BAHAN DAN METODE PENELITIAN PEMBAHASAN

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 23 secara normal bahkan bisa diindikasikan meningkat. Hal ini dibuktikan bahwa jumlah dan panjang akar tanaman inang yang cukup signifi cant menunjukkan adanya fotosintat oleh aktifi tas akar tanaman inang dalam absorbsi unsur-unsur hara dari media tanam. Hasil selengkapnya adalah sebagai berikut.

3.1. Jumlah Spora endomikoriza.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spora endomikoriza indigenus Bali yang dipropagasi menggunakan tanaman inang Jagung dan shorgum lebih banyak dibanding spora yang dipropagasi menggunakan tanaman Arachis dan Pueraria baik pada bulan ke satu, dua dan tiga Gambar 1. Gambar 1. Jumlah spora pada propagasi bulan ke satu, dua dan tiga dengan tanaman inang yang berbeda

3.2. Derajat Infeksi Akar

Hasil pengamatan menggunakan mikroskop dissecting set dan penghitungan derajat infeksi akar selama propagasi satu, dua dan tiga bulan menunjukkan bahwa kolonisasi endomikoriza tertinggi 100 adalah Zea mays hibrida pada bulan ketiga sedangkan kolonisasi terendah adalah Pueraria Gambar 2. Kolonisasi pada bulan pertama menujukkan hasil yang cukup seragam pada kelima tanaman inang. kolonisasi mulai tampak terlihat perbedaannya pada bulan kedua dan ketiga, terutama pada inang Zea mays dan Shorgum. Gambar 2. Kolonisasi endomikoriza bulan ke satu, dua dan tiga pada tanaman inang yang berbeda

3.3. Berat Akar tanaman Inang

Hasil pengukuran berat kering angin akar tanaman inang menunjukkan bahwa pada tanaman Zea mays dan Shorgum menghasilkan berat akar yang lebih berat dibandingkan dengan berat akar tanaman Puerari a dan Arachis namun pada Zeamays Hibrida mempunyai berat akar yang tertinggi pada bulan ketiga Gambar 3. SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” 24 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 Gambar 3. Berat kering akar tanaman inang yang berbeda pada propagasi endomikoriza bulan ke satu, dua dan tiga

4. PEMBAHASAN

Berdasarkan Gambar 1 menunjukkan bahwa spora endomikoriza yang dihasilkan pada tanaman inang jagung lokal dan Hibrida serta tanaman shorgum menghasilkan jumlah spora lebih banyak dibandingkan dengan jumlah spora pada dua tanaman inang yang lain Arachis dan Pueraria. Spora-spora endomikoriza mulai menghasilkan propagasi mulai umur satu bulan, namun jumlah spora terbanyak dihasilkan pada propagasi tiga bulan pada kelima tanaman inang. Simanungkalit 2003 dan Hasanudin 2008 menyatakan bahwa spora dan propagul endomikoriza umumnya dapat mulai digunakan untuk inokolum adalah umur tiga bulan sampai enam bulan. Selain umur atau lama penanaman inang untuk propagasi, Faktor pendukung lain untuk memacu germinasi spora mikoriza adalah suhu. Suhu harian selama penelitian propagasi di rumah kaca berkisar antara 29-36 C. Menurut Mosse 1991, spora Acaulospora sp., Gigaspora sp. dan Glomus sp. dapat bergerminasi pada kisaran suhu 23 – 31 C. Hal ini menunjukkan bahwa suhu harian dirumah kaca masih dalam kisaran suhu yang optimum untuk perbanyakan spora endomikoriza. Terkolonisasinya akar-akar jagung oleh hifa-hifa endomikoriza merupakan propagul efektif untuk digunakan sebagai sumber inokulan. Menurut Brundrett et al. 2008 dan Douds et al.2010. hifa-hifa yang terbentuk dari hasil germinasi spora, disebut sebagai hifa eksternal akan terdistribusi secara luas di dalam tanah mengabsorbsi unsur P, selanjutnya hifa-hifa tersebut akan mendistribusikan P dalam bentuk ion pada tanaman inang yang ditumpanginya. Laju kolonisasi pada akar tanaman semakin tinggi apabila spora endomikoriza yang bergerminasi menggunakan tanaman inang yang sesuai, contohnya tanaman Jagung sehingga pemilihan jenis tanaman inang yang digunakan untuk propagasi endomikoriza sangat menentukan keberhasilan propagasi cendawan endomikoriza Widiastuti, 2004 ; Chalimah et al, 2007. Pada pengukuran berat akar tanaman inang, menunjukkan bahwa pada tanaman familia Poaceae Zea mays dan Shorgum menghasilkan berat akar yang lebih tinggi dibanding kedua tanaman inang yang lain. Menurut Chalimah dkk 2007 dan Douds et al 2010, tanaman inang semusim kelompok monocotil dalam waktu yang sama menghasilkan pertumbuhan yang lebih pesat dibanding dicotil. Dan menghasilkan berat akar yang lebih tinggi dibanding tanaman dicotil. Hal ini terlihat pada hasil penelitian Gambar 3 bahwa Tanaman inang Zea mays dan Shorgum menghasilkan berat akar yang lebih tinggi dibanding kedua tanaman inang lainnya Pueraria sp dan Arachis sp.

5. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan bahwa: 1. Dalam memproduksi inokulan endomikoriza native Bali, tanaman inang Jagung dan Shorgum merupakan tanaman inang yang baik untuk propagasi spora endomikoriza. 2. Berat akar dan kolonisasi pada tanaman Zea mays Hibrida adalah yang tertinggi pada bulan ketiga dibandingkan dengan keempat tanaman inang lainnya. SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 25 UCAPAN TERIMA KASIH Penelitian ini dilaksanakan dengan anggaran dana desentralisasi BOPTN Hibah Bersaing tahun Anggaran 2014 dengan nomer kontrak 103.32UN14.2PNL.01.03.002014 untuk pembiayaan penelitian tahun 2014. DAFTAR PUSTAKA Brundrett, M., N. Bougher, B. Dell,. T. Grove, dan N. Malajczuk. 2008. Working with Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. ACIAR Monograph 32. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra Chalimah, S., Muhadiono, L. Aznam, S. Haran, N., Toruan-Mathius. 2007. Propagation of Gigaspora sp. and Acaulospora by pot culture in green house. Biodiversitas. 74:12-19 Douds J., D.D., G. Nagahashi, P.R. Hepperly. 2010. On-farm production of inoculum of indigenous arbuscular mycorrhizal fungi and assessment of diluent of compost for inoculum production.. Bioresource Technology 101. 2326-2330 Gautam Shrestha, Geeta Shrestha Vaidya and Binayak P. Rajbhandari1, 2009. Effects of Arbuscular Mycorrhiza in the Productivity of Maize and Fingermillet Relay Cropping System. Nepal Journal of Science and Technology 10. 51-55 Hartoyo. B, M. Ghulamahdi, L.K. Darusman, S.A. Aziz, dan I. Mansur.2011. Keanekaragaman Fungi Mikoriza Arbuskula FMA pada Rizosfer Tanaman Pegagan Centella asiatica L. Urban. Jurnal Littri. 17 1 : 32– 40 Hasanudin. 2008. Peningkatan Ketersediaan dan Serapan N dan P serta Hasil Tanaman Jagung Melalui Inokulasi Mikoriza Azotobactor dan Bahan Organik pada Ultisol. Jurnal Ilmu – Ilmu Pertanian Indonesia. 5:83-89. Mosse, B. 1991. Vesicular-arbuscular mycorrhiza. Research for Tropical Agriculture. Res. Bull. No. 194. Hawaii Inst. of Trop. Agric. and Human Resource. Univ of Hawaii, Honolulu. Simanungkalit, R.D.M. 2003. Teknologi cendawan Mikoriza Arbuskuler: Produksi inokulan dan pengawasan mutunya. Program dan Abstrak Seminar dan Pameran: Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Inokulan Endo-Ektomikoriza untuk Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan. Widiastuti H. ; Edi Guhardja; Nampiah Soekarno; L. K. Darusman,; Didiek Hadjar Goenadi dan Sally Smith. 2002. Optimasi simbiosis cendawan mikoriza arbuskula Acaulospora tuberculata dan Gigaspora margarita pada bibit kelapa sawit di tanah masam. Menara Perkebunan.70:2:50-57.