Pengaruh Kenaikan BBM terhadap reaksi pa

Pengaruh Kenaikan BBM Terhadap Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Saham LQ45 : Juni 2013) SKRIPSI

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret

Oleh:

Rhafian Prabarinandar NIM: F 0109080 JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014

ABSTRAK Pengaruh Kenaikan BBM Terhadap

Reaksi Pasar Modal di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus pada Saham LQ45 : Juni 2013)

Rhafian Prabarinandar (F0109080)

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang termasuk ke dalam kategori event study . Event study merupakan penelitian yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bukti empiris ada atau tidaknya reaksi pasar modal Indonesia terhadap pengumuman kenaikan harga BBM pada Juni 2013, dengan menggunakan indikator abnormal return dan trading volume activity .

Populasi penelitian ini adalah saham-saham yang termasuk dalam Indeks LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada periode Februari-Juli 2013, dan data yang digunakan adalah data sekunder berupa harga saham harian dan volume perdagangan saham harian selama periode lima hari sebelum dan lima hari setelah peristiwa. Sampel dari penelitian ini diambil dengan menggunakan purposive sampling , agar terhindar dari cofounding effect atau efek bias. Metode penelitian ini menggunakan paired samples t –test.

Hasil dari penelitian ini adalah tidak adanya perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan BBM, tidak adanya hasil yang signifikan ini dikarenakan karena pasar sudah mampu memprediksi akan terjadinya kenaikan harga BBM beberapa hari sebelumnya.

Berdasarkan penelitian ini, kenaikan BBM memiliki kandungan informasi yang negatif (bad news), namun dengan perbedaan yang tidak signifikan. Bagi para investor, kenaikan BBM tidak perlu menjadi acuan dalam pengambilan keputusan, namun hendaknya mempertimbangkan faktor-faktor eksternal lainnya dan pada penelitian-penelitian sejenis selanjutnya, hendaknya mempertimbangkan untuk memperpendek periode penelitian, untuk menghindari cofounding effect dari faktor-faktor eksternal lainnya.

Kata Kunci : Kenaikan Harga BBM, Market Reaction, Abnormal Return, Trading Volume Activity

ABSTRACT The Impact of The Increasing Fuel Price

to the reaction of Indonesia Stock Exchange (Case Study on LQ45 : June 2013)

Rhafian Prabarinandar (F0109080)

This research is a study which belongs to the category of event study which is a research that studies about the reaction of a market to an event that the information is published as an announcement. The purpose of the research is to discover whether is there any empirical evidence about the reaction of capital market of Indonesia toward the announcement of increasing of fuel price on Juni 2013, by using abnormal return and trading volume activity indicators.

The Population in this research is the stocks which included in the LQ45 index on the Indonesia Stock Exchange on the period of February-July 2013, and the data used in this research are secondary data which consists of daily stock prices and daily share trading volume during the five days before and five days after the event. The sample of this research was taken by using purposive sampling method in order to avoid cofounding effect. The methods of this research is using paired samples t-test.

The result of this research is the absence of differences of Abnormal Return and Trading Volume Activity before and after the announcement of the increasing fuel price, it is because of the market would have predicted the increasing of the fuel price the days before.

Based on this research, the increasing of fuel price contains a bad news information, but not significanlly different. For Investors, it is not necessary for them to make the increasing fuel price as reference in decision-making, instead they should consider other external factors. For the next similiar researches,it is good to reconsider to shorten the research period to avoid cofounding effect from another external factors

Keywords: Increasing of Fuel Price, Market Reaction, Abnormal Return, Trading Volume Activity

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Bismillah, nek iyo mosok ora, nek ora mosok iyo, laa haula

wa laa quwwata illa billah (KH. Hasyim Asy'ari)

Amat Victoria Curam (Anonim)

Nobody's born smart, there was a time Einstein couldn't count to ten, and Shakespeare had to learn ABC's just like the rest of us.

(Anonim)

Skripsi ini kupersembahkan untuk ibu, ayah, kakak-adik, dan keluargaku

vi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb. Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Kenaikan BBM terhadap

Reaksi Pasar Modal di Indonesia (Studi Kasus pada Saham LQ45 : Juni

2013) ”. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT, pemilik ruh dan jasmaniku, yang dengan kuasa-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Ibu Nurul Istiqomah, S.E., M.Si, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu saya dalam penulisan skripsi ini.

3. Drs. Supriyono, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sebelas Maret.

4. Seluruh dosen Jurusan Ekonomi Pembangunan yang telah membantu selama menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret.

5. Ibu, Bapak, mbak Fida dan dek Rois atas motivasinya setiap hari

6. Melati Sekar Kinasih, Devi Anggraini, Mas Bayu Agusta Setiawan, Triangga Cakra Pribowo sebagai pembimbing skripsi bayangan.

7. Keluarga besar padepokan sama’an

8. Teman seangkatan EP 2009, keluarga besar HMJ EP, tim futsal EP hepi-hepi, thanks for these awesome years, kalian teman, sahabat, dan guru hidup selama saya menuntut ilmu disini.

vii

9. Teman Green House, Kosmut, dan Rempela atas motivasinya berupa dunhill, ceres, canda dan cercaan.

10. Saudara-saudara tak sedarahku, tanpa terkecuali, you’re all the best.

11. Semua pihak yang benar-benar membantu agar dimulainya penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Untuk itu saran dan kritik dari pembaca penulis harapkan demi perbaikan penelitian ini. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan yang membutuhkan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Surakarta, 8 Septenber 2014

Penulis

viii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1.1

Pergerakan IHSG dan LQ45 pada tanggal 17-28 Juni 2013 .......

51 Tabel 4.2

Daftar Sampel Penelitian.............................................................

53 Tabel 4.3

Daftar Emiten yang Tidak Memenuhi Kriteria Sampel .............

54 Tabel 4.4

Rata-rata Variabel AAR dan TVA .............................................

Uji Normalitas Data Variabel Average Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM ......................................

57 Tabel 4.5

Uji Normalitas Data Variabel Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM ......................................

58 Tabel 4.6

Hasil Uji Statistik Rata Rata Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM ............................................................

59 Tabel 4.7

Hasil Uji Statistik Rata Rata Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Kenaikan BBM .......................................

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1

42 Gambar 4.1

Kerangka Pemikiran .................................................................

55 Gambar 4.2

Perubahan Average Abnormal Return .....................................

Perubahan Trading Volume Activity ........................................

xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada tanggal 22 Juni 2013 Pemerintah melalui Keputusan Menteri Energi Sumber Daya Mineral Nomor: 07.PM/12/MPM/2013 telah menaikkan harga BBM bersubsidi, yaitu bensin premium dari Rp. 4500 per liternya menjadi Rp. 6500 per liternya dan solar dari Rp. 4500 per liternya menjadi Rp. 50 per liternya. Kenaikan harga ini akibat ditariknya subsidi BBM oleh pemerintah. Anggaran subsidi yang ditarik akibat melonjaknya anggaran APBN yang dapat mengakibatkan defisit anggaran (Kompas, 2013).

Penarikan subsidi pemerintah ini dikarenakan pada kuartal I APBN 2013 sudah mengalami defisit hingga Rp. 17,9 trilliun yang diakibatkan oleh tingginya realisasi subsidi BBM dan penerimaan pendapatan melalui pajak yang tidak sesuai target. Tingginya realisasi subsidi BBM ini didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat terhadap BBM bersubsidi (Husein,2013).

APBN dari tahun ke tahun terus dibebani oleh peningkatan subsidi BBM. Anggaran APBN 2013 untuk subsidi, yang meliputi subsidi energi (subsidi BBM, subsidi listrik) dan subsidi non-energi (subsidi pangan, subsidi pupuk, dll) mencapai total Rp. 317,2 triliun. Anggaran subsidi BBM itu sendiri dalam APBN 2013 mencapai Rp. 198,3 triliun dari total belanja negara sebesar Rp. 1683 triliun, anggaran subsidi BBM ini hampir setara APBN dari tahun ke tahun terus dibebani oleh peningkatan subsidi BBM. Anggaran APBN 2013 untuk subsidi, yang meliputi subsidi energi (subsidi BBM, subsidi listrik) dan subsidi non-energi (subsidi pangan, subsidi pupuk, dll) mencapai total Rp. 317,2 triliun. Anggaran subsidi BBM itu sendiri dalam APBN 2013 mencapai Rp. 198,3 triliun dari total belanja negara sebesar Rp. 1683 triliun, anggaran subsidi BBM ini hampir setara

Berikut adalah tabel rincian APBN 2013 :

Tabel 1.1 APBN 2013

(dalam miliar rupiah)

I. Penerimaan Dalam Negeri 1.525.189,50

1. Penerimaan Perpajakan 1.192.994,10

a. Pajak dalam Negeri 1.134.289,20

i. Pajak Penghasilan 584.890,40

ii. Pajak Pertambahan Nilai 423.708,30

iii. Pajak Bumi dan Bangunan 27.343,80 iv. Cukai

92.004,00 v. Pajak Lainnya

6.342,70

b. Pajak Perdagangan Internasional 58.704,90

2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 332.195,40

a. Penerimaan SDA 197.204,90

b. Bagian Laba BUMN 33.500,00

c. PNBP Lainnya 77.991,70

d. Pendapatan BLU 23.498,70

II. Hibah 4.483,60 Total Pendapatan Negara dan Hibah

1.529.673,10

I. Belanja Pemerintah Pusat 1.154.380,90

1. Belanja Pegawai 241.606,30

2. Belanja Barang 200.735,20

3. Belanja Modal 184.363,50

4. Pembayaran Bunga Utang 113.243,80

a. Utang Dalam Negeri 80.703,30

b. Utang Luar Negeri 32.540,50

5. Subsidi 317.218,60

a. Energi 274.743,00

i. Subsidi Listrik 80,937,8

ii. Subsidi BBM 193,805,2

b. Non Energi 42.475

6. Belanja Hibah 3.621,30

7. Bantuan Sosial 73.608,80

8. Belanja Lain-lain 19.983,40

II. Transfer ke Daerah 528,630,2 Total Belanja Negara

1.683.011,1

Sumber : Depkeu, 2013 (diolah) Dari tabel APBN 2013 diatas, subsidi untuk BBM adalah subsidi terbesar diantara pembiayaan pemerintah untuk subsidi lainnya, dan

merupakan pembiayaan terbesar ke-3 dalam APBN setelah belanja pegawai dan belanja barang. Selain itu besarnya konsumsi BBM oleh masyarakat pun membebani neraca perdagangan Indonesia. Produksi minyak mentah atau lifting Indonesia hanya berkisar 830.000-870.000 barel per hari, sedangkan konsumsi nasionalnya mencapai 1,4 juta barel per hari (Badan Kebijakan Fiskal RI, 2013). Impor yang dilakukan untuk menutup kekurangan kebutuhan konsumsi nasional inipun membebani neraca perdagangan, defisit neraca perdagangan dimana impor menggunung jauh melebihi ekspor mengharuskan pemerintah mengurangi subsidi guna menekan tingkat impor. Neraca perdagangan menjadi negatif jika impor lebih besar daripada ekspor, sehingga untuk menekan impor perlu dilakukan pengurangan konsumsi BBM. Usaha menekan konsumsi BBM ini antara lain dengan menaikkan harga BBM dengan menarik subsidi BBM.

Kebijakan menarik subsidi BBM ini berdampak hampir di seluruh sektor perekonomian, baik secara makro maupun mikro. Kenaikan harga BBM ini akan menyebabkan harga barang dan jasa naik, mengingat BBM adalah unsur vital dalam proses produksi maupun distribusi suatu barang. Naiknya harga barang dan jasa ini memicu naiknya inflasi suatu negara. Kenaikan harga barang dan jasa inipun mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di sisi makro, kenaikan BBM yang mendorong inflasi ini dapat berpengaruh pada melemahnya nilai tukar rupiah. Apabila di suatu negara tingkat inflasinya lebih tinggi daripada Kebijakan menarik subsidi BBM ini berdampak hampir di seluruh sektor perekonomian, baik secara makro maupun mikro. Kenaikan harga BBM ini akan menyebabkan harga barang dan jasa naik, mengingat BBM adalah unsur vital dalam proses produksi maupun distribusi suatu barang. Naiknya harga barang dan jasa ini memicu naiknya inflasi suatu negara. Kenaikan harga barang dan jasa inipun mempengaruhi daya beli masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan tetap, yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Di sisi makro, kenaikan BBM yang mendorong inflasi ini dapat berpengaruh pada melemahnya nilai tukar rupiah. Apabila di suatu negara tingkat inflasinya lebih tinggi daripada

Aktifitas suatu sektor perekonomian tidak terlepas dengan sektor- sektor perekonomian lainnya. Demikian pula pengambilan kebijakan menurunkan subsidi BBM yang akan berpengaruh langsung pada sektor transportasi dan sektor industri yang pada akhirnya akan berpengaruh pada sektor-sektor perekonomian lainnya (Susilo, 2002).

Indikator ekonomi makro yang seringkali dihubungkan dengan pasar modal ialah fluktuasi tingkat bunga, inflasi, nilai tukar rupiah dan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Secara teori, tingkat bunga dan harga saham mempunyai hubungan yang negatif (Tandeililin, 2010). Tingkat bunga yang terlalu tinggi akan mempengaruhi nilai yang sekarang (present value) aliran kas perusahaan, sehingga kesempatan-kesempatan investasi yang tidak menarik lagi. Demikian pula halnya dengan inflasi, inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Kurs merupakan variabel makroekonomi yang turut mempengaruhi volatilitas harga saham. Depresiasi mata uang domestik akan meningkatkan volume ekspor. Bila permintaan pasar internasional cukup elastis hal ini akan meningkatkan cash flow perusahaan domestik, yang kemudian meningkatkan harga saham, yang tercermin pada IHSG. Depresiasi kurs akan menaikkan harga saham yang tercermin pada IHSG dalam perekonomian yang mengalami inflasi. Produk Domestik Bruto (PDB) termasuk faktor yang mempengaruhi perubahan harga saham. PDB berasal dari jumlah barang konsumsi yang bukan termasuk barang modal.

Dengan meningkatnya jumlah barang konsumsi menyebabkan perekonomian bertumbuh, dan meningkatkan skala omset penjualan perusahaan, karena masyarakat yang bersifat konsumtif. Dengan meningkatnya omset penjualan maka keuntungan perusahaan juga meningkat. Peningkatan keuntungan menyebabkan harga saham perusahaan tersebut juga meningkat, yang berdampak pada pergerakan IHSG (Kewal, 2012).

Pasar Modal sebagai salah satu instrumen perekonomian tidak terlepas dari pengaruh yang berkembang di lingkungannya, baik itu faktor internal perusahaan seperti keadaan para emiten, laporan kinerja, pembagian dividen dan rapat umum pemegang saham, maupun faktor eksternal seperti perubahan kebijakan pemerintah menyangkut perekonomian nasional, ataupun faktor-faktor sosial dan politik yang dapat mengganggu stabilitas suatu negara. Komitmen pemerintah terhadap peran pasar modal tercermin di dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun1995 tentang pasar modal, dimana dinyatakan bahwa pasar modal mempunyai peran strategis dalam pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia usaha dan wahana investasi masyarakat.

Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya terkait erat dengan terjadinya volatilitas harga saham, dimana naik turunnya harga saham ini ditentukan oleh suatu informasi, baik itu informasi yang membawa kabar baik, yang dapat menyebabkan harga saham naik, atau informasi yang mengandung kabar buruk yang dapat menyebabkan harga saham turun. Tingkat sensitivitas pasar modal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya terkait erat dengan terjadinya volatilitas harga saham, dimana naik turunnya harga saham ini ditentukan oleh suatu informasi, baik itu informasi yang membawa kabar baik, yang dapat menyebabkan harga saham naik, atau informasi yang mengandung kabar buruk yang dapat menyebabkan harga saham turun. Tingkat sensitivitas pasar modal tidak hanya dipengaruhi oleh faktor-faktor

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan dimana reaksi ini dapat diukur dengan Abnormal Return (Jogiyanto, 2010:556). Trading Volume Activity merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal (Suryawijaya dkk, 1998).

Pergerakan pasar saham biasanya ditentukan oleh saham-saham berkapitalisasi pasar besar dengan volume perdagangan yang tinggi dibandingkan dengan saham-saham berkapitalisasi pasar kecil. Saham- saham berkapitalisasi pasar besar ini tergabung dalam LQ-45. Biasanya investor cenderung untuk mentransaksikan saham-saham ini karena sebagian besar adalah perusahaan yang sudah mapan sehingga kecil kemungkinannya untuk bangkrut, selalu menerbitkan laporan keuangan tahunan, dan membagikan dividen tiap tahun dan penggerak utama kenaikan atau penurunan IHSG (Anggraini, 2011).

Berikut ini adalah daftar IHSG dan indeks LQ-45, 5 hari sebelum dan sesudah pengumuman kenaikan harga BBM :

Tabel 1.2

Pergerakan IHSG dan LQ 45 pada tanggal 17-28 Juni 2013

Sumber : Dunia Investasi (diolah)

Kenaikan BBM pada tanggal 22 Juni 2013 bertepatan dengan hari Sabtu dimana seluruh bursa saham libur. Bursa saham kembali dibuka pada hari Senin 24 Juni 2013. Satu hari sebelum kenaikan harga BBM, IHSG ditutup pada posisi 4,515.372 dan LQ 45 ditutup pada posisi 736.2630. Sehari sesudah kenaikan harga BBM, IHSG ditutup pada posisi 4,429.460 dan LQ 45 pada posisi 724.2470. Terjadi penurunan harga saham perusahaan pada IHSG dan LQ 45 sesudah kenaikan harga BBM.

Berdasarkan kondisi tersebut diatas maka penelitian ini berusaha mengkaji kaitan antara perubahan harga saham dan aktivitas volume perdagangan di Bursa Efek Indonesia terhadap kenaikan harga BBM yang terjadi pada bulan Juni tahun 2013. Dengan judul penelitian “Pengaruh

Kenaikan BBM Juni 2013 Terhadap Reaksi Pasar Modal Di Bursa Efek Indonesia (Studi Kasus Saham L Q45 : Juni 2013)”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan yaitu :

1. Apakah terdapat perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013.

2. Apakah terdapat perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk melihat reaksi pasar sebelum dan sesudah kenaikan BBM pada 22 Juni 2013.

1. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan Abnormal Return sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013.

2. Untuk menganalisis ada tidaknya perbedaan Trading Volume Activity sebelum dan sesudah kenaikan harga BBM pada tanggal 22 Juni 2013.

D. Manfaat Penelitian

Manfaaat yang diharapkan dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

1. Bagi emiten yang sudah mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia akan mengetahui pengaruh suatu pengumuman ekonomi sehingga akan dapat memperkirakan dampaknya di masa yang akan datang.

2. Bagi investor akan memberikan informasi mengenai pengaruh suatu pengumuman ekonomi sehingga akan dapat menentukan strategi investasi yang tepat.

3. Bagi peneliti akan menambah referensi untuk penelitian sejenis di masa yang akan datang.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Pasar Modal

Pada dasarnya, pasar modal sama seperti pasar pada umumnya, yaitu tempat bertemunya antara penjual dan pembeli. Di pasar modal, yang diperjualbelikan adalah modal berupa hak pemilikan perusahaan dan surat pernyataan hutang perusahaan. Pembeli modal adalah individu atau organisasi/lembaga yang bersedia menyisihkan kelebihan dananya untuk melakukan kegiatan yang menghasilkan pendapatan melalui pasar modal, sedangkan penjual modal adalah perusahaan yang memerlukan modal atau tambahan modal untuk keperluan usahanya.

Menurut Jogiyanto (2010:29), pasar modal merupakan sarana perusahaan untuk meningkatkan kebutuhan dana jangka panjang dengan menjual saham atau mengeluarkan obligasi. Pasar modal berfungsi sebagai sarana alokasi dana yang produktif untuk memindahkan dana dari pemberi pinjaman ke peminjam. Alokasi dana yang produktif terjadi jika individu yang mempunyai kelebihan dana dapat meminjamkannya ke individu lain yang lebih produktif yang membutuhkan dana. Dalam arti sempit, pasar modal adalah suatu pasar (tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan saham, obligasi, dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa para perantara pedagang efek.

Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan Menurut UU No. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, pasar modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan

Menurut Jogiyanto (2010) pasar modal dibedakan menjadi 2 yaitu pasar perdana dan pasar sekunder :

a. Pasar Perdana adalah penawaran saham pertama kali dari emiten kepada para pemodal selama waktu yang ditetapkan oleh pihak penerbit (issuer) sebelum saham tersebut belum diperdagangkan di pasar sekunder. Biasanya dalam jangka waktu sekurang-kurangnya

6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan 6 hari kerja. Harga saham di pasar perdana ditentukan oleh penjamin emisi dan perusahaan yang go public berdasarkan analisis fundamental perusahaan yang bersangkutan. Dalam pasar perdana, perusahaan akan memperoleh dana yang diperlukan. Perusahaan dapat menggunakan dana hasil emisi untuk mengembangkan dan memperluas barang modal untuk memproduksi barang dan jasa. Selain itu dapat juga digunakan untuk melunasi hutang dan memperbaiki struktur pemodalan usaha. Harga saham pasar perdana tetap, pihak yang berwenang adalah penjamin emisi dan

b. Pasar sekunder adalah tempat terjadinya transaksi jual-beli saham diantara investor setelah melewati masa penawaran saham di pasar perdana, dalam waktu selambat-lambatnya 90 hari setelah ijin emisi diberikan maka efek tersebut harus dicatatkan di bursa. Dengan adanya pasar sekunder para investor dapat membeli dan menjual efek setiap saat. Sedangkan manfaat bagi perusahaan, pasar sekunder berguna sebagai tempat untuk menghimpun investor lembaga dan perseorangan. Harga saham pasar sekunder berfluktuasi sesuai dengan ekspetasi pasar, pihak yang berwenang adalah pialang, adanya beban komisi untuk penjualan dan pembelian, pemesanannya dilakukan melalui anggota bursa, jangka waktunya tidak terbatas.

Berikut adalah produk-produk pasar modal :

a. Saham (Stocks) Menurut Jogiyanto (2010:111) suatu perusahaan dapat menjual hak kepemilikannya dalam bentuk saham (stocks). Saham dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1) Saham Preferen. Menurut Jogiyanto (2010:111-112) Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa 1) Saham Preferen. Menurut Jogiyanto (2010:111-112) Saham preferen mempunyai sifat gabungan (hybrid) antara obligasi (bond) dan saham biasa. Seperti bond membayarkan bunga atas pinjaman, saham preferen juga memberikan hasil yang tetap berupa

Beberapa karakterisitik dari saham preferen antara lain:

a) Preferen terhadap dividen yaitu pemegang saham preferen mempunyai hak untuk menerima dividen terlebih dahulu dibandingkan dengan pemegang saham biasa. Saham preferen umumnya juga memberikan dividen kumulatif, yaitu memberikan hak kepada pemegangnya untuk menerima dividen tahun-tahun sebelumnya yang belum dibayarkan sebelum pemegang saham biasa menerima dividennya.

b) Preferen pada waktu likuidasi yaitu saham preferen mempunyai hak terlebih dahulu atas aktiva perusahaan dibandingkan dengan hak yang dimiliki oleh saham biasa pada saat terjadi likuidasi.

2) Saham biasa Menurut Jogiyanto (2010, 116-117), jika perusahaan hanya mengeluarkan satu kelas saham saja, saham ini biasanya dalam bentuk saham biasa (common stock). Pemegang saham adalah pemilik dari perusahaan yang mewakilkan kepada manajemen untuk menjalankan operasi perusahaan. Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa mempunyai beberapa hak.

Beberapa hak yang dimiliki oleh pemegang saham antara lain:

a) Hak Kontrol, yaitu pemegang saham biasa mempunyai hak

untuk memilih dewan direksi.

b) Hak menerima pembagian keuntungan yaitu sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa berhak mendapat bagian dari keuntungan perusahaan.

c) Hak Preemptif (preemtive right) merupakan hak untuk mendapatkan persentasi pemilikan yang sama jika perusahaan mengeluarkan tambahan lembar saham.

Menurut Alwi (2003, 87) Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, yaitu:

1) Faktor Internal (Lingkungan mikro), diantaranya antara lain:

a) Pengumuman tentang pemasaran, produksi, penjualan seperti pengiklanan, rincian kontrak, perubahan harga, penarikan produk baru, laporan produksi, laporan keamanan produk, dan laporan penjualan.

b) Pengumuman pendanaan (financing announcements), seperti pengumuman yang berhubungan dengan ekuitas dan hutang.

c) Pengumuman badan direksi manajemen (management- board of director announcements ) seperti perubahan dan pergantian direktur, manajemen, dan struktur organisasi.

d) Pengumuman pengambilalihan diversifikasi, seperti laporan merger, investasi ekuitas, laporan take over oleh pengakuisisian dan diakuisisi, laporan divestasi dan lainnya.

e) Pengumuman investasi (investment announcements), seperti Stock Split, yaitu kebijakan perusahaan memecah nilai nominal saham, sehingga harga saham akan menjadi lebih murah dan jumlah saham yang beredar menjadi meningkat dengan tujuan agar saham tersebut lebih menarik bagi investor sehingga menjadi liquid atau ramai diperdagangkan dan kebijakan lainnya

f) Pengumuman ketenagakerjaan (labour announcements), seperti negoisasi baru, kontrak baru, pemogokan dan lainnya.

g) Pengumuman laporan keuangan perusahaan, seperti peramalan laba sebelum akhir tahun fiskal dan setelah akhir tahun fiskal, earning per share (EPS) dan dividen per share (DPS), price earning ratio, net profit margin, return on assets (ROA), dan lain-lain.

2) Faktor eksternal (Lingkungan makro), diantaranya antara lain :

a) Pengumuman dari pemerintah seperti perubahan suku bunga tabungan dan deposito, kurs valuta asing, inflasi, serta berbagai regulasi dan deregulasi ekonomi yang dikeluarkan oleh pemerintah.

b) Pengumuman hukum (legal announcements), seperti tuntutan karyawan terhadap perusahaan atau terhadap manajernya dan tuntutan perusahaan terhadap manajernya.

c) Pengumuman industri sekuritas (securities announcements), seperti laporan pertemuan tahunan, insider trading, volume atau harga saham perdagangan, pembatasan/penundaaan trading.

d) Gejolak politik dalam negeri dan fluktuasi nilai tukar juga merupakan faktor yang berpengaruh signifikan pada terjadinya pergerakan harga saham di bursa efek suatu negara.

e) Berbagai isu baik dari dalam negeri dan luar negeri.

b. Obligasi (Bond) Obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada (Jogiyanto , 2010:152). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yg terutang. Pada umumnya, instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun, b. Obligasi (Bond) Obligasi (bond) dapat didefinisikan sebagai utang jangka panjang yang akan dibayar kembali pada saat jatuh tempo dengan bunga yang tetap jika ada (Jogiyanto , 2010:152). Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas tersebut telah membeli hutang perusahaan yang menerbitkan obligasi. Penerbit membayar bunga atas obligasi tersebut pada tanggal-tanggal yang telah ditentukan secara periodik, dan pada akhirnya menebus nilai utang tersebut pada saat jatuh tempo dengan mengembalikan jumlah pokok pinjaman ditambah bunga yg terutang. Pada umumnya, instrumen ini memberikan bunga yang tetap secara periodik. Bila bunga dalam sistem ekonomi menurun,

Obligasi digolongkan sebagai efek yang memberikan penghasilan tetap karena penerbit (issuer) menjanjikan kepada pemegang obligasi untuk membayar bunga periodik tetap dan membayar jumlah prinsipal tetap pada atau sebelum jatuh waktu.

Bunga obligasi umumnya dibayarkan setiap jumlah waktu yang tetap, misalnya setiap 3 bulan, 6 bulan, atau 1 tahun. Besarnya bunga tergantung dari kupon. Selain itu seperti halnya saham biasa, obligasi juga mengenal penghasilan dari capital gain yang bisa terjadi apabila saat pemegang obligasi melakukan penjualan obligasinya, mendapatkan harga yang lebih tinggi dari harga ketika saat membelinya.

c. Reksa Dana (Mutual Funds) Menurut Jogiyanto (2010:575) Reksa dana (Mutual Fund) merupakan portofolio yang dibentuk oleh perusahaan reksa dana dan dijual kembali kepada masyarakat dalam bentuk unit penyertaan. Salah satu tujuan dari reksa dana adalah meminimumkan risiko tidak sistematik (dengan membentuk portofolio) dan untuk menghasilkan return yang tinggi. Jika reksa dana dapat menghasilkan return yang tinggi yang tidak normal, hal ini bertentangan dengan hipotesis pasar efisien. Jika hal ini terjadi, yaitu reksa dana dapat memperoleh Abnormal Return yang berlebihan, kemungkinan manajer reksa dana mendapatkan informasi privat yang tidak dipublikasikan.

d. Surat Berharga Lainnya Selain Saham, Obligasi dan Reksa Dana yang sudah banyak digunakan sebagai media hutang di bursa efek Indonesia, terdapat beberapa jenis efek yang merupakan produk derivative atau produk turunan dari saham yang juga dapat digunakan sebagai media hutang, seperti option, warrant, dan right.

1) Right merupakan produk derivative (turunan) dari saham yang berupa surat berharga yang memberikan hak bagi pemodal untuk membeli saham baru yang dikeluarkan emiten pada harga tertentu dan pada waktu yang telah ditetapkan. Right diberikan pada pemegang saham lama yang berhak untuk mendapatkan tambahan saham baru yang dikeluarkan perusahaan pada second offering . Masa perdagangan right berkisar antara 1-2 minggu saja. Right merupakan efek yang memberikan hak kepada pemegang saham saat ini untuk memiliki terlebih dahulu saham baru yang dikeluarkan oleh emiten dengan tujuan agar para pemegang

kesempatan untuk mempertahankan presentase kepemilikan dalam suatu perusahaan. Dalam Right Issue, perseroan menawarkan hak (right) kepada pemegang saham yang ada untuk mendapatkan saham baru yang berarti menyetor modal dengan rasio tertentu, jika pemegang saham tersebut tidak mengambil haknya, maka ia dapat menjual haknya kepada investor lain.

saham

lama

diberi

2) Sama seperti Right, Warrant merupakan produk derivative (turunan) dari saham yang memberikan hak untuk membeli sebuah saham pada harga yang telah ditetapkan pada waktu yang telah ditetapkan pula. Namun, sifat dari Warrant melekat pada obligasi.

3) Opsi (Option) merupakan produk derivative dari saham yang memberikan hak kepada pemiliknya untuk menjual atau membeli sejumlah aset finansial tertentu pada harga dan jangka waktu tertentu. Terdapat dua jenis opsi (option), yaitu Put Option atau Hak untuk membeli dan Call Option atau Hak untuk menjual.

2. Return Saham

Menurut Jogiyanto (2010:205), return saham adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi. Return merupakan salah satu faktor membuat investor termotivasi untuk terus berinvestasi dan sekaligus sebagai imbalan atas segala keberanian dalam berinvestasi dan menanggung risiko. Hubungan antara return dan risiko yang diharapkan adalah hubungan yang searah atau linier, artinya semakin tinggi risiko yang ditanggung semakin tinggi pula return yang mungkin akan diperoleh dari suatu aset, hal ini juga terjasi sebaliknya. Dalam karakteristik suatu investasi terdapat suatu aset investasi tertentu dimana terdapat return yang tetap (biasanya cenderung kecil) namun bebas risiko, titik ini disebut titik risk free.

Sumber-sumber return dari investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain/loss. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh suatu investasi secara periodik. Dalam instrumen saham kita mengenalnya sebagai dividen yang hanya akan berupa angka nol atau positif. Sedangkan capital gain/loss merupakan kenaikan atau penurunan nilai dari suatu surat berharga dapat berupa minus, angka nol dan positif. Return dapat berupa realized return (return realisasi/sesungguhnya) yaitu return yang sudah terjadi dan expected return yaitu return yang belum terjadi tetapi diharapkan terjadi di masa mendatang. Return realisasi merupakan return yang telah terjadi yang dihitung berdasarkan data historis dan dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja dari perusahaan, dan sebagai dasar penentu return ekspektasi serta risiko di masa mendatang (Jogiyanto, 2010).

Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya. Return saham (Ri,t) sesungguhnya diperoleh dari harga saham harian sekuritas i pada periode t (Pi,t) dikurangi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), dibagi harga saham harian sekuritas i pada periode t-1 (Pi,t-1), lebih jelasnya dapat diformulasikan, sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:207):

Keterangan: Ri,t

: return saham harian sekuritas i pada periode t

Pi, t : Harga saham harian sekuritas i pada periode t Pi,t-1

: harga saham harian sekuritas i pada periode t-1

Expected Return merupakan return yang digunakan untuk pengambilan keputusan investasi. Expected Return penting jika dibandingkan dengan return historis karena Expected Return merupakan return yang diharapkan dari investasi yang akan dilakukan (Jogiyanto, 2010:222). Dengan kata lain, Expected Return adalah return yang diharapkan investor yang akan diperoleh di masa yang akan datang dimana sifatnya belum terjadi. Menurut Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2010:580) terdapat beberapa model dalam mengestimasi Expected Return , dalam penelitian ini digunakan Market-adjusted Model.

Model disesuaikan pasar (Market-adjusted Model) menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi karena return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

�[��, �] = ���� Keterangan :

E[Ri,t] : Expected Return sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t

RM,i,t : return pasar dari sekuritas ke-i pada periode

peristiwa ke-t

Dalam penelitian ini, Expected Return dihitung dengan menggunakan Market-adjusted Model karena model ini mengestimasi return sekuritas sebesar return indeks pasarnya sehingga tidak perlu menggunakan periode estimasi. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan peneliti bahwa reaksi yang terjadi adalah akibat dari peristiwa yang diamati dan bukan karena peristiwa lain yang bias mempengaruhi peristiwa yang akan diamati tersebut.

Menurut Jogiyanto (2010:579), Abnormal Return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap normal return yang merupakan return yang diharapkan oleh investor (expected return). Selisih return akan positif jika return yang didapatkan lebih besar dari return yang diharapkan atau return yang dihitung. Sedangkan return akan negatif jika return yang didapat lebih kecil dari return yang diharapkan atau return yang dihitung.

Menurut Jogiyanto (2010), studi peristiwa menganalisis return tidak normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal Return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Abnormal Return terjadi karena dipicu oleh adanya kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik, kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan lain-lain. Abnormal Return adalah Menurut Jogiyanto (2010), studi peristiwa menganalisis return tidak normal dari sekuritas yang mungkin terjadi disekitar pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal Return atau excess return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa Abnormal Return terjadi karena dipicu oleh adanya kejadian atau peristiwa tertentu, misalnya hari libur nasional, suasana politik, kejadian-kejadian luar biasa, stock split, penawaran perdana, suspend dan lain-lain. Abnormal Return adalah

Keterangan: ARi,t

: abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t. Ri,t

: return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i pada

periode peristiwa ke-t.

E [Ri,t] : return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t.

Volume perdagangan saham merupakan rasio antara jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada waktu tertentu terhadap jumlah saham yang beredar pada waktu tertentu (Suad Husnan dkk, 2005). Jumlah saham yang diterbitkan tercermin dalam jumlah lembar saham saat perusahaan tersebut melakukan emisi saham.

Perkembangan volume perdagangan saham mencerminkan kekuatan antara penawaran dan permintaan yang merupakan manifestasi dari tingkah laku investor (Robert Ang, 1997). Naiknya volume perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa. Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya saham tersebut oleh masyarakat sehingga akan membawa pengaruh terhadap naiknya harga atau return saham.

Ditinjau dari fungsinya Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu variasi dari event study. Hasil perhitungan TVA mencerminkan perbandingan antara jumlah saham yang diperdagangkan dengan jumlah saham yang beredar dalam suatu periode tertentu. Jadi, TVA diukur dengan formulasi sebagai berikut (Foster, 1986 dalam Husnan, dkk, 1996):

∑ sa�am semua �erusa�aan yang d��erdagangkan �ada �aktu t ��� =

∑ sa�am semua �erusa�aan yang beredar �ada �aktu t

Pengukuran likuiditas saham dilakukan dengan melihat Trading Volume Activity ( TVA ). Trading Volume Activity ( TVA ) merupakan suatu instrumen yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar terhadap suatu informasi melalui parameter pergerakan aktivitas volume perdagangan di pasar modal dikarenakan nilai TVA berbanding lurus dengan likuiditas saham, semakin tinggi nilai TVA sebuah saham mempunyai makna bahwa suatu saham dapat dijual dengan mudah karena banyak yang bersedia membeli saham tersebut sehingga saham tersebut mudah dikonversikan menjadi uang kas.

Jogiyanto (2010:555), menyatakan event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang infomasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu Jogiyanto (2010:555), menyatakan event study merupakan studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang infomasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event study dapat digunakan untuk menguji kandungan informasi (information content) dari suatu

Bhattacharya (2000) dalam Anggraini (2011) menyatakan Event study merupakan pendekatan yang menganalisis harga saham sekitar waktu pengumuman informasi atau event tertentu. Studi ini dapat digunakan untuk mengungkapkan kandungan informasi dari suatu pengumuman.

Terdapat dua tipe event study yang ada di pasar modal, yaitu:

a. Market efficiency Ditujukan untuk menilai seberapa cepat dan seberapa benar reaksi pasar terhadap informasi baru.

b. Information usefullness Digunakan untuk menilai tingkatan mana hasil imbal pasar bereaksi terhadap munculnya informasi baru. Informasi yang relevan dengan kondisi pasar modal merupakan

sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga. Sebagian besar dari informasi tersebut adalah informasi yang tidak relevan dengan aktivitas pasar modal, akibatnya para pelaku pasar modal harus secara tepat memilih-milih informasi yang baik untuk dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan, yang dimaksud dengan informasi yang baik adalah informasi yang berkualitas dan mengandung muatan yang relevan sesuatu yang selalu dicari para pelaku pasar modal dalam upaya melakukan pengambilan keputusan investasi. Namun tidak semua informasi merupakan informasi yang berharga. Sebagian besar dari informasi tersebut adalah informasi yang tidak relevan dengan aktivitas pasar modal, akibatnya para pelaku pasar modal harus secara tepat memilih-milih informasi yang baik untuk dijadikan pertimbangan pengambilan keputusan, yang dimaksud dengan informasi yang baik adalah informasi yang berkualitas dan mengandung muatan yang relevan

distorsi minimal selama pendistribusiannya. Pengujian kandungan informasi dan pengujian efisiensi pasar bentuk setengah kuat merupakan dua pengujian yang berbeda. Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman. Jika pengumuman mengandung informasi (information content ), maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan harga atau dengan menggunakan Abnormal Return. Jika digunakan Abnormal Return , maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang mempunyai kandungan informasi akan memberikan Abnormal Return kepada pasar (Jogiyanto,2010:556).

yang memiliki

Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informational market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada investor yang memperoleh Abnormal Return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada Abnormal Return, maka pasar harus bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap Abnormal Return untuk menuju harga Pengujian kandungan informasi hanya menguji reaksi dari pasar, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi. Jika pengujian melibatkan kecepatan reaksi dari pasar untuk menyerap informasi yang diumumkan, maka pengujian ini merupakan pengujian efisiensi pasar secara informasi (informational market) bentuk setengah kuat. Pasar dikatakan efisien bentuk setengah kuat jika tidak ada investor yang memperoleh Abnormal Return dari informasi yang diumumkan atau jika memang ada Abnormal Return, maka pasar harus bereaksi dengan cepat (quickly) untuk menyerap Abnormal Return untuk menuju harga

7. Indeks LQ-45

Pasar modal di Indonesia masih tergolong pasar modal yang transaksinya tipis (thin market), yaitu pasar modal yang sebagian besar sekuritasnya kurang aktif diperdagangkan. IHSG yang mencakup semua saham yang tercatat (sebagian besar saham tidak aktif) dianggap kurang tepat sebagai indikator kegiatan pasar modal. Oleh karena itu, pada tanggal 24 Februari 1997 dikenalkan alternatif indeks yang lain, yaitu Indeks Likuid-45 (ILQ-45).

Indeks LQ-45 dimulai pada tanggal 13 Juli 1994 dan tanggal ini merupakan hari dasar indeks dengan nilai awal 100. Indeks ini dibentuk hanya dari 45 saham-saham yang paling aktif diperdagangkan. Pertimbangan pertimbangan yang mendasari pemilihan saham yang masuk di ILQ-45 adalah likuiditas dan kapitalisasi pasar dengan kriteria sebagai berikut (Jogiyanto, 2010:106):

a. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata transaksi saham masuk dalam urutan 60 terbesar dari total transaksi saham di pasar regular.

b. Selama 12 bulan terakhir, rata-rata nilai kapitalisasi pasarnya masuk dalam urutan 60 terbesar di pasar reguler.

c. Telah tercatat di BEI paling tidak selama 3 bulan. Pembobotan dalam perhitungan Indeks LQ-45 sama dengan perhitungan pada IHSG dan Indeks sektoral, yaitu sebagai berikut (Jogiyanto, 2010):

Keterangan: Indeks LQ-45t : indeks LQ-45 hari ke-t Nilai Pasar

: rata-rata tertimbang nilai pasar (jumlah lembar tercatat di bursa dikalikan dengan harga pasar perlembarnya) dari saham umum dan saham preferen pada hari ke-t

Nilai Dasar : sama dengan nilai pasar tetapi dimulai dari

tanggal 13 Juli 1994

Bursa Efek Indonesia secara rutin memantau perkembangan kinerja komponen saham yang masuk dalam perhitungan indeks LQ-45. Setiap 3 bulan review pergerakan ranking saham akan digunakan dalam kalkulasi indeks LQ-45, sedangkan pergantian saham akan dilakukan setiap 6 bulan sekali, yaitu pada bulan Februari dan Agustus. Apabila terdapat saham yang tidak memenuhi kriteria seleksi indeks LQ-45, maka saham tersebut dikeluarkan dari perhitungan indeks dan diganti dengan saham lain yang lebih memenuhi kriteria.

8. Pasar Modal Efisien