Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara perilaku mencuci tangan dengan kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan di wilayah kerja
Puskesmas Ngampel. Dari hasil analisis diperoleh nilai Odds Ratio OR= 3,707 95 CI= 1,585-8,670. Hal ini menunjukkan bahwa responden yang tidak
mencuci tangan mempunyai risiko 3,707 kali lebih besar balitanya menderita penyakit diare daripada responden yang mencuci tangan.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh M.C Widjaja 2003:3 yang menyatakan bahwa penularan kuman diare biasanya
melalui makanan terutama makanan jajanan, sehingga tindakan preventif harus dilakukan agar serangan kuman dapat dihindari. Tindakan preventif tersebut
diantaranya adalah dengan membersihkan tangan sebelum memnberikan makan kepada bayi dan anak.
Mencuci tangan dengan sabun, terutama sesudah buang air besar, sesudah membuang tinja anak, sebelum menyiapkan makanan, sebelum menyuapi makan
anak dan sebelum makan, mempunyai dampak dalam kejadian diare Depkes RI, 2002: 61.
5.3 Hubungan antara Perilaku Merebus Air Minum dengan Kejadian Diare
pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngampel
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku merebus air minum dengan kejadian diare pada balita usia 6-24 bulan di
wilayah kerja Puskesmas Ngampel.
Hal tersebut dikarenakan responden pada kelompok kasus sebagian besar perilakunya sudah baik, yaitu sebesar 45 responden 93,7 sudah merebus air
minumnya sampai mendidih sebelum digunakan untuk minum. Hal ini menyebabkan besar proporsi responden yang merebus air minum baik dari
kelompok kasus maupun kontrol hampir setara sehingga efek yang ditimbulkan seragam.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa meminum air yang tidak dimasak dapat menyebabkan sakit perut seperti diare,
karena kuman penyebab diare biasanya masih terdapat pada air yang belum dimasak Dinkes Propinsi Jateng, 2005:28.
5.4 Hubungan antara Perilaku Menutup Hidangan Makanan dengan
Kejadian Diare pada Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Ngampel
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku menutup hidangan makanan dengan kejadian diare pada balita usia 6-24
bulan di wilayah kerja Puskesmas Ngampel. Hal tersebut dikarenakan responden pada kelompok kasus sebagian besar
perilakunya sudah baik, yaitu sebesar 32 responden 66,7 sudah menutup hidangan makanan yang akan diberikan kepada balitanya. Hal ini menyebabkan
besar proporsi responden yang menutup hidangan makanan baik dari kelompok kasus maupun kontrol hampir setara sehingga efek yang ditimbulkan seragam.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dari Dinkes Propinsi Jateng 2005:28, yang menyatakan bahwa menutup tempat penyimpanan bahan makan
dan makanan siap saji, dapat menghindarkan dari binatang penyebar penyakit seperti lalat, kecoa, nyamuk dan tikus, sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya penyakit seperti diare.
5.5 Hubungan antara Lokasi Sumur Gali dengan Kejadian Diare pada