4.2 Pembahasan
Penelitian berjudul ―Faktor Kemampuan Membaca Kritis pada Siswa Kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016
‖ ini bertujuan untuk mencari faktor penentu kemampuan membaca kritis. Sebelum itu,
peneliti meneliti sejauh mana kemampuan membaca kritis siswa dengan memberikan tes kemampuan membaca kritis. Lalu, untuk mencari faktor kemampuan membaca
kritis, peneliti meneliti berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mendapat hasil sebagai berikut.
4.2.1 Kemampuan Membaca Kritis
Tes kemampuan membaca kritis yang diberikan oleh peneliti digunakan untuk melihat kemampuan membaca kritis siswa. Tes ini dilakukan pada 26 siswa dengan
30 soal, namun hanya 12 soal yang dinyatakan layak. Di dalam tes ini terdapat beberapa aspek penilaian, yaitu mengingat dan mengenai, menginterpretasi bacaan,
mengaplikasikan konsep-konsep, menganalisis suatu bacaan, membuat kesimpulan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan.
Berdasarkan hasil yang telah dianalisis, skor rata-rata siswa ialah 14,58 dan termasuk dalam kategori kurang. Siswa sudah mampu dalam tiga aspek dari total
tujuh aspek yang ada. Siswa sudah mampu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. Dalam
empat aspek lainnya siswa terlihat masih belum menguasai, yaitu aspek menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan
merespons isi bacaan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Hasil yang didapat pada tes kemampuan membaca kritis tidak sejalan dengan hasil kuseioner. Hasil kuesioner menunjukkan bahwa persentase yang didapat
termasuk dalam kategori kuat, namun dalam tes kemampuan membaca masih termasuk dalam kategori kurang. Hal ini dikarenakan faktor negatif yang
memengaruhi kemampuan membaca kritis masih kuat. Membaca kritis adalah membaca untuk memahami isi bacaan secara rasional, kritis, mendalam, disertai
keterlibatan pikiran untuk menganalisis bacaan. Di sini pembaca akan mencamkan lebih dalam materi yang dibacanya. Seorang pembaca kritis menggunakan empat cara
secara aktif. Keempat hal itu meliputi bertanya seolah-olah berdialog dengan teks bacaan, menyimpulkan, menghubungkan satu keterampilan dengan keterampilan lain,
serta menilai ide-ide dalam bacaan Winarno, 2012: 84. Jadi, skor rata-rata siswa pada kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan,
Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 ialah 14,58 dan termasuk dalam kategori kurang. Para siswa hanya mampu memenuhi tiga aspek dari tujuh aspek
yang ada, yaitu mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan.
4.2.2 Faktor Kemampuan Membaca Kritis
Faktor kemampuan membaca kritis diteliti berdasarkan observasi, kuesioner dan wawancara. Pada observasi, peneliti memiliki 11 aspek untuk penilaian guru dan
murid. Aspek ini digunakan untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar pada saat kegiatan membaca. Aspek yang terdiri dari pembuka, inti, dan penutup ini
memperlihatkan bagaimana kegiatan belajar mengajar pada kegiatan membaca di PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016.
Berdasarkan observasi yang dilakukan pada tanggal 13 Januari 2016 siswa masih terlihat belum memiliki motivasi dan minat membaca. Siswa masih
membutuhkan motivasi belajar, motivasi yang dapat dibangun oleh guru maupun murid itu sendiri. Siswa sudah jenuh dengan suasana kelas yang konvensional,
sehingga siswa butuh sesuatu untuk meningkatkan keinginan belajar, khusunya membaca. Jadi, berdasarkan hasil observasi, motivasi dan minat baca siswa masih
kurang dan memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selanjutnya, kuesioner dibagikan pada tanggal 16 Januari 2016 berisi faktor
yang memengaruhi kemampuan membaca kritis. Kuesioner yang dibagikan memiliki 30 pernyataan yang terdiri dari 14 aspek. Aspek terdiri dari faktor internal dan
eksternal. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh bahwa faktor internal memiliki nilai yang lebih dibandingkan dengan faktor eksternal. Skor kuesioner yang didapat
pada faktor internal ialah 74,10 sedangkan faktor eksternal ialah 62,49, dan keduanya termasuk dalam kategori kuat dengan pernyataan positif dan negatif.
Berdasarkan hasil dari 26 siswa, motivasi siswa dalam membaca memiliki skor yang tinggi. Siswa juga memiliki skor yang tinggi dalam aspek minat.
Kematangan sosio dan emosi siswa juga tinggi dalam membaca. Berdasarkan hasil, aspek pengalamanpengetahuan juga termasuk faktor yang memengaruhi kemampuan
membaca kritis. Selain itu, siswa juga dapat mengambil kebermanfaatan dalam membaca dengan cukup baik.
Aspek fisiologis juga menentukan kemampuan membaca kritis yang cukup tinggi. Dilihat dari hasil perhitungan, membaca juga dapat memengaruhi inteligensi
siswa. Lalu, Aspek kompetensi kebahasaan memiliki posisi yang tinggi dalam memengaruhi kemampuan membaca kritis. Selain itu, persentase kebiasaan membaca
siswa pun termasuk yang cukup tinggi dalam kemampuan membaca kritis. Aspek terakhir dalam faktor internal ialah strategi membaca dan kondisi baca, skor yang
didapat menunjukkan siswa sudah memiliki strategi dan kondisi baca yang cukup baik.
Selain faktor internal, peneliti juga melihat faktor kemampuan membaca kritis melalui faktor eksternal. Berdasarkan faktor eksternal, terdapat beberapa aspek yang
memengaruhi kemampuan membaca kritis. Aspek yang pertama ialah aspek suasana lingkungan pencahayaan, siswa memiliki skor yang cukup pada aspek ini. Selain itu,
terdapat faktor lingkungan latar belakang ekonomi, pada aspek ini sosial ekonomi siswa terbilang cukup. Selain dari lingkungan, teks juga memengaruhi kemampuan
membaca siswa. Aspek terakhir dari faktor eksternal ialah jadwal baca, hasil yang didapat menunjukkan cukup banyak siswa yang meluangkan waktunya untuk
membaca. Berdasarkan
penjelasan yang
sudah disampaikan,
peneliti dapat
menyimpulkan bahwa faktor internal memiliki lebih banyak pengaruh daripada faktor eksternal. Pengaruh tersebut tergantung berdasarkan sikap negatif atau positif pada
pernyataan yang ada. Namun, minat, pengetahuanpengalaman, dan kompetensi kebahasaan sangat kuat memengaruhi kemampuan membaca kritis.
Selanjutnya, wawancara yang dilakukan pada tanggal 20 Januari 2016 dilakukan untuk mengetahui faktor kemampuan membaca kritis lebih dalam.
Wawancara ini dilakukan dengan memberikan pertanyaan secara lebih mendalam. Pertanyaan yang ada berkaitan dengan kebiasaan, buku yang disukai, motivasi,
jadwal baca, dana khusus yang disediakan, tata letak tulisan, dan manfaat membaca menurut siswa.
Sebenarnya, berdasarkan data yang diambil terdapat siswa yang memiliki perbedaan nilai antara kuesioner dengan tes kemampuan membaca. Siswa tersebut
memiliki nilai kuesioner tertinggi namun memiliki nilai tes kemampuan membaca kritis yang rendah. Lalu, peneliti menggunakan wawancara untuk menemukan
jawaban mengapa terdapat perbedaan yang mencolok tersebut. Elsina memiliki nilai tertinggi dalam kuesioner, namun memiliki nilai rendah dalam tes kemampuan
membaca kritis. Peneliti mencari faktor apa yang memengaruhi kemampuan membacanya. Setelah dilihat, akhirnya peneliti menemukan satu faktor, yaitu faktor
keadaan membaca. Elsina sempat menyatakan ―Kalau sedang ada pikiran maka membaca menjadi tidak tenang dan tidak dapat memahami isi, maka harus dalam
keadaan tanp a beban agar bisa memahami isi‖. Pernyataan ini adalah pernyataan yang
berbeda di antara teman-teman yang lain dalam pertanyaan yang sama. Pernyataan tersebut menjadi jawaban mengapa Elsina memiliki nilai kuesioner tertinggi, namun
memiliki nilai tes kemampuan membaca kritis yang rendah. Berarti dapat disimpulkan bahwa salah satu faktor kemampuan membaca kritis juga dipengaruhi
oleh keadaan pembaca, baik itu kesehatan fisik maupun psikologisnya. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa faktor kemampuan membaca kritis ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, dan keadaan pembaca kesehatan fisik
dan psikologis. Hal ini sejalan dengan perhitungan kuesioner, faktor internal khususnya minat, pengetahuanpengalaman, dan kompetensi kebahasaan ialah yang
paling kuat. Selain itu, menurut Noer 2012: 51 motivasi membaca dapat ditingkatkan dengan Anda harus menemukan jawaban mengapa Anda perlu membaca
buku tersebut. Contohnya jika buku tersebut ialah text book perkuliahan yang tebal dan membosankan, coba bayangkan apa yang menarik dari judulnya, topik-topik
yang dibahas di dalamnya, dan apa yang bisa Anda aplikasikan jika menguasai buku tersebut. Jika disimpulkan, motivasi yang ditimbulkan akan menghasilkan minat
untuk membaca buku yang ada. Pada wawancara yang peneliti lakukan, peneliti juga melihat kebahasaan
siswa yang menyukai fiksi dan nonfiksi memiliki perbedaan. Pada siswa yang memiliki minat pada buku fiksi terlihat lebih leluasa dan lebih santai daripada siswa
yang menyukai bacaan nonfiksi. Siswa yang menyukai nonfiksi memiliki pemikiran yang lebih matang dan terlihat berpikir dengan sesekali mengertnyitkan dahi bila
akan menjawab pertanyaan. Mereka juga memiliki tata aturan kalimat yang lebih baik daripada yang menyukai fiksi. Untuk gestur tubuh sendiri, siswa yang menyukai fiksi
terlihat lebih santai dan menceritakan sedikit pengalamannya pada saat menjawab pertanyaan daripada siswa yang menyukai nonfiksi yang terlihat lebih kaku dan tidak
banyak meceritakan pengalamannya dalam hal membaca. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Berdasarkan analisis observasi, hasil kuesioner, dan wawancara diperoleh hasil bahwa faktor kemampuan membaca kritis pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA
Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 ialah kebiasaan, motivasi, minat baca, pengetahuanpengalaman, kompetensi kebahasaan, dan keadaan
pembaca kesehatan fisik dan psikologis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
BAB V KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
Pertama, hasil tes kemampuan membaca kritis siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran 20152016 termasuk dalam
kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh, skor rata-rata siswa adalah 14,58. Di antara 26 siswa yang mengikuti tes, terdapat 7 siswa yang mendapat
nilai cukup dalam membaca kritis, sisanya 19 siswa mendapat nilai kurang dalam membaca kritis. Dalam perhitungan terdapat tiga aspek yang dapat tercapai yaitu
mengingat dan mengenali bacaan, mengaplikasikan konsep-konsep ke dalam bacaan, dan membuat simpulan. Siswa masih lemah dalam empat aspek yang lain, yaitu
menginterpretasi suatu bacaan, menganalisis suatu bacaan, menilai suatu bacaan, dan merespons isi bacaan.
Kedua, faktor kemampuan membaca kritis diambil berdasarkan observasi, kuesioner, dan wawancara. Berdasarkan hasil observasi, siswa terlihat tidak memiliki
motivasi dan minat baca. Berdasarkan perhitungan kuesioner yang dibagikan pada siswa kelas XI MIA 2 di SMA Negeri 1 Kasihan, Bantul, Yogyakarta Tahun Ajaran
20152016 faktor internal dan eksternal masuk dalam kategori kuat, yaitu 74,10 untuk faktor internal dan 62,49 untuk faktor eksternal. Namun, peneliti melihat
bahwa aspek yang sangat kuat seperti minat, pengetahuanpengalaman, dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI