11
4. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data lapangan dilakukan dengan teknik wawancara mendalam terhadap informan dan responden dengan menggunakan pedoman wawancara.Teknik wawancara
dengan instrumen berupa pedoman wawancara interview guide. Pengumpulan data sekunder digunakan teknik pencatatan yang bertumpu pada penggunaan sistem kartu card system baik
berupa kartu kutipan, maupun kartu ikhtiar atau ringkasan . 5.
Teknik pengolahan dan analisis data Data yang telah terkumpul baik dari hasil penelitian lapangan maupun penelitian
kepustakaan selanjutnya diolah dan dianalisis secara kualitatif. Pada tahap pengolahan, data yang telah terkumpul dikatagorikan dan dikwalifikasikan berdasarkan permasalahan penelitian,
selanjutnya disusun secara sistematis sesuai dengan kerangka yang telah disiapkan sebelumnya. Pada tahap analisis, data yang telah dikatagorikan dan dikwalifikasi dianalisis
dengan mengkaitkan data satu dengan data yang lainnya. Selanjutnya diadakan penafsiran data untuk dapat menghasilkan simpulan tentang permasalahan yang diajukan. Keseluruhan hasil
analisis, selanjutnya disajikan secara deskriptif yaitu dengan memaparkan secara lengkap segala persoalan yang terkait dengan masalah yang diteliti disertai dengan memberikan ulasan-ulasan
secara kritis.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pokok-pokok Kerawanan yang Perlu Diwaspadai di Bali
Indonesia termasuk khususnya Bali kini tengah menghadapi ancaman nyata yang bersifat ideologi, ekonomi, serta radikalisme. Termasuk di dalamnya peredaran narkoba hingga paham
ISIS. Adapun faktor-faktor pemicu kerawanan adalah: a. Sikap dan gaya hidup materialistis, yaitu sikap yang megagungkan dan selalu mengejar materi. Menghargai materi memang baik,
akan tetapi mendewakan materi dan menganggap materi dapat menyelesaikan segalanya adalah keliru; b. Mentalitas yang berorientasi pada kekuatan dan kekerasan, dalam hal ini
mentalitas atau prilaku yang sangat gampang untuk melakukan tindakan kekerasan. Sering main hakim sendiri, mau menang sendiri dengan mengandalkan kekuatan dan tindakan
12
kekerasan melalui preman. Gejala ini akan merusak budaya masyarakat kemiskinan budaya; c. Persepsi yang sempit dan tertutup, padahal Indonesia masyarakatnya sangat majemuk
sehingga dibutuhkan wawasan luas yang mampu menghargai pihak-pihak atau kelompok- kelompok lain dengan cara hidup dan pandangan dan kebudayaan yang berbeda, pandangan
sempit, cdenderung akan memicu konflik; d. Sikap yang primordial, cara berfikir dan hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok, seperti dinasti, ras, suku, golongan daerah,
dan agama. Bentuk-bentuk atau bidang kerawanan di Bali, cukup banyak variasinya antara lain :
a. Kerawanan bidang sosial, meliputi antara lain, aksi-aksi kejahatan yang tampaknya semakin
meningkat baik kualitas maupun kuantitasnya, seperti kejahatan yang terjadi di siang bolong, keprok kaca, perkosaan, pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, kekerasan terhadap
anak, dll, tidak tertibnya rumah-rumah kos tempat merencanakan kejahatan, praktek WTS, tempat perselingkuhan, sarang teroris, dll, tidak tertibnya penduduk pendatang, pedagang kaki
lima di sembarang tempat, dll. b.
Kerawanan bidang politik, konflik antar partai perebutan pendudkungsuara memalalui pe dekata dadiyasoroh da ahka a jar-banjar ataupun desadesa pakraman; suhu
politik e jela g pilkada sere tak ka pa ye, asa te a g, hari H da pe ghitu ga hasil ,
dikhawatirkan akan berdampak pasca pemilu. c.
Bidang Agama, antar umat beragama, pelaksanaaan ibadah, pembangunan tempat ibadah, ceramah yang sifatnya menghasut, penyebaran paham radikalisme, terorisme dan kebencian,
dalam rangka merekrut kader, memperbanyak pendukung dan mencari simpatisan baik dalam masyarakat maupun dalam lembaga pemasyarakatan keliahatannya saat ini bebas dilakukan,
dan tidak siapapun yang peduli dan berani menegur. d.
Konflik yang terjadi di desa pakraman, konfilk ini bisa terjadi antar warga dengan warga desa pakraman itu sendiri, atau warganya sendiri dengan desa pakramannya, ataupun banjar
adatnya dengan desa pakramannya, danatau antar desa pakraman. Modus operendi terjadinya
13
konflik ini sangat beragam, yang sering muncul kepermukaan misalnya jika desa pakraman e jatuhka sa gksi kasepeka terhadap arga ya se diri, da juga ko flik a tar desa
pakraman terkait dengan batas-batas wilayah desa, yang kebanyakan batas-batasnya itu tidak begitu jelas, dengan terjadinya perkembangan saat ini, terutama di desa pakraman yang
pariwisatanya berkembang seringkali terjadi konflik perbatasan ini. e.
Masalah narkotika dan HIVAID, penyalahgunaan narkotika di Bali, tidak hanya terjadi di daerah perkotaan saja, akan tetapi saat ini sudah merambah ke plosok-plosok desa, dan tidak
hanya orang-orang dewasa dan remaja, akan tetapi juga telah merambah anak-anak di bawah umur. Demikian pula masalah HIVAID penyebarannya sudah tidak terbendung, berbagai upaya
penyuluhan telah dilakukan tetapi peningkatan secara kuantitas semakin meningkat, dan bahkan banyak di kalangan remaja.
f. Masalah hukum, dalam masalah hukum pidana kasus-kasus yang terjadi baik secara kualitas
maupun kuantitas terutama di daerah perkotaan semakin meningkat, seperti misalnya kasus- kasus pembunuhan yang disertai mutilasi, kasus kekerasan terhadap anak bahkan sampai
pemunuhan. Kasus perkosaan terhadap anak di bawah umur, dan kasus perkosaan antar remajapelajar, dll. Dalam hal kasus-kasus perdata, mnaslah pelaksanaan eksekusi yang selalu
menjadi ribut, kasus-kasus tanah sangat menonjol, dan kasusu perceraian semakin meningkat misalnya di kab. Buleleng lebih dari 300 kasus perceraian dalam tahun ini.
g. Pengawasan pintu masuk pelabuhan di Bali, seperti Bandara Ngurah Rai, Ketapang-
Gilimanuk, Padang Bai-Lembar, dll. Yang pengawasannya semakin lemah, seharusnya pengawasan harus dilakukan secara ketat, jangan sampai kita kecolongan lagi habis kunjungan
wisata kita. h.
Pengawasan terhadap kemungkinan adanya sel-sel teroris, ISIS dan radikal lainnya yang selalu berusaha nyusup ke Bali dengan berbagai akal dan cara.
i. Dan lain-lain.
14
B. BEBERAPA KASUS ATAU KONFLIK YANG TELAH MUNCUL DAN TERJADI
Pemetaan terhadap kasus-kasus yang terjadi dapat digambarkan seperti berikut ini : Gambar: 1.
NO POLRESTA
KAD KDKD
KDL KDKT
JML 1
DENPASAR 2
1 -
4 8
2 TABANAN
3 1
- -
4 3
BULELENG -
5 -
- 5
4 KELUNGKUNG
1 3
- -
4 5
BANGLI 1
3 -
1 5
6 BADUNG
3 3
- 2
9 7
GIANYAR 13
6 -
- 19
8 KARANGASEM
- 1
- -
1 9
JEMBRANA -
1 1
- 2
JUMLAH 23
24 1
7 57
KAD : KONFLIK ANTAR DESA PAKRAMAN
KDKD : KONFLIK DESA PAKRAMAN DGN KRAMA DESA KDLL : KONFLIK DESA PAKRAMAN DGN LEMBAGA LAIN
KDKT : KONFLIK DESA PAKRAMAN DGN KRAMA TAMIU
RAWAN SEDANG
sumber : Kesbanglinmaspol Prov. Bali Dari data di atas, dapat dilihat bahwa cukup banyak konflik yang terjadi di Bali
yang sampai saat ini belum dapat diselesaikan secara tuntas. Konflik antar desa pakraman yang paling banyak terjadi adalah di Kabupaten Gianyar. Konflik ini tidak
hanya terjadi antar desa pakaraman dengan berbagai modus, akantetapi konflik juga disebabkan karena internal di desa, yaitu desa dengan warganya sendiri. Selanjutnya
disusul oleh Kabupaten Badung, Kota Denpasar, dan Kabupaten Buleleng. Selanjutnya tentang sebaran dan latar belakang munculnya konflik dapat dilihat
pada ragaan di bawah ini : Gambar : 2.
15
1 KONFLIK MASALAH
DS. KEMUNING VS
DS BUDAGA KUBURAN PURA
DALEM 3 KONFLIK
MASALAH • DS.PANGKUNG TIBAH
VS DS BELALANG
• DS BEDA VS
PANGKUNG KARUNG • DS. KUWUM
VS DS.
BATAN NYUH • TAPAL BATAS
• PEMEKARAN DESA ADAT
• TAPAL BATAS 1 KONFLIK
MASALAH DS. BELACANG
VS DS MANGGUH
PEMEKARAN DESA ADAT
3 KONFLIK MASALAH
• DS.SADING VS
DS. DARMASABA
• DS PADANG LINJONG VS
DS. CANGGU • DS ABIANSEMAL
VS DS.
PENARUNGAN • TAPAL BATAS
• TAPAL BATAS • TANAH PELABA
PURA 13 KONFLIK
MASALAH • DS.TEGENUNGAN
VS KEMENUH
• DS. GUANG VS
KETEWEL • DS. KETEWEL
VS BATUBULAN
• DS.KEMENUH VS
DS. BATUAN
• TAPAL BATAS • TAPAL BATAS
• TAPAL BATAS • TAPAL BATAS
TABANAN BADUNG
DENPASAR KELUNGKUNG
KARANGASEM BANGLI
BULELENG
GIANYAR JEMBRANA
34
Sumber : Kesbanglinmaspol Prov. Bali 2015 Kebanyakan konfilk yang terjadi disebabkan karena tapal batas antar desa
pakraman. Tapal batas seringkali menjadi masalah karena memang secara pisik batas-batas desa menggunakan batas standar alam, seperti misalnya menggunakan
batas sungai, selokan, pohon besar, bangunan adat balai timbang, dll. Dengan adanya perkembangan pariwisata dan perkembangan perkotaan, perumahan, LC,
dll, terjadilah per4ebutan batas wilayah yang juga menyangkut masalah kewenangan.
Gambar : 3
16
3 KONFLIK MASALAH
- DS. SULANG VS
POK SI
- DS.PESINGGAHAN VS
POK NGH KARYA - DS KEMUNING
VS WARGA BUDAGA
• KASTA SI MENJADI GUSTI
• KASEPEKANG USIR
• MASALAH KUBURAN
5 KONFLIK MASALAH
• DS.KEDIS VS
POK SUWITA
• DS.LEMUKIH VS
POK PAN RAWI 29 KK
• DS, JULAH VS
POK MADE PARSA
• DS. TAMBLINGAN VS
POK GEDE SUWETA • PILKADA BULELENG
- TANAH KUBURAN
- REBUTAN TANAH LABA PURA
- NGABEN - TANAH
KUBURAN -
KEP. POLITI K
1 KONFLIK MASALAH
- DS. POH GADING VS
POK WAYAN KALIH PEMEKARAN DESA
ADAT 3 KONFLIK
MASALAH - DS TEMBUKU
VS POK 16 KK DEWA HARUM
- DS, KINTAMANI VS POK WYN
MUPU - DS. BAYUNG
GEDE VS POK 29 KK WAYAN
SUMADI - PURA
KAYANGAN TIGA
- KASEPEKANG - TDK MAU IKUT
TRADISI BALI AGA
JEMBRANA TABANAN
BADUNG KELUNGKUNG
BANGLI BULELENG
GIANYAR DENPASAR
3 KONFLIK MASALAH
- DS. DALUNG KUTA UTARA
VS PURI
UNTAL-UNTAL - DS.PUNGGUL
VS POK GUSTI PT
KRUKUK - PEMBANGUNAN
BALI INT. PARK BIP PEMEKARAN DESA
ADAT PEMBANGUNAN
BALAI BANJAR IJIN PEMBANGUNAN
MSH BERMASALAH 1 KONFLIK
MASALAH - DS. PERASI
VS POK WAYAN RETI
KASEPEKANG PENGUSIRAN
6 KONFLIK MASALAH
- DS.SUMITA VS WARGA MULUNG
- DS. PENGOSEKAN VS MULUK BAB
- DS.BUNUTAN VS 9 WARGA KEDEWATAN
- DS.TAMAN KAJA UBUD VS 72 WARGA
ANGKERAN - DS.LOD TUNDUH VS
POK RAI WENTEN - DS.PEJENG KANGIN VS
2 WARGA PANGEMBUNGAN
PEMEKARAN ADAT PEMEKARAN DESA
PEMEKARAN DESA TANAH SUBAK
REBUTAN TANAH 53 ARE
ALIRAN KEPERCAYAAN
DASA SAMPURNA
KARANGASEM
1 KONFLIK MASALAH
- DESA PANGKUNG KARUNG VS BEDA
PURA DESA
sumber: Kesbanglinmaspol Prov. Bali Selanjutnya konflik sering juga terjadi antar desa pakraman dengan warganya
sendiri, hal ini disebabkan karena sebagian warga ingin memisahkan diri dengan induknya dan mendirikan desa pakraman sendiri. Seperti misalnya desa Semita
dengan warga Mulung, Desa Bunutan dengan 9 orangkk. Warga Kedewatan, Desa Dalung dengan Puri Untal-untal, dll. Demikian pula desa pakraman menjatuhkan
sanksi kasepekan terhadap warganya yang dianggap tidak taat atau melanggar awig- awig, seperti di desa Pesinggahan, desa Kintamani, dan beberapa di Gianyar.
Selanjutnya kasus antara desa pakraman dengan investor atau perusahaan :
17
KONFLIK MASALAH
• DS. PENGAMBENGAN VS
PENGALENGAN IKAN UPAH BURUH
Kasus ini terjadi di Desa Pengambengan Kabupaten Jembrana, yaitu masalah upah, yang intinya ingin menuntut kenaikan gaji bagi buruh atau karyawannya.
Berikut ya kasus desa pakra a de ga kra a ta iu atau pe data g, seperti gambar berikut ini :
18
2 KONFLIK MASALAH
- DS. LUK LUK VS
SUGIONO Cs
- DS. DARMASABA VS
SULIHAT Cs -BANGUN MUSHOLA
-BANGUN MUSHOLA 1 KONFLIK
MASALAH DS. KATUNG
VS WARGA NASRANI
BANGUN GEREJA BPI. GIRI
SUWECA
4 KONFLIK MASALAH
- DS. PADANG SAMBIAN KELOD VS
WARGA NASRANI - DS DAUH PURI KAJA
VS POK
H.DJUMROH Cs - DS, KALI UNGU
VS H. HASAN Cs
- DS. JIMBARAN VS
H.PAUZI. Cs - PENOLAKAN BANGUN GEREJA
MARANATHA - PEMBONGKARAN PURA
- PEMBANGUNAN MUSHOLA - BANGUN MUSHOLA
sumber : Kesbanglinmaspol Prov. Bali 2015 Ko flik desa pakra a de ga kra a ta iu atau pe data g,
a yak dilatarbelakangi oleh pembangunan tempat ibadah, seperti di Desa Katung
kabupaten Bangli, Desa Padang Sambian Kelod, desa dauh Puri, Kaliungu di kota Denpasar, demikian pula di Desa Lukluk dan Darma Saba di Kabupaten Badung, dll.
Selanjutnya prediksi terhadap beberapa wilayah yang dianggap rawan terhadap sel- sel Islam Garis Kerasradikalteroris seperti
19
Gianyar
1. Tempat kost sekitar terminal Ubud
2. Masjid Nurul Yakin Sumabaung Desa Bedulu Kec.
Bahbatu 3. Kp. Mulim Musholla Nurul
Hikmah Lingk. Pas Dalem
Buleleng
1. Ds. Sangsit Kec. Sawan.
2. Ds. Pegayaman 3. Ds. Pengastulan Seririt
4. Ds. Celukan Bawang Kec. Gerogak.
5. Ds. Patas Kec. Gerokgak
6. Ds. Pegametan 7. Ds. Sedang Pasir.
8. Ds. Sumber Kelampok.
Denpasar
1. Tempat kost penginapan
Ubung Denpasar 2.
Kampung Jawa J. A.Yani Masjid Baiturrahman
3. Masjid Al Ghurobah Jl.
Gatsu Barat 4.
Perum. Monang maning 5.
Kampung Muslim Kepaon Yayasan Hidayatullah
Badung
1. Nusa Dua 2. Tanjung Benoa
3. Jimbaran 4. Kp. Bugis Tuban
5. Seminyak 6. Kerobokan
Tabanan
1. Ds. Candi Kuning
Musholla Al Amin, baiturrohman, Arrohman
Masjid Al Hidayah, Mistahul Mubin, Al Hikmah
Jembrana
1. Ds. Pebuahan, Malaya 2. Ds. Tegal Badeng
3. Ds. Pengambengan
Klungkung
1. Kp. Muslim Ds. Gelgel 2. Ds. Lebah
3. Ds. Kusamba 4. Nusa Penida Komunitas
lombok
Karangasem
1. Ds. Kecicang 2. Ds. Ujung
3. Ds. Dangin Kebon
4. Ds. Bukit Tabuan 5. Ds. Tanah Lengis
6. Kp. Buitan, Manggis
1 2
3 4
5 6
7 8
1 2
3
1 1
2 3
4 5
6
1-3
4 5
1 2
3 1
3 2
3 1
4 5
4 2
6
Sumber : Kesbanglinmaspol Prov. Bali 2015 Perkiraan kerawanan hampir terjadi di seluruh Kabupaten di Bali kecuali sementara
Kabupaten Bangli. Di Kabupaten Buleleng ada di Desa Sangsit, Desa Pegayaman, desa Pengastulan, Desa Celukan Bawang, Desa Patas, Desa Pegametan, desa
Sendang Pasir, dan desa Sumber Kelampok. Di Kota denpasar, beberapa tempat kos di seputaran Ubung, Daerah Kampung Jawa, Daerah Gasu barat, Monang-maning,
dan Kepaon, denpasar selatan. Di Tabanan yaitu di Desa Candi Kuning, di kabupaten Badung, daerah Nusa dua, Tanjung benua, Jimbaran, kampung bugis Tuban,
Seminyak dan Kerobokan. Di Kabupaten Kelungkung, di gelgel, Desa lebah, Kusamba, dan Nusa Penida. Di Karangasem, Desa Kecicang, Ujung, dangin Kebon, Bukit
20
Tabuan, Tanah lengis, dan Buitan Manggis, Kabupaten Jembrana yaitu, di pelabuhan Melaya, Tegal Badeng, dan Pengambengan, Sedangkan di Kabupaten Gianyar, yaitu
sekitar tempat kos terminal Ubud, daerah Sema Baung, serta di sekitar lingkungan Pasdalem.
C. DASAR HUKUM KEBERADAN PACALANG
1. Peraturan Dasar
Dalam UUD 1945 tidak terdapat ketentuan yang secara tegas mengatur keberadaan pecalang.Namun, mengingat pacalang merupakanm salah satu institusi penting dari
desa adat pakraman maka pengakuan atas desa adat pakraman itu sendiri oleh UUD 1945 telah secara implisit mencakup dasar hukum pengakuan keberadaan pacalang.
Berkaitan dengan pengakuan akan adanya masyarakat hukum adat desa adat pakraman di Bli, pasal 18 B ayat 2 amandemen II UUD 1945 menyatakan sebagai
berikut : 2 Negara mengakui untuk menghormati kesatuan- kesatuan masyarakat hhukum adat, beserta hak-hak tradionalnya sepanjang masih hidup dan sesusi dengan
perkembangan masyarakat dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam Undang-Undang.
Pengakuan seperti itu sebenernya secara tersirat sudah tercantum dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945 sebelum amandemen sebagai berikut :
dala teritoir I do esia terdapat kura g zelf esture de la d s happe da
volksgemen schappen seperti Desa di Jawa dan Bali, nagari di Minaangkabau, dusin dan marga di Palembang. Daerah- daerah itu mempunyai susunan asli dan oleh karenanya
dapat dianggap sebagai daerah yang bersifat istimewa. Negara Kesatuan Republik Indonesia menghormati kedudukan daerah- daerah istimewa tersebut dan segala
Peraturan Negara yang mengenai daerah- daerah itu akan mengingati hak-hak asal- ususl Daerah tersebut Garis bawah dari penulis.
Pengakuan oleh konstitusi sangat penting karena konstitusi merupakan aturan hukum tertinggi basic law dalam suatu neraga. Peraturan hukum yang lebih rendah
dalam hal mengatur masyarakat hukum adat tidak boleh menyimpang dari prinsip pe gakua terse ut Kelse , 9 ; Hu
olt 99 . “ekedar se agai per a di ga , Negara-negara demokrasi yang juga mengatur pengakuan serupa dalam konstitusinya
adalah : Philipina pasal I Bab X konstitusin 1987, Kamboja pasal 126 Konstitusi 1993, Russia pasal 131 ayat I konstitusi 1990.
2. Peraturan Perundang- undangan
21
a. Undang- Undang yang mengakui keberadaan Desa Adat dan kemudian
mempersepsikannya sebagai Desa Administratif adalah Undang-Undang No.22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam pasal 1 huruf O UU tersebut dinaytakan : Desa atau ya g dise ut de ga a a lai sela jut ya dise ut desa adalah kesatua
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal- usul dan adat istiadat setempat
yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah Kabupaten. Penegasan tentang maksud UU No. 221999 menjadikan Desa Ada sebagai Desa
Administrasi tertuang dalam Penjelasan Umum angka 9 sub 1, UU No. 221999 tersebut, sebagai berikut:
Desa erdasarka UU i i adalah Desa atau ya g dise ut de ga a a lai se agai suatu kesatuan masyarakat Hukum yang mempunyai susunan asli berdasarkan hak asal-
usul yang bersifat istimewa, sebagaimana dimaksud dalam penjelasan pasal 18 UUD 1945.
Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisipasi,otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat.
b. Undang
–Undang Yang secara langsung mengakui kebradaan Pacalang dengan se uta e tuk- e tuk pe ga a a s akarsa adalah U da g- Undang No. 22002
tentang Kepolisisan Negara Republik Indonesia. Pasal 3 ayat 1 UU tersebut menyatakan :
Pe gemban fungsi kepolisian adalah Kepolisian Negara Indonesia yang dibantu oleh : a.
Kepolisian khusus b.
Penyidik pegawai negeri sipil, dan atau c.
Bentuk- bentuk pengamanan swakarsa.
Dala pe jelasa pasal terse ut dijelaska ah a : ya g di aksud de ga e tuk- bentuk pengamanan swakarsa adalah suatu bentuk pengamanan yang diadakan atas
kemauan, kesadaran dan kepentingan masyarakat sendiri yang kemudian memperoleh pengukuhan dari Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Hubungan antara kepolisian Negara dengan pengamanan swakarsa diatur dalam jpa 14 ayat 1 huruf dan pasal 15 ayat 2 huruf g.
22
Kedua ketentuan itu menyatakan bahwa Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan tugas pokoknya yang berupa : a memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat ; b menegakan Hukum ; c memberikan perlindungan. Penganyoman dan pelayanan kepada masyarakat wajib melakukan koordinasi,
pengawasan dan pembinaan teknis terhadap kepolisian khusus, penyidik pegawai negeri sipil dan bentuk- bentuk pengamanan swakarsa. Juga Kepolisian Negara Republik
Indonesia berdasarkan peraturan perundang-undangan lain berwenang untuk memberi petunjuk khusus dan petugas pengamanan swakarsa dalam bidang teknis kepolisian.
c. Peraturan Lokal
1 Peraturan local yang secara tegas mengatur keberadaan pecalang adalah Perda
propinsi Bali No. 3 Tahun 2003 tentang Desa Pakraman. Pasal 17 Perda tersebut menyatakan :
1. Keamanan dan ketertiban wilayah Desa Pekraman dilakukan oleh Pacalang
2. Pacalang melaksanakan tugas-tugas pengamanan dalam wilayah desa dalam
hubungan pelaksanaan tugas adat dan agama. 3.
Pecalang diangkat dan diberhentikan oleh desa pakraman berdasarkan Paruman Desa.
Kendati Perda tersebut mengatur keberadaan Pacalang secara singkat, tetapi sudah cukup memberi kejelasan tentang apa fungsi pokok, Bidang tugas, dan wilayah kerja
pacalang. 2
Aturan local lain yang dapat dijadikan dasar hukum bagi keberadaan Pacalang adalah ketentuan Awig- Awig khususnya ketentuan yang menyatakan salah satu tujuan desa
Adat Pakraman tersebut adalah untuk mewujudkan keamanan dan ketertiban. Dengan adanya tujuan seperti itu maka sudah barang tentu Desa Adat Pakraman tersebut
memerlukan aparat penyelenggara keamanan dan ketertiban yang popular dengan se uta Pa ala g . Berarti istilah kea a a da keterti a Desa Adat Pakraman
akan selalu eerko otasi de ga istilah Pe ala g .
D. Tugas dan Fungsi Pecalang
Fungsi pacalang pada mulanya adalah menjaga keamanan dan ketertiban di ranah adat dan agama Hindu, yang meliputi parahyangan hubungan manusia dengan Ida
Sanghyang Widhi WasaTuhan Yang Maha Esa, pawongan hubungan manusia dengan manusia,dan palemahan hubungan antara manusia dengan lingkungannya. Namun
23
kemudian, tugas dan fungsi pacalang telah terspesialisasi dan bertransformasi sesuai dengan dinamika dan kebutuhan masyarakat, yakni :
a. Pacalang Jagabaya
Pacalang Jagabaya ini mengalami transformasi yang paling besarbaik dibidang parahyangan maupun pawongan.Dalam bidang parahyangan, pacalang Jagabaya telah
melakukan pengamanan malam Natal dan Tahun Baru di Kota Denpasar, mengamankan malam takbiran di Desa Pegayaman Sukasada, Buleleng. Disamping itudalam bidang
pawongan, melakukan pula berbagai kegiatan seperti : melakukan penertiban penduduk pendatang, mengamankan lomba dan hiburan, mengamankan kegiatan politik praktis,
pencegahan dan penanggulangan terorisme, dan pengamanan sidang-sidang pengadilan kasus bom Bali.
b. Pacalang Segara pacalang laut
Pecalang segara ini terdapat di Desa Pemuteran, Kabupaten Buleleng.Adapun latar belakang pembentukan pacalang segara adalah latar belakang ekologis, ekonomis dan
ritual.Latar belakang ekologis disebabkan karena hancurnya wilayah laut dan pantai Pemuteran oleh ulah nelayan yang menangkap ikan menggunakan bom, potasium, dan
zat beracun lainnya. Dari segi ekonomis, pembentukan pacalang segara berarti turut juga mejaga kehidupan perekonomian warga,karena 65 penduduknya bermata
pencaharian nelayan dan petani. Sedangkan latar belakang ritual berkaitan erat dengan struktur keper ayaa asyarakat ya g dise ut samudra kertih , yaitu upaya untuk
menjaga kelestarian samudra sebagai sumber alam yang memiliki fungsi yang sngan
kompleks dalam kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, dibentuklah mekanisme penanganan pencemaran laut dengan menggunakan pranata adat yakni awig-awig
dengan sanksi adat termasuk pengusiran dari desa adat apabila sanksi lain tidak mempanultimum remedum.
c. Pacalang Wana pacalang hutan
Seperti halnya laut, hutan di Bali juga tidak bisa dilepaskan dari struktur kepercayaan masyarakat.Dengan demikian struktur kepercayaan tersebut memegang peranan kunci
dalam pelestarian hutan.Regveda III.51.5 menyatakan I dra ya dya a ita aapah rayi
raksa ti jirayo a a e arti ya li du gilah su er-sumber kekayaan alam seperti
atmosfir, tanam-tanaman dan tumbuh-tumbuhan berkhasiat obat, sungai-sungai dan sumber-
su er air da huta ela tara . Ajara ‘eg eda i ilah ya g ke udia
diimplementasikan dalam sistem sosial masyarakat berupa awig-awig atau perarem sebagai norma yang harus ditaati oleh warganya. Selain itu terdapat beberapa kawasab
yang dipercaya sebagai alas du e hutan milik para dewa seperti kawasan hutan
Sangeh Badung, Alas Kedaton Marga, Tabanan, Petulu Gianyar. Masyarakat disekitarnya pantang mengganggu flora dan fauna yang ada didalamnya karena percaya
24
bahwa para dewa selalu mengawaasi dan akan memberi ganjaran sanksi kepada siapa yang berani mengusik keberadaan hutan tersebut Pujaastawa, 2002: 29-30. Selain itu
dalam pengamanan sekala nyata dilakukan pula pembentukan pacalang pariwisata dikawasan hutan tersebut.
d. Pacalang Subak
Pilar-pilar budaya Bali menurut Clifford Geertz 2000:102 terdisi atas desa adat, sanggahpemerajan dan subak.
Subak adalah organisasi pengairan tradisional Bali yang bercorak sosial religious yang mempunyai aturan-aturan tersendiri berupa wig-awig, mempunyai pengurus, dan
kekayaan sendiri,memiliki otonomi dalam mengatur pembagian air disawah diantara petani secara adil. Bertolak dari hal tersebut, agar pembagian air dapat dilakukan denga
tertib, maka diperlukan suatu perangkat subak,yakniPangliman Subak, yang bertugas mengatur dan mengawasi jalannya pembagian air secara adil.
e. Pacalang Sawur Tungur
Pacalang Sawung Tungur bertugsa khusus menjaga keamanan dan ketrtiban jalannya upa ara ta uh rah yaitu upa ara su i kor a darah aya , yang dilaksanakan pada saat
upa ara keaga aa Hi du di Pura. Upa ara ta uh rah seri g disalah gu aka menjadi sabung ayam tajen yang berdasarkan KUHP dikualifikasikan sebagai tindakan
criminal.Sebagai perbuatan melanggar hukum, maka sabung ayam tajen dilarang dan sebagai akibatnya tugas Pacalang Sawung Tungur makin berkurang.
E. Kedudukan dan fungsi Pacalang Dalam Sistem Keamanan Regional