Cara Kerja Penelitian

C. Cara Kerja Penelitian

1. Metode Penelitian

Penelitian menggunakan metode survei yang berlokasi di tiga ketinggian tempat yang berbeda. Unit sampel pekarangan dalam penelitian ini diambil pada jalur di sepanjang aliran sungai Samin. Sampel untuk ketinggian < 300 m dpl berada pada rentang ketinggian 219-272 m dpl dengan koordinat titik antara 7°37'09,2" 7°38'12,3 ” LS dan 110°58'33,6" 110°59'37,3" BT; untuk ketinggian 300-400 m dpl diambil pada rentang ketinggian 364-376 m dpl dengan koordinat titik sampel berada antara

7°37’50,99”7°38’58,81” LS dan 111°01’04,55”111°01’58,65” BT; untuk ketinggian > 400 m dpl diambil pada rentang ketinggian 515-673 m dpl

dengan koordinat titik sampel berada antara 7° 39’07,4” 7° 40’14,8” LS dan

commit to user

111° 03’27,9”111°04’46,5” BT. Satuan amatan dipilih secara acak berupa lahan pekarangan tradisional dengan luasan ± 500-1.500 m 2 , berikut pohon yang ada di pekarangan.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pendataan kepemilikan lahan Pendataan dilakukan melalui Kepala Dusun untuk mengetahui lokasi dan luas lahan pekarangan yang dimiliki oleh warga, serta tinjauan lapang untuk melihat keragaan pekarangan yang akan digunakan sebagai sampel.

b. Penetapan unit sampel lahan pekarangan Penetapan sampel dilakukan dengan memilih secara acak sampel yang telah didata sesuai dengan kriteria pekarangan yang digunakan sebagai sampel. Masing-masing ambang (range) ke- tinggian tempat (< 300 m dpl, 300-400 m dpl, dan > 400 m dpl) diambil 30 unit lahan pekarangan, sehingga jumlah semua sampel adalah 90 unit lahan pekarangan. Penetapan unit sampel berdasarkan luas pekarangan, umur pekarangan, dan jumlah pohon. Unit sampel pekarangan yang diambil tidak boleh berdampingan. Lahan pekarangan yang sudah ditentukan sebagai sampel kemudian dicatat letak lintang dan ketinggian tempatnya, kemudian diplot dalam peta untuk memastikan bahwa unit sampel pekarangan yang diambil masih berada dalam wilayah dengan jenis tanah yang sama.

c. Pengamatan dan wawancara Pengamatan yang dilakukan pada masing-masing unit pekarangan yaitu pengukuran luas total lahan pekarangan, pengukuran luas pekarangan efektif, pengukuran kondisi fisik lahan pekarangan (temperatur, kelembaban udara relatif, intensitas cahaya, ketinggian tempat, dan kemiringan lahan), pengambilan sampel tanah di tiap-tiap sampel pekarangan pada masing-masing ketinggian, inventarisasi jenis tanaman pohon yang ada di pekarangan, pengukuran tinggi pohon, pengukuran tebal kanopi, pengukuran lingkar batang,

commit to user

pekarangan perihal pengelolaan lahan pekarangan, sosial ekonomi, sosial budaya, dan persepsi pemilik lahan mengenai produktivitas lahan pekarangan.

3. Variabel Pengamatan dan Cara Pengambilan Data

a. Variabel fisik

1) Tanah

a) Pengambilan sampel tanah dilakukan pada area dengan jarak ± 0,5 –1 m dari batang pohon dan tidak terkena sinar matahari langsung. Sampel tanah diambil pada kedalaman

15 –25 cm dari permukaan tanah. Kemudian, tanah dimasukkan ke dalam kantong plastik dan diberi label lokasi, nomor sampel pekarangan, dan jenis tegakan dimana sampel tanah diambil.

b) Sampel tanah dikeringanginkan selama satu minggu,

tanah yang dikompositkan adalah sampel tanah yang ada pada tegakan petai, melinjo, kelengkeng, dan mangga untuk unit sampel pada ketinggian < 300 m dpl; untuk unit sampel pada ketinggian 300-400 m dpl diambil pada tegakan pohon duku, nangka, durian, dan rambutan; sedangkan pada unit sampel pada ketinggian > 400 m dpl diambil pada tegakan alpukat, durian, dan pundung.

c) Analisis tanah di lakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Analisis tanah meliputi penentuan tekstur, kadar lengas, pH, kejenuhan basa, dan kesuburan tanah (kandungan N total, K, dan bahan organik). Pengukuran tekstur tanah menggunakan metode pemipetan. Kemasaman tanah (pH tanah) yang diukur

adalah pH H 2 O. Analisis tanah berdasarkan Buku Petunjuk

commit to user

yang dikeluarkan oleh Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian (2005).

2) Unsur iklim mikro pekarangan

Pengukuran suhu udara ( O

C) dan kelembaban udara relatif (%) menggunakan termohigrometer. Suhu udara diukur di dalam pekarangan (di bawah tegakan pohon). Pengukuran intensitas cahaya menggunakan lux meter dan dinyatakan dalam satuan foot candle (FC). Intensitas cahaya di luar pekarangan dilakukan satu kali pada satu titik, sedangkan intensitas cahaya di dalam pekarangan diambil pada tiga titik berbeda kemudian dirata-rata dan dihitung persentase intersepsi cahaya matahari yang dapat lolos ke dalam pekarangan.

3) Unsur iklim makro Data iklim makro yang digunakan adalah data curah hujan bulanan yang diperoleh dari Stasiun Klimatologi, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Kecamatan Jumantono, mewakili ketinggian tempat < 300 m dpl. Data curah hujan bulanan yang digunakan untuk mewakili ketinggian 300-400 m dpl dan > 400 m dpl diperoleh dari Balai Benih Padi Karang- pandan, Kecamatan Tawang-mangu. Klasifikasi iklim meng- gunakan metode Schmidt-Ferguson yaitu didasarkan pada per- bandingan antara Bulan Basah (BB) dan Bulan Kering (BK) (Lakitan 1994). Ketentuan penetapan BB dan BK mengikuti aturan sebagai berikut:

a) Bulan Kering (BK): bulan dengan curah hujan kurang dari

60 mm.

b) Bulan Lembab (BL): bulan dengan curah hujan antara 60-

100 mm.

commit to user

100 mm Nilai Q dihitung dengan persamaan berikut:

x 100%

b. Variabel biologi Variabel biologi yang diukur di sampel lahan pekarangan meliputi: jenis tanaman pohon, jumlah tanaman pohon per jenis, habitus tanaman pohon per jenis (tinggi tanaman, lingkar batang, diameter kanopi, dan tinggi kanopi). Pengukuran tinggi pohon dan tinggi/tebal kanopi pohon menggunakan klinometer dengan mengukur persentase sudut elevasi antara mata pengamat dengan ujung pohon teratas (lampiran 3). Pengukuran tebal kanopi juga dilakukan dengan menggunakan klinometer, caranya dengan mengukur persentase sudut elevasi antara mata pengamat dengan batas kanopi paling bawah dan akan diperoleh tinggi batang di bawah kanopi, kemudian tinggi keselurahan pohon dikurangi dengan tinggi batang di bawah kanopi, sehingga diperoleh tebal kanopi (lampiran 3). Lingkar batang diukur setinggi dada orang dewasa/Diameter Breast Height (± 1,3 m). Diameter kanopi pohon diukur dengan mencari rata-rata dari jumlah empat sisi jari-jari kanopi.

4. Analisis Data

a. Analisis vegetasi Analisis vegetasi digunakan untuk menganalisis variabel biologi. Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis (susunan) tumbuhan yang ada di wilayah yang dianalisis dengan melakukan inventarisasi vegetasi pada tiap-tiap sampel pekarangan (Fachrul 2007).

Analisis vegetasi yang dilakukan meliputi:

1) Kerapatan tanaman (K) Kerapatan tanaman diketahui dengan menghitung proporsi antara jumlah individu suatu jenis pohon (ni) pada satu

commit to user

dibagi dengan jumlah sampel unit pekarangan dalam satu ambang ketinggian tempat (30 unit sampel pekarangan). Jadi, kerapatan yang disajikan adalah kerapatan per jenis tanaman dalam 30 pekarangan.

Rumus yang digunakan: K = (

)/30 pekarangan

2) Dominansi (D) Dominansi diketahui dengan menghitung luas kanopi (m 2 ) suatu jenis tumbuhan yang merupakan luas penguasaan pada area tertentu oleh sejenis tumbuhan (ai) pada luas tertentu (A) di suatu tempat.

Rumus yang digunakan: D =

ai

3) Frekuensi (F) Frekuensi diketahui dengan membagi jumlah petak sampel yang mengandung suatu spesies (  Xni) dengan jumlah seluruh petak sampel ( X).