PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCHTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
(Skripsi)
Oleh DWI MAISARI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(2)
Dwi Maisari
ABSTRAK
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCHTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh DWI MAISARI
Make A Match merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yang siswanya berdiskusi memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang mereka pegang kemudian mencari dan mencocokan pasangan kartu tersebut. Sampel penelitian adalah siswa kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII C se-bagai kelas kontrol, yang dipilih melalui teknikpurposive sampling. Penelitian ini merupakanquasi eksperimendengan desain posttest onlykarena sampel memiliki kemampuan awal relatif sama. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Make A Match berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match, Pemahaman Konsep Matematis.
(3)
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A
MATCHTERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS
(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Oleh DWI MAISARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2013
(4)
xii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 7
1. Belajar dan Pembelajaran ... 7
2. Pembelajaran Kooperatif ... 8
3. Pembelajaran TipeMake A Match... 10
4. Pemahaman Konsep Matematis ... 13
B. Kerangka Pikir ... 14
C. Hipotesis Penelitian ... 16
III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... 17
(5)
xiii
B. Desain Penelitian ... 18
C. Prosedur Penelitian ... 19
D. Data Penelitian... 21
E. Teknik Pengumpulan Data ... 21
F. Instrumen Penelitian ... 21
G. Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 23
1. Uji Normalitas ... 24
2. Uji Homogenitas ... 24
3. Uji Hipotesis ... 25
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 27
B. Pembahasan ... 30
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 33
B. Saran ... 34 DAFTAR PUSTAKA
(6)
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ... ...39
A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol... ...61
A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... ...77
B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Tes ... ...98
B.2 SoalPosttest ... 100
B.3 Kunci Jawaban SoalPosttest... .103
B.4 Form Penilaian SoalPosttest ... .108
C. DATA KEMAMPUAN AWAL SISWA ... 112
D. ANALISIS DATA PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA D.1 Uji Reliabilitas……….…..125
D.2 UjiNormalitas………...127
D.3 Uji Homogenitas……….……..134
D.4 UjiHipotesis………...………136
D.5 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Siswa……... 139
E. LAIN-LAIN E.1 Surat Rencana Judul Kaji Tindak/Skripsi………...……146
(7)
xvi
E.2 Surat Kesediaan Membimbing Skripsi………...……….147
E.3 Surat Kesediaan Membahas……….………...149
E.4 Surat Izin Penelitian Pendahuluan………...…..150
E.5 Surat Izin Penelitian………...…....151
E.6 Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian ………...152
E.7 Daftar Hadir Seminar Proposal ………...153
E.8 Daftar Hadir Seminar Hasil………...……154
(8)
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Nilai Rata-Rata Kelas... 17
3.2 Desain Penelitian... 18
4.1 Rekapitulasi HasilPosttest... 27
4.2 Hasil Uji Normalitas ... 27
4.3 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas Eksperimen ... 29
4.4 Rekapitulasi Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis Kelas Kontrol... 29
(9)
MOTTO
“
Tak kenal kebahagiaan tanpa diraih
dengan perjuangan, keikhlasan, dan
kesabaran
(10)
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua :Drs. Gimin Suyadi, M.Si. _____________
Sekretaris : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________
Penguji
Bukan Pembimbing :Dr. Caswita, M.Si. _____________
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
(11)
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Dwi Maisari
NPM : 0853021017
Program Studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan tidak ada pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang lazim dan disebut dalam daftar pustaka.
Bandar Lampung, Januari 2013 Yang menyatakan,
Dwi Maisari NPM. 0853021017
(12)
PERSEMBAHAN
Ya Allah SWT dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-Mu
kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:
Bapak dan Mamakku tercinta, Hardi dan Darsi yang telah
membesar-kan, mendidik, dan selalu mendoakan serta mencurahkan kasih
sayang-nya dengan pengorbanan yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan
keberhasilanku. Senyummu adalah kebahagiaanku dan tangismu adalah
kesedihanku.
Kakakku dan adikku tersayang, Novan Susanto dan Alex Arianto serta
keluarga besarku.
Sahabat-sahabat terbaikku.
Para pendidik atas ketulusan dan kesabarannya dalam mendidikku
(13)
Judul Skripsi : PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPEMAKE A MATCH TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS (Studi pada siswa kelas VIII Semester Ganjil SMPN 5 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)
Nama Mahasiswa : Dwi Maisari Nomor Pokok Mahasiswa : 0853021017
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing
Drs. Gimin Suyadi, M.Si. Dra. Rini Asnawati, M.Pd.
NIP 19480917 198403 1 001 NIP 19620210 198503 2 003
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
(14)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kampung Sawah Lama, Kecamatan Tanjung Karang Timur, Kota Bandar Lampung, Provinsi Lampung pada tanggal 3 Mei 1989. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Hardi dan Ibu Darsi.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 4 Sawah Lama pada tahun 2001, pendidikan menengah pertama di SMPN 5 Bandar Lampung pada tahun 2004, dan pendidikan menengah atas di SMAN 5 Bandar Lampung pada tahun 2007. Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur penerimaan mahasiswa mandiri. Pada tahun 2011 penulis melak-sanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Way Tenong, Lampung Barat dan mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Unila di Pekon Sukamaju, Kecamatan Way Tenong, Kabupaten Lampung Barat.
(15)
ix
SANWACANA
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make A Match Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sekaligus selaku Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi.
3. Ibu Dra. Nurhanurawati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. 4. Bapak Drs. Gimin Suyadi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
selaku Dosen Pembimbing I yang telah membimbing dengan penuh kesabar-an, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
(16)
x
5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah ber-sedia meluangkan waktunya untuk membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.
6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.
7. Bapak Ahmad Syafei., selaku Kepala SMPN 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin penelitian.
8. Ibu Hj.Khodijah, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arahan dan masukan selama penelitian.
9. Siswa-siswi SMPN 5 Bandar Lampung atas kerja samanya.
10. Bapak dan Mamakku tercinta, yang tidak pernah lelah selalu mendoakan dengan segala ketulusan dan kasih sayangnya selama ini.
11. Mamas dan adikku tersayang, yang telah memberikan semangat, dan motivasi kepadaku.
12. Bude, Pakde, dan Saudara-Saudaraku yang tidak dapat ku sebutkan satu per-satu. Terimakasih atas motivasi dan dukungannya yang telah diberikan se-lama ini.
13. Ibu Idah dan Ayah Zainal, yang telah membantu, memberikan semangat, motivasi dan doa kepada saya untuk menyelesaikan skripsi saya.
14. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2008 Mandiri Pendidikan Matematika: Reza, Rini, Elva, Savitri, Tutik, Susi, Qori, Ratna, Siska, Ari, Adi, Asep, Dila, Amel, Dedi, Mete’, Persi, Angge’, Endah, Agita, Andika, Eka, Martina, Lina,Helda, Dewi, Decky, Ferni, Nay, Cici, Evi, Topik, Arif,
(17)
xi
Nia, Fepi, Yuni, Yeni, Kahepy, Meta, Made, Radit, Antoni, Eko, Kiki,Rico, Riko, Agung, Ayu, dan Alvi atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya. 15. Teman-teman angkatan 2008 reguler: Ahmad Su’adi, Rovi, Nova, Sintia,
Farida, Astri, Ika dan yang lainnya. Kakak-kakakku angkatan 2007 non reguler: K’ Solihin, Mb’ Ratna, Mb’ Dina, Mb’ Dea, Mb’ Uya, K’ Beni, Mb’ Ana, K’ Heru, K’ Ifan dan yang lainnya, angkatan 2007 reguler, angkatan 2006 nonreguler: K’ Abi, Mb’ Bibit, K’ Aswin, K’ Edi dan yang lainnya, angkatan 2006 reguler sampai angkatan 2004 dan adik-adikku angkatan 2009 sampai 2012 atas semangat, doa dan kebersamaannya.
16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Negeri 1 Waytenong (Martina, Ayu, Yenni, Devi, Novi, Dewi, Fenti, Hardi, dan Dadang) atas kebersamaan se-lama tiga bulan yang luar biasa tak terlupakan.
17. Almamater yang telah mendewasakanku.
18. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga Allah SWT senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amin.
Bandar Lampung, Januari 2013 Penulis
(18)
SURAT KETERANGAN
Pengelola Jurnal Pendidikan Matematika Unila menerangkam bahwa :
Nama : Dwi Maisari
NPM : 0853021017
Telah menyerahkan artikel dengan judul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif TipeMake A MatchTerhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”
Artikel tersebut diterima untuk diterbitkan pada Jurnal Pendidikan Matematika Unila (On-Line) Volume 1 Nomor 4 November 2012.
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan seperlunya. Bandarlampung, Desember 2012 Pengelola
Dra. Nurhanurawati, M.Pd. NIP 19670808 199103 2 001
(19)
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai arti yang penting dalam kehidupan. Negara yang telah maju dalam bidang teknologi ataupun bidang yang lainnya, semua itu tidak ter-lepas dari pendidikan. Hal ini dikarenakan orang yang cerdas akan dapat mem-berikan kontribusi yang positif kepada negaranya. Salah satu proses yang penting dalam pendidikan adalah proses pembelajaran.
Keberhasilan proses pembelajaran di kelas dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain adalah guru dan siswa. Selain menguasai materi seorang guru juga di-tuntut untuk menguasai strategi-strategi penyampaian materi tersebut. Cara guru menciptakan suasana kelas akan berpengaruh terhadap respon siswa dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru, siswa, sumber dan media pembelajaran. Di dalam
Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah Pasal 1(20)
menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif. Kegiatan ini dilakukan secara sistematis melalui proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Hal ini berarti dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki metode dan teknik-teknik tertentu untuk menciptakan kondisi kelas yang aktif, kreatif, dan menyenangkan.
Namun selama ini, kegiatan pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru, guru lebih aktif bertindak sebagai pemberi informasi dan siswa hanya aktif menerima informasi dengan cara mendengarkan, mencatat atau menyalin, dan menghafal, sehingga membuat pengetahuan yang diperoleh cepat dilupakan dan tidak bermakna. Proses pembelajaran seperti ini menjadikan siswa sulit untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mencapai pembelajaran yang optimal, yaitu dengan memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan efektif. Pemilihan model pembelajaran dapat menentukan pemahaman konsep matematis siswa.
Pemahaman konsep matematis merupakan kemampuan seseorang untuk mema-hami suatu materi atau objek dalam suatu pembelajaran matematika. Pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan alat ukur penguasaan materi yang diajarkan. Agar mudah memahami konsep matematis pembelajaran harus dimulai dari yang sederhana ke kompleks dan dari yang konkret ke abstrak. Dengan demikian, pemilihan model pembelajaran harus tepat. Model pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang dapat menarik perhatian dan minat belajar siswa, siswa aktif dalam pembelajaran, dan pembelajaran dituntut untuk melakukan diskusi antar siswa.
(21)
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengkondisikan siswa untuk berinter-aksi antarsiswa adalah model pembelajaran kooperatif.
Ismail (2003:18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif yaitu belajar dengan teman, tatap muka antar teman, mendengarkan diantara anggota, belajar dari teman sendiri didalam kelompok, belajar dalam kelompok kecil, produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat, siswa membuat keputusan, siswa aktif. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe make a match, yang membantu siswa untuk memahami konsep-konsep materi pelajaran.
Lie (2008) mengungkapkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran koopera-tif tipe make a match secara sistematis yaitu guru menyiapkan kartu yang berisi soal-soal dan kartu yang berisi jawabannya, bagi siswa yang mendapatkan sebuah kartu soal, mereka berusaha menjawab dan mencari kartu jawaban yang cocok dengan soalnya, tetapi bagi siswa yang mendapatkan kartu jawaban, mereka berusaha mencari kartu soal yang cocok dengan jawabannya, siswa yang benar dan dapat memberi alasan untuk kartu soal dan jawaban yang mereka cocokan akan mendapat nilai, dengan demikian siswa belajar matematika tidak hanya men-dengarkan dan guru menerangkan di depan kelas saja namun diperlukan keaktifan siswa dalam pembelajaran matematika.
(22)
Prinsip dasar dalam kegiatan pembelajaran adalah berpusat pada siswa. Namun kenyataannya, kegiatan pembelajaran yang berlangsung hanya berpusat pada guru yaitu pembelajaran hanya difokuskan pada pemindahan pengetahuan kepada siswa, sehingga siswa kurang mendapatkan pengalaman belajar secara langsung yang mengakibatkan rendahnya pemahaman konsep.
Kegiatan pembelajaran seperti itu masih banyak diterapkan di sekolah. Salah satunya di SMPN 5 Bandar Lampung. Guru masih menjelaskan materi pelajaran sementara siswa hanya sebagai subjek yang menerima materi tersebut, ke-banyakan siswa hanya mendengarkan dan mencatat hal-hal penting dari pen-jelasan yang dikemukakan oleh guru. Pembelajaran belum sepenuhnya meng-ikutsertakan siswa, meskipun siswa diberi kesempatan untuk bertanya, namun sedikit siswa yang mau bertanya karena siswa masih bingung apa yang ingin di tanyakan.
Di SMPN 5 Bandar Lampung, siswa dikatakan tuntas belajar matematika apabila memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 70. Berdasarkan data nilai ujian semester genap tahun pelajaran 2012/2013, diperoleh presentase siswa yang mencapai kriteria ketuntasan belajar hanya sebanyak 54%. Ini menunjukan bahwa pemahaman konsep matematis yang ditunjukan oleh hasil belajar matematika siswa belum optimal. Hal ini bisa saja dikarenakan model pembelajaran yang diterapkan guru di kelas sebelumnya kurang sesuai atau kurang efektif bagi siswa.
Berdasarkan uraian di atas, perlu diadakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran tipemake a matchpada siswa kelas VIII SMPN 5 Bandar Lampung semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
(23)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah pada pe-nelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa?”
Dari rumusan masalah di atas, yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah“Apakah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipemake a matchterhadap pemahaman konsep matematis siswa.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih mendalam mengenai model pembel-ajaran kooperatif tipemake a match.
2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.
(24)
E. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah:
1. Pembelajaranmake a matchatau mencari pasangan merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok. Siswa dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok yang mendapat kartu soal dan kelompok yang mendapat kartu jawaban. Pada pembelajaran make a match, siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang mereka dapatkan yang kemudian mereka harus mencocokan dengan jawaban atau soal yang sesuai dengan kartu mereka.
2. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep materi pelajaran matematika. Pemahaman konsep yang baik dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah dilakukan tes mahaman konsep. Indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam pe-nelitian ini adalah:
a. Menyatakan ulang suatu konsep
b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya c. Menentukan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu f. Mengaplikasikan konsep
(25)
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku manusia sebagai akibat dari pengalaman dalam interaksi dengan lingkungannya, sebagaimana dikemuka-kan oleh Slameto (2003:2) “Belajarialah suatu proses usaha yang dilakukan sese-orang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara ke-seluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkung-annya.” Belajar dilakukan untuk mendapatkan halbaru, baik yang baru diketahui maupun yang sudah diketahui tetapi ingin mengetahuinya lebih dalam lagi.
Selanjutnya Hamalik (2010: 27) mengemukakan bahwa “Belajar bukan hanya me -ngingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.” Dari pengertian ter-sebut dapat dikatakan bahwa belajar tidak hanya membutuhkan ingatan, tetapi juga pengalaman. Dengan pengalaman yang dialami, belajar akan lebih melekat dan akan lebih bermakna. Sejalan dengan yang diungkapkan Sanjaya (2006:112)
bahwa “Belajar dianggap sebagai proses perubahan perilaku sebagai akibat dari pengalaman dan latihan.”
(26)
Menurut Mc. Donald dalam Hamalik (2010: 6) pembelajaran merupakan upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik.
UU Sistem Pendidikan Nasional No.20 Tahun 2003 menyatakan bahwa
“pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi pembelajaran”.
Menurut Miarso (2005: 144) pembelajaran adalah kegiatan yang berfokus padakondisi dan kepentingan pembelajar. Pembelajaran diartikan sebagai bahan ajaran yang dilakukan oleh seorang pengajar.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu sistem yang komponennya terdiri dari siswa, kegiatan pembelajaran itu sendiri dan hasil belajar yang prosesnya dilakukan oleh guru dengan membuat perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan melakukan evaluasi diakhir pembelajaran.
Pembelajaran yang diterapkan oleh guru tidak terlepas dari strategi guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan efektif, salah satunya yaitu dengan menerapkan dan mengembangkan model pembelajaran kooperatif atau (cooperative learning).
2. Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2005: 4) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembel-ajaran yang merujuk pada berbagai macam metode pengpembel-ajaran, sehingga siswa be-kerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya
(27)
dalam mempelajari materi pembelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa di-harapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan beragumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai dan menutup kesenjangan dalam pe-mahaman.
Ismail (2003:18) mengungkapkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Ciri- ciri pembelajaran kooperatif menurut Abdurrahman (2009: 123) antara lain: a) Saling ketergantungan positif yang menuntut tiap anggota kelompok saling
membantu demi keberhasilan kelompok.
b) Akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan bahan pelajaran tiap anggota kelompok dan kelompok diberikan balikan tentang prestasi belajar anggota-anggota kelompoknya, sehingga mereka saling mengetahui teman yang memerlukan bantuan.
c) Terdiri dari anak-anak yang berkemampuan atau memiliki karakteristik heterogen.
d) Pemimpin kelompok dipilih secara demokratis.
e) Semua anggota harus saling membantu dan saling memberi motivasi.
f) Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas, tetapi juga pada upaya mempertahankan hubungan interpersonal antaranggota kelompok.
g) Keterampilan sosial yang dibutuhkan dalam kerja gotong royong, memper-cayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan.
h) Pada saat pembelajaran kooperatif sedang berlangsung, guru terus melaku-kan observasi terhadap komponen-komponen belajar dan melakumelaku-kan inter-vensi jika terjadi masalah antaranggota kelompok.
i) Guru memperhatikan proses keefektifan proses belajar kelompok.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooper-atif adalah suatu model pembelajaran dengan cara membentuk kelompok-kelom-pok kecil saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga terjadi aktivitas siswa seperti saling berdiskusi, beragumentasi, membantu, mengasah kemampuan yang dimiliki, menutup kesenjangan dalam pemahaman, dan mengembangkan rasa
(28)
ke-percayaan terhadap sesama teman. Dengan pembelajaran kooperatif, siswa dapat belajar bersama, saling membantu, berani mengeluarkan ide, dapat memecahkan masalah melalui diskusi, dapat menjelaskan dan mengajukan pertanyaan dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif mempunyai berbagai tipe, diantaranya ialah STAD, NHT, TGT, JIGSAW, TPS, Make A Match dan masih banyak yang lainnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan untuk menigkat-kan pemahaman konsep matematis siswa ialah tipemake a match.
3. Pembelajaran TipeMake A Match
Menurut Lie (2008) pembelajaran make a match adalah model pembelajaran kooperatif yang membagi siswa dalam kelompok-kelompok, yaitu siswa dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu kelompok yang mendapat kartu soal dan kelompok yang mendapat kartu jawaban. Menurut Irnawati (2011: 33) model ini bisa membangkitkan semangat siswa dengan mengikutsertakan siswa untuk tetap aktif dalam proses pembelajaran. Menurut Huda (2011: 135) salah satu keunggul-an model pembelajarkeunggul-an make a match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan.
Ada beberapa macam langkah penggunaan make a match, diantaranya sebagai berikut:
a. Menurut Lie (2008),make a matchmemiliki langkah-langkah sebagai berikut. a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik
yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
(29)
b) Setiap kelompok mendapat satu buah kartu dan memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
c) Setiap kelompok mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal/jawabannya).
d) Setiap kelompok yang dapat mencocokan kartu sebelum batas waktu diberi poin.
e) Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya.
f) Kesimpulan/penutup
b. Menurut Irnawati (2011: 34), langkah-langkah make a match adalah sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes). Kartu yang disiapkan sebagian berisi pertanyaan tentang materi yang diajarkan dan sebagian lagi berisi jawaban dari pertanyaan tersebut.
b) Guru mengocok semua kartu hingga tercampur antara soal dan jawaban dan setiap siswa mendapat satu buah kartu
c) Setiap kelompok mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya. Setiap kelompok menganalisis atau memikirkan pasangan dari kartu yang didapatkan. Setelah selesai, setiap kelompok mencari pasa-ngan kartunya dalam waktu yang telah disepakati. Bagi kelompok yang da-pat mencocokan kartunya dengan memberikan alasan cocoknya soal dan ja-waban yang mereka pegang sebelum batas waktu berakhir akan mendapat poin.
d) Satu kelompok bergabung dengan dua atau tiga kelompok lain yang meme-gang kartu yang cocok. Setelah menemukan pasangannya setiap kelompok bergabung dalam kelompok pasangannya setelah batas waktu selesai. Guru mengecek setiap pasangan dalam mencocokan kartu.
c. Langkah-langkah make a match menurut Suprijono (2009: 94-95), sebagai berikut:
a) Guru menyiapkan kartu-kartu yang berisi pertanyaan yang berisi soal dan jawaban
b) Guru membagi komunitas kelas menjadi tiga kelompok, yang terdiri dari kelompok pemegang kartu soal, pemegang kartu jawaban dan kelompok pe-nilai. Posisi kelompok-kelompok tersebut diatur berbentuk U, dengan ke-lompok pemegang kartu jawaban dan keke-lompok pemegang soal berhadapan. c) Guru membunyikan peluit sebagai tanda dimulainya pencocokan kartu d) Pasangan kelompok pemegang kartu soal dan jawaban yang sudah terbentuk
wajib menunjukan soal dan jawaban kepada kelompok penilai. e) Langkah ini dilakukan ulang pada tahap berikutnya.
(30)
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah make a matchsebagai berikut:
a) Membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan kelompok pemegang kartu jawaban. Kemudian kelompok tersebut dibagi lagi menjadi delapan kelompok yang beranggotakan dua orang.
b) Masing-masing kelompok dibagikan soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. Siswa men-diskusikan soal atau jawaban yang mereka dapatkan. Untuk kelompok pe-megang kartu jawaban diberikan soal dan jawaban. Kemudian mereka men-diskusikannya. Soal yang diberikan kepada kelompok pemegang jawaban sama dengan kelompok pemegang kartu soal, tetapi tanpa memberi tahu bahwa soal tersebut sama.
c) Setelah waktu berdiskusi habis, masing-masing kelompok mencocokan soal atau jawaban dengan kelompok lain.
d) Siswa bersama kelompoknya mendiskusikan dan mencari solusi dari soal dan jawaban yang telah mereka cocokan, kemudian menuliskannya di lembar yang telah disediakan. Setelah waktu diskusi habis, siswa mengumpulkan hasil diskusi pada lembar pencocokkan kartu.
d. Menurut Irnawati (2011: 35),make a matchmempunyai kelebihan, yaitu: a) Dapat melatih ketelitian, kecermatan serta kecepatan. Pada pembelajaran
make a matchsiswa mencari pasangan dari kartu yang diperolehnya dalam waktu yang ditetapkan sehingga siswa harus cermat, tepat dan cepat dalam mencari pasangannya.
b) Lebih memberikan kesempatan kepada kelompok untuk berbagi informasi dengan kelompok lain
c) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertukar pikiran sehingga ide yang muncul lebih banyak.
(31)
d) Model pembelajaran kooperatif tipe make a match disertai dengan metode kerja kelompok, maka dalam melaksanakan tugasnya siswa bersama siswa lain bekerja sama dengan baik dan mampu mengungkapkan ide-ide yang dimilikinya masing-masing.
e) Guru mudah memonitor
f) Ketika siswa melakukan tugasnya memikirkan dan mencari pasangan soal atau jawaban yang diperolehnya, guru dapat memonitor dengan mendatangi kelompok siswa yang membutuhkan bimbingan dari guru satu persatu.
1. Pemahaman Konsep Matematis
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami se-suatu setelah sese-suatu itu diketahui dan diingat. Seorang siswa dapat memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri (Sardiman, 2008: 42).
Menurut Abdurrahman (2003: 254) konsep menunjuk pada pemahaman dasar. Namun lebih spesifik lagi, Soedjadi (2000: 13) menyatakan bahwa matematika ilmu yang mempunyai objek-objek dasar, objek-objek itu merupakan pikiran. Pemahaman konsep matematis merupakan salah satu tujuan penting dalam pem-belajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan kon-sep materi pelajaran itu sendiri. Hal ini sesuai dengan Hudoyo dalam Herdian (2010) yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disam-paikan dapat dipahami peserta didik.
Depdiknas dalam Jannah (2007: 18) menjelaskan bahwa penilaian perkembangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika. Indikator tersebut adalah sebagai berikut:
(32)
a) Menyatakan ulang suatu konsep
b) Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya c) Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. d) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu e) Mengaplikasikan konsep
f) Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep matematis adalah kemampuan untuk dapat mengerti dan memahami suatu konsep matematis yang relevan dengan ide-ide matematika dan sesuai dengan indikator-indikator pemahaman konsep.
B. Kerangka Pikir
Salah satu pilihan suatu strategi atau model pembelajaran dalam mengajarkan matematika sehingga diharapkan konsep-konsep matematika yang disampaikan dapat dipahami oleh siswa dengan baik yaitu dengan pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada siswa untuk be-kerja dalam sebuah kelompok sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Dengan berperan aktif dalam pembelajaran siswa akan lebih memahami konsep daripada siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru tanpa berperan aktif untuk dapat memahami konsep materi yang diajarkan.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran kooperatif tipemake a match. Pembelajaran dengan tipemake a matchdimulai dengan guru membagi siswa menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pemegang kartu soal dan kartu jawaban, kemudian dari kedua kelompok besar tersebut dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang heterogen dan tediri dari 2 siswa untuk setiap kelompok kecil. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberikan Lembar Kerja Kelompok (LKK) pada setiap kelompok. Guru menjelaskan materi yang
(33)
terkait dengan LKK, dengan LKK siswa dapat menggali pengetahuan dan untuk memperdalam pemahaman konsep matematisnya akan digunakan model pembel-ajaran tipemake a match.
Setelah kelompok-kelompok kecil tersebut selesai mengerjakan LKK, kelompok tersebut kemudian dibagikan kartu soal untuk kelompok pemegang kartu soal dan dibagikan jawaban untuk kelompok pemegang kartu jawaban. Kelompok-kelompok tersebut mendiskusikan soal dan jawaban yang mereka dapatkan, untuk kelompok pemegang kartu jawaban diberikan soal rangsangan yang mengarah ke jawaban yang mereka dapatkan. Setelah diskusi selesai, mereka mencari pasang-an-pasangan jawaban atau soal yang mereka pegang kemudian mendiskusikan dan mengemukakan alasannya. Pada tahap pencocokan kartu inilah, siswa mematang-kan pemahaman konsep matematisnya.
Dengan kegiatan yang menyerupai permaianan ini siswa dituntut agar cepat dalam berpikir, mengingat konsep-konsep yang telah didapatkan dari LKK, sehingga siswa dapat mencocokan kartu soal dan jawaban yang mereka pegang. Kegiatan ini juga menghilangkan kejenuhan mereka setelah mengerjakan LKK. Kegiatan pembelajaranmake a matchdi atas sedikit dimodifikasi, karena untuk menyesuai-kan karakter siswa, waktu kegiatan belajar mengajar, dan kondisi pembelajaran siswa di SMPN 5 Bandar Lampung. Dengan berdiskusi dalam kelompok seperti pada pembelajaran kooperatif tipe make a match, siswa akan lebih mudah me-mahami konsep. Secara tidak langsung pemahaman konsep siswa akan mening-kat. Dengan demikian, pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
(34)
C. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas maka dirumuskan suatu hipotesis dalam penelitian ini, yaitu:
a. Hipotesis Umum
Hipotesis dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe make matchberpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa.
b. Hipotesis Kerja
Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah
(35)
1
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMPN 5 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari enam kelas yaitu kelas VIII A sampai dengan VIII F. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Tahap-tahap pengambilan sampel sebagai berikut.
1. Menentukan dua kelas yang memiliki kemampuan awal yang relatif sama berdasarkan data nilai uji blok 1 dengan melihat nilai rata-rata pada kelas VIII A sampai VIII F pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Nilai Rata-Rata Kelas
No Kelas Nilai rata-rata
1 VIII A 66,47
2 VIII B 72
3 VIII C 68
4 VIII D 70
5 VIII E 62
(36)
2
Dari tabel 3.1 diperoleh kelas yang memiliki kemampuan awal yang relatif sama adalah kelas VIII A dan VIII C. Berati sampel dalam penelitian ini adalah kelas VIII A dan VIII C.
2. Dari dua kelas terpilih, kelas yang memiliki rata-rata lebih rendah sebagai kelas eksperimen dan kelas yang memiliki rata-rata lebih tinggi sebagai kelas kontrol. Berdasarkann pada (Lampiran C) diperoleh kelas VIII A dengan jumlah siswa 36 dan nilai rata-rata kemampuan awal 66,47 sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII C dengan jumlah siswa 40 dan rata-rata kemampuan awalnya 68 sebagai kelas kontrol.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah post-test only karena sampel memiliki kemampuan awal yang relatif sama. Struktur desain penelitian post-test only menurut Furchan (2007: 368) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Perlakuan Post-test
E X O1
P C O2
Keterangan:
E = Kelas eksperimen
P = Kelas pengendali atau kontrol
X = Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran
dengan metode make a match
C = Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran yang biasanya
(37)
3 O1 = Skor post-test pada kelas ekperimen
O2 = Skor post-test pada kelas kontrol
C. Prosedur Penelitian
Langkah-Langkah Penelitian:
1. Tahap Perencanaan
a) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
b) Menyusun Lembar Kegiatan Kelompok (LKK).
2. Tahap Pelaksanaan
Penelitian ini dilakukan sebanyak enam kali pertemuan. Pertemuan I-V membahas materi relasi dan fungsi dan pertemuan VI mengadakan post-test.
a. Langkah-langkah pelaksanaan kelas eksperimen
1) Pendahuluan
a) Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b) Guru memberikan motivasi
c) Guru menyampaikan langkah-langkah strategi pembelajaran make a match
2) Kegiatan inti
a) Guru membagi siswa menjadi 2 kelompok besar. Kelompok 1 adalah kelompok pemegang kartu soal dan kelompok dua adalah pemegang kartu jawaban
b) Guru membagi LKK kepada siswa
c) Guru menjelaskan materi yang berkaitan dengan LKK.
d) Guru meminta siswa untuk mengerjakan LKK secara berkelompok selama
20 menit.
e) Guru mengarahkan siswa, memperhatikan, memotivasi, dan memberikan bantuan apabila dibutuhkan.
(38)
4
f) Guru meminta perwakilan siswa untuk mengumpulkan LKK.
g) Guru mulai menerapkan make a match.
h) Guru meminta siswa mempresentasikan hasil diskusi dengan kelompok-nya.
i) Guru memuji siswa yang antusias dan berperan aktif dalam proses pem-belajaran.
j) Guru membahas (mengevaluasi) masalah-masalah yang ada yang belum dapat dipecahkan oleh siswa.
k) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah dipelajari.
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang telah di
berikan maka guru akan memberikan post-test pada akhir pembelajaran pertemuan VI berupa soal esai.
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.
b. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian kelas kontrol
1) Pendahuluan
a) Guru membacakan tujuan pembelajaran.
b) Guru memberikan motivasi
2) Kegiatan inti
a) Guru menjelaskan materi tentang relasi dan fungsi
b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika masih
(39)
5
c) Guru memberikan latihan soal kepada siswa.
d) Guru bersama siswa mencocokan jawaban dari soal yang diberikan.
e) Guru membimbing siswa membuat kesimpulan dari materi yang telah
dipelajari.
3) Penutup
a) Melakukan evaluasi, setelah semua siswa memahami materi yang telah
di berikan maka guru akan memberikan post-test pada akhir pem-belajaran pertemuan VI berupa soal esai.
b) Guru memberi informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang.
D. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data pemahaman konsep matematis yang diperoleh dari nilai tes setelah pembelajaran.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan tes.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat tes. Tes yang telah disusun harus memenuhi validitas tes. Validitas tes yang diguna-kan adalah validitas isi yaitu, validitas yang ditinjau dari kesesuaian isi tes dengan indikator pembelajaran yang telah ditentukan.
(40)
6
Dalam penelitian ini soal tes dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas VIII. Dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VIII SMPN 5 Bandar Lampung mengetahui dengan benar kurikulum SMP, maka validitas instrumen tes ini didasarkan pada penilaian guru mata pelajaran matematika. Tes yang dikategorikan valid adalah yang butir-butir tesnya telah di-nyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur berdasarkan penilaian guru mitra.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan isi kisi-kisi tes yang diukur dan kesesuaian bahasa yang digunakan dalam tes dengan kemampuan bahasa siswa dilakukan dengan menggunakan daftar cek lis oleh guru. Hasil penilaian terhadap tes menunjukkan bahwa tes yang digunakan untuk mengambil data telah me-menuhi validitas isi, hal tersebut dapat dilihat pada (Lampiran B.4).
Setelah intrumen tes dinyatakan valid oleh guru dan dosen, tes tersebut diujicoba-kan di luar sampel penelitian yaitu pada kelas IX A. Uji coba tes ini dimaksuddiujicoba-kan untuk mengukur tingkat reliabilitas tes. Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefi-sien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan meng-gunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa me-nunjukkan hasil yang tetap sama atau sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Sudijono (2011: 207) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu :
(41)
7 r = n − 1 1 −n ∑σσ
Keterangan:
= koefisien reliabilitas tes
n = banyaknya butir soal
∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item
= varians total
dengan:
= ∑ − ∑
Keterangan :
= varians total = banyaknya data
∑ = jumlah semua data
∑ = jumlah kuadrat semua data
Lebih lanjut Sudijono menjelaskan bahwa dalam pemberian interpretasi terhadap koeffisien reliabilitas tes (r11) pada umumnya menggunakan ketentuan, yaitu
apabila r11 ≥ 0,70 berarti tes hasil belajar yang sedang diuji memiliki reliabilitas
yang baik. Dari hasil perhitungan reliabilitas instrumen tes, diperoleh nilai
r
11=0,7213. Berdasarkan pendapat Sudijono di atas, nilai
r
11memenuhi kriteria tinggi karena koefisien reliabiltasnya lebih dari 0,70. Oleh karena itu instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut sudah layak digunakan untuk mengumpul-kan data.G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis dari penelitian dan dari hasil analisis ditarik kesimpulan, dengan prosedur sebagai berikut.
(42)
8
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor pemahaman konsep sampel berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak.
Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal.
Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut (Sudjana: 2005: 293)
= ( − )
Keterangan:
= frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan.
Kriteria uji : terima H0 jika x2hitung < x2tabel dengan dk = (k - 3) dan taraf nyata α =
5%.
2. Uji Homogenitas
Karena sampel berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan menggunakan uji homogenitas variansi. Uji homogenitas variansi dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen atau tidak. Untuk menguji homogenitas digunakan uji F. Uji F menurut Sudjana (2005: 249-250) adalah sebagai berikut.
(43)
9 2 2 2 1
s
s
F
Ho : = (kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen)
H1 : ≠ (kedua kelompok data memiliki variansi yang tidak homogen)
b) Taraf nyata : α = 0,10 c) Satitistik Uji
dengan ) 1 ( . . 2 2 2
n n x f x f n S i i i i Keterangan:S12 = varians terbesar
S22 = varians terkecil
n = jumlah siswa (∑fi) xi = tanda kelas
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas
Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis H0 jika: Fhitung ≥ F1/2α(n1-1, n2-1).
3. Uji Hipotesis
Karena data normal dan homogen maka dilanjutkan dengan melakukan uji hipo-tesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data menggunakan uji-t, yaitu uji satu pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:
1. Hipotesis uji
H0 : µ1= µ2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe make a match sama dengan rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah).
(44)
10 H1 : µ1 > µ2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan
pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah).
2. Taraf nyata: α = 5 %
3. Statistik uji
Karena = tetapi tidak diketahui maka
= ̅ − ̅ 1 + 1
,
= ( − 1) + ( − 1) + − 2 Dengan keterangan:
̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen
n2 = banyaknya subjek kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan
Kriteria uji: tolak H0 jika > dengan dk = (n + n − 2). Untuk
(45)
33
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap pemahaman konsep matematis siswa. Hasil analisis data menunjukkan:
a. Nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pem-belajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah.
b. Nilai rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah.
c. Indikator pemahaman konsep yang paling tinggi dicapai kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a matchdan kelas yang mengikuti pembel-ajaran yang biasanya diterapkan di sekolah adalah menyatakan ulang suatu konsep, karena dalam hal ini siswa telah dapat memahami dengan baik cara menyatakan ulang suatu konsep. Indikator pemahaman konsep yang paling rendah dicapai kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a match adalah mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan
(46)
34 konsepnya, karena dalam hal ini siswa belum memiliki pemahaman tentang bagaimana cara mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Indikator pemahaman konsep yang paling rendah dicapai kelas yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah adalah mengaplikasikan konsep, karena dalam hal ini siswa belum memiliki pemaha-man tentang bagaipemaha-mana cara mengaplikasikan konsep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep siswa dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipemake a matchsecara optimal. 2. Saat pembelajaran make a match berlangsung, perlu pengkondisian yang
baik saat pencocokan kartu agar suasana kelas kondusif dan tidak gaduh. 3. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk
dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian dalam pembel-ajaran matematika.
(47)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah. PT RinekaCipta. Jakarta.
Ariesvio. 2011. Mengenal Model Pembelajaran Make A Match (Mencari Pasang-an). [On Line]. Tersedia: http://ariesvio.blogspot.com/2011_03_01_archive. html(diakses pada tanggal 20 Juni 2012).
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.
Hamalik, Oemar. 2010.Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematis. [OnLine]. Tersedia:http//-herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis (diakses pada tanggal 20 Juni 2012)
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irnawati. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTsN 1 Sema-rang Tahun Ajaran 2010/2011. [On Line]. Tersedia: Andynuriman.files-.word- press.com/2011/10/skripsi1.pdf(diakses pada tanggal 20 Juni 2012). Ismail. 2003.Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran).Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pen-dekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Per-segi Panjang Dan PerPer-segi Tahun Pelajaran 2006/2007.(Skripsi).[OnLine]- .Tersedia:digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9/doc-.pdf (diakses pada tanggal 21 Juni 2012).
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Grasindo.
Miarso, Yusufhadi. 2005.Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenada Media group. Pendidikan Menengah Umum.
Sanjaya,Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.Kencana Prenada Media Group.Jakarta.
(48)
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Grafindo Persada. Jakarta.
Sasmita, Dewi. 2010.Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.
Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa Media. Bandung.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2009.Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 Tahun 2007 tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
(1)
9 2 2 2 1
s
s
F
Ho : = (kedua kelompok data memiliki variansi yang homogen) H1 : ≠ (kedua kelompok data memiliki variansi yang tidak homogen) b) Taraf nyata : α = 0,10
c) Satitistik Uji
dengan ) 1 ( . . 2 2 2
n n x f x f n S i i i i Keterangan:S12 = varians terbesar S22 = varians terkecil n = jumlah siswa (∑fi) xi = tanda kelas
fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas
Kriteria pengujian adalah tolak hipotesis H0 jika: Fhitung ≥ F1/2α(n1-1, n2-1).
3. Uji Hipotesis
Karena data normal dan homogen maka dilanjutkan dengan melakukan uji hipo-tesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data menggunakan uji-t, yaitu uji satu pihak. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:
1. Hipotesis uji
H0 : µ1 = µ2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match sama dengan rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah).
(2)
10 H1 : µ1 > µ2 (rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi dari rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah).
2. Taraf nyata: α = 5 % 3. Statistik uji
Karena = tetapi tidak diketahui maka
= ̅ − ̅ 1 + 1
,
= ( − 1) + ( − 1) + − 2 Dengan keterangan:
̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen n2 = banyaknya subjek kelas kontrol
= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan
Kriteria uji: tolak H0 jika > dengan dk = (n + n − 2). Untuk harga-harga t lainnya H0 diterima.
(3)
33
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh simpulan bahwa model
pembelajaran kooperatif tipe make a match berpengaruh terhadap pemahaman
konsep matematis siswa. Hasil analisis data menunjukkan:
a. Nilai rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti
pem-belajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada nilai rata-rata
pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah.
b. Nilai rata-rata pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa yang
mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a match lebih tinggi daripada
rata-rata pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah.
c. Indikator pemahaman konsep yang paling tinggi dicapai kelas yang mengikuti
pembelajaran kooperatif tipe make a matchdan kelas yang mengikuti
pembel-ajaran yang biasanya diterapkan di sekolah adalah menyatakan ulang suatu konsep, karena dalam hal ini siswa telah dapat memahami dengan baik cara menyatakan ulang suatu konsep. Indikator pemahaman konsep yang paling
rendah dicapai kelas yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe make a
(4)
34 konsepnya, karena dalam hal ini siswa belum memiliki pemahaman tentang bagaimana cara mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya. Indikator pemahaman konsep yang paling rendah dicapai kelas yang mengikuti pembelajaran yang biasanya diterapkan di sekolah adalah mengaplikasikan konsep, karena dalam hal ini siswa belum memiliki pemaha-man tentang bagaipemaha-mana cara mengaplikasikan konsep.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.
1. Guru dapat meningkatkan pencapaian pemahaman konsep siswa dengan
menerapkan pembelajaran kooperatif tipemake a matchsecara optimal.
2. Saat pembelajaran make a match berlangsung, perlu pengkondisian yang
baik saat pencocokan kartu agar suasana kelas kondusif dan tidak gaduh.
3. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk
dapat mempertimbangkan lama waktu pelaksanaan penelitian dalam pembel-ajaran matematika.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkemampuan Rendah.
PT RinekaCipta. Jakarta.
Ariesvio. 2011. Mengenal Model Pembelajaran Make A Match (Mencari
Pasang-an). [On Line]. Tersedia: http://ariesvio.blogspot.com/2011_03_01_archive.
html(diakses pada tanggal 20 Juni 2012).
Furchan, Arief. 2007. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha
Nasional.
Hamalik, Oemar. 2010.Proses belajar mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematis. [OnLine].
Tersedia:http//-herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman-matematis (diakses pada tanggal 20 Juni 2012)
Huda, Miftahul. 2011.Cooperative Learning.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Irnawati. 2011. Pengaruh Model Pembelajaran Make A Match dengan Strategi
Pencocokan Kartu Indeks dan Model Pembelajaran NHT dengan Strategi Bertukar Tempat Berbantu Kartu Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas VIII Semester II Pokok Bahasan Prisma dan Limas MTsN 1 Sema-rang Tahun Ajaran 2010/2011. [On Line]. Tersedia: A ndynuriman.files-.word- press.com/2011/10/skripsi1.pdf(diakses pada tanggal 20 Juni 2012).
Ismail. 2003.Media Pembelajaran (Model-model Pembelajaran).Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP
Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pen-dekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Per-segi Panjang Dan PerPer-segi Tahun Pelajaran 2006/2007 .(Skripsi).[OnLine]- .Tersedia:digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9/doc-.pdf (diakses pada tanggal 21 Juni 2012).
Lie, Anita. 2008. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas.
Jakarta: Grasindo.
Miarso, Yusufhadi. 2005.Menyemai benih teknologi pendidikan. Jakarta: Prenada
Media group. Pendidikan Menengah Umum.
Sanjaya,Wina. 2006.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
(6)
Sardiman, A.M. 2008. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Grafindo Persada. Jakarta.
Sasmita, Dewi. 2010.Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Two Stay Two Stray (TSTS) untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 10 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). (Skripsi). Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Bumi Aksara.
Jakarta.
Slavin, Robert E. 2005.Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktik. Nusa
Media. Bandung.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Sudjana. 2005.Metode Statistika. Bandung : Tarsito. Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2009.Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Tim Penyusun. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.41 Tahun 2007
tentang Standar Isi. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.