Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Kabupaten, dengan

RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir VIII - 7 2. Pemanfaatan ruang di sekitar wilayah sungai lintas negara dan lintas provinsi secara selaras dengan pemanfaatan ruang pada wilayah sungai di negara provinbsi yang berbatasan.

e. Pengaturan Zonasi Untuk Zona Sistem Persampahan

Peraturan Zonasi Untuk Sistem Persampahan ditujukan untuk mengatur penyediaan sarana dan prasarana persampahan dengan arahan sebagai berikut: 1. arahan pengembangan sistem prasarana lingkungan yang digunakan lintas wilayah secara administratif dengan kerjasama antar wilayah dalam hal pengelolaan dan penanggulangan masalah sampah terutama di wilayah perkotaan; 2. pengalokasian Lokasi Pengelolaan Akhir sesuai dengan persyaratan teknis; 3. pengolahan dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan sesuai dengan kaidah teknis dan dengan konsep 3R Reuse, Reduce dan Recycle; 4. pemilihan lokasi untuk prasarana lingkungan harus sesuai dengan daya dukung lingkungan. 5. penyediaan ruang untuk TPS danatau LPA terpadu.

8.1.2 Indikasi Arahan penentuan Zonasi Untuk Pola Ruang

1. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Lindung Kabupaten, dengan

memperhatikan:  Pemanfaatan ruang untuk kegiatan pendidikan dan penelitian tanpa mengubah bentang alam;  Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang yang membahayakan keselamatan umum;  Pembatasan pemanfaatan ruang di sekitar kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana alam; dan  Pembatasan pemanfaatan ruang yang menurunkan kualitas fungsi lingkungan. Peraturan ini pada dasarnya disusun untuk setiap zona Kawasan Lindung di Kabupaten Ngawi. Dengan demikian peraturan zonasi ini hanya akan berlaku pada masing-masing jenis kawasan lindung, dengan arahan sebagai berikut: a. Peraturan Zonasi Kawasan Hutan Lindung Kabupaten adalah sebagai berikut :  Pemanfaatan ruang untuk wisata alam tanpa merubah bentang alam;  Pelarangan seluruh kegiatan yang berpotensi mengurangi luas kawasan hutan dan tutupan vegetasi; dan  Pemanfaatan ruang kawasan untuk kegiatan budidaya hanya diizinkan bagi penduduk asli dengan luasan tetap, tidak mengurangi fungsi lindung kawasan, dan di bawah pengawasan ketat. b. Peraturan zonasi untuk kawasan resapan air disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang secara terbatas untuk kegiatan budi daya tidak terbangun yang memiliki kemampuan tinggi dalam menahan limpasan air hujan;  Penyediaan sumur resapan danatau waduk pada lahan terbangun yang sudah ada; dan  Penerapan prinsip zero delta Q policy terhadap setiap kegiatan budi daya terbangun yang diajukan izinnya. c. Peraturan zonasi untuk sempadan sungai dan kawasan sekitar danauwaduk disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau;  Ketentuan pelarangan pendirian bangunan kecuali bangunan yang dimaksudkan untuk pengelolaan badan air danatau pemanfaatan air; RENCANA TATA RUANG WILAYAH RTRW KABUPATEN NGAWI Laporan Akhir VIII - 8  Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk menunjang fungsi taman rekreasi; dan  Penetapan lebar sempadan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. d. Peraturan zonasi untuk kawasan sempadan mata air disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang untuk ruang terbuka hijau; dan  Pelarangan kegiatan yang dapat menimbulkan pencemaran terhadap mata air. e. Peraturan zonasi untuk ruang terbuka hijau kota disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang untuk kegiatan rekreasi;  Pendirian bangunan dibatasi hanya untuk bangunan  Penunjang kegiatan rekreasi dan fasilitas umum lainnya; dan  Pelarangan pendirian bangunan permanen selain yang dimaksud diatas. f. Peraturan zonasi untuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan untuk penelitian, pendidikan, dan pariwisata; dan  Pelarangan kegiatan dan pendirian bangunan yang tidak sesuai dengan fungsi kawasan. g. Peraturan zonasi untuk kawasan rawan tanah longsor disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan  Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum. h. Untuk kawasan rawan banjir peraturan zonasi disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan ruang dengan mempertimbangkan karakteristik, jenis, dan ancaman bencana;  Penentuan lokasi dan jalur evakuasi dari permukiman penduduk; dan  Pembatasan pendirian bangunan kecuali untuk kepentingan pemantauan ancaman bencana dan kepentingan umum.  Penetapan batas dataran banjir;  Pemanfaatan dataran banjir bagi ruang terbuka hijau dan pembangunan fasilitas umum dengan kepadatan rendah; dan  Ketentuan pelarangan pemanfaatan ruang bagi kegiatan permukiman dan fasilitas umum penting lainnya. i. Peraturan zonasi untuk kawasan pengungsian satwa disusun dengan memperhatikan:  Pemanfaatan untuk wisata alam tanpa mengubah bentang alam;  Pelestarian flora dan fauna endemik kawasan; dan  Pembatasan pemanfaatan sumber daya alam.

2. Indikasi Arahan Peraturan Zonasi Kawasan Budi Daya Kabupaten