2.3 Mata Pencaharian
Secara umum mata pencaharian umum masyarakat Daerah Istimewa Aceh yaitu bertani sawah, lading dan kebun dan menangkap ikan.
Berburu dan meramu meracik obat hampir menghilang pada masyarakat Daerah Istimewa Aceh. Namun berburu bukan merupakan mata pencaharian pokok.
Mata pencaharian lain adalah beternak dan kerajinan tangan. Selain Mata pencaharian pokok, masyarakat Daerah Istimewa Aceh memiliki mata pencaharian yang lain yaitu,
meulancang memasak garam, droup kreung dan syue menangkap lokan dan siput, muge penjaja ikan, penggalas uroe gantoe hari pekan dan ek-u panjat kelapa.
Mata-mata pencaharian ini masih berkembang sama dengan mata pencaharian lain. Pada masa akhir-akhir ini berkembang pula suatu bentuk pekerjaan baru
terutama dalam masyarakat perkotaan, sebagai akibat pertambahan dan perluasan perusahaan-perusahaan, biro-biro jasa, kantor-kantor pemerintah.
2.4 Kepercayaan 1. Kepercayaan Kepada Dewa-dewa
Masyarakat Daerah Istimewa Aceh tidak mengenal dewa-dewa polytheisme karena memeluk agama Islam. Agama-agama lain separti agama Kristen dan Budha
yang terdapat di daerah ini, hanya berkembang terbatas di kalangan kelompok pendatang dari luar Daerah Istimewa Aceh, yaitu pada suku-suku bangsa yang berasal
dari Ambon, Batak, Minahasa dan Cina.
Universitas Sumatera Utara
2. Kepercayaan kepada Makhluk Halus dan Kekuatan Ghaib
Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan satu-satunya kepercayaan masyarakat. Agama Islam adalah yang dianut, namun masyarakat Daerah
Istimewa Aceh tersebut mempercayai juga bahwa Tuhan Yang Maha Esa menciptakan makhluk-makhluk halus yang mendiami alam barzach atau alam ghaib.
Masyarakat mempercayai bahwa jin-jin jahat mendiami tempat-tempat yang angker seperti di hutan-hutan, di laut, di lubuk yang dalam, di kuala, di rawa-rawa
atau di pohon-pohon beringin. Masyarakat Daerah Istimewa Aceh membayangkan tipe-tipe daripada jin tersebut
dalam berbagai bentuk, misal jen aphui jin api yang dikenal oleh masyarakat Daerah Istimewa Aceh dengan bentuk seperti cahaya api di waktu malam hari.
Burong di daerah jamee disebut burung yaitu penjelmaan dari roh orang yang meninggal dalam melahirkan.
Universitas Sumatera Utara