PENDAHULUAN PROPAGASI SPORA ENDOMIKORIZA INDIGENUS BALI MENGGUNAKAN TANAMAN INANG YANG BERBEDA.

SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” 22 | Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 tanam yang banyak digunakan adalah zeolit. Zeolitpun sukar diperoleh atau kalaupun dapat diperoleh petani, barganya juga relative mahal. Hal ini merupakan beberapa kendala dalam pembuatan pupuk hayati endomikoriza sehingga penelitian tentang propagasi endomikoriza menggunakan variasi tanaman inang yang mudah diperoleh oleh kalangan petani sangat diperlukan sehingga mudah diaplikasikan pada para petani. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh perbedaan jenis tanaman inang dalam propagasi cendawan endomikoriza terhadap: 1. Jumlah spora, 2. berat akar tanaman inang yang terinfeksi dan persentase akar tanaman inang yang terinfeksi oleh hifa cendawan endomikoriza propagasi inokulan cendawan endomikoriza.

2. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tanaman inang yang digunakan untuk memproduksi inokulan cendawan endomikoriza native Bali adalah tanaman sorgum Sorgum bicolor, Jagung lokal Bali, Jagung hibrida Bisil 12, Kacang tanah Arachis hypogaea dan Pueraria sp. Sebagai media tumbuh digunakan zeolit granula dan campuran tanah dari Desa Sukadana dan Desa Abang Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem Bali. Inokulan Endomikoriza adalah campuran dari spora Glomus, Acaulospora dan Gigaspora dari Laboratorium Taksonomi Tumbuhan Mikologi Jurusan Biologi FMIPA Unud. Pupuk yang digunakan adalah Hara Johnson tanpa kandungan P Dalam penelitian ini, percobaan ditempatkan menurut Rancangan Acak Lengkap RAL dengan 5 ulangan, tiap unit terdiri dari 3 jenis tanaman inang sehingga total tanaman adalah 5 jenis inang x 5 ulangan x 3 unit = 75 polibeg. Pupuk hara Johnson diberikan melalui penyiraman ke dalam media dengan takaran yang disesuaikan dengan umur tanaman. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji F dan uji lanjut Duncan’s Multiple Range Test DMRT. Permukaan benih tanaman inang Jagung, kacang tanah, shorgum dan Pueraria disterilkan menggunakan larutan khlorox 3 NaOCl selama lima menit, dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Benih yang sudah steril permukaannya direndam dalam air hangat selama 2 menit, kemudian direndam dalam air dingin selama 24 jam sebelum ditanam. Tanah disaring dengan saringan 2 mm, dicampur dengan Zeolit dengan perbandingan 1:1. Sebanyak 2 kg campuran media tanam dimasukkan ke polibeg, disterilkan pada suhu 100°C selama 3 jam. Sebanyak 50 g inokulan dimasukkan ke dalam media tanam 10 cm dari atas permukaan media tanam. Sebanyak tiga biji tanaman inang yang sudah disterilisasi permukaannya ditanam pada media tanam. Larutan hara Johnson diberikan setelah tanaman berumur satu minggu. Larutan hara disemprotkan setiap minggu dengan takaran 1.0 ml pada bulan pertama, 2.0 ml pada bulan kedua, 3.0 ml pada bulan ke tiga. Pestisida tidak digunakan dalam propagasi spora endomikoriza. Pengamatan dilakukan mulai bulan pertama sampai bulan ke tiga. Tolok ukur yang diamati adalah jumlah spora, derajat infeksi akar dan bobot akar. Untuk pengambilan contoh destruktif digunakan satu ulangan setiap bulan. Jumlah spora, derajat infeksi aka dan bobot akar tanaman ditetapkan. Jumlah spora dan derajat infeksi endomikoriza ditetapkan dengan menggunakan metode Giovannetti dan Mosse 1980 dan Bnmdrett et al. 1982. Akar tanaman dibersihkan dan ditimbang.

3. HASIL

Berdasarkan hasil pengamatan dan penghitungan spora, persentase kolonisasi endomikoriza pada akar tanaman inang dan berat akar tanaman inang menunjukkan bahwa endomikoriza indigenus Bali dapat diperbanyakdipropagasi pada tanaman iang yang berbeda-beda dan menghasilkan jumlah spora yang bervariasi antar waktu satu, dua dan tiga bulan, mampu menghasilkan hifa dan mengkolonisasi pada tanaman inangnya yang merupakan suatu indikasi bahwa endomikoriza tersebut dapat bersimbiosis dengan tanaman inangnya. Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi fotosintesis pada tanaman inang SEMINAR NASIONAL SAINS DAN TEKNOLOGI 2014 “Peranan Sains dan Teknologi yang Berwawasan Lingkungan dalam Meningkatkan Kesejahteraan Umat Manusia” Denpasar - Bali, 18 - 19 September 2014 | 23 secara normal bahkan bisa diindikasikan meningkat. Hal ini dibuktikan bahwa jumlah dan panjang akar tanaman inang yang cukup signifi cant menunjukkan adanya fotosintat oleh aktifi tas akar tanaman inang dalam absorbsi unsur-unsur hara dari media tanam. Hasil selengkapnya adalah sebagai berikut.

3.1. Jumlah Spora endomikoriza.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah spora endomikoriza indigenus Bali yang dipropagasi menggunakan tanaman inang Jagung dan shorgum lebih banyak dibanding spora yang dipropagasi menggunakan tanaman Arachis dan Pueraria baik pada bulan ke satu, dua dan tiga Gambar 1. Gambar 1. Jumlah spora pada propagasi bulan ke satu, dua dan tiga dengan tanaman inang yang berbeda

3.2. Derajat Infeksi Akar

Hasil pengamatan menggunakan mikroskop dissecting set dan penghitungan derajat infeksi akar selama propagasi satu, dua dan tiga bulan menunjukkan bahwa kolonisasi endomikoriza tertinggi 100 adalah Zea mays hibrida pada bulan ketiga sedangkan kolonisasi terendah adalah Pueraria Gambar 2. Kolonisasi pada bulan pertama menujukkan hasil yang cukup seragam pada kelima tanaman inang. kolonisasi mulai tampak terlihat perbedaannya pada bulan kedua dan ketiga, terutama pada inang Zea mays dan Shorgum. Gambar 2. Kolonisasi endomikoriza bulan ke satu, dua dan tiga pada tanaman inang yang berbeda

3.3. Berat Akar tanaman Inang

Hasil pengukuran berat kering angin akar tanaman inang menunjukkan bahwa pada tanaman Zea mays dan Shorgum menghasilkan berat akar yang lebih berat dibandingkan dengan berat akar tanaman Puerari a dan Arachis namun pada Zeamays Hibrida mempunyai berat akar yang tertinggi pada bulan ketiga Gambar 3.