Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail

RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir VIII - 2 arahan peraturan zonasi sistem nasional, arahan perijinan, arahan pemberian intensif dan disintensif, dan arahan sanksi.

8.1 ARAHAN PENENTUAN ZONASI

Dalam UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang pasal 36, disebutkan bahwa : 1. Peraturan zonasi disusun sebagai pedoman pengendalian pemanfaatan ruang. 2. Peraturan zonasi disusun berdasarkan rencana rinci tata ruang untuk setiap zona pemanfaatan ruang. 3. Peraturan zonasi ditetapkan dengan : a. Peraturan pemerintah untuk arahan peraturan zonasi sistem nasional; b. Peraturan daerah provinsi untuk arahan peraturan zonasi sistem provinsi; dan c. Peraturan daerah kabupatenkota untuk peraturan zonasi. 4. Indikasi arahan peraturan zonasi sistem nasional meliputi indikasi arahan peraturan zonasi untuk struktur ruang dan pola ruang, yang terdiri atas: a. Sistem perkotaan nasional; b. Sistem jaringan transportasi nasional; c. Sistem jaringan energi nasional; d. Sistem jaringan telekomunikasi nasional; e. Sistem jaringan sumber daya air; f. Kawasan lindung nasional; dan g. Kawasan budi daya. Dalam penjelasan UU No. 26 Tahun 2007 pasal 36, disebutkan bahwa peraturan zonasi merupakan ketentuan yang mengatur pemanfaatan ruang dan unsur-unsur pengendalian yang disusun untuk setiap zona peruntukan sesuai dengan rencana rinci tata ruang. Peraturan zonasi berisi ketentuan yang harus, yang boleh, atau yang tidak boleh dilaksanakan pada zona pemanfaatan ruang yang dapat terdiri atas ketentuan tentang amplop ruang koefisien dasar ruang hijau, koefisien dasar bangunan, koefisien lantai bangunan, dan garis sempadan bangunan, penyediaan sarana dan prasarana, serta ketentuan lain yang dibutuhkan untuk mewujudkan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Ketentuan lain yang dibutuhkan, antara lain, adalah ketentuan pemanfaatan ruang yang terkait dengan keselamatan penerbangan, pembangunan pemancar alat komunikasi, dan pembangunan jaringan listrik tegangan tinggi. Peraturan zonasi di Kabupaten Ngawi diarahkan pada: 1. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan; 2. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perdesaan; serta 3. Sebagai kelengkapan penyusunan Rencana Kawasan Strategis Kabupaten.

8.1.1 Indikasi Arahan penentuan Zonasi Untuk Struktur Ruang

Setiap rencana detail dan strategis tersebut dijelaskan kegiatan yang harus ada, boleh dan tidak boleh ada pada setiap zona. Adapun ketentuan umum terkait peraturan zonasi untuk Struktur Ruang adalah sebagai berikut:

1. Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail

Tata Ruang Kawasan Perkotaan Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona seperti tertuang dalam Rencana Detail Tata Ruang Kawasan Perkotaan di Kabupaten Ngawi. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada setiap zona peruntukan sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing ibu kota kecamatan, dengan arahan sebagai berikut:  Pada setiap rencana kawasan terbangun dengan fungsi: perumahan, perdagangan-jasa, industri, dan berbagai peruntukan lainnya, maka harus ditetapkan besaran danatau luasan ruang setiap zona dan fungsi utama zona tersebut; RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir VIII - 3  Pada setiap kawasan perkotaan harus mengupayakan untuk mengefisienkan perubahan fungsi ruang untuk kawasan terbangun melalui arahan bangunan vertikal sesuai kondisi masing-masing ibukota kecamatan dengan tetap menjaga harmonisasi intensitas ruang yang ada;  Pada setiap lingkungan permukiman yang dikembangkan harus disediakan sarana dan prasarana lingkungan yang memadai sesuai kebutuhan masing-masing;  Pada setiap pusat-pusat kegiatan masyarakat harus dialokasikan kawasan khusus pengembangan sektor informal;  Pada lahan pertanian yang telah ditetapkan sebagai lahan pangan adadi di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi dan tidak dilakukan alih fungsi;  Kawasan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan harus tetap dilindungi sesuai dengan fungsi RTH masing- masing, dan tidak boleh dilakukan alih fungsi;  Pada setiap kawasan terbangun untuk berbagai fungsi terutama permukiman padat harus menyediakan ruang evakuasi bencana sesuai dengan kemungkinan timbulnya bencana yang dapat muncul;  Pada setiap kawasan terbangun yang digunakan untuk kepentingan publik juga harus menyediakan ruang untuk pejalan kaki dengan tidak mengganggu fungsi jalan;  Pada kawasan lindung yang ada di perkotaan baik kawasan lindung berupa ruang terbuka, misalnya lindung setempat, diarahkan untuk tidak dilakukan alih fungsi lindung tetapi dapat digunakan untuk kepentingan lain selama masih menunjang fungsi lindung seperti wisata alam, jogging trac tepi sungai dengan ditata secara menarik. Pada kawasan lindung berupa bangunan, harus tetap dilakukan upaya konservasi, dan dapat dilakukan nilai tambah misalnya dengan melakukan revitalisasi, rehabilitas, dan sebagainya;  Perubahan atau penambahan fungsi ruang tertentu misalnya pada zona permukiman sebagian digunakan untuk fasilitas umum termasuk ruko boleh dilakukan sepanjang saling menunjang atau setidaknya tidak menimbulkan efek negatif bagi zona yang telah ditetapkan;  Kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan terbuka hijau tetapi bukan sebagai bagian dari RTH di kawasan perkotaan misalnya tegalan di tengah kawasan perkotaan pada dasarnya boleh dilakukan alih fungsi untuk kawasan terbangun dengan catatan komposisi atau perbandingan antara kawasan terbangun dan ruang terbuka hijau tidak berubah sesuai RDTR Kawasan Perkotaan masing-masing;  Perubahan fungsi lahan boleh dilakukan secara terbatas, yakni pada zona yang tidak termasuk dalam klasifikasi intensitas tinggi tetapi fungsi utama zona harus tetap, dalam arti perubahan hanya boleh dilakukan sebagian saja, yakni maksimum 25 dari luasan zona yang ditetapkan;  Dalam pengaturan zona tidak boleh dilakukan perubahan secara keseluruhan fungsi dasarnya;  Penambahan fungsi tertentu pada suatu zona tidak boleh dilakukan untuk fungsi yang bertentangan, misalnya permukiman digabung dengan industri polutan;  Khusus pada kawasan terbangun tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan diluar area yang telah ditetapkan sebagai bagian dari rumija atau ruwasja, termasuk melebihi ketinggian bangunan seperti yang telah ditetapkan, kecuali diikuti ketentuan khusus sesuai dengan kaidah design kawasan, seperti diikuti pemunduran bangunan, atau melakukan kompensasi tertentu yang disepakati oleh stake holder terkait;  Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai ruang terbuka hijau perkotaan terutama bagian dari RTH kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan; RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir VIII - 4  Pada lahan yang telah ditetapkan sebagai bagian dari lahan abadi pangan di kawasan Perkotaan tidak boleh dilakukan alih fungsi lahan;  Pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan untuk keselamatan penerbangan baik terkait fungsi ruang, intensitas ruang maupun ketinggian bangunan yang telah dietapkan tidak boleh melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam ketentuan zona masing-masing; serta  Pada kawasan yang telah ditetapkan batas ketinggian untuk alat komunikasi dan jaringan pengaman SUTT tidak boleh melakukan kegiatan pembangunan dalam radius keamanan dimaksud.

2. Indikasi Arahan Peraturan zonasi sebagai kelengkapan Rencana Detail