KONSEP DIRI REMAJA MUSLIM PENGGUNA BAHASA JAWA KRAMA
KONSEP DIRI REMAJA MUSLIM PENGGUNA BAHASA JAWA KRAMA
Witri Nur Laila
sohibrama@uin-suka.ac.id Program Pascasarjana Magister Studi Islam
Abstrak
Penelitian ini mengkaji konsep diri remaja Muslim sehingga konsisten menggunakan Bahasa Jawa Krama. Islam mempunyai aturan dalam bertutur sesuai dengan syari’at Islam sehingga pribadi remaja Jawa Muslim idealnya unggul karena terikat oleh aturan agama dan aturan budaya. Penggunaan Bahasa Jawa Krama di dalam diri remaja dapat merepresentasi pribadi remaja Jawa muslim yang melaksanakan ajaran agama dan menghormati budaya yang alaminya, dan bagian proses konsep diri mereka. Konsep diri bukan hanya sekadar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian individu tentang dirinya. Konsep diri meliputi apa yang orang pikirkan dan apa yang orang rasakan tentang dirinya. Penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif analisis. Subyek dari penelitian ini adalah remaja Muslim dengan rentang usia 16-20 tahun di Sekolah Menengah Kejuruan yang menggunakan Bahasa Jawa Krama. Hasil dari penelitian ini, terjadinya konsistensi penggunaan Bahasa Jawa Krama pada remaja Muslim saat ini karena kuatnya kepribadian remaja tersebut. Kepribadian yang kuat terbentuk oleh konsep diri yang positif. Dalam bersosialisasi, menjalin hubungan dengan individu lain, remaja yang mempunyai konsep diri positif lebih mudah beradaptasi dan mudah diterima di setiap lingkungan yang dimasukinya. Kata kunci: Remaja Muslim, Konsep Diri, Jawa Krama
Abstract
This research aims to describe the Moslem teenagers’ self-concept so that they use Krama Javanese Language consistently. Islam has rule on Moslem personality building and its also applying in Javanese community. The using of Krama Javanese Language in teenagers can present their Moslem Javanese personality in doing religion value and respecting culture. It is also become a part of their self-concept. The self-concept is about what they think and feel about themselves. This research is descriptive analysis. The subject of this research is Moslem teenagers about 16-20 years old in Vocational School who use Krama Javanese Language. The study found out that there is consistency level in using Krama Javanese Language on Moslem teenagers. Those are “sampurno” and “gojag-gajeg” type. “Sampurno” is used to communicate Krama Javanese Language to everyone, even though “gojag-gajeg” only to older people. The consistency occurs because of their strong personality. A strong personality is formed by positive self-concept.
Keywords: Moslem teenagers, Self-concept, Krama Javanese Language
PENDAHULUAN
dalam berbahasa. Penggunaan bahasa untuk berkomunikasi, dilihat dari Budaya Jawa, dibedakan antara yang muda dan lebih tua.
Masa remaja merupakan masa yang Penggunaan bahasa dengan teman sebaya sangat krusial dalam fase perkembangan
mereka menggunakan Bahasa Jawa Ngoko hidup manusia. Proses berkembangnya
dan untuk orang yang mereka hormati mental menjadi sangat penting bagi seorang
(dituakan) menggunakan Bahasa Jawa manusia, karena pada masa ini terbentuk jati
krama inggil. Orang Jawa mengutamakan diri manusia yang menunjukkan siapa
unggah-ungguh dalam perilaku mereka dirinya. Hal tersebut mengakibatkan
sehari-hari suatu bentuk etika dalam individu
kehidupan sosial Masyarakat Jawa. Bahasa (Santrock, 2012:283). Proses pencarían
mencari-cari
identitasnya
dalam ajaran Islam merupakan sarana yang identitas diri ini dipengaruhi oleh pola
diciptakan Allah SWT sebagai alat dalam pemikiran orang tersebut ketika dia
membagi informasi untuk kepentingan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya,
saling ber-tawasaw atau menasehati. sehingga terbentuk konsep diri manusia
Penggunaan bahasa dalam berbicara juga yang melahirkan identitas dirinya. Identitas
diatur agar tidak meimbulkan gesekan diri seseorang berpengaruh pada sikap dan
dengan orang yang diajak bicara. Rasulullah perilakunya ketika berinteraksi dengan
bersabda “Barang siapa yang beriman lingkungan.
kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata baik atau diam”. Dalam Al-Qur’an
Konsep diri meliputi apa yang orang pikirkan dan apa yang orang rasakan tentang
diatur tentang bagaimana cara berbicara seorang Muslim berbicara, yaitu : berbicara
dirinya. Karena itu, Anita Taylor benar (qaulan sadida), berbicara yang baik
mendefinisikan konsep diri sebagai “all you (qaulan makrufa), berbicara mulia (qaulan
think and feel about you, the entire complex of beliefs and attitudes you hold about
karima), berbicara yang lembut (qaulan yourself” (Rakhmat, 2011:113). Semua
layina), berbicara yang menggembirakan (qaulan
berbicara yang pikiran individu dan perasaan dalam
maisura),
menyentuh (qaulan baligha). Pribadi remaja referensi untuk diri sendiri sebagai objek
jawa Muslim idealnya lebih unggul karena membentuk konsep diri. Dalam kontak
terikat oleh aturan agama dan aturan budaya. sosial
atau berinteraksi,
individu
menggunakan komunikasi. Bahasa sebagai Penggunaan Bahasa Jawa Krama dikalangan remaja bisa menjadi representasi pribadi
alat komunikasi dalam pergaulan mengubah remaja Jawa Muslim yang benar-benar
norma-norma interaksi
sosial
dan
melaksanakan ajaran agamanya dan memberikan bentuk baru dari presentasi diri.
Remaja membangun dirinya dengan bahasa menghormati budaya yang dianutnya. yang mereka gunakan sehari-hari. Apa yang
Bahasa Jawa dituturkan oleh mereka harapkan dan apa yang mereka
masyarakat Indonesia terutama di pulau inginkan dalam membentuk diri atau
Jawa bagian tengah dan timur. Namun, di identitas mereka pada lingkungannya
pulau-pulau yang lainnya juga terdapat menjadi fenomena yang perlu dilihat lebih
penutur bahasa Jawa. Bahkan di luar negeri mendalam, dan seksama.
pun juga terdapat penutur-penutur Bahasa Jawa, di antaranya negara Suriname,
Suku Jawa merupakan suku bangsa Kaledonia Baru, Malaysia, dan Singapura.
terbesar di Indonesia. Penggunaan Bahasa Menurut data sensus tahun 2000, penutur
Jawa di tengah masyarakat Jawa khususnya, berfungsi untuk berkomunikasi dengan
Bahasa Jawa di Indonesia adalah sebanyak melihat dan memperhatikan siapa dia.
84 juta jiwa lebih. Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Daerah
Perkembangan kemajuan jaman telah Istimewa Yogyakarta, Kadarmanta Baskara
mempercepat berubahnya nilai-nilai sosial Aji mengatakan, saat ini penggunaan bahasa
pada masyarakat termasuk juga perubahan pada masyarakat termasuk juga perubahan
sikap individu dalam bertingkah laku, diperkirakan tinggal 30% dari masyarakat
artinya apabila individu cenderung berpikir Jawa. Dengan kondisi yang demikian,
akan berhasil, maka hal ini merupakan muncullah keprihatinan dan kekhawatiran,
kekuatan atau dorongan yang akan membuat utamanya dari pelaku pendidikan. Dalam
individu menuju kesuksesan. Ditinjau dari artian, pengguna Bahasa Jawa pada saat ini
pembentukan konsep diri khususnya pada tinggal sejumlah kurang lebih 25 juta jiwa.
diri remaja, mereka belajar tentang dirinya Banyak hal yang menyebabkan terjadinya
sendiri melalui umpan balik yang mereka penurunan pengguna Bahasa Jawa, antara
terima dari orang lain.
lain karena kemajuan teknologi dan globalisasi yang menyebabkan mudahnya
mobilitas antarsuku sehingga lebih mudah
Remaja Muslim
menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi.
Dalil dari penetapan umur 15 tahun Pengguna Bahasa Jawa Krama di
sebagai batas usia baligh adalah hadits yang kalangan remaja tidak banyak, semestinya
diriwayatkan oleh Ibnu Umar bahwa Bahasa Jawa Krama digunakan untuk
Rasulullah menunjuk Ibnu Umar untuk ikut menghormati orang yang lebih tua atau
serta perang Khandaq, yang ketika itu orang yang dituakan. Akan tetapi mereka
usianya telah mencapai lima belas lebih memilih menggunakan Bahasa Jawa
tahun. Beliau pun memperbolehkan Ibnu Ngoko ketika bercakap dengan orangtua
Umar ikut, "sesungguhnya ini adalah batas atau orang yang lebih tua, padahal dalam
antara orang yang masih kecil dan sudah Budaya Jawa dikenal adanya filsafat hidup
dewasa". (Shohih Bukhori, no.2664 dan yang menjunjung moral yaitu unggah-
no.1868). Dengan ungguh. Namun demikian ternyata masih
Shohih
Muslim,
sempurnanya umur 15 tahun seseorang ada sedikit remaja yang tetap konsisten
sudah dihukumi mukallaf meskipun belum menggunakan Bahasa Jawa Krama ketika
pernah mimpi basah, maka hukum-hukum berkomunikasi dengan orang tua ataupun
menyangkut kewajiban ibadah dan lainnya orang yang dituakan.
mulai
baginya. Islam mengharapkan remaja berkembang dan
diberlakukan
beraktivitas mengikuti pokok-pokok ajaran
Konsep diri
agama yang sejalan dengan pertumbuhan kecerdasan, pokok-pokok pikiran mereka
Konsep diri atau self concept (Yusuf, dipengaruhi oleh perkembangan keyakinan 2008:7) dapat diartikan sebagai (a) persepsi,
dalam beragama. Pengertian-pengertian keyakinan, perasaan, atau sikap seseorang
tentang hal-hal yang abstrak/ghoib baru tentang dirinya, (b) kualitas pensifatan
dapat diterima oleh anak-anak apabila individu tentang dirinya; dan (c) suatu
kecerdasannya telah sistem pemaknaan individu dan pandangan
pertumbuhan
memungkinkan untuk itu, remaja sudah orang lain tentang dirinya. Dengan demikian
mampu menerima dengan penganalisaan. konsep diri dapat diartikan secara umum sebagai
keyakinan,
pandangan atau
penilaian seseorang,
perasaan
Bahasa Jawa
dan pemikiran individu terhadap dirinya yang meliputi kemampuan, karakter,
Dalam pengamalannya secara umum maupun sikap yang dimiliki individu.
sehari-hari, tingkat tutur dalam Bahasa Konsep diri pada dasarnya merupakan suatu
Jawa, dapat diambil kategori; (1) Bahasa skema, yaitu pengetahuan yang terorganisasi
Jawa Ngoko, mencerminkan makna tidak mengenai sesuatu yang kita gunakan untuk
berjarak atau berjarak antara penutur dengan menginterpretasikan pengalaman (Sarwono,
mitra tutur, (2) Bahasa Jawa Krama, mitra tutur, (2) Bahasa Jawa Krama,
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
penutur dengan mitra tutur. Bentuk Krama sebagai wujud bentuk kebahasaan yang
1. Tujuan Penelitian
mencerminkan rasa hormat masih digunakan Untuk menganalisis bagaimana konsep sebagai alat komunikasi dalam masyarakat
diri remaja Muslim sehingga konsisten tutur Jawa, baik secara lisan maupun tulisan.
menggunakan Bahasa Jawa Krama. Ditambahkan oleh Sundari, Bahasa Jawa
2. Kegunaan penelitian
merupakan warisan nenek monyang yang
a. Secara teoritis, penelitian sangat adiluhung karena di dalamnya ini diharapkan mampu memberikan
terdapat unggah-ungguh bahasa yang
dan menganalisis berfungsi sebagai pembentukan perilaku
penjelasan
teori psikologi kehidupan manusia (Sudaryanto, 1987:3).
beberapa
perkembangan.
Masyarakat Jawa juga mengenal idiom praktis, penelitian ini ajining dhiri ono ing lathi, yang
b. Secara diharapkan dapat menjadi referensi
melambangkan bahwa orang yang pandai bagi pendidik dalam membentuk
bertutur dan menggunakan unggah ungguh konsep diri siswa agar konsisten
dalam bertutur maka dia akan lebih dihargai menggunakan Bahasa Jawa Krama oleh lawan tuturnya. Pembicara/orang yang sesuai dengan unggah-ungguhnya. mengajak bicara akan menggunakan tingkat
tutur tertentu dengan mempertimbangkan unggah-ungguh,
sehingga
terjadilah
Teknik Analisis Data
kesantunan berbahasa. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan pendekatan deskriptif
analitis. Penelitian ini bermaksud untuk
Kepribadian
membahas konsep diri remaja Muslim Menjadi (becoming) adalah istilah
pengguna Bahasa Jawa Krama, sehingga yang diciptakan oleh Gordon Allport untuk
dapat mengetahui bagaimana konsep diri menangkap proses dinamis dimana kita
remaja Muslim yang berstatus pelajar sebagai
sekolah menengah kejuruan dapat konsisten memodifikasi, dan memperbaiki identitas
manusia
mengembangkan,
menggunakan Bahasa Jawa Krama. pribadi kita–diri, dan konsep diri (Allport,
Penelitian ini tidak hanya berhenti pada satu 2013:250). Allport menambahkan bahwa
tahap alasan yang melatarbelakangi para kepribadian merupakan organisasi dinamis
remaja melakukan tindakan itu tetapi meliputi sistem psiko-fisik yang menentukan
menggali lebih jauh alasan-alasan yang ciri-ciri tingkah laku yang tercermin dalam
kemungkinan muncul dan turut serta atau cita-cita, watak, sikap dan sifat-sifat serta
bahkan menjadi alasan utamanya. perbuatan manusia (Setyobroto, 2005:53).
Metode analisis data digunakan Kepribadian seorang manusia terlihat dari
sebagai alat untuk menganalisis remaja cara mereka dalam bersikap, berpendapat Muslim yang menggunakan Bahasa Jawa dan dari cara mereka berperilaku ketika Krama juga menganalisis konteks-konteks sedang berhadapan dengan orang lain. sosial budaya yang mengitari fenomena dan
peristiwa sosial budaya yang dialami oleh
METODOLOGI PENELITIAN
remaja
tersebut dalam menggunakan Bahasa Jawa Krama.
Muslim
Rumusan Masalah
Aktivitas dalam menganalisis data akan “Bagaimana konsep diri remaja Muslim
penulis lakukan secara interaktif dan sehingga konsisten menggunakan Bahasa
berlangsung secara terus-menerus sampai Jawa Krama?”
data yang didapat tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data