Kejujuran Umpan-balik dan hubungan masyarakat Humas Bagian pertama

14 Himpunan Peraturan Perundang-undangan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara sebab itu, penyedia pelayanan sebaiknya berparisipasi akif dan memikul tanggung jawab utama dalam keseluruhan proses pelaksanaan. Survei hanyalah alat bantu untuk mengetahui status awal kinerja dan kua li tas pelayanan. Jika status awal tersebuidak pernah diperbaiki dan mela kukan survei lagi; secara pasi cepat atau lambat akan mencapai iik apais me di kalangan pelaksana terutama di kalangan pengguna pelayanan.

10. Kejujuran

Kejujuran merupakan faktor pening dalam upaya peningkatan kua litas pelayanan publik. Kejujuran atas masalah yang ada akan mem bimbing ke arah solusi yang tepat. Sebaliknya upaya menutup nutupi ma salah yang sesungguhnya ada melalui mekanisme defensif akan menyesatkan semua pihak dari solusi dan indakan perbaikan yang tepat. 11. Realisis dan cepat Upaya nyata perbaikan sebaiknya dilakukan agar dapat memberi kesan nyata yang cepat dan mudah dirasakan dan diamai perubahan dan manfaatnya oleh masyarakat pengguna pelayanan. Harus dipercayai bahwa masyarakat selalu memiliki kesadaran dan toleransi yang cukup terhadap batas kemampuan penyelenggara dan pelaksana pelayanan publik. Tidak mungkin menyelesaikan seluruh persoalan secara serentak. Tindakan nyata, meskipun nampaknya sederhana, jauh lebih dinilai dan lebih bernilai daripada indakan besar yang baru dapat dijanjikan dan belum tentu dapat diwujudkan.

12. Umpan-balik dan hubungan masyarakat Humas

Adalah suatu keharusan sesegera mungkin memberi balikan umpan-balik atas seiap hal yang diterima apalagi diminta dari masyarakat. Jika masyarakat diminta untuk memberi pendapat memberi suara dengan menjadikan mereka sebagai responden, maka jangan pernah menunggu terlalu lama untuk memberitahukan hasil survei kepada mereka sebagai balikan. Itulah sebabnya mengapa sering kali survei ilmiah dengan metode ilmiah memberikan hasil yang idak terlalu mudah untuk diolah hingga menjadi balikan yang idak dapat dimengeri oleh para responden.

13. Tingkatkan keberanian dan kebiasaan menerima pengaduan keluhan

Umumnya idak ada seorangpun yang merasa senang dengan pe ngaduan keluhan terhadap dirinya. Seiap orang harus mulai belajar untuk memahami bahwa kriikan, keluhan pengaduan secara umum lebih jujurdaripada pujian atau sanjungan. Hal ini disebabkan karena pujian diberikan seseorang untuk kepeningan orang lain. Jika idak, maka pujian itu sudah pasi mengandung keidak­jujuran. Sebaliknya hampir dapat dipasikan bahwa jika seseorang menyampaikan kriikan, keluhan atau pengaduan, itu dilakukan untuk kepeningannya diri sendiri. Seiap orang umumnya lebih jujur atas kepeningan dirinya sendiri. Itulah sebabnya mengapa pengaduan atau keluhan dan kri ikan, sekalipun terasa pedas atau pahit, secara umum lebih jujurdan lebih faktual daripada pujian atau sanjungan yang manis. 15 Permenpan No. 13 Tahun 2009 Pedoman Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik Dengan Partisipasi Masyarakat Sekalipun kecil, keberhasilan di awal akan selalu lebih moivaif dari pada kegagalan.ltulah sebabnya mengapa melakukan hal kecil, se derhana tetapi menghasilkan perubahan yang nyata, menjadi sangat pening untuk menumbuhkan keberanian untuk melakukan hal-hal yang lebih besar dan lebih rumit. Jangan memulai sesuatu dari hal-hal yang rumit dengan risiko gagal yang takterprediksi, karena kegagalan cenderung mengakibatkan demoivasi.

D. Ruang Lingkup

Keseluruhan Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Parisipasi Masyarakat sebagaimana diuraikan di dalam dokumen ini terdiri dari empat bagian, yaitu:

1. Bagian pertama

Bagian ini memuat “Pendahuluan” yang mencakup tentang “Latar Be lakang’; mengapa metode peningkatan kualitas pelayanan publik diang gap sangat pening baik dilihat dari tuntutan kepemerintahan yang baik, peningnya inovasi dalam pelayanan publik, dasar hukum serta pengerian tentang metode peningkatan kualitas pelayanan publik. Bagian ini juga memuat Tujuan dan Manfaat, Prasyarat Pening Menuju Sukses dan Ruang Lingkup Metode Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik dengan Parisipasi Masyarakat.

2. Bagian kedua