Pengujian Hipotesis

D. Pengujian Hipotesis

Sebelum dilakukan pengujian, ditentukan terlebih dahulu hipotesis sebagai berikut:

H 0 : Tidak terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah ( μ1 = μ2)

H 1 : Terdapat perbedaan antara sebelum dan sesudah ( μ1 ≠ μ2)

H 0 diterima jika sig. > dari tingkat signifikansi α ( 0,05 ), sedangkan H 0 ditolak atau H 1 diterima jika sig. < dari tingkat signifikansi α ( 0,05 ).

1. Hipotesis Pertama

Hipotesis pertama menyatakan bahwa terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013. Setelah diketahui rata rata abnormal return (AAR) pada periode sebelum dan sesudah kenaikan BBM, selanjutnya dilakukan uji sampel berpasangan (paired samples test) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut ini :

Tabel 4.6 Hasil Uji Statistik Rata Rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

t df tailed) Pair 1

Mean

Deviation

Std. Error Mean

Lower

Upper

AARafter – -.0078933400 .0101973057 .0045603737 -.0205549673 .0047682873 -1.731 4 .159 AARbefore

Sumber : Output SPSS 17 (Data diolah, 2014)

Tabel 4.6 menunjukkan hasil uji beda average abnormal return sebelum dan sesudah kenaikan BBM. Dari tabel tersebut diperoleh t hitung sebesar -1,731, kemudian dengan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), hasil estimasi n-k-1 = 10-5-1 didapatkan degree of freedom (df) = 4, dengan α = 0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,776. Dengan demikian t hitung sebesar -1,731 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,776 dan nilai signifikansi sebesar 0,159 yang berarti lebih besar dari tingkat

signifikansi 0,05 (H 0 diterima). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan average abnormal return yang signifikan signifikansi 0,05 (H 0 diterima). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan average abnormal return yang signifikan

Tidak adanya perbedaan average abnormal return signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa dapat diartikan bahwa kenaikan BBM tidak membawa kandungan-kandungan informasi/signalling tentang akan adanya keuntungan di masa mendatang.

2. Hipotesis kedua

Hipotesis kedua menyatakan bahwa terdapat perbedaan trading volume activity sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal

22 Juni 2013. Trading volume activity diperoleh dari jumlah saham yang diperdagangkan pada saat dibagi dengan jumlah saham beredar pada saat t. Setelah diketahui rata rata trading volume activity (TVA) pada periode sebelum dan sesudah kenaikan BBM, selanjutnya dilakukan uji sampel berpasangan (paired samples test) dan hasilnya dapat dilihat pada tabel

4.6 berikut ini :

Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik Rata Rata Trading Volume Activity

Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM

Paired Samples Test

Paired Differences

95% Confidence Interval of the

t df tailed) Pair 1

Mean

Deviation

Std. Error Mean

Lower

Upper

TVAafter - .0001107800 .0005032427 .0002250570 -.0005140784 .0007356384 .492 4 .648 TVAbefore

Sumber : Output SPSS 17 (Data diolah, 2014)

Tabel 4.7 menunjukkan hasil uji beda rata rata trading volume activity sebelum dan sesudah peristiwa. Dari tabel tersebut diperoleh t hitung sebesar 0,492 kemudian d engan menggunakan taraf keyakinan 95 persen (α = 5 persen), hasil estimasi n-k-1 = 10-5-1 didapatkan degree of freedom (df) =

4, dengan α = 0,05 diperoleh nilai t tabel sebesar 2,776. Dengan demikian t hitung sebesar 0,492 lebih kecil dari t tabel sebesar 2,776 dan nilai signifikansi sebesar 0,648 yang berarti lebih besar dari tingkat signifikansi

0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima atau tidak terdapat perbedaan volume perdagangan yang signifikan pada periode sebelum dan sesudah peristiwa, sehingga hipotesis kedua ditolak.

Rata-rata trading volume activity yang tidak berbeda secara signifikan mengindikasikan bahwa pasar tidak menganggap informasi baru yang masuk merupakan informasi penting yang mampu mempengaruhi perdagangan. Kenaikan BBM terbukti tidak mampu memberikan dampak yang signifikan bagi volume perdagangan. Rata-rata volume perdagangan saham tidak terpengaruh oleh kenaikan BBM. Investor tidak menganggap informasi baru tersebut merupakan informasi penting yang mampu mempengaruhi langkah investasi mereka.