37 muncul  didasarkan  atas  reaksi  antara  NaHCO
3
dengan  2-4-isobutilfenil propanoat  yang  merupakan  suatu  asam  karboksilat  melepaskan  gas  CO
2
.  Hasil pengujian ditunjukkan pada tabel IV.
Tabel IV. Data uji gas dengan natrium bikarbonat NaHCO
3
Keterangan 2-4-isobutilfenil
propanoat Senyawa hasil sintesis
Gambar
Pengamatan Terdapat buih gas CO
2
Tidak muncul gas CO
2
Berdasarkan  hasil  pengujian,  dapat  disimpulkan  bahwa  senyawa  hasil
sintesis telah murni dari 2-4-isobutilfenil propanoat karena tidak terjadi muncul gelembung gas CO
2
seperti yang terjadi pada 2-4-isobutilfenil propanoat. Selain itu,  tidak  munculnya  buih  atau  gas  CO
2
menunjukkan  bahwa  senyawa  hasil sintesis  bukan  merupakan 2-4-isobutilfenil propanoat dan  tidak terdapat  gugus
karboksil.
4. Uji titik lebur
Pengujian  titik  lebur  dilakukan  terhadap  senyawa  hasil  sintesis. Pengujian titik lebur dilakukan mulai dari suhu 40°C - 300°C untuk replikasi I, II,
dan III  senyawa  hasil  sintesis.  Berdasarkan hasil pengujian,  diperoleh titik lebur senyawa senyawa hasil sintesis dan starting material seperti pada tabel V berikut.
38
Tabel V. Data titik lebur senyawa hasil sintesis dan starting material
Senyawa Titik lebur
N-4-hidroksifenil asetamida 170°C
2-4-isobutilfenil propanoat 77°C
Replikasi I senyawa hasil sintesis -
Replikasi II senyawa hasil sintesis -
Replikasi III senyawa hasil sintesis -
Dari  hasil  pengujian,  dapat  ditarik  kesimpulan  bahwa  senyawa  hasil
sintesis sudah bukan starting material yaitu N-4-hidroksifenil asetamida dan 2- 4-isobutilfenil propanoat dan memiliki titik lebur lebih dari 300°C.
5. Uji kromatografi lapis tipis KLT
Uji  dengan  kromatografi  lapis  tipis  KLT  bertujuan  untuk  identifikasi kualitatif  apakah  senyawa  hasil  sintesis  telah.  Senyawa  hasil  sintesis  ditotolkan
pada  plat  KLT  silika  gel  GF
254
bersama  dengan  starting  material  yaitu  N-4- hidroksifenil  asetamida  dan  2-4-isobutilfenil  propanoat  lalu  dielusikan
menggunakan  fase  gerak  etil  asetat.  Pelarut  yang  digunakan  adalah  etanol  baik untuk  starting  material  dan  senyawa  hasil  sintesis.  Parameter  yang  digunakan
adalah  R
f
untuk  masing-masing  bercak  senyawa  yang  ditotolkan.  R
f
merupakan perbandingan jarak bercak dengan jarak elusi dari titik awal penotolan. Jika hasil
elusi  menunjukkan  adanya  perbedaan  nilai  R
f
maka  dapat  dikatakan  bahwa senyawa hasil sintesis telah terbentuk.  Uji Kromatografi Lapis Tipis KLT juga
dapat digunakan untuk identifikasi kemurnian dari senyawa hasil sintesis dengan meliihat ada tidaknya bercak dengan R
f
yang sama pada starting material. Berikut hasil  analisis  Kromatografi  Lapis  Tipis  KLT  dan  data  R
f
ditunjukkan  dengan gambar dan tabel dibawah ini.
39
Gambar 23. KLT senyawa hasil sintesis pada fase gerak etil asetat
Keterangan :
Fase diam : silika gel GF
254
Jarak elusi : 10 cm
Fase gerak : etil asetat
Deteksi : UV 254 nm
Tabel VI. Nilai R
f
analisis KLT senyawa hasil sintesis Bercak
Senyawa R
f
IBU 2-4-isobutilfenil propanoat
0,62 PCT
N-4-hidroksifenil asetamida 0,40
R-I Pelarut replikasi I senyawa hasil sintesis
- R-II
Pelarut replikasi II senyawa hasil sintesis -
R-III Pelarut replikasi III senyawa hasil sintesis
- Berdasarkan  hasil  analisis  KLT,  didapatkan  bahwa  totolan  starting
material menghasilkan bercak tunggal dibawah sinar UV 254 nm. Sementara pada
senyawa  hasil  sintesis  tidak  didapatkan  bercak,  sehingga  dapat  disimpulkan bahwa  senyawa  hasil  sintesis  telah  murni  dari  starting  material  dan  bukan
merupakan  starting  material.  Tidak  adanya  bercak  pada  senyawa  hasil  sintesis
40 disebabkan  karena  senyawa  hasil  sintesis  tidak  terlarut  dalam  etanol,  sehingga
analisis KLT digunakan untuk mengetahui kemurnian dari senyawa hasil sintesis mengingat 2-4-isobutilfenil propanoat dan N-4-hidroksifenil asetamida sebagai
starting material larut dalam etanol.
C. Elusidasi Struktur Senyawa Hasil Sintesis 1. Spektrofotometri infra merah 2-4-isobutilfenil propanoat terderivatisasi
Spektrofotometri  infra  merah  digunakan  untuk  mengetahui  gugus fungsional yang terdapat dalam senyawa uji. Setiap senyawa memiliki spektra IR
yang berbeda karena transisi elektron yang terjadi akan terkait dengan perubahan vibrasi  didalam  molekul.  Untuk  memastikan  apakah  derivatisasi  2-4-
isobutilfenil  propanoat  telah  berlangsung,  maka  penyusun  melakukan  analisis terhadap anhidrida yang terbentuk dan ditunjukkan pada gambar dibawah ini.
Gambar 24. Spektra IR derivat 2-4-isobutilfenil propanoat pelet KBr
41 Spektra IR yang diperoleh menunjukkan adanya pita representatif dengan
gugus-gugus  fungsi  yang  terdapat  pada  struktur  derivat  2-4-isobutilfenil propanoat.  Gugus  aromatik  ditunjukkan  dengan  adanya  serapan  disebelah  kiri
3000  cm
-1
yaitu  pada  3055,24  cm
-1
.  Gugus  gem-dimetil  ditunjukkan  dengan adanya serapan doublet  dengan intensitas yang hampir sama pada daerah sekitar
1385-1380  cm
-1
yaitu  1381,03  cm
-1
dengan  intensitas  30,74  dan  1319,31  cm
-1
dengan intensitas 30,78.  Gugus C-H alkana ditunjukkan dengan adanya  serapan pada  daerah  3000-2840  cm
-1
yaitu  pada  2924,09  cm
-1
.  Gugus  C-H  alkena ditunjukkan dengan adanya serapan pada daerah didekat 1416 cm
-1
scissoring in- plane
yaitu  1458,18  cm
-1
,  serapan  pada  daerah  970  cm
-1
dan  650  cm
-1
trans- bending out of plane
yaitu 948,98 cm
-1
dan 671,23 cm
-1
serta serapan pada daerah sekitar  700  cm
-1
cis-bending  out  of  plane  yaitu  779,24  cm
-1
.  Gugus  ester ditunjukkan dengan adanya serapan kuat pada daerah 1300
– 1000 cm
-1
yaitu pada 1080,14 cm
-1
.
Gambar 25. Identifikasi gugus fungsi derivat 2-4-isobutilfenil propanoat
Spesifik  untuk  senyawa  derivat  2-4-isobutilfenil  propanoat  adanya gugus  ester  benzoat  yang  tumpang  tindih  dengan  anhidrida  asiklik  terkonjugasi
42 yaitu adanya serapan pada daerah 1775-1720 cm
-1
yang ditunjukkan pada 1720,50 cm
-1
. Berikut interpretasi spektra infra merah derivat 2-4-isobutilfenil propanoat:
Tabel VII. Interpretasi spektra IR derivat 2-4-isobutilfenil propanoat Gugus fungsional
Bilangan gelombang cm
-1
Intensitas
Gugus aromatik 3055,24
Medium, melebar Gugus C-H alkana
2924,09 Medium, tajam
Gugus anhidrida asiklik terkonjugasi 1720,50
Lemah, tajam Gugus C-H alkena scissoring in-plane
1458,18 Lemah, tajam
Gugus gem-dimetil 1381,03
Lemah, tajam 1319,31
Lemah, tajam Gugus ester C-O
1080,14 Medium, melebar
Gugus C-H alkena trans – bending out
of plane 948,98
Lemah, tajam 671,23
Lemah, tajam Gugus C-H alkena cis
– bending out of plane
779,24 Lemah, tajam
Silverstein dkk, 2005.
2. Spektrofotometri infra merah senyawa hasil sintesis