Peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah satu syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Oleh

ENDANG PUJI RAHAYU NIM 109018300035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

iv

ABSTRAK

Endang Puji Rahayu (NIM: 109018300035). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Group Investigation Siswa Kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan aktivitas belajar matematika siswa dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Sukamaju 3 Depok dengan mengunakan metode penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus, dimana dalam setiap siklusnya terdiri dari 4 kali pertemuan dan 1 kali pertemuan tes akhir siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok tahun ajaran 2013/2014 yang terdiri dari 32 siswa. Instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, tes hasil belajar, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dengan langkah-langkah meliputi: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, evaluating. Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dan dapat meningatkan aktivitas belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari presentase aktifitas siswa pada siklus I sebesar 66,25% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 77,92%. Sedangkan peningkatan presentase emampuan berpikir kritis matematis pada siklus I diperoleh persentase kemampuan mempertanyakan permasalahan sebesar 57,03% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 85,94%, pada siklus I persentase kemampuan menguji diperoleh 68,75% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 78,91%, pada siklus I kemampuan menilai diperoleh 80,86% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 82,03%, pada siklus I persentase kemampuan membuat kesimpulan sebesar 41,41% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 71,87. Jadi, kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas IV pada siklus I sebesar 65,78% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi sebesar 80,15%.


(6)

v ABSTRACT

Endang Puji Rahayu (NIM: 109018300035). Improvement Students Critical Thinking Skill Mathematical Through Cooperative Learning Type Group

Investigation Student 4th Grade of SD Negeri Sukamaju 3 Depok.

This study aims to describe students activities of mathematics learning and improve students critical thinking skills mathematical through cooperative learning type Group Investigation (GI). This research was conducted in the Elementary School 3 Depok Sukamaju using the method of action research carried out in 2 cycles, where in each cycle consisting of 4 meetings and 1 meeting final test cycle. Subjects in this study were fourth grade students of SD Negeri 3 Depok Sukamaju academic year 2013/2014 which consisted of 32 students. Instrument used in this study is the observation sheet aOctivities of teachers and students during the learning process in progress, achievement test, and documentation.

The results of study showed that the application of cooperative learning Group Investigation with steps of GI: grouping, planning, investigation, organizing, presenting, evaluating. Can improve students' critical thinking skills and mathematical learning activities of students, it can be seen from the percentage of student activity on the first cycle of 66.25% has increased in the second cycle amounted to 77.92%. While the increase in the percentage of students critical thinking skills mathematically percentages obtained in the first cycle of the ability to question issues has increased 57.03% in the second cycle be at 85.94%, the percentage of first cycle test capabilities gained 68.75% increase on the second cycle amounted to 78.91%, in the first cycle assess abilities gained 80.86% increase in the second cycle amounted to 82.03%, in the first cycle the ability to make inferences percentage of 41.41% increase in cycle II to 71.87. Thus, the ability of critical thinking mathematically fourth grade students in the first cycle of 65.78% and an increase in the second cycle amounted to 80.15%.


(7)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Hanya dengan rahmat dan pertolongan-Nya segala daya dan upaya manusia dalam berusaha dapat mencapai hasil yang diinginkannya.

Penulis dapat menyelesaikan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana, apa yang penulis uraikan dalam pembahasan skripsi ini merupakan hasil maksimal yang dapat penulis capai. Namun demikian, sebagai manusia yang penuh kekurangan penulis menyadari bahwa skripsi ini belum bisa dikatakan sebagai karya yang sempurna. Tapi, inilah yang dapat penulis persembahkan sebagai pemenuhan tugas dan wujud tanggung jawab keilmuan dari penulis.

Selesainya skripsi ini tak lepas dari adanya bantuan pihak, baik langsung maupun tidak langsung, moril maupun materil. Untuk itu, dalam kesempatan ini, penulis haturkan terima kasih kepada:

1. Nurlena Rifa’I, M.A,Ph.D, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Fauzan, MA. Selaku ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.

3. Abdul Muin, M.Pd, selaku dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini, yang penuh kesabaran, kearifan, dan kebijaksanaan telah memberikan bimbingan, arahan, dan dorongan yang tidak henti-hentinya disela-sela kesibukannya selama penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya kepada dosen-dosen PGMI yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang tak terhingga dan sangat berguna bagi penulis.

5. Para staf perpustakaan, baik Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan maupun Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari referensi untuk menyelesaikan skripsi ini.


(8)

vii

6. Ummi Tamanny Zuhrri S.Pd MM, selaku Kepala SD Negeri Sukamaju 3 Depok yang telah memberikan izinnya untuk dapat melaksanakan penelitian di SD Negeri Sukamaju 3 Depok.

7. Muhamad Ahda, selaku guru kelas IVA yang telah membimbing dan membantu penulis dalam melakukan penelitian di SD Negeri Sukamaju 3 Depok.

8. Ayahanda tercinta Su’fain, dan ibunda tercinta Hanifah, yang tak pernah berhenti mendoakan, memberikan kasih sayang dan memberi motivasi serta bantuan moril maupun materil kepada penulis dengan tulus dan ikhlas.

9. Kakak tersayang Atik Suhariyati, Evi Purnamawati, Tutik Widiyanti, Sri Wahyuni dan adik tersayang Irlyany, Aulia yang selalu mendoakan dan mendorong penulis untuk tetap semangat menyelesaikan skripsi ini.

10.Seseorang yang special, Prada Sukma Mandra Guna yang slalu mendukung, memotivasi dan mendoakan penulis dalam penulisan skripsi. 11.Sahabat-sahabatku tercinta, Riskitri Wigih Sayekti, S.Pd, Ayu Wulandari,

Siti Rohmah Amelia S.Pd, Nuriel S.Pd, Niswatun Hasanah, Yesti Ferdiana, S.Pd, Hilda S.Pd, Maulidya Noor Izzati S.Pd, Sifa Kumala, yang telah memberikan banyak bantuan dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi ini.

12.Teman-temanku seperjuangan Prodi PGMI angkatan 2009 yang telah memberikan motivasi dan dorongan besar bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Melalui tulisan ini pula, penulis mendoakan semoga amal baik yang telah dilakukan oleh semua pihak di atas mendapatkan pahala dari Allah SWT. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Jakarta, 29 Januari 2014 Penulis


(9)

viii DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ... 5

C. Pembatasan Fokus Penelitian ... 5

D. Perumusan Masalah Penelitian ... 6

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II: KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Deskripsi Teoritik ... 8

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis ... 8

a. Pembelajaran Matematika ... 8

b. Kemampuan Berpikir Kritis ... 9

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation.. 14

a. Model Pembelajaran Kooperatif ... 14

b. Group Investigation (GI) ... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berpikir ... 26

D. Hipotesis Tindakan ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 28


(10)

ix

C. Subjek Penelitian ... 30

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 30

E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 30

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 33

G. Data dan Sumber Data ... 34

H. Instrumen Pengumpul Data ... 34

I. Teknik Pengumpulan Data ... 35

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 35

K. Ananlisis Data dan Interpretasi Data ... 36

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 39

BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA, INTERPETASI HASIL ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Intervensi Tindakan ... 40

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I ... 40

a. Tahap Perencanaan ... 40

b. Tahap Pelaksanaan ... 41

c. Tahap Observasi ... 52

d. Tahap Refleksi ... 54

2. Pelaksanaan Penelitian Siklus II ... 56

a. Tahap Perencanaan ... 56

b. Tahap Pelaksanaan ... 57

c. Tahap Observasi ... 68

d. Tahap Refleksi ... 70

B. Analisis Data ... 71

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 72

D. Pembahasan ... 76

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 81 DAFTAR PUSTAKA


(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Tahapan dalam Menerapkan Pembelajaran Koopearatif ... 23 Tabel 3.1 Pedoman Konvensi Persentase Rata-rata Hasil Observasi

Aktivitas Siswa dan Guru ... 38 Tabel 3.2 Klasifikasi Persentase Nilai Kriteria Berpikir Kritis Siswa... 39 Tabel 4.1 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Siklus I ... 52 Tabel 4.2 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Siklus I ...52 Tabel 4.3 Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI Siklus I ... 53 Tabel 4.4 Hasil Belajar Siswa dengan Model PMRI Siklus I ... 55 Tabel 4.5 Hasil Refleksi Siklus I ... 68 Tabel 4.6 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa dengan Model

Pembelajaran KooperatifTipe GI Siklus II ... 69 Tabel 4.7 Hasil Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan

Model Pembelajaran KKooperatif Tipe GI Siklus II ... 69 Tabel 4.8 Hasil Refleksi Siklus II ... 70 Tabel 4.9 Persentase Aktivitas Belajar dengan Model Pembelajaran

KooperatifTipe GI Siklus II ... 72 Tabel 4.10 Persentase Aktivitas Mengajar Guru dengan Model Pembelajaran

KooperatifTipe GI Siklus II ... 73 Tabel 4.11 Persentase Berpikir Kritis Siswa Kelas IV A ... 75 Tabel 4.12 Persentase Masing-masing Indikator Kemampuan Berpikir Kritis


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan tahap pembelajaran kooperatif tipe GI ... 23

Gambar 3.1 Bagan alur pelaksanaan tindakan dalam PTK ... 29

Gambar 4.1 Siswa sedang memfasilitasi siswa saat diskusi kelompok ... 43

Gambar 4.2 Suasana saat siswa diskusi dan melakukan investigasi ... 46

Gambar 4.4 Tahap presentasi siswa menuliskan hasil diskusi di papan tulis .... 49

Gambar 4.4 Suasana kelas saat siswa mengerjakan tes akhir siklus I ... 51

Gambar 4.5 Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil investigasinya ... 66


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan pembelajaran (Siklus II) Lampiran 3 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus I

Lampiran 4 Instrumen Tes Akhir Siklus I Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus I Lampiran 6 Kisi-kisi Tes Akhir Siklus II Lampiran 7 Instrumen Tes Akhir Siklus II Lampiran 8 Kunci Jawaban Tes Akhir Siklus II Lampiran 9 Pedoman Penskoran Per Indikator

Lampiran 10 Lembar Observasi Aktivitas belajar Siswa Lampiran 11 Lembar Observasi Aktivitas Mengajar Guru Lampiran 12 Catatan Lapangan Siklus I

Lampiran 13 Catatan Lapangan Siklus II Lampiran 14 Hasil Tes Akhir Siklus I Lampiran 15 Hasil Tes Akhir Siklus II

Lampiran 16 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus I Lampiran 17 Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Lampiran 18 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus I Lampiran 19 Hasil Observasi Aktivitas Mengajar Guru Siklus II Lampiran 20 Peningakatan Aktivitas Belajar Siswa

Lampiran 21 Peningkatan Aktivitas Mengajar Guru

Lampiran 22 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Lampiran 23 Lembar Uji Referensi

Lampiran 24 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 25 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 26 Surat Keterangan Penelitian


(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas.Hal ini berdampak langsung pada berbagai bidang kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan.Lembaga pendidikan sebagai bagian dari sistem kehidupan telah berupaya mengembangkan struktur kurikulum, sistem pendidikan, dan model pembelajaran yang efektif dan efisien untuk meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan merupakan kunci untuk semua kemajuan dan perkembangan yang berkualitas, karena pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan.1

Peningkatan kualitas pendidikan harus dilakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Faktor yang dapat menentukan kualitas pendidikan antara lain kualitas pembelajaran dan karakter siswa yang meliputi bakat, minat, dan kemampuan. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari interaksi siswa dengan sumber belajar dan pendidik.Interaksi yang berkualitas adalah yang menyenangkan dan dapat menciptakan pengalaman belajar. Untuk menghadapi perubahan dunia yang begitu pesat adalah dengan membentuk budaya berpikir kritis di masyarakat. Prioritas utama dari sebuah sistem pendidikan adalah mendidik siswa tentang bagaimana cara belajar dan berpikir kritis.

Berpikir kritis adalah perwujudan perilaku belajar terutama yang bertalian dengan pemecahan masalah.Berpikir kritis diterapkan kepada siswa untuk menentukan sebab akibat, menganalisis, menarik simpulan-simpulan untuk memecahkan masalah secara sistematis, inovatif, dan mendesain solusi yang mendasar. Dengan berpikir kritis siswa menganalisis apa yang mereka pikirkan,

1

Muhibbin Syah. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. (Jakarta : PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 10.


(15)

mensintesis informasi, dan menyimpulkan. Berpikir kritis dapat dikembangkan melalui pembelajaran matematika karena matematika memiliki struktur dan kajian yang lengkap serta jelas antar konsep. Aktivitas berpikir kritis siswa dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal dengan lengkap dan sistematis.

Matematika merupakan suatu ilmu yang ada di setiap aspek kehidupan.Dalam kehidupan nyata, matematika digunakan untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sehari-hari.Matematika juga merupakan sumber berbagai ilmu pengetahuan.Oleh karena itu, matematika sangatlah penting dipelajari disetiap jenjang pendidikan serta dalam kehidupan sehari-hari.

Secara garis besar, kemampuan dasar matematika dapat diklasifikasikan dalam lima standar yaitu kemampuan: 1) mengenal, memahami, dan menerapkan konsep, prosedur, prinsip dan ide matematika, 2) menyelesaikan masalah matematik (mathematical problem solving), 3) bernalar matematis (mathematical reasoning), 4) melakukan koneksi (mathematical connection), dan 5) komunikasi matematik (mathematical communication).2

Salah satu kemampuan dasar matematik adalah kemampuan bernalar matematis, menurut krulik dan Rudnick bahwa penalaran meliputi 3berpikir dasar (basic thinking) yaitu, suatu proses yang disadari dengan tujuan mewujudkan suatu gagasan, berpikir kritis (critical thinking) yaitu, berpikir dengan maksud tertentu beralasan dan bertujuan langsung, sedangkan berpikir kreatif (creative thinking) yaitu, suatu proses berpikir yang digunakan ketika memunculkan ide-ide baru. Berpikir kritis diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat, karena manusia selalu dihadapkan pada keadaan atau masalah yang memerlukan pemecahan. Untuk memecahkan suatu permasalahan dibutuhkan data-data agar dapat dibuat keputusan yang logis, serta diperlukan pula kemampuan berpikir kritis.Selain itu berpikir kritis memainkan peranan yang penting dalam banyak macam pekerjaan, khususnya pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan berpikir analitis.

2

Utari Sumarmo. Pembelajaran Keterampilan Membaca Matematika, (http://www.docstoc.com/docs/28240951/), diakses pada tanggal 2 februari 2013.

3

Tatag Yuli. Konstrusi Teoritik Tentang Tingkat Berpikir Kreatif Siswa dalam Matematika, (http://tatagyes.files.wordpress.com/2009/11/paper07_jurnal_univadibuana.pdf ), diakses pada tanggal 12 februari 2014.


(16)

Pada proses pembelajaran, tidak banyak guru yang berupaya menciptakan lingkungan belajar yang kondusif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis. Hal ini Nampak ketika guru menjelaskan materi yang telah disiapkan, guru memberikan soal latihan yang bersifat rutin dan prosedural, siswa hanya cendrung menghafal rumus-rumus atau aturan matematika. Kondisi ini mencerminkan suatu proses pembelajaran matematika yang tidak berpusat pada siswa dan tidak memfasilitasi kemampuan berpikir kritis matematis.

Pada kenyataannya fakta di lapangan menunjukan bahwa pembelajaran Matematika masih belum dapat memaksimalkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran yang diterapkan guru belum melibatkan siswa secara aktif dan soal-soal Matematika yang diberikan guru kepada siswa belum memungkinkan siswa untuk mengerjakan dalam berbagai cara serta sistematis. Hal ini dapat diidentifikasi dari kegiatan pada saat guru menjelaskan materi di depan kelas. Guru masih menerapkan pembelajaran teacher-centered dimana guru yang menjelaskan materi sedangkan siswa memerhatikan saja. Sehingga mereka tidak dapat mengkomunikasikan ide-ide matematika mereka, baik secara lisan maupun secara tulisan. Mereka juga tidak maksimal dalam menganalisis soal matematika. Hal tersebut dapat diidentifikasi dari bagaimana siswa menyelesaikan soal yang diberikan guru ketika pembelajaran berlangsung. Siswa cenderung langsung menuliskan hasil akhir dari soal yang diberikan guru, tanpa disertai dengan cara yang sistematis.

Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang seringkali diterapkan dalam meningkatkan kemampuan pemahaman dan kecerdasan siswa serta membangun kemampuan berpikir kritis.Karena model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan slavin yang isinya menyatakan bahwa:

“Penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar

siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain serta pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis,


(17)

memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan

pengalaman.” 4

Ada berbagai macam model pembelajaran kooperatif, salah satu model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan meningkatkan kerjasama siswa dalam bekerja kelompokadalah model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).Model pembelajaran ini melibatkan siswa sejak perencanaan hingga mampu menemukan konsep suatu materi pelajaran yang dipilih. GI (Group Investigation) memiliki 6 tahapan yang menuntut keterlibatan anggota tim, yaitu sebagai berikut: (1) Identifikasi topik yaitu setiap anggota kelompok terlibat aktif dalam melakukan identifikasi terhadap topik-topik pembelajaran yang akan dibahas, (2) merencanakan tugas-tugas belajar, dalam hal ini tugas-tugas-tugas-tugas pembelajaran dibagi-bagi untuk setiap anggota dan direncanakan secara bersama-sama oleh para siswa dalam kelompoknya masing-masing, (3) melaksanakan investigasi, yaitu siswa mencari informasi menganalisis data dan membuat kesimpulan, para siswa bertukar pikiran, mendiskusikan, mengklarifikasi dan mensintesis ide-ide, (4) menyiapkan laporan akhir, yaitu merencanakan apa yang akan dilaporkan dan bagaimana membuat presentasinya, (5) mempresentasikan laporan akhir, presentasi harus secara aktif melibatkan pendengar atau kelompok lain, (6) evaluasi, yaitu para siswa berbagi mengenai balikan terhadap topik yang dikerjakan, kerja yang telah dilakukan dan pengalaman-pengalaman afektifnya; guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran; asesmen diarahkan untuk mengevaluasi pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis.5

Sehingga model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) selama proses investigasi, mereka akan terlibat dalam aktifitas-aktifitas berpikir kritis seperti mencari informasi, menganalisis data dan membuat kesimpulan dan juga mensintesis ide-ide dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation), diharapkan siswa dapat mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis sehingga siswa dapat memecahkan

4

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 205-206.

5


(18)

permasalahan yang berhubungan dengan topik-topik yang telah dipelajari.Model ini juga dapat meningkatkan tanggung jawab siswa dalam diskusi sehingga dapat memacu siswa untuk lebih berpikir terampil, aktif dan kreatif.

Dari pembahasan di atas mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis matematis, maka perlu dikembangkan suatu model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa.Sehingga penulis bermaksud mengadakan penelitian tentang “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Siswa Kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok”.

B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, permasalahan yang diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa belum mendapatkan kesempatan untuk mengerjakan soal-soal Matematika dengan berbagai cara dan sistematis.

2. Siswa tidak dapat untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika mereka baik secara lisan maupun secara tulisan dan kurang maksimal untuk menganalisis soal matematika.

3. Siswa cenderung menuliskan langsung hasil akhir dari soal yang diberikan guru tanpa disertai cara yang jelas dan sistematis.

4. Implementasi pembelajaran Matematika belum berorientasi pada peningkatan berpikir kritis siswa.

C. Pembatasan Fokus Penelitian

Agar masalah dalam penelitian ini dapat lebih jelas dan terarah, maka lingkup permasalahan dalam penelitian ini akan dibatasi hanya pada permasalahan sebagai berikut :

1. model pembelajaran kooperatif yang dimaksud adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang dikembangkan oleh Slavin, pada GI siswa dibuat kelompok belajar yang dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotaan 2-6 orang. Tiap siswa bebas


(19)

memilih subtopik dari keseluruhan unit materi yang akan diajarkan, selanjutnya setiap kelompok mempresentasikan dan memamerkan laporannya kepada seluruh kelas untuk berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka.

2. Berpikir Kritis yang dimaksud adalah pencapain siswa pada materi a) operasi hitung bilangan campuran b) memecahkan masalah yang melibatkan uang. Dengan menilai kemampuan berpikir kritis dengan indikator-indikator sebagai berikut; mempertanyakan permasalahan, menguji kebenaran permasalahan, menilai, membuat kesimpulan dari permasalahan.

D. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dalam upaya meningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok?

2. Apakah penerapan pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation) dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDNegeri Sukamaju 3 Depok?

E. Tujuan penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Mengetahui dan mendeskripsikan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDNegeri Sukamaju 3 Depok dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).

2. Menganalisis peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV SDNegeri Sukamaju 3 Depok dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe GI (Group Investigation).


(20)

F. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi yang positif terhadap ilmu pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk pelaksanaan pembelajaran matematika di kelas.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu acuan penelitian tindakan kelas selanjutnya.

2. Kegunaan Praktis. a. Bagi guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan guru dalam pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

b. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti ketika menjadi seorang pendidik dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ketika pembelajaran matematika di kelas.

c. Bagi SD Negeri Sukamaju 3 Depok

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan dan dasar pemikiran untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis yang nantinya juga akan berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran di Sekolah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation.


(21)

BAB II

KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN

A. Deskripsi Teoritik

1. Kemampuan Berpikir Kritis Matematis a. Pembelajaran Matematika

Belajar ditinjau dari pengertiannya adalah proses perubahan tingkah laku individu sebagai hasil dari pengalamanya dalam berinteraksi dengan lingkungan.6 Belajar tidak hanya sekedar menghapal, melainkan suatu proses mental yang terjadi dalam diri seseorang akibat adanya sebuah pengalaman baru.Belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat pengalaman atau latihan, perubahan tingkah laku akibat belajar itu dapat berupa memperoleh prilaku yang baru atau memperbaiki/meningkatkan perilaku yang sudah ada.

Belajar sebagai suatu kegiatan dapat diidentifikasi ciri-ciri kegiatannya yaitu7:

a. Belajar merupakan suatu aktifitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar (dalam arti perubahan tingkah laku) baik aktual maupun potensial.

b. Perubahan itu pada dasarnya adalah akibat adanya perubahan tingkah laku, sehingga didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama.

c. Perubahan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja) pada diri individu yang belajar.

Ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku yang aktual dan potensial, perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar diatas bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, atau afektif atau

6

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 134

7


(22)

psikomotorik, dan adanya usaha atau aktifitas yang sengaja dilakukanoleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan, mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya) atau dengan latihan (melatih, menirukan). Belajar bukan merupakan proses transfer ilmu ke siswa semata, belajar juga memerlukan keaktifan siswa itu sendiri agar siswa tersebut benar-benar mampu memahami apa yang dipelajarinya dalam waktu yang lama, selain itu juga dapat membuahkan hasil belajar yang maksimal.

Pembelajaran adalah faktor eksternal yang memfasilitasi proses belajar.Maka pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, pembelajaran ini sebagai upaya untuk menciptakan kondisi dengan sengaja agar tujuan belajar dapat dipermudah pencapaiaannya.

Kata Matematika berasal dari perkataan latinmathematika yang mulanya diambil dari perkataan yunani mathematike yang berarti mempelajari.8Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berartipengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar).

Dapat diartikan pembelajaran matematika adalah interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam suatu lingkungan belajar matematika untuk memecahkan berbagai persoalan dan meningkatkan keterampilan berpikir siswa.

b. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir adalah suatu proses mental yang kasat mata.9 Proses berpikir berlangsung ketika menghadapi situasi. Berpikir terjadi di dalam otak dan merupakan suatu proses yang disadari, dengan tujuannya yaitu mengerjakan

8

Erna Suwangsih dan Tiurlina, Model Pembelajaran Matematika, (Bandung: Upi Press, 2006), h. 3.

9


(23)

sesuatu dengan menggunakan pertimbangan intelektual, mewujudkan suatu gagasan untuk mencapai suatu tujuan dan menggunakan kecakapan kognitif (berdasar kesadaran). Berpikir juga dapat didefinisikan sebagai keterampilan mental yang memadukan kecerdasan dengan pengalaman.10Kita perlu berpikir agar dapat menggunkan informasi yang kita miliki sebaik-baiknya jika informasi yang kita peroleh tidak lengkap.

Berpikir kritis adalah sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, dan melakukan penelitian ilmiah.11proses mental tersebut untuk menganalisis atau mengevaluasi informasi. Informasi tersebut bisadidapatkan dari hasil pengamatan, pengalaman, akal sehat atau komunikasi. Yaitu kemampuan untuk berpendapat dengan cara terorganisasi dan jugakemampuan untuk mengevaluasi secara terarah pendapat pribadi dan pendapat orang lain.

Secara lebih terperinci Halpern menegaskan,

“Berpikir kritis mengarah kepada penggunaan kemampuan kognitif atau

strategi yang meningkatkan kemungkinan dari hasil yang diinginkan.Berpikir kritis adalah berpikir dengan maksud tertentu, beralasan dan bertujuan langsung.Hal ini meliputi kemampuan dalam menyelesaikan masalah, merumuskan kesimpulan, dan memperhitungkan kemungkinan serta membuat pernyataan.Seorang pemikir kritis menggunakan kemampuan ini secara wajar, tanpa tergesa-gesa dan selalu dengan kesadaran penuh. Mereka cendrung berpikir secara kritis, kita akan mengevaluasi hasil dari proses berpikir kritis kita. Seberapa bagus keputusan yang dibuat, terlihat dari seberapa baik masalah tersebut dapat

diselesaikan”.12

Definisi Halpern mengindikasikan dibutuhkannya beberapa tingkat keterampilan untuk sampai pada keterampilan berpikir kritis yang memadai, yakni untuk berpikir kritis seseorang memiliki pikiran yang terbuka, jelas dan berdasarkan fakta terhadap berbagai faktor yang mungkin berpengaruh pada saat pembuatan keputusan yaitu keputusan untuk menerima, menolak maupun

10

Edward De Bono, Revolusi Berfikir Edward De Bono, (Bandung: Kaifa, 2007), h. 24.

11

Elaine B Johnson, CTL Menjadikan Kegiatan Belajar-Mengajar Mengasyikan dan Bermakna, (Bandung: Kaifa, 2011), h. 183.

12

Gary Heisserer. Tought on Thinking: The challenge of Critical Thinking. (http://www .insightjournal.net). Diakses tgl 27 mei2013, h.6.


(24)

memodifikasi berbagai pendapat, baik pendapat pribadi maupun pendapat orang lain.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang berpikir kritis yang dikemukakan di atas, bahwa berpikir kritis matematis adalah proses berpikir untuk memenuhi jawaban dan mencapai pemahaman untuk memecahkan masalah, membuat keputusan dan menjawab berbagai persoalan matematika. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, menghubungkan, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis adalah sebuah proses sistematis yang memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengevaluasi keyakinan dan pendapat.

Melatih keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan dengan membaca pertannyaan yang saling berhubungan tentang proses berpikir kemudian menerapkannya dalam situasi yang berbeda-beda. Dengan menjawab pertannyaan, para siswa dilibatkan dalam kegiatan mental yang mereka perlukan untuk mendapatkan pemahaman yang mendalam.Pertannyaan pertannyaan ini harus dikemukakan sesuai dengan urutan dan secara rutin. Pertanyaan-pertannyaan tersebut adalah :13

1) Apa sebenarnya isu, masalah, keputusan, atau kegiatan yang sedang dipertimbangkan? Ungkapan dengan jelas .

Sebuah masalah atau isu dapat di teliti apabila sebelumnya masalah itu digambarkan dengan jelas.Adapun menurut Ruggiero dalam Johnson disebutkan bahwa pemecahan masalah adalah mencari tindakan yang terbaik yang harus diambil dan analisis isu adalah mencari keyakinan yang masuk akal.

2) Apa sudut pandangnya ?

Sudut pandang adalah sudut pribadi yang digunakan dalam memandang sesuatu. Seorang pemikir kritis harus berusaha untuk menyadari bahwa sudut pandang akan membuatnya memilih satu posisi tertentu, pada saat yang sama melakukan pertimbangan-pertimbangan dan

13


(25)

waspada terhadap bukti yang lemah untuk meningkatkan pengetahuan dan mendapat pemahaman.

3) Apa alasan yang diajukan?

Sebenarnya kita semua percaya bahwa keyakinan dan tindakan kita didasarkan pada alasan yang masuk akal.Adapun tugas pemikir kritis adalah mengidentifikasi alasan dan bertannya-tanya apakah alasan-alasan yang dikemukakan masuk akal sesuai dengan konteksnya.Alasan yang bagus didasarkan pada informasi yang dapat dipercaya dan relevan dengan kesimpulan yang ditarik sesudahnya.

4) Asumsi-asumsi apa saja yang dibuat ?

Asumsi adalah ide-ide yang diterima apa adanya. Menurut Browne dan Keeley dan Ruggiero dalam Johnson disebutkan bahwa seorang pemikir kritis tidak mudah memasukan asumsi dalam argument yang mereka buat, dan mereka juga tidak mudah menerima asumsi yang terdapat dalam materi yang dibuat oleh orang lain. Dikatakan pula bahwa asumsi dapat diterima apabila jelas, logis, didasarkan pada pengalaman yang jelas dan didukung dengan fakta.

5) Apakah bahasanya jelas ?

Pemikir kritis berusaha memahami. Mereka senantiasa ingat bahwa kata-kata dapat membentuk ide, karena itu pemikir kritis harus terus menerus memeriksa bahasa mereka sendiri maupun orang lain kemudian mempertannyakan, misalnya apakah kata-kata yang digunakan justru mengaburkan pengertian atau memperjelasnya. Kata-kata yang tidak digunakan dengan tepat akan mengurangi pemahaman.

6) Apakah alasan didasarkan pada bukti-bukti yang meyakinkan?

Bukti adalah informasi yang akurat dan dapat dipercaya.Bukti yang dapat dipercaya berasal dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain, dari perkataan ahli dan data statistic yang akurat.Dengan adanya bukti dapat mendukung sebuah kesimpulan, membedakan pengetahuan dengan keyakinan, dan membuktikan sebuah pendapat. Tugas seorang pemikir


(26)

kritis adalah menilai bukti.bukti yang dapat dipercaya memiliki sifat, yaitu:

a. Tidak bertentangan dengan pokok masalah b. Berasal dari sumber-sumber terbaru c. Akurat

d. Dapat diuji

7) Kesimpulan apa yang ditawarkan ?

Setelah mengumpulkan dan mengevaluasi informasi untuk memecahkan sebuah masalah, pemikir kritis, mulai merumuskan kesimpulan yang tepat.Apabila lebih dari satu kesimpulan muncul, mereka dengan hati-hati menguji alasan dan logika mereka. Adapun langkah-langkah yang efektif untuk menentukan sebuah kesimpulan adalah, sebagai berikut :

a. Mengindentifikasi alasan

b. Apakah kesimpulan yang diambil sesuai dan konsisten dengan alasan yang mendasarinya.

8) Apakah implikasi dari kesimpulan-kessimpulan yang sudah diambil ? Kesimpulan mempunyai efek samping baik menyangkut persoalan pribadi maupun umum. Pemikir kritis berusaha untuk memprediksi dan mengevaluasi semua efek samping yang akan timbul. Jika kesimpulan yang diambil tidak berdampak negatif, maka akan diambil.Sebelum menerima kesimpulan, pemikir kritis berusaha untuk memprediksi dan mengevaluasi dan mengevaluasi semua efek samping yang mungkin timbul. Seandainya pemikiran yang kritis mengindikasikan bahwa kesimpulan yang diambil tidak akan merugikan, pemikir kritis mungkin akan memakainya.

Dengan demikian berpikir kritis itu adalah pola berpikir seseorang mempunyai wawasan dan wacana yang luas.Dia mampu menganalisa suatu masalah dengan tepat, cermat, jeli, tidak gegabah dan efisien.Dia mampu memberikan solusi yang benar, masuk akal dan bisa dipertanggung jawabkan dan valid. Pada dasarnya seseorang yang mempunyai bekal pengetahuan dan wawasan yang luas, secara tidak langsung akan berpikir secara kritis. Karena


(27)

seseorang itu akan menganalisa masalah dengan berbagai kemungkinan dari sudut ilmu dan teori yang seseorang kuasai. Sehingga akan menghasilkan hasil analisa yang lebih detail, karena detail inilah seseorang akan menjadi lebih kritis.

Siswa yang lebih kritis adalah siswa yang terampil penalarannya. Memiliki kecendrungan untuk mempercayai dan bertindak sesuai dengan penalarannya. Siswa tersebut mempunyai kemampuan untuk menggunakan penalarannya dalam suatu konteks dimana penalarannya digunakan sebagai dasar pemikirannya. Dalam hal berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat untuk menguji keandalan gagasan pemecahan masalah dan mengatasi kesalahan atau kekurangan.

Krulik dan Rudnick menyatakan bahwa yang termasuk berpikir kritis dalam matematika adalah berpikir yang menguji, mempertannyakan, menghubungkan, mengevaluasi semua aspek yang ada dalam suatu situasi ataupun suatu masalah.14Dalam hal kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan oleh siswa dalam mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan penjelasan yang di uraikan di atas, indikator-indikatorkemampuan berpikir kritis yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Mempertannyakan permasalahan 2. Menguji kebenaran permasalahan

3. Menilai (membandingkan hasil dengan kriteria) 4. Membuat kesimpulan dari solusi permasalahan

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (GI) a. Model Pembelajaran Kooperatif

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa:

14

Somakim, Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik, (http://eprints.unsri.ac.id/1526/), diakses tanggal 27 mei 2013.


(28)

“Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang

matang oleh guru”.15

Menurut Nurulhayati pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinterksi. 16 Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen, untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Dalam pembelajaran ini akan tercipta sebuah interaksi yang lebih luas, yaitu interaksi dan komunikasi yang dilakukan antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa dan siswa dengan guru (multi way traffic comunication).17

Model pembelajaran kooperatif ini guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung kearah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dalam pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka sendiri.

Sihaan mengutarakan lima unsur esensial yang ditekankan dalam pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) saling ketergantungan yang positif, (b) interaksi berhadapan (face to-face interaction), (c) tanggung jawab individu (individual responsibility), (d) keterampilan sosial (social skills), (e) terjadi proses dalam kelompok (group processing).18 Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana siswa dapat bekerjasama dalam kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif merupakan bagian dari

15

Amri, dkk. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2010), h. 89.

16

Rusman, op cit., h. 203.

17 Ibid.

18


(29)

siswa untuk mencapai tujuan kelompok, siswa harus merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka siswa lain dalam kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap kooperatif dengan sesama anggota kelompoknya.

Terdapat empat unsur penting dalam strategi pembelajaran kooperatif yaitu: (1) adanya peserta belajar dalam kelompok, (2) adanya aturan-aturan kelompok yang telah disepakati, (3) adanya upaya belajar setiap anggota kelompok; dan (4) adanya tujuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran.19

Prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap yaitu:20

a. Penjelasan materi, yaitu sebagai proses penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.

b. Belajar dalam kelompok, yaitu pengelompokan dalam strategi pembelajaran kooperatif yang bersifat heterogen.

c. Penilaian, yaitu penilaian dalam strategi pembelajaran kooperatif bisa dilakukan dengan cara tes atau kuis.

d. Pengakuan Tim, yaitu penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Beberapa manfaat model pembelajaran kooperatif dalam proses belajar mengajar antara lain adalah:21

a. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam suasana belajar-mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis.

b. Dapat mengembangkan berbagai potensi diri yang telah dimiliki oleh siswa.

19

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 241.

20

Rusman, op cit., h. 212-213.

21


(30)

c. Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap, nilai dan keterampilan-keterampilan social untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat.

d. Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan sebagai subjek belajar karena siswa dapat menjadi tutor sebaya bagi siswa lainnya.

Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menerapkanpembelajaran kooperatif, yaitu terdapat pada tabel 2.1 berikut:22

Tabel 2.1. Tabel Tahapan dalam Menerapkan Pembelajaran Kooperatif

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar

Tahap 2 Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi ataulewat bahan bacaan.

Tahap 3

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Tahap 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajariatau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

22


(31)

Tahap 6 Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang banyak digunakan dan menjadi perhatian serta dianjurkan oleh para ahli pendidikan. Hal ini dikarenakan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan slavin dinyatakan bahwa: 23

“Penggunaaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan sekaligus dapat meningkatkan hubungan sosial, menumbuhkan sikap toleransi dan menghargai pendapat orang lain, dan pembelajaran kooperatif dapat memenuhi kebutuhan siswa dalam berpikir kritis, memecahkan masalah, dan mengintegrasikan pengetahuan dengan pengalaman. Sehingga strategi pembelajaran kooperatif diharapkan

mampu meningkatkan kualitas pembelajaran”.

Ada beberapa variasi jenis model dalam pembelajaran kooperatif, struktur pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh kagan antara lain:

Roundrobin, Corners, Paraphrase Passport, Spend-a-buck, Group Processing, Numbered Heads together, Send-a-Problem, Cooperative Review, Three-Step-Interview, Brainstorming, Group Discussion, Roundtable, Partners, Co-Op Co-Op, dan Group Investigation.24

b. Group Investigation (GI)

Strategi belajar kooperatif Group Investigation (GI) dikembangkan oleh Sharan dan Sharan di Universitas Tel Aviv, Israel.25Group Investigation

adalah kelompok dibentuk oleh siswa itu sendiri dengan beranggotakan 2-6 orang,26 setiap kelompok bebas memilih subtopik dari keseluruhan materi (pokok bahasan) yang akan diajarkan, dan kemudian membuat atau menghasilkan laporan kelompok. Selanjutnya, setiap kelompok mempresentasikan atau memamerkan laporannya kepada seluruh kelas, untuk

23

Ibid, h. 205-206.

24

Miftahul Huda, Cooperative learning metode, teknik, struktur dan model penerapan, (Yogyakarta: pustaka pelajar, 2011), h. 212-213.

25

Rusman, op cit., h. 220.

26


(32)

berbagi dan saling tukar informasi temuan mereka. Sedangkan menurut Sharan dan sharan, investigasi kelompok merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pernyataan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif.27Pembentukan kelompok dalam model pembelajaran ini didasari atas minat anggotanya. Pembelajaran dengan metode GI menuntut melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajari melalui investigasi.Sarana pendukung model pembelajaran ini adalah lembar kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar untuk siswa dan guru, peralatan penelitian yang sesuai, meja dan kursi yang mudah dimodifikasi atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.

Tiga konsep utama dalam Group Investigation, yaitu: penelitian atau

enquiri, pengetahuan atau knowledge dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group.28Penelitian disini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan dan pengalaman belajar yang diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok menunjukan suasana yang mengambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melalui proses saling berargumentasi.

Menurut slavin, strategi kooperatif GI sebenarnya dilandasi oleh filosofi belajar John Dewey. Yaitu teknik kooperatif ini telah secara meluas digunakan dalam penelitian dan memperlihatkan keberhasilannya terutama untuk program-program pembelajaran dengan tugas-tugas spesifik.29 Belajar kooperatif dengan teknik GI sangat cocok untuk bidang kajian yang memerlukan kegiatan studi proyek terintegrasi yang mengarahkan pada kegiatan perolehan, analisis, dan sintesis informasi dalam upaya

27

Made Wena. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Jakarta : Bumi Aksara, 2009), h. 195-196

28

Trianto. Mendisain Pembelajaran Inovatif- Progresif (Jakarta: Prenada Media, 2009), h.79.

29


(33)

memecahakan suatu masalah. Oleh karenannya, kesuksesan teknik kooperatif GI sangat tergantung dari pelatihan awal dalam penguasaan keterampilan komunikasi dan sosial. Tugas-tugas akademik harus diarahkan kepada pemberian kesempatan bagi anggota kelompok untuk memberikan berbagai macam kontribusinya, bukan hanya sekedar didesain untuk mendapat jawaban dari suatu pertanyaan yang bersifat faktual (apa, siapa, dimana, atau sejenisnya).

Berdasarkan pendapat beberapa ahli dapat dijelaskan bahwa meningkatnya informasi dalam pembelajaran juga bisa meningkatkan kemampuan yang dimiliki siswa. Tujuan dari investigasi kelompok yang dilakukan bersama-sama adalah untuk menggabungkan sisi akademik dan sosial dalam meningkatkan pembelajaran akademik maupun sosial. Jika sistem ini diterapkan sebagaimana mestinya maka akan memudahkan jalan untuk mencapai tujuan pembelajaran.Jadi investigasi adalah proses penyelidikan yang dilakukan seseorang, dan selanjutnya orang tersebut mengkomunikasikan hasil perolehannya, dapat membandingkannya dengan perolehan orang lain, karena dalam suatu investigasi dapat diperoleh satu atau lebih hasil. Dalam kegiatan dikelas yang mengembangkan diskusi kelas berbagai kemungkinan jawaban itu berimplikasi pada berbagai alternatif jawaban dan argumentasi berdasarkan pengalaman siswa.Mereka akan belajar dari kesalahan sendiri dengan bertanya, mengapa orang lain memperoleh jawaban yang berbeda dengan jawabannya. Keterbukaan yang dikembangkan dalam sikap investigasi, yaitu siswa belajar bukan hanya mencari kebenaran atas jawaban permasalahan, tetapi juga mencari jalan kebenaran menggunakan akal.

Menurut Sharan, karakteristik unik GI ada pada integrasi dari empat fitur dasar yaitu investigasi, interaksi, penafsiran dan motivasi intrinsik, seperti berikut:30

30

Andi Nurdiansyah, Metode Pembelajaran Tipe Group Investigation, diakses pada 2 februari 2013 dari http://andinurdiansah.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tipe-group_14.html


(34)

a. Investigasi

Investigasi dimulai ketika pendidik memberikan masalah yang menantang dan rumit kepada peserta didik di kelas. Proses investigasi menekankan inisiatif peserta didik, dibuktikan dengan pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan, dengan sumber-sumber yang mereka temukan, dan jawaban yang mereka rumuskan. Pada proses investigasi ini peserta didik membangun pengetahuan yang mereka peroleh, bukan menerima apa yang diberikan pendidik kepada mereka.

b. Interaksi

Interaksi sosial dan intelektual merupakan cara yang digunakan peserta didik untuk mengolah pengetahuan personal mereka di hadapan pengetahuan baru yang didapatkan oleh kelompok, selama berlangsungnya penyelidikan. Berdasarkan hal itu, dapat disimpulkan bahwa interaksi dalam GI sangat penting bagi peserta didik. Interaksi dalam GI diibaratkan sebagai suatu kendaraan yang dengannya peserta didik saling memberikan dorongan, mengembangkan gagasan satu sama lain, membantu untuk memfokuskan perhatian mereka terhadap tugas, dan bahkan saling mempertentangkan gagasan dengan menggunakan sudut pandang yang berseberangan.

c. Penafsiran

Penafsiran merupakan proses sosial-intelektual yang sesungguhnya. Peserta didik pada saat menjalankan penelitian, mengumpulkan banyak sekali informasi dari berbagai sumber berbeda. Mereka saling bertukar informasi dan gagasan pada teman lain. Bersama-sama mereka membuat penafsiran atas hasil penelitian mereka.

d. Motivasi Intrinsik

Proses penyelidikan akan mendatangkan motivasi yang kuat yang muncul akibat interaksi antara peserta didik, maupun pendidik. Keterlibatan peserta didik dalam menghubungkan masalah-masalah yang diselidiki berdasarkan keingintahuan, pengetahuan dan perasaan mereka, sehingga


(35)

investigasi kelompok akan meningkatkan minat pribadi mereka untuk mencari informasi yang mereka perlukan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dipakai guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa, baik secara perorangan maupun kelompok. Menurut Marfune model pembelajaran kooperatif dirancang untuk membantu terjadinya pembagian tanggung jawab ketika siswa mengikuti pembelajaran dan berorientasi menuju pembentukan manusia sosial.31 Model pembelajaran kooperatif dipandang sebagai proses pembelajaran yang aktif, sebab siswa akan lebih banyak belajar melalui proses pembentukan dan penciptaan, kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran.

Pembelajaran dengan metode GI dimulai dengan pembagian kelompok kemudian pendidik memilih topik-topik tertentu dengan permasalahan yang dapat dikembangkan dari topik itu. Langkah selanjutnya adalah peserta didik beserta pendidik menentukan metode penelitian yang dikembangkan untuk memecahkan masalah. Setiap kelompok bekerja berdasarkan metode investigasi yang telah dirumuskan, dimana siswa mengumpulakan informasi, menganalisis data dan menarik kesimpulan . Pada tahap ini diharapkan terjadi interaksi antara peserta didik yaitu, berupa saling bertukar pikiran, berdiskusi dan menjelaskan. Langkah selanjutnya yaitu menyiapkan laporan akhir, dalam rencana laporan, setiap kelompok memutuskan peran yang akan dilakukan oleh setiap anggotakelompok dalam laporan akhir.Langkah berikutnya adalah tahap menyajikan laporan akhir atau presentasi hasil oleh masing-masing kelompok dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dapat memasukkan penilaian individu maupun kelompok, pada tahap evaluasi ini guru juga harus mengevaluasi tingkat pemikiran siswa yaitu, bagaimana siswa meneliti aspek-aspek dari pokok penelitian, bagaimana mereka menerapkan ilmu pengetahuan mereka dalam memecahkan masalah dan bagaimana mereka menggunakan kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.

31


(36)

Slavin mengemukakan tahapan-tahapan dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe GI yang diilustrasikan pada gambar berikut.32

Gambar 2.1. Bagan Tahap Pembelajaran Kooperatif tipe Group Investigation

Berdasarkan gambar 1 dapat diuraikan keterangan sebagai berikut:

Tahap I Mengidentifikasikan Topik dan Pengorganisasian ke dalam Kelompok-Kelompok Penelitian (Grouping).

a. Siswa diberi permasalahan mengenai materi yang akan dipelajari. Kemudiansiswa menyampaikan pendapat dan aspek-aspek masalah yang akandiinvestigasi.

b. Adanya diskusi kelas antara siswa-siswa dan guru membahas tentang aspek-aspekmasalah yang disampaikan siswa.

c. Siswa membentuk kelompok diskusi sesuai dengan kesamaan pendapat yangdisampaikan. (untuk 1 kelompok dibatasi 5 atau 6 siswa).

Tahap II Merencanakan Penelitian Kelompok (Planning)

a. Tiap kelompok dapat memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti.

b. Tiap kelompok dapat memutuskan bagaimana melaksanakan diskusi.

32

Erna Suwangsih dan Tiurlina, op cit, h 164-166.

Tahapan pembelajaran

Mengidentifikasi topik dan pengorganisasian siswa kedalam kelompok-kelompok penelitian

Merencanakan penelitian kelompok

Menyiapkan laporan akhir

Menyajikan laporan akhir

Evaluasi


(37)

c. Tiap kelompok dapat menentukan sumber-sumber mana yang akandibutuhkan.

Tahap III Melaksanakan Penelitian (Investigation)

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuatkesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang akan dilakukankelompoknya.

c. Para siswa saling berdiskusi.

Tahap IV Menyiapkan Laporan Akhir (Organizing)

a. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, danbagaimana mereka akan presentasi.

b. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara (presentasi) untukmengkoordinasikan rencana-rencana presentasi.

Tahap V Menyajikan Laporan Akhir (Presenting) a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas.

b. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasiberdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

Tahap VI Evaluasi (Evaluating)

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut danmengenai tugas yang telah mereka kerjakan.

b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi pembelajaran siswa. Berdasarkan penjelasan tahapan pembelajaran kooperatif

GroupInvestigation menurut Slavin di atas. Tahapan pembelajaran kooperatif tipeGroup Investigation yang diterapkan pada penelitian ini sama dengan tahapanpembelajaran kooperatif yang dipaparkan oleh Slavin.

Pembelajaran kooperatif tipe GroupInvestigation sangat tepat diaplikasikan pada pembelajaran matematika dalampemecahan masalah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis sertamemungkinkan siswa menyelesaikan tugas-tugas berdasarkan permasalahan nyatadalam kehidupan sehari-hari.Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.


(38)

Model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuh kembangkan kemampuan berpikir kritis. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Ada hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai pendukung dilaksanakannya Penelitian ini. Penelitian tersebut adalah penelitian yang berjudul

“Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah Dipadukan Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI (Team Assisted Individualization) Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Pada Siswa SMP N 2

Sentolo Kelas IX A”. pada tahun 2012, oleh Niluh Sulistyani. Meskipun penelitian pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis ini diterapkan kepada siswa SMP namun, penelitian ini masih relevan. Hasil dari penelitian tersebut bahwa kemampuan berpikir kritis matematis siswa meningkat melalui model pembelajaran berbasis masalah yang dipadukan dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. pada setiap siklusnya termasuk dalam kualifikasi tinggi (>80%). Hasil peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase kemampuan berpikir kritis matematis siswa dari hasil tes pratindakan sebesar 14,06% dengan kategori sangat rendah, pada tes siklus I menjadi 54,36% dengan kategori sedang, dan pada tes siklus meningkat menjadi 84,13% dengan kategori tinggi. 33 yang membedakan penelitian yang dilakukan oleh Niluh Sulistyani dengan penelitian ini adalah model yang diterapkan oleh Niluh Sulistyani menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI sedangkan pada penelitian ini menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI, dan subjek penerima tindakan pada penelitian yang dilakukan Niluh yaitu siswa SMP sedangkan yang dilakukan pada penelitian ini adalah siswa SD. Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran kooperatif mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa.

33

Niluh Sulistiani, Implementasi Pembelajaran Berbasis Masalah dipadukan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI, (http://eprints.uny.ac.id/id/eprint/8521), diakses pada tanggal 2 februari 2013.


(39)

C. Kerangka Berpikir

Berpikir kritis penting bagi siswa, melalui pembelajaran matematika berpikir kritis dapat dikembangkan. Pembelajaran matematika di SD yang umumnya dilakukan oleh guru lebih banyak menekankan pada aspek pengetahuan dan pemahaman, sedangkan aspek aplikasi, analisis dan sintesis dan bahkan evaluasi hanya sebagian kecil dari pembelajaran yang dilakukan. Hal ini menyebabkan siswa kurang dilatih untuk menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi suatu informasi, data atau argument sehingga dalam pembelajaran matematika belum mengakomodasi siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam kategori rendah.

Mencermati permasalahan yang dikemukakan diatas, melalui penelitian ini diterapkan suatu pembelajaran yang diharapkan mampu mengkondisikan siswa sedemikian rupa sehingga siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta melatih kemampuan berpikir siswa secara kritis sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapi. Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa diperlukan suatu rancangan model pembelajaran yang tepat. Model pembelajaran yang tepat yang akan peneliti gunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe group investigation. Rancangan pendekatan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematik siswa.

Setelah rancangan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation

dibuat, model pembelajaran tersebut siap diterapkan disekolah. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation diharapkan dapat lebih melatih kemampuan berpikir siswa. Untuk mengetahui model pembelajaran kooperatif telah berhasil meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa atau tidak, untuk memperoleh data dilakukan tes kemampuan berpikir kritis matematis. Kemudian data tersebut diolah dan akan diperoleh kesimpulan.

Oleh karena itu, agar dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa perlu adanya model pembelajaran yang tepat. Pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation


(40)

dengan penggunaan 6 tahapan dalam pembelajaran menggunakan Group Investigation memberikan peluang untuk lebih mengeksplorasi kemampuan berpikir siswa secara komprehensif.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian dan teori kerangka berpikir diatas maka hipotesis penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Jika metode kooperatif tipe Group Investigation diterapkan, maka kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas IV A SD Negeri Sukamaju 3 Depok pada


(41)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Sukamaju 3 Depok yang berlokasi di Jl H.Dimun Raya No. 19 RT 04/024 kelurahan sukamaju, kecamatan cilodong Depok, sejak bulan September 2013 sampai Oktober 2013. Pengambilan data disesuaikan dengan jam mata pelajaran matematika kelas IV pada bulan September sampai Oktober 2013.

B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian ini, maka metode penelitian dan rancangan siklus penelitian yang dipergunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan suatu penelitian dengan pencermatan dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan.34

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan model kolaborasi yang mengutamakan kerjasama antara kepala sekolah, guru dan peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini merupakan upaya untuk mengkaji apa yang terjadi dan telah dihasilkan atau belum tuntas pada langkah upaya sebelumnya. Hasil refleksi digunakan untuk mengambil langkah lebih lanjut dalam upaya mencapai tujuan penelitian. Dengan kata lain refleksi merupakan pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan terhadap pencapaian tujuan tindakan pembelajaran. Adapun rancangan (desain) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart yaitu pelaksanaan tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat alur (langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan;(3) observasi;

34


(42)

dan (4) refleksi. Alur (langkah) pelaksanaan tindakan dimaksud dapat dilihat pada gambar berikut :35

Gambar 3.1 Bagan Alur Pelaksanaan Tindakan dalam PTK

Gambar tersebut di atas menunjukkan bahwa pertama, sebelum melaksanakan tindakan, terlebih dahulu peneliti merencanakan secara seksama jenis tindakan yang akan dilakukan. Kedua, setelah rencana disusun secara matang, barulah tindakan itu dilakukan. Ketiga, bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan, peneliti mengamati proses pelaksanaan tindakan itu sendiri dan akibat yang ditimbulkannya. Keempat, berdasarkan hasil pengamatan tersebut, peneliti kemudian melakukan refleksi atas tindakan

35

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: CV Rineka Cipta, 2010), h. 137

Rencana Tindakan Refleksi

Plaksanaan Tindakan

Rencana Tindakan Observasi

Observasi Refleksi

Plaksanaan Tindakan Siklus I

Siklus II

Melanjutkan ke siklus III jika didibutuhkan


(43)

yang telah dilakukan. Jika hasil refleksi menunjukkan perlunya dilakukan perbaikan atas tindakan yang dilakukan, maka rencana tindakan perlu disempurnakan lagi agar tindakan yang dilaksanakan berikutnya tidak sekedar mengulang apa yang telah diperbuat sebelumnya. Demikian seterusnya sampai masalah yang diteliti dapat dipecahkan secara optimal.

C. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini terdiri dari dua macam yaitu subjek pelaku tindakan dan subjek penerima tindakan. Subjek pelaku tindakan dalam penelitian ini adalah peneliti yang dibantu guru matematika kelas IV A SDNegeriSukamaju 3 Depok sebagai kolaborator dan untuk subjek penerima tindakan adalah 32 siswa kelas IV semester ganjil SDNegeriSukamaju 3 Depok tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan.

D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pelaksana dan perencana. Dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan terhadap proses kegiatan pembelajaran matematika di kelas IV A SDNegeri Sukamaju 3 Depok, kemudian membuat perencanaan tindakan yang didiskusikan dengan kolaborator.

Adapun posisi peneliti adalah sebagai peneliti yang aktif ikut secara langsung dalam pembelajaran dan berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya sesuai fokus penelitian.

E. Tahapan Intervensi Tindakan

Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam 2 siklus. Hal ini dibuktikan untuk melihat bagaimana kemampuan berpikir kritis matematis siswa pada setiap siklus setelah diberi tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat kekurangan maka penelitian siklus II lebih diarahkan pada


(44)

perbaikan dan jika siklus I terdapat keberhasilan maka pada siklus II lebih diarahkan pada perkembangan.

Siklus I

a. Perencanaan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

1. Penyusunan desain pembelajaran yang mencakup penentuan jenis dan topik yang akan dijadikan proyek kelompok, penemuan kelompok, dan kegiatan pembelajaran dalam kelompok maupun kelas.

2. Membuat instrumen penelitian dan menyusun RPP.

3. Sosialisasi kepada siswa mengenai pembelajaran yang akan dilaksanakan

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe GI. b. Tindakan

Pada tahap ini RPP yang telah disusun diterapkan dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dlaksanakan di kelas ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Tahapan pembelajaran ini meliputi:

1. Mengidentifikasi topik dan mengorganisasikan siswa kedalam kelompok

a. Siswa diberi permasalahan mengenai materi operasi bialngan campuran. Kemudian siswa menyampaikan pendapat dan aspek-aspek masalah yang akan diinvestigasi.

b. Adanya diskusi kelas antara siswa-siswa dan guru membahas tentang aspek-aspek masalah yang disampaikan siswa.

c. Siswa membentuk kelompok diskusi sesuai dengan kesamaan pendapat yang disampaikan. (untuk 1 kelompok dibatasi 5 atau 6 siswa).

2. Merencanakan tugas-tugas belajar

a. Tiap kelompok dapat memformulasikan sebuah masalah yang dapat diteliti.


(45)

b. Tiap kelompok dapat memutuskan bagaimana melaksanakan diskusi.

c. Tiap kelompok dapat menentukan sumber-sumber mana yang akan dibutuhkan.

3. Melaksanakan Investigasi

a. Para siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.

b. Tiap anggota kelompok berkontribusi untuk usaha-usaha yang akan dilakukan kelompoknya.

c. Para siswa saling berdiskusi, mengklarifikasi, dan mensintesis semua gagasan.

4. Menyiapkan laporan akhir

a. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan, dan bagaimana mereka akan presentasi mereka. b. Wakil-wakil kelompok membentuk sebuah panitia acara untuk

mengkoordinasikan rencana-rencana presentasi. 5. Mempresentasikan laporan akhir

a. Presentasi yang dibuat untuk seluruh kelas.

b. Para pendengar tersebut mengevaluasi kejelasan dan penampilan presentasi berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Evaluasi

a. Para siswa saling memberikan umpan balik mengenai topik tersebut dan mengenai tugas yang telah mereka kerjakan. b. Guru dan siswa berkolaborasi dalam mengevaluasi

pembelajaran siswa. c. Observasi

Selama kegiatan pembelajaran kooperatif dengan tipe GI, peneliti yang dibantu observer lain melakukan observasi. Observasi yang dilaksanakan berupa monitoring dan mendokumentasikan segala aktivitas siswa di kelas.


(46)

d. Refleksi

Pada akhir siklus dilakukan refleksi terhadap pelaksanaan pembelajaran berdasarkan hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan dan observasi. hasil dari kegiatan pada tahapan tindakan dan observasi yang dianalisis sebagai bahan untuk merefleksi apakah pembelajaran yang dilaksanakan sebelumnya sesuai dengan yang direncanakan dan diharapkan.

Siklus II

Hasil refleksi pada siklus I kemudian ditindak lanjuti dengan pelaksanaan siklus yang kedua yaitu memperbaiki kekurangan-kekurangan pelaksaanan proses pembelajaran pada siklus ke I. Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada siklus ini meliputi:

a. Perencanaan 1. Menyusun RPP

2. Mempersiapkan instrumen yang sama dengan siklus I. b. Tindakan

Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas IV SDNegeriSukamaju 3 Depok adalah pembelajaran matematika dengan menerapakan model kooperatif tipe GI.

c. Observasi

Observasi peneliti dibantu observer mengamati dan mencatat segala aktivitas siswa selama proses pembelajaran.

d. Refleksi

Pada tahap ini peneliti membandingkan hasil pada siklus II dengan hasil pada siklus I.

F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan

Tingkat keberhasilan setiap siklus adalah adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas IV SDN Sukamaju 3 Depok tergolong ke dalam kategori tinggi atau sangat tinggi, yaitu 70% <


(47)

G. Data dan Sumber Data

1. Data kualitatif seperti: lembar observasi dan dokumentasi 2. Data kuantitatif: tes

Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru/peneliti

H. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:

1. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran

Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran di dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI). Observasi sangat sesuai digunakan dalam penelitian yang berhubungan dengan prilaku manusia, proses kerja yaitu kegiatan belajar mengajar dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.36. Lembar observasi tersebut digunakan sebagai pedoman melakukan observasi atau pengamatan untuk memeroleh informasi bagaimana proses dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI) yang dilaksanakan di kelas IV SD Negeri Sukamaju 3 Depok.

2. Bahan ajar dan Tes Tertulis

Instrumen berupa bahan ajar yang berisi panduan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Lembar Tes Tertulis berisi soal-soal matematika dalam bentuk uraian yang disusun berdasarkan indikator kemampuan berpikir kritis matematis.

Pada saat pelaksanaan penelitian, Bahan ajar digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis matematis siswa terhadap materi yang telah diajarkan setelah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI). Bahan ajar ini akan dikerjakan oleh siswa secara berkelompok pada setiap pertemuan pembelajaran.

36

Sugiyono,Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 145.


(48)

Lembar tes tertulis akan diberikan kepada siswa pada setiap akhir pelaksanaan siklus. Hasil dari tes tertulis ini bertujuan untuk mengukur peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah melaksanakan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Group Investigation (GI). Dalam penelitian ini dilaksanakan dua kali tes akhir siklus yaitu: tes akhir siklus I dan tes akhir siklus II.

3. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan adalah foto-foto kegiatan siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Foto-foto ini digunakan sebagai alat bantu untuk menggambarkan apa yang terjadi di kelas pada waktu pembelajaran berlangsung.

I. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu dimana data-data dalam penelitian ini diambil melalui instrumen lembar observasi, Tes Tertulis, dan dokumentasi. Selama pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI) berlangsung, peneliti yang dibantu beberapa observer mencatat segala informasi dengan menggunakan lembar observasi. Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran saat melaksanakan model pembelajaran kooperatif tipe

Group Investigation (GI). Di setiap akhir siklus dilaksanakan tes tertulis yang bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berpikir kritis matematis siswa setelah dilaksanakannya pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation (GI).

J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan

Dalam penelitian ini digunakan teknik Triangulasi merupakan memeriksa teknik analisis data yang membandingkan data hasil observasi,


(49)

dan data hasil lembar tertulis dan dokumentasi. Selain itu juga triangulasi juga digunakan untuk memeriksa keabsahan data. Hal tersebut dilakukan untuk memperoleh data yang valid.Adapun tindakan yang dilakukan adalah:

1. Pengambilan data dari berbagai sumber, yaitu: peneliti, guru dan siswa 2. Penggunaan berbagai metode atau cara analisis, sehingga data yang

terkumpul dapat dipercaya. Dalam hal ini bisa dilakukan pengamatan dan pengambilan gambar dalam bentuk foto.

3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapan.

4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang sudah terkumpul.

K. Analisis Data dan Interpretasi Data

Teknik analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini meliputi teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Teknik kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan keterlaksanaan rencana tindakan, menggambarkan hambatan-hambatan yang muncul dalam pelaksanaan pembelajaran dan mendeskripsikan aktivitas atau partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran serta kemampuan berpikir kritis siswa sesuai dengan hasil pengamatan. Sedangkan teknik kuantitatif digunakan untuk mendeskripsikan tentang efektivitas dari pembelajaran yang meliputi hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis siswa. Penentuan hasil belajar berdasarkan hasil soal akhir siklus, dan partisipasi siswa dalam pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis siswa ditentukan dari hasil penilaian kemampuan menyelesaikan soal dengan baik berdasarkan rubrik penilaian yang disusun. Peningkatan pembelajaran ditentukan berdasarkan pencapaian pada aspek-aspek hasil belajar dan kemampuan berpikir siswa. Berikut analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.

1. Penyajian data

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menyusun informasi secara sistematis dari tahap reduksi data sehingga mempermudah dalam membaca data.


(50)

2. Triangulasi

Triangulasi data dilakukan dengan memadukan data yang diperoleh dari hasil lembar observasi, tes, dan dokumentasi untuk mempermudah dalam penarikan kesimpulan.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah pemberian makna pada data yang diperoleh dari penyajian data. Penarikan kesimpulan dilakukan berdasarkan hasil data yang telah diperoleh.

a. Analisis Data Hasil Observasi

Data hasil observasi keterlaksanaan pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif tipe GI dianalisis untuk memberikan gambaran pelaksanaan pembelajaran tipe GI. Analisis Data Observasi adalah sebagai berikut :

1) Untuk setiap aspek yang diamati diberi skor sesuai dengan pedoman penskoran pada kisi-kisi lembar observasi yang telah dibuat.

2) Menghitung skor total yang telah diperoleh setelah keterlaksanaan pembelajaran. Skor total yang telah diperoleh tersebut dihitung persentasenya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:37

Keterangan :

p = angka persentase

f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya

=Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)

37

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2006), h, 43.


(51)

Tabel 3.1

Pedoman Konversi Persentase Rata-rata Hasil Observasi Aktifitas Guru dan Siswa38

Persentase Rata-rata Kategori

81% - 100% Sangat baik

61% - 80% Baik

41% - 60% Sedang

21% - 40% Buruk

< 21% Sangat buruk

b. Analisis Hasil Tes

Analisis hasil tes dilakukan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe GI. Data hasil tes dianalisis berdasarkan pedoman penilaian yang telah dibuat oleh peneliti. Pedoman penilaian hasil tes berdasarkan rubrik skor berpikir kritis. Adapun perhitungannya dengan rumus-rumus berikut.

Untuk menghitung skor rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kritis siswa menggunakan rumus:39

x 100 %

Keterangan :

Mx = Persentase Mean (skor rata-rata)

∑ = Jumlah dari hasil perkalian antara midpoint dari masing-masing interval dengan frekuensinya

N = Jumlah Ideal

38

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. IV, h. 35.

39

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raga Grafindo Persada, 2006), h. 85.


(52)

Hasil perhitungan nilai rata-rata tes yang telah diperoleh pada setiap siklusnya kemudian diklasifikasikan berdasarkan kriteria berikut:40

Tabel 3.2

Klasifikasi Persentase Nilai Kriteria Berpikir Kritis Siswa Nilai Rata-rata Tes Kriteria

80 < Mx ≤ 100 Sangat tinggi 60 < Mx ≤ 80 Tinggi 40 < Mx ≤ 60 Sedang

20 < Mx≤ 40 Rendah

0 < Mx ≤ 20 Sangat rendah

Setelah diperoleh hasil persentase kemampuan berpikir kritis siswa, peneliti menentukan kategori kemampuan berpikir keritis siswa. Pemberian kategori bertujuan untuk mengetahui kualifikasi persentase kemampuan berpikir kritis siswa.

L. Pengembangan Perencanaan Tindakan

Seperti yang telah dikemukakan, bahwa penelitian yang dilakukan oleh peneliti merupakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) yang dimiliki tahapan-tahapan dalam tiap siklusnya tahapan tersebut meliputi perencanaan, tindakan, pengamatan/ pengumpulan data, dan refleksi. Sedangkan prosedur pelaksanaan perbaikan siklus dalam penelitian ini sama seperti prosedur yang digunakan pada siklus awal atau siklus ke-1, yaitu perencanaan perbaikan, tindakan perbaikan, pengumpulan data dan refleksi data hasil pelaksanaan tindakan perbaikan. Bila dari siklus ke-2 telah mencapai hasil yang diinginkan maka peneliti tidak perlu dilanjutkan ke siklus ke-3, namun bila hasil yang diinginkan belum tercapai maka peneliti harus dilanjutkan kesiklus berikutnya.

40

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi Program Pendidikan: Pedoman Teoritis Praktis bagi Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010), Cet. IV, h. 35.


(53)

BAB IV

DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 30 september 2013 sampai dengan 23 oktober 2013. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam empat pertemuan yang setiap pertemuannya terdiri dari 2 x 35 menit.Tindakan pembelajaran yang dilakukan pada setiap siklus disesuaikan dengan rencana pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation (GI) di kelas IV A SD Negeri Sukamaju 3 Depok dengan jumlah siswa 32 orang yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini pada setiap siklusnya melalui empat tahapan yaitu, tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi, dan tahap refleksi. Setelah melalui tahapan-tahapan tersebut maka diperoleh data-data yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini yaitu untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis siswa kelas IVA SD Negeri Sukamaju 3 Depok dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe group investigation

(GI) pada pembelajaran matematika.

1. Pelaksanaan Penelitian Siklus I

Pelaksanaan siklus I dilakukan selama empat kali pertemuan pembelajaran yang dimulai pada tanggal 30 September 2013 sampai 07 Oktober 2013 dan diakhiri pada tanggal 08 Oktober 2013 dengan memberikan tes akhir siklus I kepada siswa. Dalam pelaksanaan siklus I kegiatan yang dilakukan meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

a. Tahap Perencanaan Siklus I

Pada tahap perencanaan, peneliti menyusun rancangan yang akan dilaksanakan, yaitu : menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP ) tentang materi melakukan operasi hitung campuran yang akan dipelajari


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation (Gi) Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Sdit Bina Insani ( Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa Sdit Bina Insani Kelas V Semester Ii Serang-Banten )

0 3 184

Pengaruh model pembelajaran learning cycle 5e terhadap kemampuan berpikir kritis matematis siswa: penelitian quasi eksperimen di salah satu SMP di Tangerang.

6 24 248

Penerapan model pembelajaran kooperatif informal tipe Formulate-Share-Listen-Create (FSLC) untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

11 55 158

Pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe FSLC (Formulate-Share-Listen-Create) terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa

16 28 186

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMA NEGERI 1 BUNTU PANE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II.

0 3 40

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN DAN PENALARAN MATEMATIS SISWA MTS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOLABORATIF TIPE GROUP INVESTIGATION.

5 10 46

OPTIMALISASI PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI IMPLEMENTASI MODEL KOOPERATIF TIPE GI (GROUP INVESTIGATION) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA DI SMA NEGERI 2 NGAWI.

0 1 30

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS IV SD NEGERI 3 SIWARAK

0 0 14

Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Melalui Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Group Investigation (Studi Pada Siswa SMK Dr. Soetomo Surabaya)

0 0 17