EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

(Skripsi)

Oleh

GUSTI WAHYUNING SARI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini Saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan Saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan Saya diatas, maka Saya akan bertanggung jawab sepenuhnya.

Bandar Lampung, Februari 2012

Gusti Wahyuning Sari NPM 0743023022


(3)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

GUSTI WAHYUNING SARI

Penelitian ini dilatarbelakangi dari metode pembelajaran yang sering diterapkan guru mata pelajaran kimia kelas X di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, berupa metode ceramah dan latihan soal. Kurangnya keterlibatan siswa di dalam pem-belajaran kimia, menyebabkan keterampilan proses sains siswa tidak berkembang dan pemahaman mereka terhadap konsep-konsep kimia pun dapat dikatakan kurang. Oleh karena itu, peneliti merancang pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 3E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh model yang efektif dalam me-ningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012. Sampel diambil menggunakan teknik purposive sampling, berdasarkan teknik ini diperoleh kelas


(4)

ii X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol. Jenis penelitian

ini adalah penelitian kuasi eksperimen yang menggunakan Nonequivalent Control Group Design. Sumber data dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil pretest dan

posttest. Analisis data ditempuh dengan menggunakan uji normalitas, uji homo-genitas dua varians dan uji-t.

Hasil analisis data menunjukkan bahwa kelas eksperimen yang diterapkan dengan pembelajaran Learning Cycle 3E memiliki rata-rata nilai N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol yang diterapkan dengan pembelajaran konvensional. Maka dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran Learning Cycle 3E lebih efektif dalam meningkatkan ke-terampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia daripada pembelajaran konvensional

Kata kunci : pembelajaran Learning Cycle 3E, keterampilan inferensi, penguasaan konsep


(5)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA

DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

Oleh

GUSTI WAHYUNING SARI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(6)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN

PENGUASAAN KONSEP

Nama Mahasiswa : Gusti Wahyuning Sari Nomor Pokok Mahasiswa : 0743023022

Program Studi : Pendidikan Kimia

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Dra. Nina Kadaritna, M.Si. Dra. Ila Rosilawati, M.Si.

NIP 196705111991032001 NIP 196507171990032001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si. NIP 195708031986031004


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Palembang pada tanggal 24 Desember 1989, anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan Bapak Sudargo dan Ibu Suharti.

Penulis mengawali pendidikan formal di SD Negeri 1 Sukarame yang diselesaikan pada tahun 2002. Tahun 2002 diterima di SMP Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan pada tahun 2004. Tahun 2004 masuk SMA Negeri 12 Bandar Lampung yang diselesaikan tahun 2007.

Tahun 2007, penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Kimia Non Reguler Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pen-didikan Universitas Lampung. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah men-jadi anggota FPPI (2009-2010), Himasakta (2009-2010) dan DPM-U (2011). Penulis pernah mengikuti Kuliah Kerja Lapangan ke Jakarta dan Bandung pada tahun 2011 dan telah menyelesaikan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMAN 8 Bandar Lampung.


(8)

i

PERSEMBAHAN

Alhamdulillah ,,,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan nimat, rahmat dan karunia-Nya.

Dengan kerendahan hati kupersembahkan lembaran-lembaran sederhana ini kepada:

Bapak dan Ibu’ku yang tercinta, yang telah sabar membesarkan, mendidik, memberiku semangat, kehangatan,

cinta dan kasih sayang, dan tak pernah berhenti untuk mendoakan ku dalam setiap sujudnya.

Kepada adik-adiku tersayang yang telah memberi inspirasi dan semangat bagi ku

Sahabat-sahabatku yang selalu menghiasi hari-hariku dengan canda dan tawa. Terima kasih atas doa, inspirasi, semangat dan materi yang tlah kalian berikan untuk keberhasilanku di

masa datang.


(9)

ii

MOTTO

Untuk mendapatkan hasil yang baik, maka luruskanlah niatmu, giatkanlah doa

dan ikhtiar mu. Kemudian bertawakallah, sehingga apapun hasilnya engkau

akan merimanya dengan lapang dada. (KH. Abdullah Gymnastiar)

Jika engkau ingin maju, maka bergeraklah untuk melakukan suatu perubahan

dan ingatlah bahwa usaha yang keras, Insya Alloh akan

menghasilkan yang manis (Ustadz Maulana)

Semangatlah melakukan perbaikan dan kebaikan. Sebab, waktu yang sudah

telah terlewati tidak akan dapat kembali lagi. (KH. Muhammad Arifin Ilham)

Saat kau malas mengerjakan tugas kuliah, bayangkanlah wajah orang tua yang

lelah sedang memeras keringat untuk membiayai kuliah kita (Abu Fakhri N.)


(10)

iii SANWACANA

Alhamdulillahirobbil„alamin. Segala puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Learning cycle 3 E pada Materi Hukum-hukum Dasar Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep” ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Drs.Arwin Achmad, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Ibu Dra. Nina Kadaritna, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Kimia, Pembimbing I dan Pembimbing Akademik atas segala kasih sayang tulus, nasehat, motivasi yang diberikan serta bimbingannya untuk membantu penulis dalam mengatasi setiap masalah perkuliahan dan atas saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan skripsi ini agar menjadi lebih baik.


(11)

iv 4. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku Pembimbing II atas segala masukan,

bimbingan, saran, nasehat, dan do‟a yang diberikan.

5. Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si., selaku dosen pembahas atas segala masuk-an, bimbingmasuk-an, sarmasuk-an, nasehat, dan do‟a yang diberikan.

6. Bapak dan Ibu dosen di Program Studi Pendidikan Kimia serta seluruh staf di Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung.

7. Kepala sekolah, guru mitra dan siswa-siswi kelas X3 dan X5 SMAN 4 Bandar

Lampung.

8. Keluargaku terkasih ; Kedua orang tua ku, adik Adji dan adik Rizky, atas kasih sayang, keceriaan, inspirasi, semangat dan do‟a yang telah diberikan. 9. Sahabat fillah; Dian Baiduri, Helvira, Herdi, Pazar, Arifin, Fadli dan Ridwan.

Terima kasih, atas inspirasi, motivasi dan dukungan yang telah kalian berikan selama ini.

10. Teman seperjuangan dalam menyelesaikan tugas akhir kuliah; Indri dan Dian, atas kerja sama dan motivasi yang diberikan selama bekerja sama

11.Teman-temanku di Pendidikan Kimia ang.2007 (baik Nonreguler maupun Reguler), atas persaudaraan dan kebersamaannya.

Semoga Allah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Bandar Lampung, Februari 2012 Penulis


(12)

v DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Efektivitas Pembelajaran ... 8

B. Pembelajaran Konvensional ... 9

C. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

D. Learning Cycle 3 phase (3 E)... 11

E. Keterampilan Proses Sains……… ... 15

F. Penguasaan Konsep ... .. 17

G. Kerangka Pemikiran... 18

H. Anggapan Dasar ... 20


(13)

vi

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel ... 20

B. Sumber Data Penelitian ... 21

C. Jenis dan Variabel Penelitian ... 22

D. Jenis dan Validitas Instrumen ... 23

1. Jenis Instrumen ... 23

2. Validitas Instrumen ... 23

E. Prosedur Penelitian... 24

F. Teknik Analisis Data ... 26

1. Gain ternormalisasi ... 26

2. Uji normalitas ... 26

3. Uji homogenitas dua varians ... 27

G. Teknik Pengujian Hipotesis... 28

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data ... 31

B. Pembahasan ... 40

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Simpulan ... 48

B. Saran ... 49


(14)

vii LAMPIRAN

A. Silabus Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 52

B. RPP Kelas Eksperimen ... 63

C. RPP Kelas Kontrol ... 82

D. LKS Kelas Eksperimen ... 99

E. Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest ... 117

F. Soal Pretest ... 125

G. Pedoman Penskoran Soal Pretest ... 130

H. Soal Posttest ... 138

I. Pedoman Penskoran Soal Posttest ... 144

J. Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Inferensi Kelas Eksperimen ... 151

K. Daftar Nilai Pretest dan Postest Keterampilan Inferensi Kelas Kontrol ... 152

L. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Eksperimen.. ... 153

M. Daftar Nilai Pretest dan Postest Penguasaan Konsep Kelas Kontrol………. ... 154

N. Daftar Nama Kelompok Kelas Ekperimen ... 155

O. Lembar Aktivitas Siswa Kelas Ekperimen ... 156


(15)

viii DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Indikator keterampilan proses sains dasar ... 17

2. Desain penelitian ... 22

3. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan inferensi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. ... 31

4. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol... 31

5. Uji normalitas keterampilan inferensi... 36

6. Uji normalitas penguasaan konsep... 37

7. Uji homogenitas keterampilan inferensi... 37

8. Uji homogenitas penguasaan konsep... 38

9. Uji-t keterampilan inferensi... 39


(16)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tahap penelitian………... 25 2. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan inferensi siswa... 33 3. Rata-rata skor pretest dan posttest penguasaan konsep siswa... 34 4. Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa


(17)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS LAMPUNG

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN Jl. Soemantri Brojonegoro No. 1 Bandar Lampung

KARTU KENDALI SKRIPSI

Nama : Gusti W. Sari Dosen PA : Dra. Nina Kadaritna, M.Si Jurusan : P. MIPA Pembimbing I : Dra. Nina Kadaritna, M.Si Program Studi : P. Kimia Pembimbing II : Dra. Ila Rosilawati,M.Si Judul Skripsi : “Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3 E untuk

Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep pada Materi Pokok Hukum-hukum Dasar Kimia”

No Kegiatan

Tanggal Materi

Konsultasi

Paraf Pembimbing Diserahkan Kembali

1 Bimbingan I

2 Bimbingan II

3 Bimbingan III

4 Bimbingan IV

5 Bimbingan V

6 Bimbingan VI

7 Bimbingan VII


(18)

No Kegiatan Tanggal Materi Konsultasi

Paraf Pembmbing Diserahkan Kembali

9 Bimbingan IX

10 Bimbingan X

11 Bimbingan XI

12 Bimbingan XII

13 Bimbingan XIII

14 Bimbingan XIV

15 Bimbingan XV

Mengetahui,

Ketua Jurusan PMIPA

Drs. Arwin Achmad, M.Si NIP. 19570803 198603 1 004


(19)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Nina Kadaritna, M.Si. ________________

Sekretaris: : Dra. Ila Rosilawati, M.Si. ________________

Penguji

Bukan Pembimbing : Emmawaty Sofya, S.Si,M.Si. ________________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.S. NIP 196003151985031003


(20)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mem- pelajari struktur, susunan, sifat dan perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Dalam mata pelajaran kimia yang sarat dengan konsep, dari konsep yang sederhana sampai konsep yang lebih kompleks dan abstrak, sangat penting bagi siswa untuk menemukan dan memahami dengan benar konsep dasar yang akan membangun konsep-konsep selanjutnya. Dengan demikian dalam mempelajari kimia, peserta didik tidak bisa dengan hanya menerima informasi langsung dari guru maupun hanya dengan menghapalkan konsep saja.

Ilmu kimia dibangun melalui pengembangan keterampilan-keterampilan proses sains (KPS). Keterampilan proses sains merupakan kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains sehingga menghasilkan konsep, teori, prinsip, hukum maupun fakta. Keterampilan-keterampilan proses sains dasar, terdiri dari: mengamati, mengelompokkan, menafsirkan, meramalkan, mengkomunikasikan data dan menyimpulkan (inferensi) dari fakta yang terbatas. Proses pembelajaran yang demikian diarahkan untuk “mencari tahu dan melaku- kan sesuatu”, sehingga peserta didik dapat menemukan sendiri pemahaman dan kompetensinya dengan melihat keadaan lingkungan sekitarnya. Guru perlu


(21)

me-2

latihkan KPS ke siswa, karena dapat membekali siswa dengan suatu keterampilan berpikir dan bertindak melalui sains dalam menyelesaikan masalah serta men-jelaskan fenomena-fenomena yang ada dalam kehidupannya sehari-hari.

Agar pembelajaran menjadi lebih bermakna dan siswa dapat menerima serta me- nerapkan konsep yang mereka peroleh, maka sebelum proses pembelajaran ber-akhir sangat diperlukannya suatu proses yang menarik yakni dengan mengadakan kegiatan menyimpulkan dari materi yang dipelajari. Guru perlu melatihkan ke-terampilan inferensi (menyimpulkan) kepada siswa. Keke-terampilan inferensi me-rupakan salah satu indikator KPS dan yang tidak akan dapat terlepaskan dalam KPS. Melalui pengamatan langsung pada data-data, siswa dituntut mampu men-jelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas. Kemampuan-kemampuan ini tidak lain merupakan indikator keterampilan inferensi.

Berdasarkan hasil observasi pada mata pelajaran kimia yang dilakukan di kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012, diperoleh bahwa guru lebih sering menerapkan pembelajaran dengan metode ceramah dan latihan soal. Aktivitas siswa yang dominan dalam pembelajaran adalah mendengar dan mencatat materi. Materi yang dijelaskan dan dituliskan oleh guru di papan tulis, siswa tidak dilibatkan dalam menemukan konsep sehingga pembelajaran menjadi monoton. Selain itu, hasil pengamatan yang tersedia dalam media pembelajaran berupa LKS, siswa tidak dilatihkan keterampilan inferensi sebagai salah satu keterampilan proses sains. Siswa juga tidak pernah diajak berpikir secara sains


(22)

3

untuk memecahkan suatu masalah kimia, baik dalam menjelaskan hasil pengamat-an maupun menyimpulkpengamat-an dari fakta ypengamat-ang terbatas.

Kegiatan pembelajaran tersebut tentu tidaklah sejalan dengan kurikulum yang diterapkan di SMA Negeri 4 Bandar Lampung, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Padahal esensi dari KTSP itu sendiri adalah menempatkan siswa sebagai pusat pembelajaran, sehingga guru hanya berperan sebagai fasilita-tor dan semua siswa dituntut aktif dalam menemukan dan memperoleh penge-tahuan. Pembelajaran kimia yang terjadi di sekolah tersebut, menyebabkan ke-terampilan proses sains siswa tidak akan berkembang dan pemahaman siswa ter-hadap konsep-konsep kimia pun dapat dikatakan kurang. Di mana, kenyataan ini diperkuat dengan banyaknya siswa yang tidak berhasil memenuhi standari-sasi untuk kelulusan mata pelajaran kimia.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka perlu kiranya di-kembangkan suatu bentuk atau model pembelajaran yang akan efektif dalam me-ningkatkan KPS dan penguasaan konsep siswa. Sehingga, dalam penelitian ini penulis merasa perlu menerapkan model pembelajaran Learning Cycle 3 E karena merupakan salah satu model pembelajaran yang cocok dan mampu meningkatkan keterampilan inferensi siswa.

Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandas-kan pendekatan konstruktivisme dan proses pembelajaran yang terjadi didalam-nya melalui serangkaian tahap (fase pembelajaran) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi. Strategi mengajar dengan me-nerapakan model pembelajaran Learning Cycle memungkinkan seorang peserta


(23)

4

didik untuk tidak hanya mengamati hubungan, tetapi juga dapat menyimpulkan (inferensi), menguji maupun menerapkan penjelasan tentang konsep-konsep yang telah dipelajari. Karakteristik kegiatan belajar pada masing-masing tahap Learn-ing Cycle, mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan me-ngembangkan pemahaman konsep.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) membagi fase-fase pembel-ajaran Learning Cycle 3E, terdiri dari: (1) fase eksplorasi (Exploration); (2) fase penjelasan konsep (Explaination); dan (3) fase aplikasi konsep (Elaboration). Dengan menggunakan tiga fase tersebut, maka model pembelajaran ini sering dikenal dengan Learning Cycle (LC) 3E. Dalam fase eksplorasi (Exploration), guru membagi siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil. Kemudian, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerja sama mengamati data hasil pengamatan/percobaan dan menjawab soal-soal terstruktur di LKS.

Pada fase penjelasan konsep (Explaination) siswa akan dilatihkan keterampilan inferensi (menyimpulkan) yang merupakan salah satu keterampilan proses sains. Dengan terlibatnya siswa dalam membangun konsep, maka pada fase ini siswa menjadi lebih mudah memahami konsep kimia dan konsep kimia yang telah di-miliki oleh siswa pun dapat dikatakan bukan lagi sekedar menghafal konsep semata. Terakhir, fase aplikasi konsep (Elaboration), siswa menerapkan konsep pada contoh kejadian yang lain, baik yang sama tingkatannya ataupun yang lebih tinggi tingkatannya. Hal ini dilakukan untuk melihat maupun mengetahui bagai-mana pemahaman konsep siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran.


(24)

5

Hasil penelitian Aqiqo (2009) yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 10 Bandar Lampung kelas X7 yang telah mengkaji tentang model pembelajaran Learning

Cycle 3E (LC 3E), diperoleh bahwa dengan menerapkan model pembelajaran

Learning Cycle 3E (LC 3E) telah mampu meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep pada materi hidrokarbon.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembelajaran Learning Cycle 3E pada Materi Hukum-hukum Dasar Kimia dalam Meningkatkan Keterampilan Inferensi dan Penguasaan Konsep.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektivitas model pembelajaran

Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep?.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk memper-oleh model yang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan pe-nguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia.


(25)

6

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat antara lain:

1. Melalui penerapan model LC 3 E siswa dapat memahami materi pelajaran dengan mudah, sehingga dapat meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia.

2. Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini antara lain, sebagai berikut:

1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas X di SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011-2012. Sampel penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X3

dan kelas X 4 semester ganjil SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun

Pelajaran 2011-2012.

2. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistik menunjukan perbedaan yang signifikan antara keterampilan inferensi dan penguasaan konsep.

3. Pembelajaran konvensional, yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan guru kimia kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung, berupa; metode ceramah dan latihan soal.

4. Menurut Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) model pem-belajaran Learning Cycle merupakan salah satu model pembelajaran berbasis


(26)

7

konstruktivisme yang terdiri dari 3 fase, diantaranya yaitu; (1) Fase eksplorasi (Exploration); (2) Fase penjelasan konsep (Explaination); (3) Fase penerapan konsep Eelaboration).

5. Indikator keterampilan inferensi yang diamati dalam penelitian ini yaitu men-jelaskan data hasil pengamatan/fakta yang terbatas dan menyimpulkannya. 6. Penguasaan konsep kimia diperoleh melalui pretest dan posttest.


(27)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Di dalam Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), defenisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat dari usaha atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas dapat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan (Satria, 2005).

Kriteria keefektifan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada:

a. Ketentuan belajar, pembelajaran, dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-kurangnya 75% dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam peningkatan hasil belajar.

b. Model pembelajaran dikatan efektif meningkatkan hasil belajar siswa, apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan setelah pembelajaran (gain yang signifikan)

c. Model pembelajaran dikatan efektif jika dapat meningkatkan minat dan motivasi, apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

Efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan mengadaptasi pengukuran efektivi-tas pelatihan yaitu melalui evaluasi. Dan pembelajaran dapat dikatakan efektif, jika dapat meningkatkan hasil belajar siswa secara statistik hasil belajar siswa


(28)

me-9

nunjukan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran.

B. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang bersifat regular, artinya pe-milihan pendekatan, strategi, metode kurang bervariasi. Proses belajar mengajar cenderung dimulai dengan orientasi dan penyajian informasi yang berkaitan dengan konsep yang akan dipelajari siswa, pemberian contoh soal, dilanjutkan dengan memberikan tes (Wirtha dan Rapi, 2008).

Menurut Nurhadi dalam Darma (2007) memberikan beberapa karakteristik pem-belajaran konvensional, yaitu: (1) siswa adalah penerima informasi secara pasif, (2) Siswa belajar secara individual, (3) pembelajaran sangat abstrak dan teoretis, (4) rumus yang ada diluar diri siswa harus diterangkan, diterima, dihafalkan, dan dilatihkan, (5) siswa secara pasif menerima rumus atau kaidah (membaca, men-dengarkan, mencatat, dan menghafal) tanpa memberikan kontribusi ide dalam proses pembelajaran, (6) keterampilan dikembangkan atas dasar latihan-latihan, (7) guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran, (8) hasil belajar diukur dengan tes, dan (9) pembelajaran tidak memperhatikan pengalaman siswa.

C. Pembelajaran Konstruktivisme

Pembelajaran konstruktivisme berasal dari kata “to construct” yang artinya mem -bangun. Dalam pembelajaran konstruktivisme, seseorang harus membangun sendiri pengetahuannya. Proses mengkonstruksi pengetahuan tersebut melalui


(29)

10

interaksi dengan obyek, fenomena, pengalaman, dan lingkungan. Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seseorang kepada orang lain tetapi harus di-interpretasikan sendiri oleh masing-masing orang (Suparno, 1997). Pendekatan konstruktivisme dalam pembelajaran menekankan pentingnya peran pengetahuan awal dalam belajar.

Menurut Von Glasersfeld (1989) dalam Pannen, Mustafa, dan Sekarwinahyu (2001) agar siswa mampu mengkonstruksi pengetahuan, maka diperlukan:

1. Kemampuan siswa untuk mengingat dan mengungkapkan kembali laman. Kemampuan untuk mengingat dan mengungkapkan kembali penga-laman sangat penting karena pengetahuan dibentuk berdasarkan interaksi individu siswa dengan pengalaman-pengalaman tersebut.

2. Kemampuan siswa untuk membandingkan, dan mengambil keputusan me-ngenai persamaan dan perbedaan suatu hal. Kemampuan membandingkan sangat penting agar siswa mampu menarik sifat yang lebih umum dari pengalaman-pengalaman khusus serta melihat kesamaan dan perbedaannya untuk selanjutnya membuat klasifikasi dan mengkonstruksi pengetahuan-nya.

3. Kemampuan siswa untuk lebih menyukai pengalaman yang satu dari yang lain (selective conscience). Melalui “suka dan tidak suka” inilah muncul

penilaian siswa terhadap pengalaman, dan menjadi landasan bagi pembentukan pengetahuannya.

Setiap pendekatan pembelajaran tentunya memiliki karakteristik dan prinsip tersendiri, adapun prinsip-prinsip konstruktivisme menurut Suparno (1997), diantaranya yaitu:

1. pengetahuan dibangun oleh siswa secara aktif; 2. tekanan dalam proses belajar terletak pada siswa; 3. mengajar adalah membantu siswa belajar;

4. tekanan dalam proses belajar lebih pada proses bukan pada hasil akhir; 5. kurikulum menekankan partisipasi siswa;


(30)

11

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mengacu kepada proses belajar konstruktivisme yang lebih menfokuskan pada kesuksesan siswa dalam mengorganisasikan pengalaman mereka. Dengan kata lain, siswa lebih di-utamakan untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka dengan mandiri melalui asimilasi dan akomodasi.

D. Learning Cycle 3 phase (LC 3 E)

Learning Cycle (LC) merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandas-kan pada pandangan konstruktivisme. Pandangan ini berasumsi bahwa mengajar bukan sebagai proses di mana gagasan-gagasan guru diteruskan pada para siswa melainkan sebagai proses untuk mengubah dan membangun gagasan-gagasan siswa yang sudah ada. Karakteristik kegiatan belajar pada masing-masing tahap

Learning Cycle, mencerminkan pengalaman belajar dalam mengkontruksi dan mengembangkan pemahaman konsep.

Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007) mengungkapkan bahwa: Siklus Belajar (Learning Cycle) atau dalam penulisan ini disingkat LC adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). LC

merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga pebelajar dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperanan aktif. Learning Cycle 3 Phase (LC 3 E) terdiri dari fase-fase eksplorasi (exploration), penjelasan konsep (concept introduction/explaination) dan penerapan konsep (elaboration).

Menurut Renner dan Abraham (1988) model Learning Cycle dikembangkan oleh pertama kali oleh Karplus, yang tergabung dalam Science Curriculum Improvement Study (SCIS) dan membagi model LC terdiri dari tiga fase, yaitu exploration, con-ceptual invention dan expansion. Terdapat istilah-istilah yang berbeda pada


(31)

pe-12

namaan fase-fase dalam model Learning Cycle, yaitu Dahar (1998) menggunakan istilah LC 3 E terdiri dari Exploration (eksplorasi), Explaination (penjelasan konsep) dan Elaboration (penerapan konsep).

Pada fase eksplorasi, guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan. Siswa menyelidiki fenomena tersebut dengan bim-bingan minimal, sehingga menimbulkan pertanyaan-pertanyaan atau kekompleks-an ykekompleks-ang tidak dapat mereka pecahkkekompleks-an dengkekompleks-an pola penalarkekompleks-an ykekompleks-ang biasa mereka lakukan. Fase ini menyediakan kesempatan bagi siswa untuk secara aktif dalan suatu aktivitas yang dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. Munculnya pertanyaan-pertanyaan tersebut sekaligus merupakan indikator ke-siapan siswa untuk menempuh ke fase berikutnya, yaitu fase pengenalan konsep.

Dalam fase penjelasan konsep, siswa lebih aktif untuk menentukan atau mengenal suatu konsep berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya di dalam fase eksplorasi. Siswa menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri, guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan mereka dan mengarahkan kegiatan diskusi, pebelajar menemukan istilah-istilah dari konsep yang dipelajari. Guru memberikan penguatan terhadap jawaban atau gagasan yang diungkapkan siswa. Selain itu, guru mengenalkan istilah-istilah, penjelasan, pengkontrasan, mengusul-kan alternatif pemecahan atau memperbaiki miskonsepsi siswa. Siswa dengan bimbingan guru mengorganisasikan datanya untuk menemukan keteraturan atau hubungan antar konsep.

Dan pada fase terakhir, yakni penerapan konsep. Fase ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk menggunakan konsep-konsep yang telah diberikan pada fase


(32)

13

pertama dan kedua untuk menyelesaikan persoalan dalam konteks berbeda. Siswa diajak untuk menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan) atau dalam konteks kehidupan sehari-hari. Fase ini memberikan kontribusi yang penting dalam proses belajar, sebab biasanya informasi itu dinilai kurang berharga jika tidak diterapkan di luar konteks di mana informasi itu dipelajari.

Learning Cycle 3 E melalui kegiatan dalam tiap fase mewadahi siswa untuk se-cara aktif membangun konsep-konsepnya sendiri dengan se-cara berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial. Implementasi Learning Cycle 3 E dalam pem-belajaran sesuai dengan pandangan konstruktivisme menurut Hudojo (2001), antara lain :

1. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berpikir. Pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman siswa,

2. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu,

3. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dan penemuan yang merupakan pemecahan masalah.

Efektivitas implementasi Learning Cycle 3 E biasanya diukur melalui observasi proses dan pemberian tes. Jika ternyata hasil dan kualitas pembelajaran tersebut ternyata belum memuaskan, maka belum dapat dilakukan siklus berikutnya yang pelaksanaannya harus lebih baik dibanding siklus sebelumnya dengan cara meng-antisipasi kelemahan-kelemahan siklus sebelumnya, sampai hasilnya memuaskan. (Fajaroh dan Dasna, 2007)


(33)

14

Cohen dan Clough dalam Fajaroh dan Dasna (2007) menyatakan bahwa LC 3 E

merupakan strategi jitu bagi pembelajaran sains di sekolah menengah karena dapat dilakukan secara luwes dan memenuhi kebutuhan nyata guru dan siswa. Dilihat dari dimensi guru, penerapan strategi ini memperluas wawasan dan me-ningkatkan kreativitas guru dalam merancang kegiatan pembelajaran. Ditinjau dari dimensi pebelajar, penerapan strategi ini memberi keuntungan berikut: 1) Meningkatkan motivasi belajar karena pebelajar dilibatkan secara aktif dalam

proses pembelajaran,

2) Membantu mengembangkan sikap ilmiah pebelajar, 3) Pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Namun dibalik segala kelebihan yang dimiliki, model ini juga memiliki beberapa keterbatasan, yaitu efektivitas pembelajaran rendah jika guru kurang menguasai materi dan langkah-langkah pembelajaran, memiliki kesungguhan dan kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran, memerlukan penge-lolaan kelas yang lebih terencana dan terorganisasi, dan memerlukan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam menyusun rencana dan melaksanakan pembel-ajaran.

Adapun lingkungan belajar yang perlu diupayakan agar Learning Cycle 3 E

berlangsung secara konstruktivistik adalah:

1) Tersedianya pengalaman belajar yang berkaitan dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa,

2) Tersedianya media pembelajaran dan berbagai alternatif pengalaman belajar jika memungkinkan,


(34)

15

3) Terjadinya transmisi sosial, yakni interaksi dan kerja sama individu dengan lingkungannya,

4) Mengkaitkan konsep yang dipelajari dengan fenomena sedemikian rupa se-hingga siswa terlibat secara emosional dan sosial yang menjadikan pem-belajaran berlangsung menarik dan menyenangkan.

E. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses sains adalah pendekatan yang didasarkan pada anggapan bahwa sains itu terbentuk dan berkembang melalui suatu proses ilmiah. Dalam pembelajaran sains, proses ilmiah tersebut harus dikembangkan pada siswa sebagai pengalaman yang bermakna. Dan suatu ciri pendidikan sains adalah bahwa sains lebih dari sekedar kumpulan yang dinamakan, fakta. Dalam upayamenghasilkan suatu konsep, kesimpulan, teori, prinsip, hukum ataupun fakta, maka sangat diperlukan kemampuan atau kecakapan untuk melaksanakan suatu tindakan dalam belajar sains.

Menurut Hariwibowo dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan kemampuan-kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu keterampilan, sedangkan pendekatan kete-rampilan proses adalah cara memandang anak didik sebagai manusia se-utuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam kegiatan belajar meng-ajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai, serta ke-terampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam bentuk kreatifitas.


(35)

16

Menurut Hartono dalam Fitriani (2009) mengemukakan bahwa:

Untuk dapat memahami hakikat IPA secara utuh, yakni IPA sebagai proses, produk dan aplikasi, siswa harus memiliki kemampuan KPS. Dalam pem-belajaran IPA, aspek proses perlu ditekankan bukan hanya pada hasil akhir dan berpikir benar lebih penting dari pada memperoleh jawaban yang benar. KPS adalah semua keterampilan yang terlibat pada saat berlangsungnya proses sains. KPS terdiri dari beberapa keterampilan yang satu sama lain berkaitan dan sebagai prasyarat. Namun pada setiap jenis keterampilan proses ada penekanan khusus pada masing-masing jenjang pendidikan.

Pendekatan keterampilan proses sains dirancang dengan beberapa tahapan yang diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep. Tahapan-tahapan pendekatan pembelajaran keterampilan proses sains menurut Dimyati dan Mudjiono dalam Fitriani (2009) :

Pendekatan keterampilan proses lebih cocok diterapkan pada pembelajaran sains. Pendekatan pembelajaran ini dirancang dengan tahapan: (1) Pe-nampilan fenomena. (2) apersepsi, (3) menghubungkan pembelajaran dengan pengetahuan awal yang dimiliki siswa, (4) demonstrasi atau eksperimen, (5) siswa mengisi lembar kerja. (6) guru memberikan pe-nguatan materi dan penanaman konsep dengan tetap mengacu kepada teori permasalahan.

Pendekatan keterampilan proses sains bukan tindakan instruksional yang berada diluar kemampuan siswa. Pendekatan keterampilan proses sains dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa. Hal itu didukung oleh pendapat Arikunto (2004), bahwa pendekataan berbasis keterampi-lan proses adalah wawasan atau anutan pengembangan keterampiketerampi-lan-keterampil- keterampilan-keterampil-an intelektual, sosial dketerampilan-keterampil-an fisik yketerampilan-keterampil-ang bersumber dari kemampuketerampilan-keterampil-an-kemampuketerampilan-keterampil-an men-dasar yang pada prinsipnya keterampilan tersebut telah ada pada siswa.

Menurut pendapat Tim Action Research Buletin Pelangi Pendidikan (1999), bahwa keterampilan proses sains dibagi menjadi dua antara lain:


(36)

17

Tabel 1. Indikator keterampilan proses sains dasar

Keterampilan dasar Indikator

Observasi (observing)

Mampu menggunakan semua indera (penglihatan, pembau, pendengaran, pengecap, dan peraba) untuk mengamati, mengidentifikasi, dan menamai sifat benda dan kejadian secara teliti dari hasil

pengamatan. Klasifikasi

(Classifying)

Mampu menentukan perbedaan, mengkontraskan ciri-ciri, mencari kesamaan, membandingkan dan me-nentukan dasar penggolongan terhadap suatu obyek Pengukuran

(measuring)

Mampu memilih dan menggunakan peralatan untuk menentukan secara kuantitatif dan kualitatif ukuran suatu benda secara benar yang sesuai untuk panjang, luas, volume, waktu, berat dan lain-lain. Dan mampu mendemontrasikan perubahan suatu satuan

pengukuran ke satuan pengukuran lain. Berkomunikasi

(communicating)

Memberikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel, menyusun dan menyampaikan laporan secara sistematis, men-jelaskan hasil percobaan, membaca tabel,

mendiskusikan hasil kegiatan suatu masalah atau suatu peristiwa.

Inferensi Mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas.

2. Keterampilan proses terpadu (Intergated Science Proses Skill), meliputi me-rumuskan hipotesis, menamai variabel, mengontrol variabel, membuat definisi operasional, melakukan eksperimen, interpretasi, merancang penyelidikan, dan aplikasi konsep.

F. Penguasaan Konsep

Menurut Dahar (1998) konsep adalah suatu abstraksi yang memiliki suatu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, hubungan-hubungan yang mempunyai atribut yang sama. Penguasaan konsep yang baik akan membantu pemakaian konsep-konsep yang lebih kompleks. Artinya, setiap konsep tidak berdiri sendiri melainkan berhubungan satu sama lain, oleh karena itu siswa


(37)

di-18

tuntut tidak hanya menghafal konsep saja, tetapi hendaknya memperhatikan hubungan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya.

Penguasaan konsep materi sangat mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar. Pendapat ini didukung oleh Djamarah dan Zain (2006) yang mengatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah ber-akhirnya melakukan aktivitas belajar. Proses belajar seseorang sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah metode pembelajaran yang digunakan guru dalam kelas. Guru sebagai pengajar harus memiliki kemampuan untuk men-ciptakan kondisi yang kondusif agar siswa dapat menemukan dan memahami konsep yang diajarkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Toulmin dalam Suparno (1997) yang menyatakan bahwa bagian terpenting dari pemahaman siswa adalah perkembangan konsep secara evolutif.

G. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini akan diuji bagaimana efektivitas pembelajaran Learning Cy-cle 3 E dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia di SMAN 4 Bandar Lampung. Kelas eks-perimen akan diterapkan model pembelajaran Learning Cycle 3 E dan untuk kelas kontrol akan diterapkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran Learning Cycle 3 E terdiri 3 fase, yaitu fase explorasi ( Exploration ), fase penjelasan konsep (Explaination ) dan terakhir fase penerapan konsep ( Elaboration).


(38)

19

Pada fase eksplorasi, guru menyajikan fakta atau fenomena yang berkaitan dengan konsep yang akan diajarkan melalui LKS. Kemudian, siswa diajak untuk meng-amati atau menyelidiki fenomena/hasil percobaan yang tersedia di LKS, dengan demikian dapat menumbuhkan rasa ingin tahu dan motivasi belajar. LKS yang digunakan dalam pembelajaran ini menggunakan LKS dengan pendekatan KPS dan mengikuti fase-fase dari Learning Cycle 3 E yang pertanyaan-pertanyaannya terkonstruk untuk melatih KPS siswa. Pada fase penjelasan konsep, siswa

dilatihkan keterampilan inferensi melalui menjawab soal-soal terstruktur di LKS. Dengan demikian, siswa akan dengan mudahnya menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri. Indikator keterampilan inferensi dalam penelitian ini adalah siswa mampu menjelaskan data hasil pengamatan dan menyimpulkan dari fakta yang terbatas.

Pada fase terakhir yaitu fase penerapan konsep, siswa diajak menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi baru, baik untuk memahami sifat-sifat konsep lebih jauh (materi pengayaan). Siswa mengerjakan evaluasi yang ada di LKS. Tujuannya untuk mengetahui pemahaman konsep siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Keutamaan penerapan konsep yaitu dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, karena siswa mengetahui penerapan nyata dari konsep yang mereka pelajari.

Sedangkan pembelajaran konvensional yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran yang selama ini diterapkan oleh guru kelas X di SMAN 4 Bandar Lampung, yaitu berupa metode ceramah dan latihan soal.


(39)

20

H. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah:

1. Siswa-siswa kelas X IPA semester ganjil SMAN 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011-2012 yang menjadi subjek penelitian mempunyai kemampuan dasar yang sama dalam penguasaan konsep kimia.

2. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan inferensi pada materi hukum-hukum dasar kimia siswa kelas X semester ganjil SMAN 4 Bandar Lampung TP 2011-2012 pada kedua kelas diusahakan sekecil mungkin sehingga dapat diabaikan.

I. Hipotesis Umum

Adapun rumusan hipotesis umum dalam penelitian ini, diantaranya sebagai berikut :

1. Pembelajaran Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi daripada pembelajar-an konvensional.

2. Pembelajaran Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep daripada pembelajaran konvensional.


(40)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung tahun ajaran 2011/2012 yang berjumlah 274 siswa dan tersebar dalam enam kelas.

2. Sampel

Dalam penelitian ini yang bertindak sebagai sampel adalah bagian dari populasi penelitian (siswa kelas X SMAN 4 Bandar Lampung). Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh pe-neliti sendiri dan berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Dari hasil wawancara dengan guru kimia yang mengajar di sekolah SMA Negeri 4 Bandar Lampung yakni Ibu Nova Putriana Daulay, S.Pd , maka peneliti menetapkan kelas X3 dan X5 sebagai sampel yang memiliki homogenitas

kemampuan penguasaan konsep.

Sampel pada penelitian ini terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen akan diterapkanmodel pembelajaran Leaning Cycle 3 E dan kelas


(41)

22

kontrol akan diterapkan pembelajaran konvensional. Kemudian peneliti menentu-kan kelas X3 sebagai kelas eksperimen dan kelas X5 sebagai kelas kontrol.

B. Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersifat kuantitatif , yaitu data hasil tes sebelum pembelajaran diterapkan (pretest) dan hasil tes setelah pembelajaran diterapkan (posttest) siswa. Sumber data dalam penelitian ini, diperoleh dari hasil pretest dan posttest.

C. Jenis dan Variabel Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuasi eksperimen dengan menggunakan Non-equivalent Control Group Design. Berikut ini merupakan desain penelitian

(Santyasa, 2006) yang akan dilakukan oleh peneliti:

Tabel 2. Desain penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

Kelas eksperimen O1 X1 O2

Kelas kontrol O1 X2 O2

O1 adalah pretest yang diberikan sebelum diberikan perlakuan, O2 adalah posttest

yang diberikan setelah diberikan perlakuan. X1 adalah perlakuan berupa

penerap-an model pembelajarpenerap-an Learning cycle3 E dan X2 adalah perlakuan berupa

pem-belajaran konvensional, yaitu pempem-belajaran yang biasa diterapkan guru kimia kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung, berupa; metode ceramah dan latihan soal.


(42)

23

Dalam penelitian ini juga, terdiri dari;

a. Variabel bebas adalah model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran Learning cycle 3 E dan pembelajaran konvensional yang biasa diterapkan guru kelas X SMAN 4 Bandar Lampung, berupa metode ceramah dan latihan soal.

b. Variabel terikat adalah penguasaan konsep dan keterampilan inferensi pada materi hukum-hukum dasar kimia dari siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

D. Jenis dan Validitas Instrumen 1. Jenis Instrumen

Jenis instrumen pada penelitian ini, antara lain; a. LKS

Kelas eksperimen menggunakan empat LKS dengan model pembelajaran

Learning cycle 3 E, sedangkan kelas kontrol menggunakan LKS yang sudah dimiliki oleh siswa.

b. Soal pretest dan posttest

Soal pretest dan posttest untuk menjaring pemahaman konsep siswa se-belum dan sesudah evaluasi pembelajaran, masing-masing terdiri dari 20 soal pilihan jamak dan 5 soal essay.

c. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan silabus yang sesuai dengan standar Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

2. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan kesahihan suatu instrumen yang telah dibuat oleh peneliti. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila


(43)

24

mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam konteks pengujian validitas ins-trumen dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu cara judgment atau penilaian, dan pengujian empirik. Penelitian ini menggunakan validitas isi.

Validitas isi suatu instrumen dapat ditentukan dengan mengkonsultasikan alat ukur yang telah disusun kepada para ahli. Dalam penelitian ini validitas instrumen dikonsultasikan dengan dosen pembimbing skripsi.

E. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan, diantaranya sebagai berikut: 1. Tahap Prapenelitian

a. Membuat surat izin pendahuluan penelitian (observasi) ke sekolah. b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti. c. Mengambil dua kelas sebagai sampel dengan cara purposive sampling.

2. Tahap Penelitian

a. Menyiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

b. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang akan diteliti, yaitu materi pokok hukum-hukum dasar kimia.

c. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) yang disesuaikan dengan tahapan model pembelajaran Learning Cycle 3 E.


(44)

25

d. Membuat soal-soal untuk model pembelajaran Learning Cycle 3 E, baik berupa soal pretest maupun soal posttest.

e. Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

f. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi pokok hukum-hukum dasar kimia sesuai dengan model pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas.

g. Peneliti melakukan posttest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.

h. Analisis data

i. Penulisan pembahasan dan menarik kesimpulan

Adapun langkah-langkah penelitian tersebut ditunjukkan pada tahap penelitian, seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Gambar 1. Tahap Penelitian Observasi

Pembahasan dan Penyimpulan

Kelas Kontrol Pretest Kelas Eksperimen

Pembelajaran konvensional

Pembelajaran

Learning cycle 3 E Posttest

Analisis data Instrumen dan Validitas


(45)

26

F. Teknik Analisis Data

Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Data yang diperoleh, kemudian dicari gain ternormalisasinya dan dianalisis menggunakan uji normali-tas dan uji homogeninormali-tas dua varians.

1. Gain ternormalisasi

Setelah sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh dari hasil

pretest dan posttest dianalisis untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran terhadap keterampilan inferensi dan peningkatan konsep hukum-hukum dasar kimia siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Menurut Meltzer, besarnya peningkatan dihitung dengan rumus indeks gain ( normalized gain), yaitu :

Data gain ternormalisasi yang diperoleh diuji normalitas dan homogenitasnya kemudian digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian.

2. Uji normalitas

Uji normalitas ini dilakukan juga untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal


(46)

27

Pengujian normalitas ini dilakukan dengan uji Liliefors, menggunakan program SPSS 16.0. Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih

AnalyzeDescriptive Statistic Explore

b. Masukkan variabel yang akan diuji ke dalam independentlist.

c. Pada display, pilih plots. Pada box plots beri tanda pada factor levels together, pada descriptive beri tanda untuk normality plots with test. Klik continue, klik

ok.

d. Terima H0, jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk nilai

sig.>0.05 dan tolak H0, jika pada kolmogorov-smirnov maupun shapiro-wilk

nilai sig. ≤ 0.05.

3. Uji homogenitas dua varians

Uji homogenitas dua varians dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama homogen atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji homogenitas adalah sebagai berikut:

H0 = data penelitian mempunyai variansi yang homogen

H1 = data penelitian mempunyai variansi yang tidak homogen

Pengujian homogenitas ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16.0 Langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

a. Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih

Analyze Compare → Means One Way → Anova

b. Masukkan variabel pretest dan posttest ke dalam dependent list dan variabel kelas ke dalam factor list.


(47)

28

c. Pada options, pilih homogeneity of variance test. Klik continue, dan klik ok. e. Terima H0, jika nilai sig.> 0,05 dan tolak H0, jika nilai sig. ≤0,05.

G. Teknik Pengujian Hipotesis

Data sampel dalam penelitian ini berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametrik (Sudjana, 2002). Uji para-metrik ini menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS 16.0.

1. Uji perbedaan dua rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan untuk mengetahui keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia yang lebih tinggi antara pembelajaran dengan model pembelajaran Learning Cycle 3 E dengan pembelajaran konvensional dari siswa SMA Negeri 4 Bandar Lampung. a. Rumusan hipotesis

1) Keterampilan inferensi

H0 : Rata-rata N-gain Keterampilan inferensi yang diterapkan dengan model

pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih rendah atau sama dengan dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.

H0 : µ1y ≤ µ2y

H1 : Rata-rata N-gain Keterampilan inferensi yang diterapkan dengan model

pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung. H1 : µ1y > µ2y


(48)

29

2) Penguasaan konsep

H0 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang

diterapkan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih rendah atau sama dengan penguasaan konsep pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.

H0 : µ1x ≤ µ2x

H1 : Rata-rata N-gain penguasaan konsep hukum-hukum dasar kimia yang

diterapkan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi dibandingkan dengan yang diberi pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.

H1 : µ1x > µ2x

Keterangan :

µ1 : Rata-rata N-gain (x,y) dengan pembelajaran menggunakan model

Learning Cycle 3 E.

µ2 : Rata-rata N-gain (x,y) dengan pembelajaran konvensional.

x : Keterampilan inferensi siswa

y : Penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia

b. Langkah statistik

Langkah uji-t dengan menggunakan SPSS 16.0, diantaranya sebagai berikut: 1) Buka lembar kerja/file input normalitas. Dari menu utama SPSS, pilih

AnalyzeCompare Means Independent sample T test

2) Masukkan variabel pretest dan posttest ke dalam test variable dan


(49)

30

3) Klik define groups kemudian ketik 1 pada group 1 dan ketik 2 pada group 2.

4) Klik continue, klik ok.

c. Kriteria uji

Terima H0 , jika sig. (2-tailed) > 0,05 dan Terima H1 atau Tolak H0 , jika sig.


(50)

31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian dan Analisis Data

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap dua kelas yang menjadi sampel penelitian, diperoleh data berupa skor pretest dan posttest keterampilan inferensi dan penguasaan konsep. Perolehan data pretest dan posttest ini selanjutnya digunakan untuk mengetahui N-gain masing-masing siswa. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh skor siswa sebagai berikut:

Tabel 4. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan inferensi siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 46 76 0,19 32 64 0,19

2 42 68 0,16 28 52 0,14

3 42 68 0,16 32 64 0,19

4 34 68 0,20 36 56 0,12

5 42 44 0,01 28 48 0,12

6 50 64 0,09 24 44 0,11

7 42 68 0,16 28 56 0,16

8 30 52 0,13 20 48 0,16

9 54 80 0,18 32 48 0,09

10 42 56 0,09 36 56 0,12

11 34 44 0,06 36 68 0,19

12 50 72 0,15 36 56 0,12

13 50 72 0,15 36 72 0,22

14 34 72 0,23 24 56 0,18

15 42 56 0,09 40 56 0,10

16 50 64 0,09 28 58 0,17


(51)

32

Tabel 4. Lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

18 38 68 0,19 44 60 0,10

19 50 68 0,12 44 60 0,10

20 38 48 0,06 32 60 0,17

21 34 80 0,28 24 64 0,23

22 34 68 0,20 28 56 0,16

23 38 64 0,16 44 68 0,15

24 46 68 0,14 28 44 0,09

25 34 92 0,35 32 64 0,19

26 46 56 0,06 28 72 0,26

27 42 68 0,16 40 56 0,10

28 46 80 0,22 40 60 0,12

29 34 52 0,11 44 56 0,08

30 50 68 0,12 20 72 0,29

31 50 68 0,12 36 72 0,22

32 38 72 0,21 40 68 0,17

33 42 92 0,32 24 36 0,07

34 42 72 0,19 20 36 0,09

35 68 72 0,03 32 64 0,20

36 50 92 0,28 32 64 0,19

37 54 80 0,18 28 52 0,14

38 58 80 0,15 40 68 0,17

39 46 92 0,30 24 44 0,11

40 64 80 0,12 36 64 0,17

X 44,33 69,30 0,16 32,10 58,05 0,15

Tabel 5. Perolehan skor pretest, posttest dan N-gain keterampilan penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol.

No. Kelas Eksperimen Kelas Kontrol

Pretest Posttest N-gain Pretest Posttest N-gain

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

1 50 75 0,50 45 50 0,09

2 75 85 0,40 50 55 0,10

3 60 85 0,62 50 60 0,20

4 55 70 0,33 40 50 0,16

5 40 80 0,66 50 55 0,10

6 65 75 0,28 55 60 0,11

7 55 70 0,33 45 50 0,09

8 70 80 0,33 50 60 0,20

9 60 70 0,25 45 50 0,09

10 80 90 0,50 75 85 0,40

11 70 75 0,16 55 65 0,22

12 50 65 0,30 45 60 0,27

13 50 65 0,30 45 50 0,09


(52)

33 32,10 58,05 44,33 69,30 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 pretest posttest Kontrol eksperimen Tabel 5. Lanjutan

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

15 70 75 0,16 55 55 0,00

16 60 65 0,12 40 55 0,25

17 35 50 0,23 50 55 0,10

18 45 65 0,36 55 65 0,22

19 50 70 0,40 70 75 0,16

20 70 75 0,16 70 80 0,33

21 60 80 0,50 55 60 0,11

22 60 65 0,12 60 65 0,12

23 50 65 0,30 45 55 0,18

24 40 75 0,58 35 50 0,23

25 50 60 0,20 50 55 0,10

26 35 80 0,69 60 75 0,37

27 45 75 0,54 50 65 0,30

28 35 85 0,76 50 60 0,20

29 65 75 0,28 65 75 0,28

30 40 75 0,58 65 70 0,14

31 50 65 0,30 55 65 0,22

32 50 80 0,60 40 60 0,33

33 50 70 0,40 40 55 0,25

34 40 70 0,50 45 60 0,27

35 75 85 0,40 65 75 0,28

36 80 90 0,50 55 70 0,33

37 50 70 0,40 45 65 0,36

38 70 80 0,33 70 75 0,16

39 60 70 0,25 40 60 0,33

40 40 65 0,41 55 70 0,33

X 55 74 0,39 52,5 62,37 0,21

Hasil rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan inferensi yang diperoleh dari siswa di kelas kontrol dan kelas eksperimen disajikan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Rata-rata skor pretest dan posttest keterampilan inferensi siswa Kelas R at a-ra ta S k o r P en g u as aa n K o n se p


(53)

34

52,5 55

62,375 74 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Kontrol Eksperimen Pretes Postes 0,15 0,21 0,16 0,39 0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4 0,45 N-gain keterampilan Inferensi

N-gain penguasaan konsep

Kelas kontrol

Kelas eksperimen Dan data hasil rata-rata skor pretest dan posttest penguasaan konsep oleh siswa disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata-rata skor pretest dan postest penguasaan konsep siswa

Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, di disajikan pada Gambar 4. berikut.

Gambar 4. Rata-rata N-gain keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen

Kelas Ra ta -ra ta Sk o r P eng ua sa a n K o ns ep Ra ta -ra ta nil a i N -g a in


(54)

35

Pada Gambar 2, terlihat bahwa perolehan skor pretest dalam penilaian keteram-pilan inferensi kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa keterampilan inferensi di kelas eksperimen lebih baik di-bandingkan di kelas kontrol. Setelah pembelajaran Learning Cycle 3E diterap-kan pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional diterapditerap-kan pada kelas kontrol, perolehan skor posttest memperlihatkan bahwa keterampilan inferensi kedua kelas tersebut mengalami peningkatan, dimana kelas eksperimen yang se-mula memiliki rata-rata skor 44,33 meningkat menjadi 69,30 dan kelas kontrol yang semula memiliki rata skor 32,10 menjadi 58,05. Perolehan nilai ini se-lanjutnya dipakai untuk mendapatkan N-gain siswa yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Pada Gambar 3 terlihat bahwa perolehan skor pretest dalam penilaian penguasaan konsep siswa di kedua kelas relatif sama. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki penguasaan konsep yang sama pada awalnya. Setelah pembelajaran

Learning Cycle 3E diterapkan di kelas eksperimen dan pembelajaran konvensio-nal diterapkan di kelas kontrol, terlihat bahwa kedua kelas mengalami kenaikan penguasaan konsep, dimana kelas eksperimen yang semula memiliki rata-rata skor 55 menjadi 74 dan kelas kontrol yang semula 52,5 menjadi 62,37. Perolehan nilai ini selanjut-nya juga dipakai untuk mendapatkan N-gain siswa yang ditunjukkan pada Gambar 4.

Dari Gambar 4, terlihat bahwa N-gain kelas eksperimen lebih tinggi dibanding-kan kelas kontrol baik dalam keterampilan inferensi maupun dalam penguasaan konsep. Di mana, dalam keterampilan inferensi pada kelas eksperimen diperoleh


(55)

36

rata-rata N-gain sebesar 0,16 dan kelas kontrol diperoleh rata-rata N-gain sebesar 0,15. Sedangkan dalam penguasaan konsep siswa, pada kelas eksperimen diper-oleh rata-rata gain sebesar 0,39 dan pada kelas kontrol diperdiper-oleh rata-rata N-gain sebesar 0,21. Perolehan rata-rata N-N-gain di atas menunjukkan bahwa pem-belajaran yang diterapkan pada kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkat-kan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep siswa dibandingmeningkat-kan pem-belajaran di kelas kontrol. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah data yang diperoleh berlaku untuk keseluruhan populasi, maka dilakukan pengujian hipotesis dengan uji-t.

Adapun langkah-langkah dalam pengujian hipotesis yaitu dengan uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas dua varian dan yang terakhir uji-t. Untuk uji normalitas dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 dan didapatkan hasil berikut ini. a. Uji normalitas

1. Uji normalitas data keterampilan inferensi

Hasil pengujian didapatkan seperti dalam tabel di bawah ini, Tabel 6. Uji normalitas keterampilan inferensi

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Eksperimen .118 40 .165 .969 40 .333

Control .118 40 .167 .964 40 .229

a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil analisis statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 6, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Sig. = 0.165 (Kolmogorov-Smirnova) dan Sig. =

0.333 (Shapiro-Wilk). Dan pada kelas kontrol diperoleh nilai Sig. = 0.167


(56)

37

ini lebih besar α = 0.05, artinya data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol berdistribusi normal.

2. Uji normalitas data penguasaan konsep. Tabel 7. Uji normalitas penguasaan konsep

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

ksperimen .119 40 .159 .963 40 .210

Control .117 40 .177 .957 40 .134

a. Lilliefors Significance Correction

Dari hasil analisis statistik sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7, untuk kelas eksperimen diperoleh nilai Sig. = 0.159 (Kolmogorov-Smirnov) dan Sig. = 0.210 (Shapiro-Wilk). Dan kelas kontrol diperoleh nilai Sig. = 0.177 (Kolmo-gorov-Smirnov) dan Sig. = 0.134 (Shapiro-Wilk). Keempat nilai Sig ini lebih besar α = 0.05, artinya data N-gain kelas eksperimen dan kelas kontrol ber-distribusi normal.

b. Uji homogenitas dua varians.

Setelah diketahui data berdistribusi normal, dilanjutkan dengan uji homoge-nitas kedua varians. Uji homogenisats ini dilakukan dengan bantuan program SPSS 16.0. Setelah dilakukan pengujian didapatkan hasil seperti berikut; 1. Uji homogenitas keterampilan inferensi

Tabel 8 Uji homogenitas keterampilan inferensi

Ngain

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(57)

38

Hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kolom tabel di atas lebih besar dari 0,05 (0,086 > 0,05), maka dapat disimpulkan bahwa data adalah homogen.

2. Uji homogenitas penguasaan konsep Tabel 9. Uji homogenitas penguasaan konsep

Ngain

Levene Statistic df1 df2 Sig.

9.843 1 78 .235

Hasilnya menunjukkan bahwa nilai signifikansi pada kolom tabel di atas lebih besar dari 0,05 (0,235 > 0,05), maka dapat disimpulkan data adalah homogen.

c. Uji-t (t-test)

Untuk uji-t, jika nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05 berarti tolak Ho terima H1.

Uji-t ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.0 dan diperoleh hasil berikut:

1. Uji-t keterampilan inferensi

Tabel 10. Uji-t keterampilan inferensi

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

S ig. (2 -ta ile d ) Mea n D if fe re n e S td . E rr o r D iff e re n e 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Ngain

Equal variances assumed

3.020 .046 1.718 78 .042 .00460 .01448 -.02422 .03342 Equal

variances not assumed


(58)

39

Dari tabel di atas diperoleh nilai sig tailed) = 0.042. Karena nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05, maka terima H1 dan tolak Ho, artinya rata-rata keterampilan

inferensi pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan model pembelajaran

learning cycle 3 E lebih tinggi dari rata-rata keterampilan inferensi siswa dengan pembelajaran konvensional.

2. Uji-t data penguasaan konsep Tabel 11. Uji-t penguasaan konsep

Levene's Test for Equality of

Variances

t-test for Equality of Means

F Sig. t Df

S ig. (2 -ta ile d ) Mea n D if fe re n e S td . E rr o r D iff e re n e 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

Ngain

Equal variances assumed

9.834 .045 5.938 78 .047 .18452 .03107 .12266 .24639 Equal

variances not assumed

5.938 63.102 .047 .18452 .03107 .12243 .24662

Dari tabel di atas diperoleh nilai sig tailed) = 0.047. Karena nilai sig (2-tailed) ≤ 0,05, maka terima H1 dan tolak Ho, artinya rata-rata penguasaan

konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan model pembelajaran

learning cycle 3E lebih tinggi dari rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.


(59)

40

B. Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang dilaksanakan di kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun ajaran 2011-2012. Penelitian di-laksanakan mulai tanggal 10 November 2011 sampai dengan 27 November 2011. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk memperoleh model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan keterampilan inferensi dan penguasaan konsep pada meteri hukum-hukum dasar kimia di SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

Pada 10 November 2011 dilaksanakan pretest, sedangkan pada 27 November 2011 dilaksanakan posttest. Pretest dan posttest dilakukan untuk menjaring pe-mahaman konsep siswa sebelum dan sesudah evaluasi pembelajaran, Berdasarkan data penelitian dan analisisnya, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol ter-jadi peningkatan skor keterampilan inferensi dan penguasaan konsep dari pretest

ke posttest. Walaupun di kedua kelas sampel terjadi peningkatan, namun ber-dasarkan data analisis tersebut, peningkatan yang lebih tinggi terjadi pada kelas eksperimen.

Perbedaan ini diyakini karena pada kelas kontrol siswa memperoleh informasi langsung dari guru dan kurang berinteraksi dengan siswa lain. Sedangkan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 3E yang memungkinkan siswa untuk berperan aktif dalam menemukan dan membangun konsep. Hal ini sesuai dengan fakta yang terjadi setiap tahap pembelajaran di kedua kelas selama penelitian berlangsung.


(60)

41

Proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen

Langkah pembelajaran Learning Cycle pada penelitian ini mengikuti pendapat yang dikemukakan oleh Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007). Menurut Karplus dan Their dalam Fajaroh dan Dasna (2007), Learning Cycle

terdiri dari tiga fase, yaitu Exploration (eksplorasi), Explanation (penjelasan konsep) dan Elaboration (penerapan konsep).

Pertemuan pertama pada 12 November 2011 di kelas eksperimen, pembelajaran dimulai dengan fase eksplorasi (Exploration). Pembelajaran dimulai dengan guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pokok yang disampaikan adalah hukum-hukum dasar kimia dengan submateri hukum Lavoisier atau hukum kekekalan massa.

Mula-mula, guru mengajukan pertanyaan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai konsep bagaimana massa zat sebelum dan sesudah reaksi (hukum Lavoisier), misalnya : ”Pernahkah kalian melihat proses pembakaran kayu, zat apakah yang tersisa dari pembakaran kayu tersebut? Samakah berat kayu semula dengan abu sisa pembakaran. Dan apakah jumlah massa zat sebelum reaksi dan sesudah reaksi tersebut sama ?. “ Setelah siswa menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut, kemudian siswa akan mencari kebenaran pada jawaban sementara mereka, yakni dengan cara memperhatikan percobaan yang akan di-demonstrasikan oleh guru. Hal tersebut dilakukan agar keingintahuan siswa terhadap pelajaran semakin tinggi.

Selanjutnya, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelom-pok diberi LKS 1. LKS yang digunakan oleh kelas eksperimen, menggunakan


(61)

42

LKS dengan pendekatan KPS dan mengikuti fase-fase dari Learning Cycle 3 E

yang pertanyaan-pertanyaannya terkonstruk untuk melatih KPS siswa dan mem-bangun konsep kimia. Data-data hasil pengamatan ataupun percobaan yang tersedia di LKS tersebut, bersumber dan dimodifikasi dari buku materi kimia kelas X SMA.

Sebelum demonstrasi percobaan dimulai, guru meminta dua siswa untuk mem-bantu guru dalam melakukan percobaan. Saat demonstrasi berlangsung, semua siswa merasa kagum dengan demonstrasi yang akan dimulai sehingga suasana kelas pun menjadi sangat kondusif. Sebab, percobaan yang dilakukan kali ini merupakan percobaan yang pertama kalinya untuk mereka. Dengan adanya ke-giatan ini telah membuat siswa terlatihkan KPS, berupa mengamati reaksi yang terjadi saat percobaan dan mengkomunikasikan hasil percobaan ke dalam tabel pengamatan.

Selanjutnya, dalam fase penjelasan konsep (Explaination) seluruh siswa mendis-kusikan hasil percobaan tersebut dengan bimbingan guru. Setelah berdiskusi, untuk memperoleh inti konsep dari pembelajaran kimia ini, maka guru meminta perwakilan kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka. Dengan di-adakannya kegiatan presentasi akan terjalin interaksi komunikasi antar kelompok, memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide dan mengungkap-kan pendapatnya, serta terjalin komunikasi kognitif yang baik sehingga dapat me-ningkatkan daya pikir siswa.

Setelah beberapa siswa berusaha menyimpulkan, kemudian guru memberikan pe-mantapan konsep apabila kesimpulan yang disampaikan oleh siswa masih belum


(62)

43

sempurna. Dalam fase ini, tanpa sadar siswa mulai melatih keterampilan inferensi mereka. Dengan terlibatnya siswa dalam membangun konsep kimia, maka pada fase ini siswa akan lebih mudah memahami konsep kimia dan konsep yang di-terima bukan lagi sekedar hafalan.

Selanjutnya adalah fase penerapan konsep (Elaboration), guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi yang terdapat dalam LKS 1. Dari konsep yang diperoleh pada fase penjelasan konsep, dapat memudahkan siswa untuk men-jawab persoalan-persoalan terkait dengan materi yang dipelajarinya. Pada fase ini, siswa menerapkan konsep yang telah mereka dapat pada situasi (masalah) baru dan masing-masing siswa dilatihkan kembali keterampilan inferensi yaitu menyimpulkan dari fakta yang terbatas (data hasil pengamatan).

Berdasarkan hasil pengamatan pada pertemuan pertama diketahui bahwa, pada saat siswa melakukan kegiatan diskusi terlihat ada beberapa siswa yang mengo-brol dengan teman dan belum memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang dibebankan dalam kelompok mereka. Hal ini disebabkan karena ada sebagian kecil siswa yang mengerjakan tugas atau LKS secara mandiri tanpa saling ber-bagi pendapat dengan teman yang lain dalam kelompoknya.

Dalam pembelajaran yang lama yaitu pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru kelas X SMA Negeri 4 Bandar Lampung, guru secara langsung menjelaskan konsep dan siswa tidak dilatih untuk memecahkan suatu permasalahan. Kebiasa-an yKebiasa-ang seperti inilah, telah menyebabkKebiasa-an siswa menjadi malas berpikir, sehingga siswa kurang mampu mengkonstruksi pengetahuannya. Padahal dalam arti


(63)

pem-44

belajaran yang sesungguhnya, siswa harus benar-benar dibimbing untuk menemu-kan konsep dan terampil dalam menyimpulmenemu-kan dari fakta yang tersedia di LKS.

Pada 17 November 2011 memasuki pertemuan kedua, sub materi yang disampai-kan adalah hukum Proust. Sama halnya dengan pertemuan pertama, pertemuan kedua ini dimulai dengan fase eksplorasi. Di dalam fase eksplrosai, guru menggali pengetahuan awal siswa dengan memberikan tabel hasil eksperimen Proust yakni reaksi tembaga dengan belerang. Pada fase ini, awalnya siswa mengalami kesulit-an dalam mengkomunikasikkesulit-an tabel pengamatkesulit-an. Hal tersebut dapat terjadi, di-karenakan pada pembelajaran yang lama siswa tidak dilatihkan sama sekali dalam mengkomunikasikan tabel pengamatan. Namun, setelah mendapatkan bimbingan atau pengarahan dari guru, siswa sudah dapat mengkomunikasikan tabel peng-amatan yang lainnya.

Pembelajaran bermakna yang berlangsung pada fase penjelasan konsep, siswa diminta menjelaskan hasil pengamatan dan membuat kesimpulan dari tabel pengamatan pada LKS 2. Dengan demikian, guru telah melatih dan mengem-bangkan keterampilan inferensi siswa. Saat berdiskusi, siswa kembali mengalami kesulitan dalam membuat kesimpulan. Namun, setelah mendapatkan bimbingan atau pengarahan dari guru, siswa dapat mengkomunikasikan tabel pengamatan dan paham dengan materi yang mereka pelajari. Dalam fase penerapan konsep, siswa diminta mengerjakan soal evaluasi pada LKS 2. Dikarenakan siswa sudah memiliki pemahaman konsep tentang hukum Proust, siswa pun menjadi


(64)

45

Dari hasil pengamatan pada pertemuan kedua, terlihat bahwa guru sudah memper-baiki kinerjanya. Di mana, telah berkurangnya jumlah siswa yang mengobrol dan berkurangnya siswa yang mengerjakan tugas atau LKS secara mandiri tanpa saling berdiskusi dengan teman yang lain dalam kelompoknya.

Sub materi yang disampaikan pada pertemuan ketiga adalah hukum Dalton, yang dilaksanakan pada 19 November 2011. Pada fase eksplorasi, mula-mula guru me-numbuhkan rasa ingin tahu siswa dengan memberikan beberapa contoh senyawa-senyawa yang dapat terbentuk dari pasangan unsur yang sama, misalnya karbon monoksida (CO) dan karbon dioksida (CO2) adalah dua senyawa yang terbentuk

dari pasangan unsur yang sama yaitu karbon dan oksigen. Dari tabel-tabel yang terdapat dalam LKS 3, siswa dapat membangun konsep dengan cara mengamati, membandingkan dan mengkomunikasikannya.

Pada fase penjelasan konsep, siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS 3. Setelah berdiskusi, guru meminta perwakilan dari setiap kelompokmempresentasikan kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan. Pembelajaran pada pertemuan ketiga ini, siswa kembali dilatihkan keterampilan inferensi yaitu menjelaskan hasil pengamatan dan membuat kesimpulannya. Selanjutnya adalah fase penerap-an konsep, guru meminta siswa untuk mengerjakpenerap-an soal evaluasi pada LKS 3.

Pada pertemuan keempat, submateri yang disampaikan adalah hukum Gay Lussac dan hipotesis Avogadro dan dilaksanakan pada 24 November 2011. Indikator yang ingin dicapai dalam pertemuan ini yaitu membuktikan berdasarkan data berlakunya hukum perbandingan berganda pada beberapa senyawa,


(1)

kan data percobaan untuk membuktikan hukum perbandingan volume dan meng-hitung volume gas pereaksi atau hasil pereaksi berdasarkan hukum Gay Lussac. Kegiatan pembelajaran dalam pertemuan keempat, pada fase eksplorasi siswa diberi LKS 4. Siswa melakukan pembelajaran dengan mengamati tabel yang ter-dapat di dalam LKS 4.

Fase penjelasan konsep, siswa berdiskusi di dalam kelompoknya masing-masing untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam LKS 4 dan menarik kesimpulan dari pembelajaran. Saat berdiskusi, siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan rumus molekul gas hidrogen, gas klorin, hidrogen klorida, gas oksigen, uap air, gas nitrogen dan gas amoniak. Namun, setelah mendapatkan bimbingan atau pengarahan dari guru, siswa menjadi paham dengan materi yang mereka pelajari.

Setelah siswa berdiskusi, guru meminta perwakilan dari setiap kelompok untuk mempresentasikan kesimpulan dari pembelajaran yang dilakukan, sedangkan kelompok yang lain memperhatikan, mengamati dan menanggapi hasil persentasi perwakilan kelompok. Ketika kesimpulan siswa kurang bermakna, guru me-mantapkan kesimpulan dari pembelajaran hukum perbandingan volume. Pada fase penerapan konsep, guru meminta siswa untuk mengerjakan soal evaluasi (materi pengayaan) yang ada di dalam LKS 4.

Dalam setiap pertemuan dan setipa proses presentasi berlangsung, guru me-motivasi siswa dengan selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih banyak bertanya apabila ada yang tidak dimengerti dan untuk saling bertukar


(2)

47

pikiran kepada siswa lain dalam memecahkan masalah (membuat suatu kesimpul-an). Dan jika ada siswa yang memberikan kesimpulan dengan baik, guru mem-berikan pujian kepada siswa tersebut dengan tujuan siswa yang lain lebih antusias untuk berpendapat dan aktif dalam mengikuti pelajaran.

Proses pelaksanaan pembelajaran pada kelas eksperimen

Pelaksanan pembelajaran pada kelas kontrol, guru lebih mendominasi dalam proses belajar. Guru secara langsung menyampaikan konsep materi dengan meng-gunakan metode ceramah. Pembelajaran yang berjalan dengan begitu monoton, menyebabkan minat dan antusias siswa untuk mengikuti pelajaran pun sangat kurang. Serta, hanya beberapa siswa yang ingin bertanya apabila ada konsep yang kurang dipahami. Sedangkan siswa lain, hanya diam dan mencatat.

Dengan tidak aktifnya peran siswa dalam pembelajaran kimia pada kelas kontrol, maka keterampilan inferensi siswa tidak akan berkembang dan tingkat penguasa-an konsepnya pun dapat dikatakpenguasa-an masih kurpenguasa-ang. Kenyatapenguasa-an ini diperkuat dari hasil penelitian ini, bahwa rata-rata penguasaan konsep pada kelas kontrol lebih rendah dari rata-rata penguasaan konsep pada kelas eksperimen.

Dari fenomena yang terjadi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa model pembelajaran Learning Cycle 3 E pada materi hukum-hukum dasar kimia lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan in-ferensi dan penguasaan konsep siswa SMAN 4 Bandar Lampung. Adapun keuntungan dari menggunakan model pembelajaran Learning Cycle 3E dalam penelitian ini adalah dapat meningkatkan motivasi belajar dan kemampuan ber-pikir sains siswa dalam membangun konsep, serta siswa dapat menguasai konsep.


(3)

V. SIMPULAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data, pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah diuraikan di bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Rata-rata N-gain keterampilan inferensi siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi daripada pem-belajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.

2. Rata-rata N-gain penguasaan konsep pada materi hukum-hukum dasar kimia dengan pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional siswa SMAN 4 Bandar Lampung.

3. Pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih efektif dalam meningkatkan keteram-pilan inferensi siswa pada materi hukum-hukum dasar kimia SMA Negeri 4 Bandar Lampung.

4. Pembelajaran Learning Cycle 3 E lebih efektif dalam meningkatkan penguasa-an konsep materi pada hukum-hukum dasar kimia siswa SMA Negeri 4 Bpenguasa-andar Lampung.


(4)

49

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:

1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian serupa, harus menguasai materi, memiliki kesungguhan dan kreativitas dalam merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. Serta, memperhatikan ketercapaian kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan sekolah.

2. Pembelajaran Learning Cycle 3 E dapat dipakai sebagai alternatif model pem-belajaran bagi guru dalam membelajarkan materi hukum-hukum dasar kimia dan materi lain dengan karakteristik yang sama.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aqiqo, S. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle 3 Fase Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Penguasaan Konsep Pada Materi Hidrokarbon (PTK Kelas X7 Sma Negeri 10 Bandar Lampung Tp 2009-

2010).Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Sains Mahasiswa Program

Pendidikan Jarak Jauh SI PGSD Universitas Sriwijaya. Seminar Proseeding of The International Seminar of Science Education, 27 Oktober 2007. Bandung.

Dahar, R.W. 1998. Teori-teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Darma, K. 2007. Pengaruh model pembelajaran konstruktivisme terhadap prestasi belajar matematika terapan pada mahasiswa Politeknik Negeri Bali. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan No.70. Diakses tanggal 24 Oktober 2009. http://www.depdiknas.go.id/publikasi/balitbang/070/j70_08.pdf. Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta.

Jakarta.

Djamarah, S. B dan A. Zain. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Fajaroh, F. Dan I W. Dansa. 2007. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar (learning cycle). Universitas Negeri Malang. Malang.

Fitriani, D. 2009. Penerapan Model Siklus Belajar Empiris-Induktif (SBEI) Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep laju Reaksi. Skripsi. FKIP Unila. Bandar Lampung.

Koestoro, B dan Basrowi. 2006. Strategi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yayasan Kampusina. Surabaya.

Panen, Paulina, D. Mustafa, dan M. Sekarwinahyu. 2001. Konstruktivisme dalam Pembelajaran. Dikti. Jakarta.


(6)

51

Renner dan Abraham. 1988. The Learning Cycle as a Tool for Planing Science Instruction. Diakses tanggal akses: 12 Maret 2011. http.//www.coe.ilstu. eduscienceed/lorsbach/257lrcy.htm.

Santyasa, 2006. Metodologi penelitian peningkatan kualitas pembelajaran (PPKP). Makalah. Disajikan dalam Pelatihan Para Dosen Universitas Pen-didikan Ganesha tentang Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran di Perguruan Tinggi Tanggal 2 November 2006, di Universitas Pendidikan Ganesha.

Sudjana, N. 2002. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung. Suparno, P. 1997. Filsafat Konstruktivisme dalam Pendidikan. Kanisius. Jakarta.

Tim action Research Buletin Pelangi Pendidikan. 1999. Proses Belajar Mengajar. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Tim Penyusun. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. UNILA. Bandar Lampung.

Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivisme. Prestasi Pustaka Publisher. Jakarta.

Wirtha, I M., & Rapi, N. K. 2008. Pengaruh model pembelajaran dan penalaran formal terhadap penguasaan konsep fisika dan sikap ilmiah siswa SMA Negeri 4 Singaraja. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. IKIP Negeri Singaraja. Singaraja.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3 E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 5 17

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN PENGUASAAN KONSEP

0 3 35

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA

0 8 52

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DAN PENGUASAAN KONSEP

0 24 44

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM - HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 11 66

EFEKTIVITAS MODEL LEARNING CYCLE 3E DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP KESETIMBANGAN KIMIA

0 13 48

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI PADA SISWA SMA

0 5 48

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI HUKUM-HUKUM DASAR KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 1

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI REAKSI OKSIDASI- REDUKSI DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN INFERENSI DAN PENGUASAAN KONSEP

0 8 61

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 3E PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGKOMUNIKASIKAN DAN INFERENSI

0 12 43