PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Kasus: Pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

Budi Roviatin

ABSTRAK

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Kasus: Pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh Budi Roviatin

Dalam pembelajaran inkuiri, siswa berusaha menemukan sendiri konsep matematis melalui beberapa langkah sehingga siswa dapat lebih memahami konsep matematis. Dalam pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker, siswa terlibat aktif dalam pembelajaran sehingga mudah dalam menguasai konsep matematis dan konsep tersebut akan tersimpan lama dalam diri siswa.

Penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen yang bertujuan untuk mengeta-hui pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker pada pokok bahasan KPK dan FPB. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan. Sampel diambil secara acak dan diperoleh kelas IV A sebagai kelas eksperimen dan kelas IV B sebagai kelas kontrol. Desain penelitian menggunakan posttest control design. Data diperoleh melalui dokumentasi dan posttes. Instrumen tes yang digunakan berbentuk esai dengan indikator pemahaman konsep matematis.


(2)

Budi Roviatin Hasil analisis menunjukkan bahwa dari 27 siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker siswa tuntas belajar mencapai 70,4% dengan rata-rata sebesar 75,5. Sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa tuntas mencapai 42,3% dengan rata-rata sebesar 66,5 dengan banyak siswa 26. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis diketahui bahwa rata-rata nilai siswa dengan pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker lebih dari rata-rata siswa dengan pembelajaran konvensional dengan taraf signifikansi 5%. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012/2013.


(3)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Pengaruh Pembelajaran Inkuiri dengan Selingan (Ice Breaker) terhadap Pemahaman Konsep Matematis (Studi pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa terselesaikannya penyusunan skripsi ini ti-dak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lam-pung beserta staff dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini;

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, sekaligus pembimbing utama atas kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung;


(4)

4. Bapak Dr. Budi Koestoro, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik sekaligus penguji utama atas sumbangan pemikiran dan saran baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini menjadi lebih baik; 5. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku pembimbing pembantu atas

ke-sediaannya memberikan bimbingan, saran, dan kritik baik selama perkuliahan maupun selama penyusunan skripsi;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyele-saikan studi;

7. Bapak Drs. Joko Suwanto selaku Kepala SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang telah memberikan izin penelitian;

8. Ibu Hj. Sriyati, S.Pd selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian;

9. Ibu dan Bapak tersayang yang selalu mendoakan, dan selalu menjadi penyemangat dalam hidupku;

10. R. Hadi Sanyoto, Mas Ari, Mbak Siti, Mbak Santi dan Mbak Tanti yang selalu memberi motivasi, doa dan bantuan materi sehingga penulis dapat menyelesaikan studi.

11. Rr. Sri Ana Utami yang telah memberi naungan berlindung hingga penulis bisa menyelesaikan studi.

12. Budi Wahyu Prafitrianingsih yang selalu menemani langkah awalku dalam penyusunan skripsi.

13. Keluarga besar tercinta yang selalu memberikan semangat dan doa.

14. Teman-teman seperjuangan di Pendidikan Matematika 2008 Reguler dan teman-teman 2008 Mandiri.


(5)

15. Kakak tingkat angkatan 2005, 2006, dan 2007 dan adik tingkat angkatan 2009, 2010, dan 2011.

16. Abi Sungkowo, Umi Sukatmini, Izzah, Sulis dan Ukhti yang telah menjadi keluarga kecilku di Kibang Budi Jaya.

17. Teman-teman PPL MAN Kibang Budi Jaya : Desi, Pipit, Anggi, Ika, Susi, Elda, Tika Iis, Heri dan Tyo atas kebersamaan selama 3 bulan yang luar biasa; 18. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi

ini.

Penulis berharap semoga Allah Yang Maha Kuasa senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis,

Budi Roviatin


(6)

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Kasus: Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu SelatanSemester Ganjil

Tahun Pelajaran 2012/2013) Oleh

BUDI ROVIATIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(7)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah yang Maha Kuasa, ku persembahkan

karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibu dan Bapak tersayang yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu

mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan yang tulus

ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilan putrimu.

Mas Ari, Mbak Siti, Mbak Santi , Mbak Tanti serta keluarga besarku yang

selalu memberikan doa dan motivasi demi kelulusanku menjadi seorang sarjana.

Seseorang yang akan menjadi imam dalam hidupku.

Para pendidik yang telah mendidikku.


(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Caswita, M.Si.

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Budi Koestoro, M.Pd.

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Semarang pada tanggal 11 Oktober 1989, sebagai anak keempat dari empat bersaudara, putri dari pasangan Bapak R. Triadi dan Ibu Sri Budiarti.

Penulis mengenyam pendidikan di TK PGRI Karang Anyar Gunung Semarang pada tahun 1995, selanjutnya bersekolah di SD Negeri Karang Anyar Gunung 04 Semarang tahun 1996, pada tahun 2002 Penulis melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 17 Semarang, pada tahun 2005 melanjutkan pendidikan di SMA Negeri 9 Semarang dan lulus pada tahun 2008. Penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2008 melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) dengan mengambil program studi Pendidikan Matematika.

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Lambu Kibang Kecamatan Kibang Budi Jaya Kabupaten Tulang Bawang Barat dan menjalani Program Pengalaman Lapang (PPL) di MAN 1 Kibang Budi Jaya. Kegiatan kemahasiswaan yang pernah diikuti diantaranya Eksakta Muda (Eksmud) dan UKM Penelitian.


(10)

Motto

Bagaimana bisa disebut pandai, orang yang menukar

syurga dengan hawa nafsu sesaat

( Ibnul Qoyyim )

Insanity is doing the same thing over and over again, and

expecting to have different result

( Albert Einstein)

Perbaiki diri dahulu sebelum mencela orang lain

( Budi Roviatin )


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka ... 8

1. Belajar dan Pembelajaran... 8

2. Pembelajaran Inkuiri ... 12

3. Ice Breaker ... 16

4. Pemahaman Konsep Matematis ... 17

B. Kerangka Pikir ... 19

C. Anggapan Dasar dan Hipotesis ... 20

1. Anggapan Dasar ... 20

2. Hipotesis ... 21 Halaman


(12)

vi III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 22

B. Desain Penelitian ... 23

C. Data Penelitian ... 25

D. Teknik Pengumpulan Data ... 25

E. Instrumen Penelitian dan Pengembangan ... 26

1. Validitas ... 27

2. Reliabilitas Tes ... 29

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 29

1. Uji Normalitas ... 29

2. Uji Kesamaan DuaVarians (Homogenitas) ... 30

3. Uji Hipotesis ... 31

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa ... 32

2. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematika ... 34

B. Pembahasan ... 36

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 40

B. Saran ... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 42


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Posstest Only Control Design ... 25

3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep ... 28

3.3 Interpretasi Nilai Daya Pembeda ... 31

3.4 Interprestasi Nilai Tingkat Kesukaran ... 33

3.5 Hasil Uji Normalitas untuk Distribusi Data Skor Posstest ... 35

3.6 Hasil Uji Homogenitas untuk Distribusi Data Skor Posstest ... 36

4.1 Hasil Posstest Pemahaman Konsep Matematika ... 39


(14)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Budi Roviatin NPM : 0813021022

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengeta-huan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diter-bitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Juli 2012 Yang Menyatakan

Budi Roviatin NPM 0813021022


(15)

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN ICE

BREAKER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS

(Kasus: Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012-2013)

(Skripsi)

Oleh Budi Roviatin

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(16)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga pendidikan merupakan salah satu harapan besar yang menjadi andalan bagi negeri ini agar bisa bangkit dari keterpurukan dengan meningkatkan kualitas pendidikan. Dengan terselenggaranya pendidikan yang berkualitas akan tercipta manusia yang cerdas dan terampil yang dapat bersaing secara terbuka di era global. Pendidikan menuntut adanya pembenahan dan penyempurnaan terhadap aspek subtansif yang mendukungnya, yaitu kurikulum dan tenaga profesional yang melaksanakan kurikulum tersebut yaitu guru.

Kurikulum pendidikan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan. Kurikulum yang berlaku di Indonesia saat ini adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain adanya perubahan kurikulum, juga perlu diterapkan strategi, model, teknik, pendekatan, dan metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep yang diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah siswa dalam memahami materi. Selain hal-hal tersebut, siswa juga mempunyai peran penting dalam peningkatan mutu pendidikan, yaitu dengan merubah pola belajar siswa, misalnya siswa yang semula pasif saat ini harus dituntut lebih aktif dalam mengikuti pelajaran. Materi pelajaran yang diterima siswa tidak hanya berasal dari guru, tetapi siswa juga perlu menggali informasi lebih dalam tentang materi


(17)

2

yang diajarkan dari berbagai referensi yang ada seperti buku-buku lain di perpustakaan, media cetak, maupun media elektronik.

Menurut pasal 1 ayat 20 Sistem Pendidikan Nasional, Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran adalah hubungan timbal balik antara guru dengan peserta didik dalam rangka melaksanakan suatu proses belajar mengajar dengan tujuan meningkatkan ilmu pengetahuan dan kemampuan berfikir peserta didik.

Matematika merupakan pelajaran yang bersifat abstrak. Keabstrakan matematika menyebabkan pelajaran ini menjadi sulit dipahami bagi peserta didik. Selain itu, cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi pelajaran masih bersifat satu arah, yaitu guru menjelskan materi pelajaran dan siswa mendengarkan. Hal ini mengakibatkan siswa hanya sekedar objek sehingga siswa tidak berpartisipasi aktif dalam pembelajaran.

Matematika yang bersifat abstrak dan cara mengajar guru yang masih bersifat satu arah pada akhirnya membawa dampak suasana belajar yang tidak menyenangkan, siswa juga bosan dengan materi yang diberikan guru karena sulit dimengerti oleh pemahaman siswa. Dampaknya adalah siswa tidak mampu membuat kaitan antara yang dipelajari dengan bagaimana pengetahuan itu dimanfaatkan, serta penguasaan materi hanya sesaat dan tidak bertahan lama. Penguasaan materi oleh siswa dapat dicapai melalui pembelajarn inkuiri. Melalui langkah dalam inkuiri, siswa dapat menyimpulkan konsep matematis dalam materi yang telah dipelajari.


(18)

3

Pembelajaran inkuiri mendasarkan pada kecenderungan pemikiran bahwa belajar tidak hanya sekedar menghafal tetapi juga memahami dan mengalami, bukan dari pemberian guru ataupun orang lain. Menurut Kindsvatter (dalam Suparno, 2007: 68) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Inkuiri terbimbing adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Pembelajaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam belajar. Perbedaan inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut.

Pembelajaran inkuiri cocok untuk karakteristik siswa yang sebenarnya aktif dalam pembelajaran tetapi karena guru dominan dalam pembelajaran sehingga siswa tidak dapat aktif. Pembelajaran inkuiri memiliki karakteristik yaitu: Pertama, strategi inkuiri menekankan kepada aktifitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan, artinya pendekatan inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Kedua, seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri. Artinya dalam pendekatan inkuiri menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa. Ketiga, tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental, akibatnya dalam pembelajaran inkuiri siswa tidak hanya dituntut agar menguasai pelajaran, akan tetapi bagaimana mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya.


(19)

4

Karakteristik siswa di Sekolah Dasar Negeri 1 Pringsewu Selatan menurut penuturan dari pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan merupakan siswa yang pandai, terbukti dari sekolah ini merupakan Rintisan Sekolah Daerah Bertaraf Internasional, namun sayangnya guru masih dominan dalam pembelajaran. Pembelajaran yang masih didominasi oleh guru menyebabkan siswa jenuh, untuk mengatasi kejenuhan siswa, ice breaker sangat membantu dalam proses pembelajaran.

Hasil observasi dan wawancara di beberapa Sekolah Dasar di Pringsewu serta berdasarkan pengalaman peneliti selama Kerja Kuliah Nyata, diketahui bahwa materi pokok bahasan KPK dan FPB merupakan materi yang sulit. Hasil wawan-cara dengan guru pelajaran matematika di SD Negeri 1 Pringsewu Selatan, diketahui bahwa pembelajaran hanya sebatas menghafal dari materi yang diberikan, serta siswa kurang serius dalam mengikuti pembelajaran. Ketika dila-kukan pengamatan di kelas, siswa tidak aktif dalam pembelajaran sehingga kegiatan pembelajaran tidak terlaksana dengan baik. Selain siswa kurang aktif, guru juga masih melakukuan pembelajaran konvensional, yaitu menggunakan pembelajaran ekspositori.

Ice Breaker berfungsi untuk menyegarkan otak atau memecahkan kejenuhan

siswa dalam memperoleh materi pelajaran. Ice breaker yang dilakukan tidak perlu lama-lama. Dengan menyisipkan ice brekaer dalam setiap pembelajaran diharapkan daya tangkap siswa dapat lebih maksimal dan suasana belajar di kelas pun menjadi selalu segar.


(20)

5

Alasan rasional menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing yaitu melalui inkuiri terbimbing, siswa akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai matematika dan akan lebih tertarik dengan matematika jika mereka dilibatkan secara aktif. Terkadang dengan pembelajaran yang sering dilakukan, siswa akan mudah bosan dan jenuh. Untuk menanggulangi kejenuhan siswa, maka dapat dilakukan selingan ice breaker dalam pembelajaran.

Dalam pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker ini, tugas guru adalah memfasilitasi siswa dalam proses penemuannya, siswa benar-benar mengalami dan menemukan sendiri apa yang dipelajari sehingga dapat menciptakan pembelajaran dengan suasana yang menyenangkan, inovatif, dan efektif yang dapat meningkatkan pemahaman konsep. Dengan demikian, pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker diduga akan lebih bermakna sehingga membantu siswa dalam pemahaman konsep matematis.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah ada pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu selatan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep matematis pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan.


(21)

6

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya memperbaiki mutu pembelajaran matematika.

2. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran bagi khasanah ilmu pengetahuan dalam bidang matematika.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Inkuiri dapat diartikan sebagai ikut serta, atau terlibat, dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan, mencari informasi, dan melakukan penyelidikan. Pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi 2 yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Dalam penelitian ini digunakan inkuiri terbimbing. Inkuiri terbimbing adalah pembelajaran inkuiri dimana guru membimbing siswa melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan awal dan mengarahkan pada suatu diskusi. Siswa berdiskusi dengan bantuan LKK yang bertujuan untuk mengarahkan siswa dalam pembelajaran inkuiri. Pembelajaran inkuiri terbimbing ini bertujuan untuk memberikan cara bagi siswa untuk membangun kecakapan-kecakapan intelektual (kecakapan berpikir) terkait dengan proses-proses berpikir reflektif.

2. Bentuk ice breaker ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh, sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan fikiran, serta dapat


(22)

7

juga dilakukan dengan melakukan senam otak. Dalam penelitian ini, bentuk

ice breaker yang digunakan yaitu lagu-lagu atau nyanyian yang disertai

gerakan tubuh.

3. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dalam penelitian ini ialah pembelajaran dimana dilakukan ice breaker pada waktu siswa bosan ketika melakukan pembelajaran. Hal ini dilakukan karena biasanya dalam pembelajaran, apalagi pembelajaran matematika, siswa sudah bosan dan jenuh. Untuk itu ice breaker dilakukan selama kurang lebih 5 menit kemudian dilanjutkan dengan pembelajaran inkuiri.

4. Pemahaman konsep adalah kemampuan untuk memperoleh makna dari ide abstrak sehingga dapat digunakan/ memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan atau menggolongkan suatu objek. Indikator kemampuan pemahaman konsep dalam penelitian ini yaitu menyatakan ulang suatu konsep, mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu, memberikan contoh dan non contoh suatu konsep, menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representatif matematika, mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep, menggunakan/memanfaatkan/ memilih prosedur tertentu atau algoritma ke dalam pemecahan masalah.

5. Pemahaman konsep matematis dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis dengan materi KPK dan FPB.


(23)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

Belajar merupakan kegiatan yang memiliki proses dan merupakan unsur yang sangat penting dan fundamental dalam setiap penyelanggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik di sekolah ataupun di lingkungan rumah. Maka, pemahaman yang benar mengenai arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak diperlukan oleh para pendidik khususnya para guru. Kekeliruan atau ketidaklengkapan persepsi yang dimiliki siswa terhadap proses belajar dan hal-hal yang berkaitan dengannya akan berakibat kurangnya hasil pembelajaran yang dicapai oleh siswa. Menurut Arsyad (2007:1), “belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya”. Jadi belajar bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja tanpa harus secara formal dilingkungan sekolah. Sedangkan belajar menurut Gagne (dalam Dahar, 1989:11), “belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman”. Jadi belajar menyangkut perubahan dalam suatu makhluk hidup yang membutuhkan waktu sebagai bentuk proses.


(24)

9 Untuk mengukur belajar, kita amati perilaku makhluk hidup sebelum dan sesudah diberi suatu perlakuan atau pengalaman tertentu. Jika ada perubahan perilaku, berarti makhluk hidup tersebut itu telah belajar.

Menurut Hilgard dan Bower (dalam Purwanto, 1994:84), bahwa: “Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu”. Perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan, atau keadaan-keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya). Pengalaman yang dialami secara terus menerus secara otomatis manusia akan mempelajarinya sehingga perubahan terjadi pada diri seseorang tersebut, dan perubahan itu tidak dapat dijelaskan secara pasti bisa jadi pengalaman yang sama atau hampir sama dialami oleh beberapa orang tetapi perubahan tingkah laku yang terjadi menjadi berbeda pada masing-masing orang.

Uno (2008: 17) berpendapat bahwa “belajar adalah proses perubahan tingkah laku seseorang setelah memperoleh informasi yang disengaja.” Informasi tersebut berasal dari lingkungan seseorang. Jadi, dalam pandangan Uno, penerimaan informasi yang disengaja akan berakibat pada perubahan tingkah laku baik itu menyangkut aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.

Konsep yang telah dimiliki siswa adalah modal awal untuk memahami materi selanjutnya. Belajar akan lebih bermakna bagi siswa jika siswa mengalami apa yang dipelajari dan dapat menemukan sesuatu sehingga akan selalu teringat oleh


(25)

10 apa yang menjadi temuannya tersebut. Keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi oleh aktivitas siswa selama mengikuti proses pembelajaran.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat dikemukakan beberapa ciri atas pengertian belajar, yaitu: (1) belajar merupakan suatu proses perubahan dalam tingkah laku, dimana perubahan itu mengarah ke tingkah laku yang lebih baik; (2) belajar merupakan proses perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar; (3) belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang menyangkut aspek-aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu masalah/berpikir, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.

Menurut UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dalam pasal 1 yang dimaksud dengan “Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pasal yang sama juga dijelaskan bahwa “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu” dan “Pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan”.

Pembelajaran merupakan interaksi sistematis antara peserta didik dengan pendidik yang berkaitan dengan materi pembelajaran pada suatu lingkungan belajar.


(26)

11 Kegiatan pembelajaran memberdayakan semua potensi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan. Dengan demikian kegiatan pembelajaran perlu berpusat pada peserta didik dengan menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang untuk mengembangkan kreativitas mereka, dan menyediakan pengalaman belajar yang beragam. Pembelajaran juga bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika. ( Nurhadi, 2004:30)

Pembelajaran ialah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik dengan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar yang berpusat pada peserta didik untuk mngembangkan kreativitas dan pengalaman belajar yang beragam. Menurut Isjoni (2009: 11) “Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.” Proses pembelajaran memiliki isi yang berupa bahan ajar atau materi belajar yang bersumber pada kurikulum dalam suatu program pendidikan, didalamnya terdapat langkah-langkah atau tahapan yang harus dilalui pendidik dan peserta didik untuk mencapai tujuan belajar.

Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menempatkan guru sebagai fasilitator sekaligus pembimbing, yakni guru yang dapat menghantarkan pembelajaran yang lebih membangun pola berpikir kritis siswa. Dalam mengajar, guru harus kreatif untuk memilih model pembelajaran yang sesuai agar tercipta suasana kelas yang hidup. Pembelajaran yang dilakukan tersebut harus mampu memberikan atau menambah informasi atau pengetahuan baru bagi siswa yang berangkat dari pengetahuan sebelumnya. Sedangkan pembelajaran efisien adalah


(27)

12 pembelajaran yang menyenangkan, menggairahkan dan mampu memberikan motivasi bagi siswa dalam belajar.

Pembelajaran berlangsung efektif membutuhkan perencanaan dan persiapan yang matang. Manakala semua kebutuhan yang menjadi penunjang proses pem-belajaran sudah dipersiapkan dengan mempertimbangkan karakter siswa dan materi yang akan disampaikan bukan tidak mungkin hasil belajar yang diperoleh akan maksimal. Dengan demikian cita-cita pembelajaran akan mudah untuk dicapai dan tidak hanya menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran.

Dari definisi pembelajaran di atas dapat diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen. Gino, dkk (1996: 30) mengemukakan bahwa kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen yaitu: siswa; guru; tujuan pembelajaran; isi pelajaran; metode; media serta evaluasi. Dalam hal ini, siswa berperan penting dalam pembelajaran karena pembelajaran dirancang untuk siswa dengan guru sebagai fasilitator.

B. Pembelajaran Inkuiri

Sejak manusia lahir ke dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya dengan bantuan indera penglihatan, pendengaran, pengecap dan indera-indera lainnya. Hingga dewasa keingintahuan manusia berkembang dengan menggunakan otak dan pikirannya. Pengetahuan yang dimiliki siswa akan bermakna manakala didasari oleh keingintahuan itu. Didasari hal inilah, suatu strategi pembelajaran yang dikenal dengan inkuiri dikembangkan.


(28)

13 Menurut Gulo (2002: 84) dalam bukunya yang berjudul strategi belajar mengajar menyebutkan bahwa: “Pengertian inkuiri yang dalam bahasa inggris, berarti pertanyaan, atau pemeriksaan, penyelidikan.” Pembelajaran inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional, sehingga kegiatan dapat terarah secara logis dan sistematis

Mulyasa (2003) berpendapat bahwa “pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mampu menggiring peserta didik untuk menyadari apa yang telah ditetapkan selama belajar. Inkuiri menempatkan peserta didik sebagai subyek belajar yang aktif.” Kendati siswa sebagai sebagi subyek dalam belajar yang harus berperan aktif, namun peran guru tetap sangat penting sebagai komponen proses belajar mengajar. Karena guru mempunyai kewajiban untuk mengarahkan siswa untuk melakukan kegiatan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan melontarkan pertanyaan, memberikan komentar, dan saran kepada siswa. Menurut Kindsvatter (dalam Suparno, 2007: 68) pembelajaran inkuiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu inkuiri terbimbing dan inkuiri bebas. Perbedaan itu lebih ditandai dengan seberapa besar campur tangan guru dalam penyelidikan tersebut. Pembelajaran inkuiri bebas, memposisikan guru sebagai teman dalam belajar. Sedangkan menurut Suparno (2007: 68) “ inkuiri yang terarah adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan


(29)

14 memberikan petunjuk baik lewat prosedur yang lengkap dan pertanyaan-pertanyaan pengarahan selama proses inkuiri.”

Peran guru dalam inkuiri terbimbing dalam memecahkan masalah yang diberikan kepada siswa yaitu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dalam proses penemuan sehingga siswa tidak akan kebingungan, kesimpulan akan lebih cepat dan mudah diambil. Guru bertindak sebagai penunjuk jalan, membantu siswa agar menggunakan ide, konsep, dan keterampilan yang sudah mereka pelajari sebelumnya untuk mendapatkan pengetahuan yang baru. Pengajuan pertanyaan yang tepat oleh guru akan merangsang kreativitas siswa dan membantu mereka dalam menemukan pengetahuan baru tersebut. Model pembelajaran inkuiri terbimbing memang memerlukan waktu yang relatif banyak dalam pelaksanaanya, akan tetapi hasil belajar yang dicapai tentunya sebanding dengan waktu yang digunakan. Pengetahuan baru akan melekat lebih lama apabila siswa dilibatkan secara langsung dalam proses.

Menurut Mulyasa (2003), adapun ciri-ciri pembelajaran dengan menggunakan inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Guru menyajikan bahan pelajaran tidak dalam bentuk jadi,

b. Siswa mempunyai keinginan sendiri untuk memecahkan masalah,

c. Masalah dirumuskan seoperasinal mungkin, d. Perumusan hipotesis untuk mencari data,

e. Siswa menyusun cara-cara pengumpulan data,

f. Siswa mengumpulkan data secara indivudual atau kelompok,


(30)

15 Suyitno (2004: 7-8) mengemukakan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki kelemahan dan kelebihan. Adapun kelebihan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran

b. Siswa memahami benar bahan pelajaran

c. Menimbulkan rasa puas pada siswa

d. Siswa dapat menstransfer pengetahuannya ke berbagai konteks.

Selain memiliki kelebihan, inkuiri terbimbing juga memiliki kelemahan, antara lain:

a. Menyita pekerjaan guru

b. Tidak semua siswa mampu melakukan penemuan

c. Tidak berlaku untuk semua topik

d. Untuk kelas yang besar sangat merepotkan guru.

Menurut Trianto (2007: 133), Suatu Proses pembelajaran yang baik pada dasarnya menginginkan peserta didik mampu memahami suatu konsep melalui penemuannya sendiri dengan melakukan suatu percobaan , untuk mencapai hal tersebut yaitu dengan menggunakan inkuiri. Pembelajaram berdasarkan inkuiri

dibentuk atas dasar discovery, sebab seorang siswa harus menggunakan

kemampuan discovery dan kemampuan lainnya.

Sholeh (1998:39) mengatakan bahwa, “Saat ini siswa masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran matematika, siswa tidak bisa menangkap konsep dengan benar, tidak mengerti arti lambang-lambang, tidak memahami asal-usul suatu prinsip. Sehingga tujuan pembelajaran tidak dapat dicapai secara tuntas. Untuk


(31)

16 mencapai tujuan pembelajaran matematika secara tuntas, maka model pembelajaran inkuiri baik untuk pemahaman konsep matematika siswa”.

Dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri, dapat melatih siswa untuk menemukan konsep dan menyelesaikan sendiri berbagai konsep. Karena pemahaman konsep matematika dengan cara menemukan sendiri, penguasaan terhadap materi yang ditemukan akan selalu melekat di ingatan siswa dan itu jauh lebih baik dari pada pemahaman terhadap konsep yang diajarkan dengan pemberitahuan. Dengan menemukan sendiri maka hasil yang diperoleh akan setia dan tahan lama dalam ingatan, tidak mudah dilupakan.

Hasil penelitian Schlenker (dalam Trianto, 2007:136), menunjukkan bahwa latihan inkuiri dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis, produktif dalam berpikir kreatif, dan siswa menjadi terampil, dalam memperoleh dan menganalisis informasi.

C. Ice Breaker

Saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru menganggap hal itu sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam kurun waktu yang relatif singkat. Jarang sekali para guru yang memberikan ice breaker atau jeda ditengah materi pelajaran yang


(32)

17 sedang disampaikan. Padahal melakukan ice breaker ditengah penyampaian materi pelajaran amatlah penting.

Menurut Soenarno (2005: 1), ice breaker adalah sebuah cara untuk membuat peserta pelatihan, seminar, pertemuan meeting menjadi terkonsentrasi. Jika peserta terkonsentrasi ke pembicara, maka diharapkan peserta akan bisa aware terhadap materi yang disampaikan pembicara atau trainer. Dengan demikian peserta akan lebih mudah memahami program secara keseluruhan. Ice breaker juga merupakan peralihan situasi dari yang membosankan, membuat ngantuk, menjenuhkan, dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang lain yang berbicara di depan kelas atau ruangan pertemuan.

Menurut the Encyclopedia of Ice Breaker terbitan University Associates Inc tahun 1976 (dalam Wardhani, 2010) bentuk ice breakers ada bermacam-macam, mulai dari sekedar teka-teki, cerita-cerita lucu atau humor ringan yang memancing senyum, lagu-lagu atau nyanyian yang disertai gerakan tubuh (action song), sampai permainan-permainan berkelompok yang cukup menguras tenaga atau bahkan fikiran. Selain itu dapat juga dilakukan dengan melakukan brain gym (senam otak).

D. Pemahaman Konsep Matematis

Dalam pembelajaran matematika, pemahaman konsep matematis merupakan hal yang utama demi tercapainya tujuan pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam


(33)

18 pembelajaran matematika, konsep yang telah dimiliki siswa akan dipergunakan dalam materi sesudahnya.

Herdian (2010) mengatakan mengenai pemahaman konsep matematis sebagai berikut:

“Kemampuan Pemahaman Matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu, dengan pemahaman siswa lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa unutk mencapai konsep yang diharapkan”.

Haryono (2008) menjelaskan bahwa siswa belajar matematika melalui pengalaman yang difasilitasi guru sehingga siswa memahami matematika, agar mereka mampu meggunakannya untuk memecahkan masalah dan sehingga mereka dapat lebih menjadi percaya diri. Siswa dikatakan telah memahami suatu konsep apabila dia telah mampu mengenali atau mengabstraksikan sifat yang sama tersebut, yang merupakan ciri khas dari konsep yang dipelajari dan telah mampu membuat generalisasi terhadap konsep tersebut. Artinya siswa telah memahami keberadaan konsep tersebut.

Firdaus (dalam Jannah, 2007:17) mengatakan bahwa:“berhitung adalah bagian yang tidak dapat terpisah dari matematika, terutama pada tingkat Sekolah Dasar. Namun, berhitung secara singkat bukanlah hal yang terpenting dalam matematika, yang terpenting adalah pemahaman konsep.” Kita akan mampu mengadakan analisis (penalaran) terhadap permasalahan (soal) untuk kemudian mentrans-formasikan ke dalam model dan bentuk persamaan matematika, barulah kemudian berhitung diperlukan.


(34)

19 Pada penjelasan teknis Peraturan Dirjen Dikdasmen Depdiknas Nomor 506/C/Kep/PP/2004 tanggal 11 November 2004 tentang penilaian diuraikan bahwa indikator siswa memahami konsep matematis adalah mampu :

“1. Menyatakan ulang suatu konsep.

2. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai de-ngan konsepnya.

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

4. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis. 5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep. 6. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. 7. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pada pemecahan masalah.” E. Kerangka Pikir

Penelitian tentang pengaruh pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker terhadap pemahaman konsep matematis terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker (X). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemahaman konsep matematis (Y).

Rendahnya pemahaman konsep matematis siswa merupakan masalah yang sering ditemukan dalam pembelajaran matematika. Hal ini disebabkan karena pembelajaran masih bersifat satu arah dimana guru monoton dalam pembelajaran. Siswa tidak diberi kesempatan dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki. Pembelajaran monoton yang dilakukan oleh guru juga menyebabkan siswa merasa bosan dan jenuh. Tidak dipungkiri bahwa perasaan siswa juga mempengaruhi pembelajaran.

Belajar matematika akan lebih bermakna bagi siswa apabila mereka aktif dengan berbagai cara untuk membangun sendiri pengetahuannya. Dengan demikian, suatu


(35)

20 rumus, konsep atau prinsip dalam matematika, sebaiknya dapat ditemukan oleh siswa dengan bimbingan guru. Pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk menemukan sendiri membuat mereka terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, khususnya dalam pembelajaran matematika. Dalam pembe-lajaran inkuiri, materi pepembe-lajaran yang dibahas tidak lagi sebagai sesuatu yang harus dihafal oleh siswa, namun harus dipahami, dialami serta di temukan. Dalam hal ini, siswa perlu mengerti apa makna belajar atau manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana untuk mencapainya.

Melalui pembelajaran inkuiri, tujuh kompoen yang terkandung dalam indikator pemahaman konsep tersebut memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman konsep tentang KPK dan FPB pada siswa. Siswa aktif bertanya untuk menggali informasi yang belum diketahui, melakukan kerjasama dengan orang lain untuk sharing (bertukar ide atau pendapat), siswa menggunakan model yang membantu siswa dalam memecahkan materi, siswa merenungkan kembali (refleksi) tentang penemuan tersebut yang telah diperoleh. Dengan dilakukan tujuh komponen dalam pembelajaran inkuiri maka pengetahuan baru akan lebih dipahami dan bermakna sehingga lama tersimpan dalam ingatan siswa. Dengan demikian dalam setiap pembelajaran siswa akan lebih aktif. Dengan aktifnya siswa , selama pembelajaran maka kemampuan yang ada pada diri siswa dapat digunakan secara optimal.

Ice breaker merupakan peralihan situasi dari yang membosankan atau

menjenuhkan menjadi situasi yang menyenangkan. Sesuai dengan namanya, ice


(36)

21 pembelajaran, suasana perlu disegarakan kembali. Dengan ice breaker, pembelajaran menjadi lebih berarti karena suasana yang menyenangkan akan menjadikan proses pembelajaran lebih bermakna. Pembelajaran yang monoton dapat menyebabkan siswa menjadi bosan dan jenuh, untuk itu ice breaker sangat perlu dilakukan unutuk mengatasi kejenuhan siswa.

Pembelajaran matematika materi KPK dan FPB menggunakan model pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing dengan selingan ice bereaker yaitu pembelajaran aktif dimana siswa melakukan penyelidikan dengan langkah-langkahnya mengidentifikasi masalah, menentukan hipotesis, menguji hipotesis, mengambil data hingga mengambil kesimpulan yang dibimbing oleh guru dan dilengkapi dengan lembar kerja siswa dalam menemukan konsep. Dalam hal ini ice breaker hanya sebagai selingan untuk merubah suasana yang membosankan atau jenuh menjadi menyenangkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat diduga bahwa pembelajaran inkuiri dengan

selingan ice breaker adalah peubah bebas dan dapat mempengaruhi pemahaman

konsep matematis sebagai peubah terikatnya F. Anggapan Dasar

Penelitian ini memiliki anggapan dasar yaitu:

Semua siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012-2013 memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan.


(37)

22 G. Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir di atas, dirumuskan hipotesis penelitian “pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan”.


(38)

21

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Pringsewu Selatan yang terletak di Jl. Jendral Sudirman Pringsewu Selatan Kabupaten Pringsewu pada tanggal 9 Juli sampai dengan 1 Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV semester ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012-2013 yang terdistribusi dalam tiga kelas (IV A-IV C) dengan jumlah siswa sebanyak 79 siswa. Dengan distribusi kelas sebagai berikut :

Tabel 3.1 Distribusi Peserta Didik dan Rata-rata Nilai Ujian Semester Genap kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan

NO. Kelas Banyaknya

Peserta didik Nilai Ujian Rata-rata Semester

1 IV A 27 59,19

2 IV B 26 59,05

3 IV C 26 59,13

Jumlah populasi 79

Pengambilan sampel dalam penelitian ini akan menggunakan cluster random

sampling yaitu populasi dibagi menjadi beberapa kelompok atau cluster.


(39)

22 dipilih 2 kelompok sesuai dengan distribusi peserta didik pada tabel 3.1 secara

random yaitu dengan cara melakukan pengundian.

Kelas yang diperoleh dari hasil pengacakan akan dikategorikan menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pada kelas eksperimen guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dan pada kelas kontrol guru menerapkan pembelajaran konvensional.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen. Desain yang digunakan adalah posttest control design. Pada penelitian ini, diberikan perlakuan kepada kelompok eksperimen dan kemudian membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol. Posttest control design menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai berikut:

Table 3.2 Desain penelitian

Kelompok Perlakuan Posttest

A X Y2

B - Y2

Keterangan :

A : kelompok eksperimen B : kelompok kontrol

X : pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker

Y : pemahaman konsep matematis siswa

Adapun langkah-langkah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Observasi sekolah, melihat kondisi lapangan seperti jumlah kelas yang ada, jumlah siswa, karakteristik siwa, serta cara mengajar guru matematika.


(40)

23

2. Merencanaan penelitian

a. Menentukan sampel penenlitian dengan menggunakan random sampling.

Random sampling di gunakan untuk memilih kelas kontrol, kelas eksperimen dan kelas uji coba. Kelas uji coba menggunakan kelas V dengan catatan sebelum waktu uji coba dilakukan, siswa kelas V yang merupaka kelas uji coba diminta belajar terlebih dahulu agar instrumen uji coba tepat sasaran.

b. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan model inkuiri

untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk kelas kontrol.

c. Menyusun bahan bacaan teks materi dan Lembar Kerja Kelompok (LKK)

yang akan diberikan kepada siswa pada saat diskusi kelompok.

d. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi tes pemahaman konsep matematis, kemudian membuat soal esai beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

3. Mengujicobakan instrumen pada kelas uji coba, yang mana tes instrumen tersebut akan digunakan sebagai tes akhir

4. Menganalisis data hasil uji coba instrumen tes uji coba pada kelas uji coba untuk mengetahui validitas dan reliabilitas.

5. Menenukan soal-soal yang memenuhi syarat.

6. Melakukan perbaikan instrumen tes.

7. Melaksanakan pembelajaran pada kelas eksperimen. Pada pelaksanaan ini diterapkan model pembelajaran inkuiri berbantuan LKK dan dengan selingan


(41)

24

8. Melaksanakn pembelajaran pada kelas kontrol. Pada pelaksanaan ini

diterapkan model pembelajaran konvensional.

9. Mengadakan postest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol 10.Menganalisis/mengolah data hasil postest

11.Menyusun dan melaporkan hasil penelitian

C. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif merupakan data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari nilai hasil posttes.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan dokumentasi dan tes.

1. Dokumentasi

Metode ini digunakan untuk memperoleh data nama-nama peserta didik yang akan diambil sampel dalam penelitian ini dan daftar nama-nama peserta didik yang akan menjadi responden dalam uji coba instrumen. Selain itu, metode ini digunakan untuk mendapatkan nilai data ujian akhir semester yang nantikan digunakan untuk mengetahui bahwa setiap kelas memiliki kemampuan awal yang sama ditinjau dari nilai rata-rata ujian akhir semester..

2. Tes

Tes digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran (posttest) pada kelas eksperimen


(42)

25 dan kelas kontrol. Tes yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep matematis siswa.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes pemahaman konsep matematis.

Instrumen Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Instrumen tes pemahaman konsep disusun berdasarkan indikator pemahaman konsep matematika antara lain disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2. Pedoman Penskoran Tes dari Indikator Pemahaman Konsep

No Indikator Keterangan Skor

1. Menyatakan ulang

suatu konsep a.b. Tidak menjawab Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 0 1 c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2 2. Mengklasifikasi objek

menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

3. Memberi contoh dan

non contoh a.b. Tidak menjawab Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 0 1 c. Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2 4. Menyatakan konsep

dalam berbagai bentuk representasi matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika tetapi salah 1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematika dengan benar 2

5. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu atau cukup dari

suatu konsep tetapi salah 1

c. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup dari suatu konsep dengan benar 2 6. Menggunakan,

memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

7. Mengaplikasikan

konsep a.b. Tidak menjawab Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 0 1 c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2


(43)

26 Bentuk tes yang di uji cobakan adalah tes esai, yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar peserta didik yang memerlukan jawaban bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal bentuk ini menuntut kemampuan peserta didik untuk dapat mengorganisir, menginterprestasikan dan menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki, dengan kata lain tes esai menuntut peserta didik untuk dapat mengingat kembali dan terutama harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi. Setelah perangkat tes tersusun, diujicobakan pada kelas uji coba penelitian, yaitu kelas V.A. Setelah uji coba dilakukan, langkah selanjutnya adalah menganalisis hasil uji coba instrumen untuk diteliti kualitasnya. Adapun hal-hal yang dianalisis dari uji coba intstrumen adalah sebagai berikut:

a. Validitas Instrumen

Dalam penelitian ini, validitas yang digunakan adalah validitas isi. Validitas isi dari tes pemahaman konsep matematis ini dapat diketahui dengan cara mem-bandingkan isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematika dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.

Instrumen tes dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas IV. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1 Pringsewu Selatan mengetahui dengan benar kurikulum SD maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika.

Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru.


(44)

27

b. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan dan ketetapan hasil (Arikunto, 2006: 178). Suatu instrumen dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang digunakan untuk mencari reliabilitas soal bentuk esai menurut Arikunto (2006: 196) adalah rumus Alpha, yaitu:

 

              

2

2 11 1 1

t b k k r   Keterangan : 11

r

: koefisien reliabilitas instrumen (tes)

k : banyaknya butir pertanyaan atau soal

2

b

 : jumlah varians dari tiap-tiap butir tes

2

t

: varians total

Dengan rumus varians dapat dicari yaitu:

= ∑ (∑ )

Keterangan:

X : skor pada belah awal dikurangi skor pada belah akhir N : jumlah peserta tes (Arikunto, 2006: 196)

Hasil perhitungan dikonsultasikan dengan tabel kritis r product moment pada

tabel, jika > maka item tes yang diujicobakan reliabel.

Setelah dilakukan perhitungan dengan menggunakan rumus alpha terhadap hasil

uji coba tes diperoleh = 0,6697 , sedangkan untuk n = 40 diperoleh nilai


(45)

28

F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilaksanakan tes akhir berupa tes pemahaman konsep. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitiaan.

Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa

Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji kesamaan dua variansi.

a. Uji Normalitas

Semua data yang digunakan untuk pengujian hipotesis perlu dilakukan uji normalitas. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika data berdistribusi normal, maka dapat digunakan metode parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan metode non parametrik. Uji normalitas yang digunakan uji Chi Kuadat.

Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas : : data berdistribusi normal

: data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian jika ≤ dengan derajat kebebasan dk = k -3 dan


(46)

29 Hasil analisis data uji normalitas, untuk kelas eksperimen dan kontrol diperoleh

= 7,23 dan = 3,07. Dengan derajat kebebasan dk = k - 3 dan taraf

signifikan 5% diperoleh = 7,81. Karena ≤ maka data

pemahaman konsep matematis kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

∶ = , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama

∶ ≠ ,artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama

Dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% maka kriteria

pengujian adalah jika < ( )( ) berarti diterima dan dalam hal

lainnya ditolak. (Sudjana, 2005:263)

Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians diperoleh = 0,036 dan

= 3,84 dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% .

Karena ( ) < ( )( ) maka terima hal ini berarti kedua kelompok


(47)

30

c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, dapat diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya dilakukan uji satu pihak (pihak kanan) dengan menggunakan uji parametrik atau uji t.

Hipotesis Uji

: =

: > Statistik uji

t

hit

=

Dengan:

=

( )

Keterangan : i

x : skor rata-rata dari kelas eksperimen 2

x : skor rata-rata dari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen

n2 : banyaknya subyek kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5%

terima jika thitung < ttabel.

Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t, diperoleh

= 1,88, sedangkan dengan = 27 dan = 26 diperoleh nilai =

1,68. Karena > maka tolak . Dapat disimpulkan bahwa

pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran konvensional.


(48)

42

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker siswa SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012 – 2013 materi KPK dan FPB berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata kemampuan pema-haman konsep matematis yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker lebih tinggi dari pada yang menggunakan pembelajaran konvensional.

B.Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dapat diterapkan dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami konsep matematis. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker sebaiknya dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif.


(49)

43

2. Pembaca yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penerapan pembelajaran inkuiri dengan selngan ice breaker hendaknya dalam pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pembagian waktu dan pengelolaan kelas sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, diharapkan untuk menambahkan referensi tentang pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker.


(50)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori - Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

_________. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen

Depdiknas. Jakarta

Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional Surabaya

Gino, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia UNS.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Grasindo. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Haryono, Ari Dwi. 2008. Prinsip Mengajar Matematika.

http://aflah.wordpress.com. /diakses tanggal 6 Juni 2011 Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika.

http://herdy07.wordpress.com/diakses tanggal 6 Juni 2011 Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Jannah, Miftahul.2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMPN 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi


(1)

28 F. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda maka dilaksanakan tes akhir berupa tes pemahaman konsep. Dari hasil tes akhir ini akan diperoleh data yang digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitiaan.

Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis siswa

Sebelum melakukan pengujian hipotesis maka perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji kesamaan dua variansi.

a. Uji Normalitas

Semua data yang digunakan untuk pengujian hipotesis perlu dilakukan uji normalitas. Uji ini berfungsi untuk mengetahui apakah data-data tersebut berdistribusi normal atau tidak. Hal ini dilakukan untuk menentukan metode statistik yang digunakan. Jika data berdistribusi normal, maka dapat digunakan metode parametrik, sedangkan jika data tidak berdistribusi normal maka digunakan metode non parametrik. Uji normalitas yang digunakan uji Chi Kuadat.

Hipotesis yang digunakan untuk uji normalitas : : data berdistribusi normal

: data tidak berdistribusi normal

Kriteria pengujian jika ≤ dengan derajat kebebasan dk = k -3 dan taraf signifikan 5% maka akan berdistribusi normal ( Sudjana, 2002: 273)


(2)

29 Hasil analisis data uji normalitas, untuk kelas eksperimen dan kontrol diperoleh = 7,23 dan = 3,07. Dengan derajat kebebasan dk = k - 3 dan taraf signifikan 5% diperoleh = 7,81. Karena ≤ maka data pemahaman konsep matematis kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal.

b. Uji Kesamaan Dua Varians (Homogenitas)

Uji homogenitas dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa sampel penelitian berawal dari kondisi yang sama atau homogen, yang selanjutnya untuk menentukan statistik t yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis. Uji homogenitas dilakukan dengan menyelidiki apakah kedua sampel mempunyai varians yang sama atau tidak. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

∶ = , artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians sama ∶ ≠ ,artinya kedua kelompok sampel mempunyai varians tidak sama Dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% maka kriteria pengujian adalah jika < ( )( ) berarti diterima dan dalam hal lainnya ditolak. (Sudjana, 2005:263)

Hasil perhitungan uji kesamaan dua varians diperoleh = 0,036 dan

= 3,84 dengan derajat kebebasan (dk) = k – 1 dan taraf signifikan = 5% . Karena ( ) < ( )( ) maka terima hal ini berarti kedua kelompok sampel mempunyai varians yang sama.


(3)

30 c. Uji Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji kesamaan dua varians, dapat diketahui bahwa kedua data berdistribusi normal dan homogen, maka langkah selanjutnya dilakukan uji satu pihak (pihak kanan) dengan menggunakan uji parametrik atau uji t.

Hipotesis Uji : = : > Statistik uji

t

hit

=

Dengan:

=

( ) – Keterangan :

i

x : skor rata-rata dari kelas eksperimen

2

x : skor rata-rata dari kelas kontrol n1 : banyaknya subyek kelas eksperimen n2 : banyaknya subyek kelas kontrol

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan taraf kepercayaan 5% terima jika thitung < ttabel.

Setelah dilakukan perhitungan uji hipotesis dengan menggunakan uji t, diperoleh = 1,88, sedangkan dengan = 27 dan = 26 diperoleh nilai = 1,68. Karena > maka tolak . Dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker lebih baik dari pada pemahaman konsep matematis kelas pembelajaran konvensional.


(4)

42

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker siswa SD Negeri 1 Pringsewu Selatan tahun pelajaran 2012 – 2013 materi KPK dan FPB berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai rata-rata kemampuan pema-haman konsep matematis yang menggunakan pembelajaran inkuiri dengan

selingan ice breaker lebih tinggi dari pada yang menggunakan pembelajaran

konvensional. B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan agar mendapatkan hasil yang lebih optimal disarankan hal-hal berikut ini.

1. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker dapat diterapkan dalam

pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam memahami konsep

matematis. Pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker sebaiknya

dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, pengelolaan kelas yang baik, dan pengelolaan waktu yang tepat agar suasana belajar semakin kondusif.


(5)

43

2. Pembaca yang ingin mengembangkan penelitian lanjutan mengenai penerapan

pembelajaran inkuiri dengan selngan ice breaker hendaknya dalam

pelaksanaan pembelajaran memperhatikan pembagian waktu dan pengelolaan kelas sebaik mungkin agar proses pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, diharapkan untuk menambahkan referensi tentang pembelajaran inkuiri dengan selingan ice breaker.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dahar, Ratna Wilis.1989. Teori - Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Depdiknas. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta.

_________. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP

No. 506/C/Kep?PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Ditjen Dikdasmen

Depdiknas. Jakarta

Djamarah, dkk. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional Surabaya

Gino, dkk. 1996. Belajar dan Pembelajaran I. Surakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia UNS.

Gulo, W. 2008. Strategi Belajar-Mengajar. Grasindo. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2007. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Haryono, Ari Dwi. 2008. Prinsip Mengajar Matematika.

http://aflah.wordpress.com. /diakses tanggal 6 Juni 2011 Herdian. 2010. Kemampuan Pemahaman Matematika.

http://herdy07.wordpress.com/diakses tanggal 6 Juni 2011 Isjoni. 2009. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung.

Jannah, Miftahul.2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMPN 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi


Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN SELINGAN (ICE BREAKER) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Kasus: Pada Siswa Kelas IV Semester Ganjil SD Negeri 1 Pringsewu Selatan Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 50

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 15 67

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 54

ENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 11 46

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

9 44 48

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 18 64

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Pagelaran Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 52

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN QUESTION STUDENT HAVE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA ( Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sukoharjo Kab. Pringsewu Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 16 53

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 10 135

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132