - Kehamilan aterm (>37 minggu).

3.3.3.2 Kriteria Kontrol

- Ibu yang bersalin di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode

1 Januari 2013 hingga 31 Desember 2013. - Ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum. - Memiliki variabel jumlah paritas dalam kategori sama dengan sampel kasus. - Kehamilan aterm (>37 minggu).

3.3.4 Kriteria Eksklusi

- Ibu bersalin yang data rekam mediknya tidak bisa ditemukan, berkasnya

tidak terbaca atau datanya tidak lengkap.

3.4 Variabel Penelitian

3.4.1 Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perdarahan postpartum.

3.4.2 Variabel Independen

Variabel independen dalam penelitian ini adalah usia ibu.

3.4.3 Variabel Perancu

Variabel perancu (confounder) dalam penelitian ini yaitu selain variabel usia ibu yang tercantum lengkap dalam rekam medik yang dapat memengaruhi timbulnya perdarahan postpartum, diantaranya yaitu:

 Jarak antarkelahiran  Gemeli  Berat bayi lahir  Riwayat perdarahan postpartum

3.5 Definisi Operasional

3.5.1 Perdarahan postpartum

Perdarahan postpartum adalah perdarahan >500 ml setelah bayi lahir pada persalinan per vaginam atau >1000 ml pada seksio sesarea atau sebagaimana diagnosis yang tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Perdarahan postpartum dan 2. Bukan perdarahan postpartum.

3.5.2 Usia

Usia adalah lamanya hidup pasien yang dinyatakan dalam tahun, dihitung sejak lahir sampai ulang tahun terakhir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Usia risiko tinggi (<20 atau >35 tahun) dan 2. Usia risiko rendah (20-35 tahun).

3.5.3 Jarak antarkelahiran

Jarak antarkelahiran adalah waktu sejak kelahiran sebelumnya sampai kelahiran berikutnya atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Jarak risiko tinggi (≤2 tahun) dan 2. Jarak risiko rendah (>2 tahun).

3.5.4 Gemeli

Gemeli didefenisikan sebagai suatu keadaan ibu melahirkan ≥2 bayi pada satu kehamilan atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Gemeli ( ≥ 2 janin) dan 2. Tidak gemeli (1 janin).

3.5.5 Berat bayi lahir

Berat bayi lahir (BBL) adalah berat bayi yang ditimbang dalam waktu satu jam pertama setelah lahir atau sebagaimana tercantum dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Berat badan lahir ≥4000 gram dan 2. Berat badan lahir <4000 gram.

3.5.6 Riwayat Perdarahan Postpartum

Riwayat perdarahan postpartum adalah perdarahan postpartum yang terjadi pada persalinan sebelumnya atau sebagaimana tercatat dalam rekam medik. Pengukuran dilakukan dengan cara melihat data yang ada dalam rekam medik. Dinyatakan dengan 1. Ada riwayat Perdarahan Postpartum dan 2. Tidak ada riwayat perdarahan postpartum.

3.6 Cara Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan merupakan data sekunder hasil pencatatan rekam medik RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang periode 1 Januari 2013 sampai

31 Desember 2013. Rekam medik ibu bersalin dikumpulkan lalu diambil sampel kasus dari ibu bersalin yang mengalami perdarahan postpartum, dan sampel kontrol dari ibu bersalin yang tidak mengalami perdarahan postpartum setelah dilakukan matching jumlah paritas. Secara umum matching jumlah paritas berdasarkan kategori primipara (paritas 1), multipara (paritas 2-4), dan grandemultipara (paritas ≥5) (Mannuaba, 2008 dan Varney, 2006).

3.7 Rencana Cara Pengolahan dan Analisis Data

3.7.1 Rencana Cara Pengolahan

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dipisahkan sesuai dengan populasi yang diambil, yaitu populasi kasus (ibu yang melahirkan dengan perdarahan postpartum) dan populasi kontrol (ibu yang melahirkan tanpa perdarahan postpartum). Setelah itu dari masing-masing populasi kasus dan populasi kontrol dikelompokkan sesuai dengan variabel yang diteliti. Kemudian hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel dan grafik yang dijelaskan dalam bentuk narasi dan dilakukan analisis data.

3.7.2 Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah:

1. Analisis Univariat Analisis univariat digunakan untuk memeroleh distribusi frekuensi masing- masing variabel yang diteliti. Tabel 2. Contoh Tabel Distribusi Jenis Perdarahan Postpartum pada Ibu Bersalin

yang Dirawat di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013. Jenis Perdarahan Postpartum

Persentase (%) Perdarahan postpartum primer

Perdarahan postpartum sekunder Jumlah

2. Analisis Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk menghubungkan antara variabel dependen dan variabel independen untuk mengetahui interaksi dua variabel tersebut. Tabel 3. Contoh Tabel Hubungan antara Usia Ibu dan Perdarahan Postpartum

Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013 Perdarahan Postpartum Perdarahan

OR Usia

Tidak

Jumlah

p value

(95% CI) n

perdarahan

Usia risiko

tinggi

Usia risiko

rendah Jumlah

*analisis menggunakan uji Chi-Square

Tabel 4. Contoh Tabel Hubungan antara Berat Badan Lahir dan Perdarahan Postpartum Ibu Melahirkan di RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2013

Perdarahan Postpartum

OR Berat Badan

p (95% Lahir

value CI) n

perdarahan

Berat badan lahir ≥4000

Berat badan lahir <4000

Jumlah * analisis menggunakan uji Chi-Square

3. Analisis Multivariat Analisis multivariat bertujuan untuk mendapatkan model faktor risiko yang paling baik dan sederhana yang dapat menggambarkan pengaruh usia ibu setelah dikontrol variabel perancu yang terdiri dari jarak antarkelahiran, gemeli, berat bayi lahir, dan riwayat perdarahan postpartum.