Hubungan antara dukungan orang tua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok

(1)

i

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Nenden Wulansari

NIM : 101070023032

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

ii Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh : Nenden Wulansari NIM : 101070023032

Di Bawah Bimbingan :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. Mulia Sari Dewi, M.Si. NIP. 19650220 199903 1 003 NIP. 19780502 200801 2 026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(3)

iii

SISWA KELAS 2 SDN BAKTI JAYA 3 DEPOK” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 08 Desember 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 28 September 2010 Sidang Munaqasyah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si NIP. 130 885 522 NIP.19561223 198303 2 001

Anggota :

Solicha, M.Si. Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi. NIP. 19720415 199903 2 001 NIP. 19650220 199903 1 003

Mulia Sari Dewi, M.Si. NIP. 19780502 200801 2 026


(4)

iv

dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang berjudul berjudul “HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN ORANGTUA DALAM BELAJAR MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA SISWA KELAS 2 SDN BAKTI JAYA 3 DEPOK” adalah benar merupakan karya saya sendiri dan tidak melakukan tindakan plagiat dalam penyusunan karya tersebut. adapun kutipan-kutipan yang ada dalam penyusunan karya ini telah saya cantumkan sumber pengutipannya dalam skripsi. saya bersedia untuk melakukan proses yang semestinya sesuai dengan undang-undang jika ternyata skripsi ini secara prinsip merupakan plagiat atau jiplakan dari karya orang lain.

demikian pernyataan ini diperbuat untuk dipergunakan seperlunya.

Jakarta, 28 September 2010 Yang Menyatakan

Nenden Wulansari NIM 101070023032


(5)

v

Motto:

Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan

Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada

kemudahan

Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu

urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh

(urusan) yang lain

Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu

berharap

(Q.S. Al-Insyirah : 5-8)

Persembahan:

Sebuah persembahan yang tertunda

untuk bapak dan ummiku tercinta...


(6)

vi

(D) Hubungan Antara Dukungan Orangtua dalam Belajar Membaca dengan Kemampuan Membaca Siswa Kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok

(E) Halaman : xv + 93

(F) Membaca merupakan fungsi tertinggi otak manusia. Dari semua makhluk di dunia ini hanya manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan membaca. Dukungan orangtua dalam belajar membaca adalah segala bentuk bantuan atau sokongan dari orangtua berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental,

informatif dan jaringan dalam proses belajar membaca guna meningkatkan kemampuan membaca. Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat

menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pengalaman dan pemikiran.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas rendah SDN Bakti Jaya 3 Depok yang terdiri dari kelas 1 dan 2 dengan jumlah siswa 145 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok yang seluruhnya berjumlah 70 orang., yang terdiri dari kelas 2 A sebanyak 35 orang dan 2 B sebanyak 35 orang. Penulis menggunakan sampel kelas 2 A untuk mengambil data try out dan kelas 2 B sebagai sampel penelitian. Untuk mengukur dukungan orangtua dalam belajar membaca digunakan skala dukungan berdasarkan bentuk-bentuk dukungan dari Sarafino yang terdiri dari dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif dan dukungan jaringan. Untuk mengukur kemampuan membaca digunakan tes kemampuan membaca hasil adaptasi Informal Reading Inventory (IRI) dari Burns.

Untuk menguji hipotesa digunakan teknik uji korelasi product moment dari Pearson. Keseluruhan penghitungan menggunakan program SPSS versi 17.0. Berdasarkan hasil akhir penghitungan didapat nilai r hitung sebesar 0.412 dengan p value sebesar 0.014. Sementara nilai r tabel pada taraf signifikansi 5% dengan N 35 adalah 0.334. Karena nilai r hitung yang didapat > r tabel (p value < 0.05), maka hipotesis nihil (Ho) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan orang tua dan kemampuan membaca ditolak.


(7)

(8)

viii Muhammad SAW.

Sebagai ungkapan syukur, penulis juga menghaturkan terima kasih kepada :

1. Jahja Umar, Phd, Dekan fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Fadhillah Suralaga, M.Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi Univesitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. H.Choliludin,A.S, M.Ag, Dosen Pembimbing Akademik yang telah

mengarahkan dan membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Solicha M.Si. penguji 1 yang telah memberikan arahan dan masukan

kepada penulis saat ujian sidang skripsi.

5. Drs. Rachmat Mulyono, M.Si, Psi, dosen pembimbing I yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi.

6. Mulia Sari Dewi, M.Si, dosen pembimbing II yang dengan sabar dan penuh pengertian membantu, membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penulisan skripsi.

7. Seluruh dosen, staff akademik dan administrasi yang telah membantu penulis selama menempuh studi dan memberikan kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Sri Kusumastuti, S.Pd, Kepala Sekolah SDN Bakti Jaya 3 Depok beserta guru-guru yang telah memberikan bantuan dan kesempatan kepada penulis untuk mengadakan penelitian di SDN Bakti Jaya 3 Depok

9. Bapak dan Ummi tercinta atas segala limpahan kasih sayang, bimbingan dan juga bantuannya selama hidup penulis. Maafkan jika persembahan ini tertunda dari waktu yang seharusnya. Semoga Allah memaafkan dosa dan menyayangi kalian berdua sebagaimana kalian menyayangi penulis sewaktu kecil.

10.Bapak dan Mamah mertuaku atas segala limpahan kasih sayang, pengertian dan bantuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(9)

ix penulis.

13.Rekan-rekan mengajar penulis di Lembaga Les Membaca Pelangi, terima kasih atas bantuan dan pengertiannya kepada penulis selama penyusunan skripsi.

14.Teman-teman seperjuangan Nina, Makki, Iman, Windhi, terima kasih atas bantuannya selama penulis menyusun skripsi. Akhirnya kita berhasil menuntaskan perjuangan kita. Alhamdulillah.

15.Semua saudara, sahabat dan rekan-rekan penulis yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis berharap kritikan dan masukan terhadap skripsi ini serta semoga kehadiran skripsi ini dapat memberikan kontribusi keilmuan yang baik kepada yang membacanya.

Ciputat,

September 2010


(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ...vi

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 12

1.3.1. Pembatasan masalah ... 12

1.3.2. Perumusan masalah ... 13

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 13

1.4.1. Tujuan penelitian ... 13

1.4.2. Manfaat penelitian ... 13

1.4.2.1. Manfaat teoritis ... 13

1.4.2.2. Manfaat praktis ... 14

1.5. Sistematika Penulisan ... 14

BAB 2 KAJIAN TEORI ... 16

2.1. Kemampuan Membaca ... 16

2.1.1. Pengertian membaca ... 16

2.1.2. Tahapan dalam membaca ... 18


(11)

xi

2.1.4. Tingkat kemampuan membaca ... 23

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca ... 24

2.1.6. Tes kemampuan membaca ... 25

2.2. Dukungan Orangtua Dalam Belajar Membaca... 26

2.2.1. Pengertian dukungan orangtua ... 26

2.2.2. Bentuk-bentuk dukungan ... 28

2.2.3. Pengertian belajar ... 29

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ... 29

2.2.5. Model belajar membaca ... 30

2.2.6. Dukungan orangtua dalam belajar membaca ... 30

2.3. Kerangka Berpikir ... 31

2.4. Hipotesis ... 34

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 35

3.1. Jenis Penelitian ... 35

3.2. Variabel Penelitian ... 35

3.2.1 Identifikasi variabel penelitian ... 35

3.2.2 Definisi konseptual variabel ... 36

3.2.3 Definisi operasional variabel ... 36

3.3. Populasi dan Sampel ... 37

3.4. Pengumpulan Data ... 38

3.4.1 Metode dan instrumen ... 38

3.4.2 Teknik uji instrumen ... 43

3.5. Teknik Analisis Data ... 47


(12)

xii

4.1.3. Gambaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendapatan... 50

4.1.4. Gambaran orangtua siswa berdasarkan status pekerjaan ibu ... 51

4.2. Deskripsi Data Penelitian ... 51

4.2.1. Skor dukungan orangtua dalam belajar membaca ... 51

4.2.2. Skor kemampuan membaca ... 52

4.3. Presentasi Data Penelitian ... 54

4.4. Uji Hipotesis ... 55

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN ... 63

5.1. Kesimpulan ... 63

5.2. Diskusi ... 64

5.3. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 71


(13)

xiii

Tabel 3.3. Skor pada butir favourable ... 43

Tabel 3.4. Skor pada butir unfavourable ... 43

Tabel 3.5. Blue print setelah try out skala dukungan orangtua dalam belajar membaca ... 46

Tabel 3.5. Kaidah reliabilitas ... 47

Tabel 4.1. Gambaran siswa berdasarkan jenis kelamin ... 49

Tabel 4.2. Gambaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan ... 49

Tabel 4.3. Gambaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendapatan ... 50

Tabel 4.4. Gambaran orangtua siswa berdasarkan status pekerjaan ibu ... 51

Tabel 4.5. Klasifikasi skor dukungan orangtua dalam belajar membaca ... 51

Tabel 4.6. Skor kemampuan mekanis ... 52

Tabel 4.7. Skor kemampuan pemahaman ... 53

Tabel 4.8. Klasifikasi skor kemampuan membaca ... 54

Tabel 4.9. Deskripsi data ... 54

Tabel 4.10. Korelasi ... 55

Tabel 4.11. Kesimpulan uji regresi ... 56

Tabel 4.12. Anova uji regresi ... 57


(14)

(15)

xv

Lampiran 2 Daftar pertanyaan wacana ... 74

Lampiran 3 Kuisioner dukungan orangtua dalam belajar membaca ... 75

Lampiran 4 Surat tanda bukti penelitian ... 78

Lampiran 5 Data uji coba ... 79

Lampiran 6 Data penelitian kuisioner dukungan orangtua dalam belajar membaca . 81 Lampiran 7 Data penelitian kemampuan membaca ... 83

Lampiran 8 Data uji validitas dan reliabilitas ... 85

Lampiran 9 Data uji anova... 89


(16)

1.1.

Latar Belakang Masalah

Undang-Undang

Dasar

Negara

Republik

Indonesia

tahun

1945

mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan

umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Dalam rangka menjalankan amanat tersebut, pemerintah membuat suatu

sistem pendidikan nasional yang dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun 2003

dikatakan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan

lokal, nasional dan global.

Lebih lanjut dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan pada pasal 1 bahwa

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,


(17)

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang prinsip penyelenggaraan pendidikan

BAB III pasal 4 ayat ke-5 disebutkan pendidikan diselenggarakan dengan

mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap masyarakat.

Membaca merupakan fungsi tertinggi otak manusia. Dari semua makhluk di dunia ini

hanya manusia yang dapat membaca. Membaca merupakan salah satu fungsi yang

paling penting dalam hidup dan dapat dikatakan bahwa semua proses belajar

didasarkan pada kemampuan membaca (Doman, 1998).

Al-Qur’an sebagai sumber hukum Islam yang pertama juga menerangkan

tentang kedudukan membaca sebagai awal dari terbukanya pengetahuan manusia.

Karena hal itu pulalah perintah yang pertama kali turun kepada manusia adalah

perintah untuk membaca. Hal ini seperti yang tercantum dalam Qur’an surat

Al-Alaq 1-5, yang artinya: ”(1)

Bacalah dengan (menyebut nama Tuhanmu Yang

menciptakan

, (2)

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah

, (3)

Bacalah,

dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah

, (4)

Yang mengajar (manusia) dengan

perantaraan kalam

, (5)

Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak

diketahuinya.”

Kemampuan seseorang untuk membaca pun merupakan sebuah hasil dari

proses belajar. Menurut pendapat Slameto

(dalam Djamarah, 2002) belajar adalah


(18)

suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan

tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu

sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor yang ada pada diri organisme

itu sendiri yang biasa disebut dengan faktor individual dan faktor yang ada di luar

individu yang biasa disebut dengan faktor sosial. Termasuk ke dalam faktor

individual antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi

dan faktor pribadi. Sedangkan yang termasuk ke dalam faktor sosial antara lain

adalah faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya,

alat-alat yang digunakan dalam belajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan

motivasi sosial (Purwanto, 1999).

Dalam hal belajar membaca Doman (1991) mengungkapkan empat fakta dasar

mengenai belajar membaca pada anak-anak, yaitu:

1.

Anak kecil

ingin

belajar membaca

2.

Anak kecil

dapat

belajar membaca

3.

Anak kecil

sedang

belajar membaca

4.

Anak kecil

harus

belajar membaca

Masa anak-anak adalah saat yang tepat bagi kita untuk memberi stimulasi

kepada otak agar dapat berkembang optimal. Menurut Munandar (1999), ditinjau dari


(19)

sudut psikologi perkembangan, masa anak dapat dibagi menjadi: masa bayi, masa

anak awal, masa anak lanjut atau masa anak sekolah dan masa remaja.

Masa anak lanjut atau masa anak sekolah, yaitu dari usia 6 sampai 12-13

tahun. Masa ini disebut pula masa anak usia sekolah dasar karena pada usia ini

biasanya ia duduk di sekolah dasar. Masa anak usia sekolah dasar dapat dibagi

menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah dan masa kelas tinggi (Munandar, 1999).

Sesuai dengan hal tersebut, Dardjowidjojo (2010) mengungkapkan dalam

membaca ada dua tahap utama yang dinamakan tahap pemula dan tahap lanjut.

Kartika (2004) menyebutkan teknik membaca permulaan berlangsung pada kelas 1

dan 2 SD sedangkan teknik membaca lanjutan berlangsung sejak kelas 3 SD.

Piaget (dalam Monks, 2002) merumuskan tahap perkembangan kognitif anak

sekolah sebagai tahap berpikir operasional konkrit. Tahap ini berlangsung dari usia

7-11 tahun. Stadium operasional konkrit dapat digambarkan sebagai menjadi positifnya

ciri-ciri negatif pada stadium berpikir praoperasional. Cara berpikir anak yang

operasional konkrit kurang egosentris. Ditandai oleh desentrasi yang besar, artinya

anak sekarang misalnya sudah mampu untuk memperhatikan lebih dari satu dimensi

sekaligus dan juga untuk menghubungkan dimensi-dimensi ini satu sama lain.

Menurut para pendidik dan ahli psikologi anak seperti Piaget dan Hurlock,

kelompok ini disebut kelompok usia sekolah dasar yang siap memperoleh dasar-dasar


(20)

pengetahuan yang dianggap penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada

kehidupan dewasa (Ginting, 2005).

Jauh sebelum anak mampu membaca dan sebelum mereka mengerti arti setiap

kata kecuali yang sederhana, mereka seringkali ingin dibacakan. Baik berupa cerita,

dongeng, ataupun informasi yang terkesan belum bisa dipahami oleh mereka.

Sebelum anak-anak belajar membaca, perbendaharaan arti mereka bertambah besar

lewat gambar-gambar cerita yang dibicarakan atau dongeng-dongeng. Bahkan cerita

sederhana pun memperkenalkan arti baru. Pengamatan gambar dengan cermat

memungkinkan mereka memperoleh informasi mengenai orang, benda dan situasi

yang sebelumnya tidak dimengertinya. Bila membaca dilengkapi dengan diskusi

dengan orang dewasa atau film pendidikan di sekolah, pengertian anak akan

meningkat (Hurlock, 2005).

Membaca merupakan kecakapan fundamental anak paling penting yang akan

selalu dipelajari. Membaca berarti kesuksesan. Di sekolah, dunia kerja, dan dalam

kehidupan. Tanpa latar belakang membaca yang baik, anak akan benar-benar

menderita, karena pada kecakapan membaca inilah sebagian proses belajar di

masa-masa yang akan datang dan kesuksesan dipertaruhkan. Para pendidik dan psikolog

agaknya sepakat bahwa anak yang tidak bisa membaca secara praktis adalah anak

yang tidak berpendidikan, dan jika pada usia 8 atau 9 tahun dia tidak dapat membaca

dengan baik, maka kesempatannya menjadi pembaca yang baik sangat tipis. Sungguh


(21)

kenyataan yang menyedihkan bahwa anak yang tidak bisa membaca cenderung

menjadi masalah indisipliner terbesar di sekolah. Rasa frustrasi mereka mencapai

puncaknya ketika menyadari bahwa sarana memahami dan mengekpresikan dirinya

(mulut) benar-benar tidak mencukupi, dan mereka benar-benar menolak sekolah dan

seluruh proses belajar (Hainstock, 2002).

Schonell (1961) mengungkapkan faktor-faktor yang terlibat dan berpengaruh

terhadap kemampuan membaca di antaranya adalah faktor lingkungan yang meliputi

latar belakang bahasa serta pengalaman, lingkungan sekolah, dan latar belakang

rumah.

Ditinjau berdasarkan Peraturan Pemerintah RI. no 21 tahun 1994 mengenai

penyelenggaraan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga salah satunya

mempunyai fungsi sosialisasi dan pendidikan yang memberikan peran kepada

keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam

kehidupannya di masa yang akan datang.

Keluarga adalah kelompok sosial yang bersifat abadi, dikukuhkan dalam

hubungan nikah yang memberikan pengaruh keturunan dan lingkungan sebagai

dimensi penting yang lain bagi anak. Keluarga adalah tempat yang penting di mana

anak memperoleh dasar dalam membentuk kemampuannya agar kelak menjadi orang

berhasil di masyarakat (Gunarsa, 2004)


(22)

Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu

layanan pendidikan (UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 Ayat 6). Komponen

masyarakat ini meliputi keluarga, masyarakat dan juga pemerintah. Dukungan dari

ketiga komponen ini sangat diperlukan dalam penyelenggaraan pendidikan.

Dalam hal ini dukungan orangtua menjadi sangat penting dalam proses belajar

membaca anak. Orangtua memandang kemampuan membaca sebagai suatu hal yang

sangat penting dan tentu saja memang penting, karena membaca merupakan pintu ke

arah pembelajaran di semua bidang ilmu (Guthrie, 2003).

Keluarga yang memiliki banyak sumber bacaan dan anggota keluarganya

gemar belajar dan membaca akan memberikan dukungan yang positif terhadap

perkembangan belajar dari anak. Sebaliknya keluarga yang miskin dengan sumber

bacaan dan tidak senang membaca tidak akan mendorong anak-anaknya untuk senang

belajar (Sukmadinata, 2003)

Taylor (1995) mengungkapkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh seseorang

dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang

dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi

masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.


(23)

Sangatlah penting bagi orangtua untuk membantu peran guru maupun

pengajar anak di sekolah. Untuk itu perlu ada hubungan komunikasi yang baik antara

guru dan orangtua sebagai pendamping belajar membaca anak di rumah (Burns,

1984).

Tingkat literasi awal dalam kemampuan membaca seperti yang dilakukan oleh

studi

PIRLS

(

Progress in International Reading Literacy Study

) menunjukkan bahwa

siswa Indonesia masih menghadapi kendala dalam membaca. PIRLS adalah suatu

studi kemampuan membaca yang dirancang untuk mengetahui kemampuan anak

sekolah dasar dalam memahami bermacam ragam bacaan. Penilaian difokuskan pada

dua tujuan membaca yang sering dilakukan anak-anak, yaitu membaca cerita sastra

dan membaca untuk memperoleh informasi. Pada studi tahun 1999 diketahui bahwa

keterampilan membaca kelas IV Sekolah Dasar kita berada pada tingkat terendah di

Asia Timur, seperti dapat dilihat dari perbandingan skor rata-rata berikut ini: 75.5

(Hong Kong), 74.0 (Singapura), 65.1 (Thailand), 52.6 (Filipina), dan 51.7

(Indonesia). Studi ini juga melaporkan bahwa siswa Indonesia hanya mampu

menguasai 30% dari materi bacaan karena mereka mengalami kesulitan dalam

menjawab soal-soal bacaan yang memerlukan pemahaman dan penalaran (Suherli,

2006).


(24)

Studi kemampuan membaca lainnya adalah

PISA

(

Programme for

International Student Assessment)

yang bertujuan meneliti secara berkala tentang

kemampuan siswa usia 15 tahun (kelas III SMP dan Kelas I SMA) dalam membaca,

matematika, dan sains. PISA mengukur kemampuan siswa pada akhir usia wajib

belajar untuk mengetahui kesiapan siswa menghadapi tantangan

masyarakat-pengetahuan (

knowledge society

) dewasa ini. Penilaian yang dilakukan dalam PISA

berorientasi ke masa depan, yaitu menguji kemampuan untuk menggunakan

keterampilan dan pengetahuan mereka dalam menghadapi tantangan kehidupan nyata,

tidak semata-mata mengukur kemampuan yang dicantumkan dalam kurikulum

sekolah. Hasil studi tahun 2000 mengungkapkan bahwa literasi membaca siswa

Indonesia sangat rendah dibandingkan dengan siswa yang ada di manca negara. Dari

42 negara yang disurvey, siswa Indonesia menduduki peringkat ke-39, sedikit di atas

Albania dan Peru. Kemampuan siswa Indonesia masih di bawah siswa Thailand

(peringkat ke-32) (Suherli, 2006)

Wiener (dalam Sutardi, 1997), mencatat pendapat yang dikemukakan oleh

Ravitch dalam

Comission on Reading of the National Academy of Education

tahun

1985 yang mengutarakan bahwa orangtua seharusnya mendukung program sekolah

dengan membantu anaknya belajar di rumah. Belajar dengan orangtua ini dapat

membantu anaknya dalam meningkatkan minat membaca dan juga prestasi belajar

membaca di sekolah. Orangtua dapat melakukannya dengan cara mengajak anaknya

berbicara, mendiskusikan pengalaman yang mereka alami sehari-hari, agar anak


(25)

memahami pentingnya kata-kata dalam mengutarakan maksud dan membangun latar

belakang pengetahuan.

Dalam studi yang dilakukan Milner (dalam Sutardi, 1997) terhadap anak kelas

satu dalam hubungan antara kesiapan membaca dan pola interaksi anak dan orangtua,

anak yang mendapat skor tinggi dalam pengukuran membaca adalah anak yang

berasal dari lingkungan verbal yang diperkaya, yaitu lebih banyak melakukan

percakapan dengan orangtua dibanding anak-anak yang mendapat skor rendah.

Wiener (dalam Sutardi, 1997) mencatat studi yang dilakukan Epstein tahun

1987 terhadap 239 anak Baltimore mengungkapkan bahwa anak-anak akan mendapat

skor membaca yang tinggi, jika orangtua mereka melibatkan diri secara aktif dalam

proses belajar. Selain itu juga terungkap bahwa walaupun orangtua sangat ingin

membantu anaknya, tetapi hanya 20% yang mengaku tahu bagaimana membantu

anaknya sedangkan 80% mengaku tidak tahu bagaimana harus membantu anaknya.

Spodek, Saracho dan Davis (dalam Sutardi, 1997) mengungkapkan hasil

pengamatan Holdaway menjelaskan bahwa orangtua tidak cukup hanya menyediakan

fasilitas dan memberi instruksi verbal untuk belajar membaca, tetapi harus menjadi

model membaca bagi anak, yaitu model yang emulatif mendukung kegiatan

membaca.


(26)

Berdasarkan pengamatan penulis sebagai pengajar belajar membaca

anak-anak di sebuah lembaga les membaca, penulis melihat bahwa terdapat variasi

kemampuan membaca antara anak laki-laki dan perempuan. Selain itu penulis juga

memperhatikan perbedaan kemampuan membaca antara anak yang ibunya bekerja

dengan anak yang ibunya tidak bekerja. Tidak semua anak yang ibunya bekerja

memiliki kemampuan membaca yang rendah dan begitu pula sebaliknya. Penulis

lantas bertanya apakah ada perbedaan dukungan orangtua yang akhirnya

mempengaruhi kemampuan membaca mereka? Penulis juga tertarik untuk meneliti

kemampuan membaca anak-anak yang berada di tahap pemula atau kelas rendah. Hal

tersebut dikarenakan seorang anak yang awalnya tidak memiliki kemampuan

membaca simbol tertulis menjadi “melek aksara” dan memiliki pemahaman atas apa

yang dibacanya merupakan tahapan yang sangat penting. Selain itu penulis juga

belum menemukan penelitian yang mengaitkan antara kemampuan membaca siswa

kelas rendah dengan dukungan orangtuanya dalam belajar membaca. Berangkat dari

hal-hal tersebut di atas, penulis memfokuskan kepada kemampuan membaca kelas

rendah dan ingin meneliti apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam

belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3

Depok?


(27)

1.2.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1.

Pembatasan masalah

a.

Dukungan orangtua dalam belajar membaca

Dukungan orangtua dalam belajar membaca adalah segala bentuk bantuan

atau sokongan dari orangtua berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental,

informatif dan jaringan dalam proses belajar membaca guna meningkatkan

kemampuan membaca. Dalam hal ini penulis menggunakan skala dukungan orangtua

dalam belajar membaca dengan aspek yang diadaptasi dari bentuk-bentuk dukungan

(Sarafino, 2002) meliputi: dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan

instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan.

b. Kemampuan membaca

Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk mengucapkan bahasa tulisan

atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan

berdasarkan pengalaman dan pemikiran. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan

kepada kemampuan membaca kelas rendah atau kemampuan membaca permulaan

yaitu kelas 1 sampai 2 SD. Untuk mengukurnya, penulis menggunakan tes membaca

wacana yang diadaptasi dari

Informal Reading Inventory

(Burns, 1984).


(28)

1.2.2.

Perumusan masalah

“Apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca

dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok ?”.

1.3.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1.

Tujuan penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan

kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok.

1.3.2.

Manfaat penelitian

a.

Manfaat teoritis

Untuk menambah khasanah psikologi khususnya di bidang pendidikan,

memberikan suatu wacana baru tentang perkembangan kemampuan membaca anak

dikaitkan dengan dukungan orangtua dalam belajar membaca.


(29)

b. Manfaat praktis

Bagi para orangtua, penelitian ini dapat menambah wawasan baru bagaimana

hendaknya orangtua berperan dalam proses belajar anak khususnya dalam belajar

membaca.

Bagi para guru, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang bagaimana

karakteristik anak-anak dalam hal belajar membaca serta dapat menjadi referensi

untuk memberikan arahan terhadap orangtua siswa mengenai bagaimana hendaknya

mereka mendukung kegiatan belajar anak di rumah khususnya dalam hal belajar

membaca, sehingga terjalin hubungan yang baik antara guru dan orangtua dalam

menciptakan kesuksesan belajar anak.

Bagi para pengusaha, pemerintah ataupun pihak lain yang berwenang,

penelitian ini dapat menjadi pemacu untuk lebih meningkatkan sarana dan prasarana

yang dapat meningkatkan minat maupun kemampuan anak-anak dalam membaca.

1.4.

Sistematika Penulisan

BAB I: Berisi tentang latar belakang masalah, perumusan dan pembatasan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(30)

BAB II: Pada bab ini penulis menguraikan pertama, kemampuan membaca

meliputi pengertian membaca, tahapan dalam membaca, aspek

kemampuan membaca, tingkat kemampuan membaca, faktor-faktor

yang mempengaruhi kemampuan membaca dan tes kemampuan

membaca. Kedua, dukungan orangtua dalam belajar membaca

meliputi pengertian dukungan orangtua, bentuk-bentuk dukungan,

pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, model

belajar membaca dan dukungan orangtua dalam belajar membaca.

Ketiga, kerangka berpikir dan keempat rumusan hipotesis.

BAB III: Membahas tentang jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan

sampel, pengumpulan data, teknik analisis data dan prosedur

penelitian.

BAB IV: Membahas mengenai gambaran umum subyek penelitian, deskripsi

data penelitian, presentasi data penelitian dan uji hipotesis

BAB V : Membahas kesimpulan, diskusi dan saran

DAFTAR PUSTAKA


(31)

2.1. Kemampuan Membaca

2.1.1. Pengertian membaca

Smith dalam Ginting (2005) menyebutkan membaca merupakan suatu proses membangun pemahaman dari teks yang tertulis. Membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya (Ahuja, 1999). Dengan kata lain, proses membaca adalah proses ganda, meliputi proses penglihatan dan proses tanggapan. Sebagai proses penglihatan, membaca bergantung kepada kemampuan melihat simbol-simbol. Oleh karena itu mata memainkan peranan penting (Wassman&Rinsky, 1993).

Sebagai proses tanggapan, membaca menunjukkan interpretasi segala sesuatu yang kita persepsi. Proses membaca juga meliputi identifikasi simbol-simbol bunyi dan mengumpulkan makna melalui simbol-simbol-simbol-simbol tersebut (Ahuja, dalam Ginting, 2005). Selanjutnya Ginting (2005) menyimpulkan membaca sebagai suatu proses yang melibatkan penglihatan dan tanggapan untuk memahami bahan bacaan yang bertujuan untuk memperoleh informasi atau mendapatkan kesenangan. Menurut Shihab (dalam Sahara, 2000) baca dalam istilah agama disebut iqra’ yang diambil dari kata qara’a, pada mulanya berarti menghimpun, apabila dirangkai huruf atau kata, kemudian diucapkan rangkaian tersebut maka telah menghimpunnya atau dalam bahasa Al-Qur’an Qara’atahu


(32)

qira’atan. Arti asal kata ini menunjukkan Iqra’ yang diterjemahkan dengan “Bacalah”, tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis yang dibaca, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain dan karenanya dapat ditemukan dalam kamus-kamus bahasa beraneka ragam kata tersebut antara lain: menyampaikan, menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui, ciri-cirinya yang semuanya dapat dikembalikan kepada hakikat menghimpun yang merupakan akar arti kata tersebut.

Sedangkan menurut Broto (dalam Rahman 1999) membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Juga menurut Soedarso (dalam Rahman, 1999) membaca merupakan aktivitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakan mata dan menggunakan pikiran.

Membaca juga merupakan perpaduan antara pemahaman bentuk dan makna. Ada dua cara memahami bacaan, yaitu memahami bacaan dengan menganalisis teks dan memahami bacaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Biasanya pembaca memadukan kedua cara ini dalam proses pemahamannya. Dalam istilah Bernhardt (dalam Suherli, 2006), proses membaca demikian itu sifatnya “multidimensional and multivariate”. Teks sendiri ada yang terlihat (seen text) seperti yang terbaca oleh pembaca, dan teks ‘tersembunyi’ (unseen text) yang merupakan maksud penulis yang biasanya mengandung nilai


(33)

sosial dan budaya. Oleh karena itu, membaca tidak cukup memerhatikan kata, kalimat dan paragraf saja, sekalipun tanpa unsur-unsur itu tidak akan terjadi proses membaca.

Membaca adalah sebuah kemampuan yang diperlukan bagi orang yang mau mencari informasi dari teks tertulis (Ahuja, 1999). Membaca juga sebagai salah satu alat untuk belajar (study skills) berbagai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Membaca itu sendiri adalah satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan (Tampubolon, 1987).

Dari berbagai definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa membaca adalah mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pangalaman dan pemikiran.

2.1.2. Tahapan dalam membaca

Empat tahap dalam berbahasa yang sampai kini masih dianggap benar adalah tahap mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis (listening, speaking, reading, and writing). Dua tahap pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan dua tahap terakhir dengan bahasa tulisan (Dardjowidjojo, 2010).

Dardjowidjojo (2010) mengungkapkan dalam membaca ada dua tahap utama yang dinamakan tahap pemula dan tahap lanjut. Kartika (2004)


(34)

menyebutkan teknik membaca permulaan berlangsung pada kelas 1 dan 2 SD sedangkan teknik membaca lanjutan berlangsung sejak kelas 3 SD.

2.1.2.1. Tahap pemula

Tahap pemula adalah tahap yang mengubah manusia dari tidak dapat membaca menjadi dapat membaca. Pada tahap pemula, anak perlu memerhatikan dua hal yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf. Beberapa prasyarat harus dipenuhi anak dalam menempuh tahap ini diantaranya prasyarat kognitif yang menyangkut kemampuan memahami keteraturan bentuk, atensi dan motivasi, kemampuan asosiatif dan kemampuan deteksi. Selain prasyarat kognitif, anak juga harsyarat kognitif, anak juga harus memiliki prasyarat-prasyarat tertentu untuk dapat berbicara yang meliputi penguasaan sistem fonologi, penguasaan sintaksis bahasa dan kemampuan semantik.

2.1.2.2. Tahap lanjut

Tahap lanjut adalah tahap dimana prosesnya bukan terkonsentrasi pada kaitan antara huruf dengan bunyi tetapi pada makna yang terkandung dalam bacaan. Perbedaan yang mencolok antara tahap pemula dan tahap lanjut adalah bahwa pembaca pada tahap lanjut tidak lagi harus memerhatikan keteraturan bentuk huruf lagi. Kemampuan untuk ini telah dilaluinya dan kini dia masuk pada pemahaman makna.


(35)

Pada tahap ini membaca dapat didefinisikan sebagai suatu proses untuk menganalisis input yang berupa bahan tertulis dan menghasilkan output yang berupa pemahaman atas bahan tersebut.

Beberapa prasyarat yang harus dipenuhi pembaca dalam tahap ini adalah kemampuan pemrosesan kata dan kalimat, kemampuan untuk memahami apa yang tersirat dalam bacaan, kemampuan untuk menangani ihwal yang baru dan kemampuan untuk memilih.

2.1.3. Aspek kemampuan membaca

Berikut akan dipaparkan dua aspek penting dalam kemampuan membaca, yaitu kemampuan mekanis (mechanical skills) dan kemampuan pemahaman (comprehension skills).:

2.1.3.1. Kemampuan mekanis (mechanical skills)

Kemampuan mekanis mencakup pengenalan bentuk huruf sampai pengenalan hubungan/korespondensi pola ejaan dan bunyi (kemampuan menyuarakan bahan tertulis atau “to bark at print”) dalam kecepatan membaca taraf lambat (Broughton dalam Ginting, 2005).

Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan membaca teknis atau membaca bersuara (Kartika, 2004). Sedangkan Burns (!984), menggunakan istilah word recognition.


(36)

Kegiatan membaca teknis merupakan sebagian besar yang ditekankan pada pembaca tahap pemula, yaitu kelas 1 dan 2 SD. Kegiatan membaca teknis makin menurun frekuensinya pada kelas tinggi sekolah dasar dan kegiatan membaca ini lebih ditujukan untuk memelihara dan melatih kemampuan membaca (Kartika, 2004). Pada tahap pemula, anak perlu memperhatikan dua hal yaitu keteraturan bentuk dan pola gabungan huruf (Dardjowidjodjo, 2010)

Membaca permulaan bertujuan memberikan kemampuan dasar untuk membaca yaitu siswa mengenal/ mengetahui huruf dan terampil mengubah huruf menjadi suara. Pada tahap membaca lanjutan kemampuan membaca teknis tidak hanya sebatas menyuarakan tetapi lebih berkembang menjadi pelafalan vokal maupun konsonan, nada/lagu ucapan, penguasaan tanda-tanda baca, pengelompokan kata/frase ke dalam satuan-satuan ide, kecepatan mata, dan ekspresi (Kartika, 2004).

Kemampuan mekanis diungkapkan melalui bunyi yang dikeluarkan oleh mulut. Dardjowidjojo (2010) mengatakan kekeliruan dalam pengucapan ini sebagai kekeliruan kilir lidah, yang terdiri dari kekeliruan fitur distingtif, kekeliruan segmen fonetik, kekeliruan sukukata dan kekeliruan kata.

Dalam IRI Iinformal Reading Inventory) yang digunakan untuk mengukur kemampuan membaca siswa, kesalahan dalam membaca mekanis yang perlu ditandai adalah: mispronounciation (kesalahan pengucapan), refusal to pronounce

(bacaan yang ditolak), insertion (selipan/terselip), omission (penghilangan),


(37)

2.1.3.2. Kemampuan yang bersifat pemahaman (comprehension skills)

Kemampuan ini dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana sampai mengevaluasi atau menilai isi dan bentuk bacaan dalam kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan (Broughton dalam Ginting, 2005).

Teknik membaca untuk kemampuan ini biasa disebut dengan teknik membaca dalam hati Dalam kurikulum 2004 tertera membaca sekilas, membaca memindai, membaca intensif dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat digolongkan ke dalam membaca dalam hati Membaca dalam hati ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan (Kartika, 2004).

Burns (1984) membagi empat tahap pemahaman yaitu pemahaman harfiah (literal reading), pemahaman menafsirkan (interpretive reading), pemahaman mengupas kritis (critical reading), dan pemahaman kreatif (creative reading). Dalam tes Informal Reading Inventory (Burns, 1984), untuk mengetahui pemahaman wacana, siswa diajukan beberapa pertanyaan setelah ia selesai membaca. Pertanyaan harus mencakup ide utama, detail, makna kata, rangkaian, sebab akibat dan kesimpulan (Burns, 1984)


(38)

2.1.4. Tingkat kemampuan membaca

Terdapat empat kategori tingkat kemampuan membaca anak (Burns, 1984), yaitu:

1. Tingkat independen. Pada tingkat ini anak dapat membaca dengan gayanya sendiri tanpa bimbingan guru. Anak mampu melafalkan sedikitnya 99% bahan teks tertulis dengan tingkat pemahaman 90% atau lebih

2. Tingkat instruksional. Pada tingkat ini anak dapat membaca dengan masih menggunakan bimbingan guru. Anak mampu melafalkan sedikitnya 85% bahan teks tertulis (untuk kelas 1 dan 2) atau 95% bahan teks tertulis (untuk kelas 3 ke atas) dengan tingkat pemahaman mencapai 75% atau lebih.

3. Tingkat frustrasi. Pada tingkat ini anak mengalami hambatan dan hanya dapat melafalkan 90% bahan teks tertulis atau kurang, atau anak hanya memahami 50% bahan bacaan.

4. Tingkat kapasitas/potensial. Yang termasuk dalam kategori ini adalah anak dengan tingkat pemahaman 75% atau lebih dengan kemampuan melafalkan bacaan yang tak terbatas. Sebagai contoh, jika seorang anak hanya mampu melafalkan 80% bahan bacaan tetapi ia mempunyai pemahaman dengan tingkat 80% maka ia termasuk dalam kategori ini.


(39)

Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca adalah kemampuan untuk mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pangalaman dan pemikiran.

2.1.5. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca

Menurut Schonell (1961) faktor-faktor yang terlibat dan berpengaruh terhadap kemampuan membaca adalah:

1. Kematangan Umum, meliputi kematangan fisik, intelektual, sosial, dan emosi.

2. Tingkat Inteligensi secara umum

3. Kemampuan pengenalan visual dan auditori serta kemampuan membedakan pola kata

4. Lingkungan, meliputi latar belakang bahasa serta pengalaman, lingkungan sekolah dan latar belakang rumah

5. Emosi, meliputi ketertarikan (minat), perhatian individu dan kepercayaan diri.

Terkait dengan faktor lingkungan, menurut Schonell (1961) yang termasuk dalam latar belakang rumah adalah:

a. kondisi ekonomi seperti penghasilan keluarga, ukuran rumah, kecukupan dan keteraturan dalam makanan, tidur, dan lain lain


(40)

b. kesempatan untuk bermain dan bersosialisasi dengan lingkungan yang bebeda. Hal ini berhubungan dengan perkembangan konsep dan perbendaharaan kata

c. sifat dan kuantitas bicara serta pola bahasa anak-anak terutama sekali yang dipengaruhi oleh perkataan orangtua

d. sikap terhadap membaca dan menulis, seberapa sering kegiatan membaca di rumah dilakukan dan tersedianya buku-buku dengan tingkat kesulitan yang bervariasi

e. kualitas kehidupan keluarga dalam hal ini hubungan antar orangtua yang berpengaruh terhadap keamanan anak-anak dan perkembangan kepribadian secara umum

2.1.6. Tes kemampuan membaca

Tes kemampuan membaca digunakan oleh guru atau pengajar untuk mengetahui dan juga mengembangkan kemampuan anak untuk membaca teks bacaan dan kemampuan pemahamannya. Ada banyak alat tes kemampuan membaca yang dapat digunakan yang dapat digunakan oleh para pengajar di Sekolah Dasar. Contohnya cloze tes, yaitu bentuk tes melengkapi teks yang hilang dalam wacana dan juga Informal Reading Inventory (IRI) (Burns, 1984)


(41)

IRI disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menyeleksi jenis atau standar bacaan. Gunakan salah satu seri bacaan yang dimulai dari bacaan pra sekolah sampai bacaan kelas 6 SD. Pilih materi bacaan yang sebelumnya tidak pernah dibaca atau dijumpai oleh anak. 2. Menentukan bagian dari buku bacaan yang akan dibaca oleh anak. Pilih

bagian bacaan yang ceritanya utuh dengan standar banyaknya kata sebagai berikut: Prasekolah/kelas 1: sekitar 75 kata., kelas 2: 100 kata, Kelas 3:125 kata, kelas 4: 150 kata, kelas 5: 175 kata, kelas 6 atau lebih: 200 kata. Gunakan bacaan untuk dua tahap tes yaitu membaca bersuara dan membaca dalam hati. Membaca bersuara untuk mengetahui kemampuan mekanis dan membaca dalam hati untuk mengetahui kemampuan pemahaman.

3. Susun pertanyaan. Tentukan lima sampai sepuluh pertanyaan yang berhubungan dengan teks bacaan. Pertanyaan harus mencakup ide utama, detail, makna kata, rangkaian, sebab akibat dan kesimpulan.

4. Persiapan konstruk tes. Siapkan pertanyaan dalam kartu yang terpisah. Siapkan duplikat bacaan untuk menandai atau memberikan penilaian. Jenis kesalahan yang dicatat saat teks dibaca adalah: salah pengucapan, teks yang ditolak atau tidak mau dibaca anak, teks yang terselip, teks yang hilang, teks yang diulang, teks yang dibaca terbalik.


(42)

2.2. Dukungan Orangtua Dalam Belajar Membaca

2.2.1. Pengertian dukungan orangtua

Penulis mendefinisikan dukungan orangtua berdasarkan definisi dukungan sosial dan dukungan keluarga. Menurut Cobb (dalam Sarafino, 2002), dukungan sosial diartikan sebagai suatu kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan individu dari orang-orang atau kelompok lain.

Dukungan keluarga menurut Francis dan Satiadarma (dalam Ambari, 2010) merupakan bantuan/sokongan yang diterima salah satu anggota keluarga dari anggota keluarga lainnya dalam rangka menjalankan fungsi-fungsi yang terdapat di dalam sebuah keluarga. Sarafino (2002) mengatakan bahwa kebutuhan, kemampuan dan sumber dukungan mengalami perubahan sepanjang kehidupan seseorang. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dikenal oleh individu dalam proses sosialisasinya.

Taylor (1995) menyebutkan bahwa dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan.

Comission on the family (dalam Ambari, 2010) menyatakan dukungan keluarga, termasuk orangtua, dapat memperkuat setiap individu, menciptakan kekuatan keluarga, memperbesar penghargaan terhadap diri sendiri, mempunyai potensi sebagai strategi pencegahan yang utama bagi seluruh keluarga dalam menghadapi


(43)

tantangan kehidupan sehari-hari serta mempunyai relevansi dalam masyarakat yang berada dalam lingkungan yang penuh tekanan.

2.2.2. Bentuk-bentuk dukungan

Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino (2002) adalah:

a. Dukungan emosional: mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian terhadap orang yang bersangkutan.

b. Dukungan penghargaan: terjadi lewat ungkapan yang positif untuk individu, dorongan maju atau persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu. Hal seperti ini dapat menambah penghargaan diri. Jenis dukungan ini membantu individu merasa dirinya berharga, mampu, dan dihargai.

c. Dukungan instrumental: mencakup bantuan langsung, dapat berupa jasa, waktu, atau uang. Dukungan ini membantu individu dalam melaksanakan aktivitasnya.

d. Dukungan informatif: mencakup pemberian nasehat, petunjuk-petunjuk, saran-saran, informasi atau umpan balik. Dukungan ini membantu individu mengatasi masalah dengan cara memperluas wawasan dan pemahaman individu terhadap masalah yang dihadapi.

e. Dukungan jaringan: mencakup perasaan keanggotaan dalam kelompok. Dukungan jaringan merupakan perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan aktivitas.


(44)

2.2.3. Pengertian belajar

Skinner dalam Syah (2008) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Slameto dalam Djamarah (2002) mendefinisikan belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.

Witherington dalam Sukmadinata (2003) berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru yang berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan.

Selain itu Morgan dalam Purwanto (2004) mendefinisikan kegiatan belajar sebagai setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan maupun pengalaman.

2.2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Purwanto (1999) mengungkapkan bahwa keberhasilan belajar itu tergantung kepada bemacam-macam faktor. Dapun faktor-faktor itu dapat dibedakan menjadi dua golongan:

a. faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Termasuk ke dalam faktor ini adalah kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, motivasi, dan faktor/sifat pribadi.


(45)

b. Faktor yang ada di luar individu atau yang kita sebut faktor sosial. Termasuk kedalam faktor ini antara lain faktor keluarga atau keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang digunakan dalam belajar mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial.

2.2.5. Model belajar membaca

Tujuan pengajaran membaca menurut Alexander (dalam Suherli, 2006) adalah untuk mengembangkan kemampuan membaca agar peserta didik dapat menikmati bacaannya dan dapat menggunakan keterampilannya selama hidupnya.

Dardjowidjojo (2010) berpendapat ada dua model belajar membaca model dari bawah ke atas (bottom up) yang mendasarkan metodenya pada cara fonik, yakni, dari fonem, ke suku, lalu ke kata dan seterusnya sampai ke atas dan model atas ke bawah (top down) yang langsung memberikan kata untuk dibaca.

2.2.6. Dukungan orangtua dalam belajar membaca

Dalam hal belajar membaca, orangtua dapat memberikan dukungan dalam berbagai bentuk. Bentuk-bentuk dukungan menurut Sarafino (1997) adalah dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informative dan dukungan jaringan.

Burns (1984) mengungkapkan tujuh hal yang dapat dilakukan orangtua dalam rangka membantu kegiatan belajar membaca anak di rumah:


(46)

1. menjaga hubungan dengan anak dalam program belajar membaca dengan rajin menanyakan perkembangan belajar membacanya

2. menjadi pendengar dan penanya yang baik

3. mendukung anak untuk menyelesaikan tugas membaca buku

4. membantu menyediakan ruangan, waktu dan peralatan yang dibutuhkan untuk belajar

5. mendukung anak untuk berpartisipasi dalam pameran buku atau kegiatan membaca lainnya

6. membantu anak saat dia menemui kesulitan dalam membaca

7. memberikan penilaian yang baik terhadap pekerjaan rumah dan mengekspresikan antusiasme ketika anak bertanya.

Dapat disimpulkan bahwa dukungan orangtua dalam belajar membaca adalah segala bentuk bantuan atau sokongan dari orangtua berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan jaringan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca.

2.3. Kerangka Berpikir

Kegiatan membaca bukan saja mengasyikkan, tetapi juga berarti menelusuri pengalaman pembelajaran melalui bahan bacaan. Hal ini dikarenakan bacaan merupakan ekspresi dari bahasa manusia sebagai suatu sistem komunikasi sosial yang mewakili kemajuan kemampuan kognitif manusia tertinggi.


(47)

Dilihat dari kegiatan anak membaca, mereka membutuhkan stimulus yang membuat mereka terdorong untuk melakukan kegiatan membaca. Belum banyak orang tua dan guru yang secara sengaja memberikan penghargaan saat anak melakukan kegiatan yang baik, seperti saat belajar dan membaca.

Kemajuan kemampuan membaca anak yang berlangsung dalam kontinum interaktif seiring dengan perkembangan anak (Wiener dalam Sutardi, 1997) membuat orangtua mau tidak mau mempunyai peran penting dalam mengembangkan kemampuan membaca anaknya.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan pertama dan utama bagi seorang anak. Di dalam keluargalah seorang anak mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui. Seorang anak dapat menyerap banyak sekali informasi lewat percakapan, nyanyian, candaan, dan segala aktifitas bermain yang memang identik dengan dunianya. Sangatlah penting bagi orangtua untuk membantu peran guru maupun pengajar anak di sekolah. Untuk itu perlu ada hubungan komunikasi yang baik antara guru dan orangtua sebagai penadamping belajar membaca anak di rumah.

Dukungan yang dimiliki oleh seseorang dapat mencegah berkembangnya masalah akibat tekanan yang dihadapi. Seseorang dengan dukungan yang tinggi akan lebih berhasil menghadapi dan mengatasi masalahnya dibanding dengan yang tidak memiliki dukungan (Taylor, 1995). Hal-hal sederhana seperti sering mengajak anak bercakap-cakap, membacakan cerita, jalan-jalan ke toko buku


(48)

diyakini dapat menumbuhkan semangat belajar membaca anak hingga akhirnya dapat meningkatkan kemampuan membacanya.

Dilihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca yang sebelumnya telah penulis paparkan, dapat dilihat bahwa lingkungan keluarga khususnya orangtua memiliki peran besar dalam mengembangkan kemampuan membaca anak. Penulis meyakini orangtua yang secara aktif mendukung kegiatan belajar membaca anak dengan berbagai bentuk dukungan, dapat membantu anak meningkatkan kemampuan membacanya.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan melalui bagan di bawah ini:

Gambar 2.1.

Skema hubungan dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca

X Y

Dukungan Orangtua Kemampuan Membaca

Semakin tinggi dukungan orangtua dalam belajar membaca maka semakin tinggi pula kemampuan membaca siswa. Sebaliknya, semakin kecil dukungan orangtua dalam belajar membaca maka semakin rendah pula kemampuan membaca siswa.


(49)

2. 4. Hipotesis

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:

Ho: Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3.

Ha: Ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3.


(50)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3. 1. Jenis Penelitian

Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa Kelas 2 SDN Bakti Jaya 3. Untuk membahas permasalahan ini penulis menggunakan pendekatan kuantitatif sebab pada data akhir akan dianalisis dengan menggunakan perhitungan statistik.

Metode penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif korelasional. Metode ini dipilih karena sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk melihat apakah ada hubungan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca pada siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok. Data yang dihasilkan adalah data kuantitatif yang hasilnya akan dianalisa secara deskriptif.

3.2. Variabel Penelitian

3.2.1. Identifikasi variabel penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua jenis variabel. Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:


(51)

 Variabel bebas (Independent Variabel): Kemampuan membaca

 Variabel terikat (Dependent Variabel): Dukungan orangtua dalam belajar membaca

3.2.2. Definisi konseptual variabel

1. Dukungan orangtua dalam belajar membaca adalah segala bentuk bantuan atau sokongan dari orangtua berupa dukungan emosional, penghargaan, instrumental, informatif dan jaringan dalam proses belajar membaca guna meningkatkan kemampuan membaca.

2. Kemampuan membaca adalah kemampuan untuk mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa serta dapat menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan berdasarkan pangalaman dan pemikiran.

3.2.3. Definisi operasional variabel

1. Dukungan orangtua dalam belajar membaca merupakan skor akhir yang didapatkan dari pengisian skala dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan aspek yang diadaptasi dari bentuk-bentuk dukungan (Sarafino, 2002) meliputi dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan. Indikator dari skala ini juga dikombinasikan dengan dukungan orangtua dalam belajar membaca yang disampaikan Burns (1984). Skala disusun berdasarkan model skala Likert. Semakin tinggi


(52)

skor yang didapat, maka semakin besar dukungan yang diberikan oleh orangtua.

2. Kemampuan membaca adalah nilai akhir yang didapatkan dari tes kemampuan membaca yang penulis susun berdasarkan adapatasi tes

Informal Reading Inventory (IRI) yang terdiri dari tes kemampuan mekanis (membaca bersuara) dan tes kemampuan pemahaman (membaca dalam hati).

3. 3. Populasi dan Sampel

Populasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu obyek yang merupakan perhatian peneliti (Kountur, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas rendah SDN Bakti Jaya 3 Depok yang terdiri dari kelas 1 dan 2 dengan jumlah siswa 145 orang.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah cluster random sampling. Cluster random sampling adalah memilih salah satu atau beberapa kelompok secara simple random sampling sebagai sampel. Populasi dikelompokkan atau memang sudah terkelompok, dimana kelompok-kelompok tersebut dapat merepresentasikan populasi. Jadi yang dipilih di sini bukan individunya tetapi kelompoknya sehingga semua individu dalam kelompok yang terpilih tersebut otomatis terpilih (Kountur, 2004).

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok yang seluruhnya berjumlah 70 orang., yang terdiri dari kelas 2 A


(53)

sebanyak 35 orang dan 2 B sebanyak 35 orang. Penulis menggunakan sampel kelas 2 A untuk mengambil data try out dan kelas 2 B sebagai sampel penelitian.

3. 4. Pengumpulan Data

3. 4. 1. Metode dan Instrumen

Dalam proses pengumpulan data kemampuan membaca penulis melakukan tes wacana yang diadaptasi dari Informal Reading Inventory (IRI). Tes dilaksanakan secara individual dengan dua tahapan. Yang pertama adalah tahap kemampuan mekanis (membaca bersuara) dan tahap kemampuan pemahaman (membaca dalam hati). Penulis memanggil nama siswa sesuai dengan urutan absensi. Pada tahap kemampuan mekanis, siswa diberikan sebuah wacana dan diinstruksikan untuk membacanya dengan bersuara. Penulis mencatat kesalahan membaca yang dilakukan oleh siswa dengan menggaris bawahi kata yang salah dan memberi kode nomor sesuai dengan jenis kesalahannya. Adapun kode nomor kesalahannya adalah (1) salah pengucapan, (2) ditolak untuk dibaca, (3) selipan/terselip, (4) penghilangan/hilang, (5) pengulangan, dan (6) pembalikan/terbalik. Sedangkan, pada tahap kemampuan pemahaman, siswa diberikan 10 pertanyaan lisan yang berhubungan dengan wacana yang telah dibaca dengan tetap memegang wacana tersebut. Pada tahap ini siswa melakukan teknik membaca dalam hati. Penulis memberikan tanda check list (√) pada soal yang dijawab benar dan menulis setiap jawaban yang salah.


(54)

Tabel 3.1.

Blue print

Kemampuan membaca

No Aspek Indikator Nomor

Item 1. Kemampuan Mekanis Terampil menyuarakan pola

gabungan huruf tanpa kesalahan-kesalahan seperti:

 salah pengucapan  ditolak untuk dibaca  selipan/terselip  penghilangan  pengulangan

 pembalikan (terbalik) -

2. Kemampuan Pemahaman Mampu mengungkap:

Ide utama 1

Detail 2,6

Makna kata 4, 8

Rangkaian 3, 7

Sebab akibat 5,9

Kesimpulan 10

TOTAL 10

Untuk kemampuan mekanis siswa dinilai total kesalahan dalam membaca dan dinilai akurasi/ketepatan bacaan keseluruhan. Rumus untuk skor kemampuan mekanis adalah:


(55)

Jumlah Kata yang Tepat X 100% Jumlah Kata dalam Wacana

Contoh jika dari total 104 kata dalam wacana siswa memiliki 2 kesalahan berarti siswa memiliki akurasi 102 kata (98%).

Untuk kemampuan pemahaman siswa dinilai jumlah jawaban yang tepat dan kemudian dinilai akurasinya. Rumus untuk skor kemampuan pemahaman adalah:

Jumlah Jawaban Tepat X 100%

Jumlah Pertanyaan

Untuk menunjukan skor keseluruhan dari tes kemampuan membaca ini maka ditetapkan norma berikut:

Tabel 3.2.

Norma tes kemampuan membaca

Tingkatan Kemampuan Mekanis Kemampuan Pemahaman Independen 99% < Dan 90% <

Instruksional 85% < (kelas 1 & 2) 95% < (kelas 3 <)

Dan

75% <

Frustrasi 90% > Atau 50% >

Kapasitas --- 75% <


(56)

Norma tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Jika anak dapat membaca dengan gayanya sendiri tanpa bimbingan guru. Anak mampu melafalkan sedikitnya 99% bahan teks tertulis dengan tingkat pemahaman 90% atau lebih, maka ia termasuk kedalam tingkatan independen

2. Jika anak dapat membaca dengan masih menggunakan bimbingan guru serta mampu melafalkan sedikitnya 85% bahan teks tertulis (untuk kelas 1 dan 2) atau 95% bahan teks tertulis (untuk kelas 3 ke atas) dengan tingkat pemahaman mencapai 75% atau lebih, maka ia termasuk ke dalam tingkatan instruksional

3. Jika anak mengalami hambatan dan hanya dapat melafalkan 90% bahan teks tertulis atau kurang, atau anak hanya memahami 50% bahan bacaan, maka ia termasuk ke dalam tingkatan frustrasi

4. Sedangkan yang termasuk ke dalam tingkatan kapasitas/potensial. adalah anak yang memiliki tingkat pemahaman 75% atau lebih dengan kemampuan melafalkan bacaan yang tak terbatas. Sebagai contoh, jika seorang anak hanya mampu melafalkan 80% bahan bacaan tetapi ia mempunyai pemahaman dengan tingkat 80% maka ia termasuk dalam kategori ini.

Untuk memperoleh data dukungan orangtua dalam belajar membaca penulis menggunakan metode kuesioner (questionnaires) yang berbentuk skala untuk diajukan kepada orangtua siswa.


(57)

Menurut Kerlinger (2000), skala adalah sehimpunan lambang/simbol atau angka yang disusun dengan cara tertentu sehingga simbol atau angka itu dengan aturan tertentu dapat diberikan kepada individu (atau perilaku individu) yang terhadapnya skala itu dikenakan, sedangkan pemberian simbol atau angka itu mengikuti petunjuk tentang pemilikan individu terhadap apapun yang hendak diukur oleh skala tertentu.

Alat pengumpul data adalah suatu alat yang dipakai dalam sebuah penelitian yang berguna untuk memperoleh data yang nantinya akan dianalisis. Data yang diperoleh akan dikumpulkan menggunakan skala dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan menggunakan skala model Likert. Skala ini disusun berdasarkan pada definisi operasional yang mengacu pada definisi konseptual yang sebelumnya telah dipaparkan penulis secara lengkap pada bab II.

Dalam menyusun skala penulis menggunakan 4 alternatif jawaban, subyek memilih salah satunya dengan cara memberi tanda check list (√) pada kotak yang telah disediakan.

Alternatif jawaban adalah sebagai berikut: Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Pernyataan-pernyataan tersebut ada yang bersifat favourable ada yang bersifat unfavourable.

Untuk menunjukkan skor terhadap skala, maka ditetapkan norma penilaian terhadap jawaban sebagai berikut:


(58)

Tabel 3.3.

Skor pada butir favourable

BUTIR FAVOURABLE

SKALA SKOR

Sangat Sesuai (SS) 4

Sesuai (S) 3

Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

Tabel 3.4.

Skor pada butir unfavourable

BUTIR UNFAVOURABLE

SKALA SKOR

Sangat Sesuai (SS) 1

Sesuai (S) 2

Tidak Sesuai (TS) 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 4

Sebelum proses pengambilan data dilakukan penulis melakukan uji validitas dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment dari Pearson dan menggunakan rumus Alpha Cronbach.

3.4.2. Teknik Uji Instrumen

Pada instrumen tes kemampuan membaca, setelah menetapkan wacana dan menyusun pertanyaan kemampuan pemahaman maka dilakukan try out guna mengetahui validitas dan reliabilitas dari pertanyaan yang telah dibuat. Untuk wacana, penulis tidak melakukan uji validitas maupun uji reliabilitas. Akan tetapi


(59)

penulis menyeleksi wacana yang akan digunakan berdasarkan pedoman penyusunan alat tes IRI (Informal Reading Inventory) yaitu memilih cerita yang utuh dengan jumlah kata dalam wacana kurang lebih 100 kata untuk kelas 2 SD. Untuk menjaga kualitas maupun standar wacana maka penulis memilih wacana dari buku paket Bahasa Indonesia Kelas 2 yang diterbitkan Dinas Pendidikan Nasional yang tentunya tidak digunakan sebagai buku paket oleh sampel yang akan diteliti.

Untuk instrumen skala dukungan orangtua setelah item pernyataan tersusun maka dilakukan try out guna mengetahui validitas dan reliabilitas dari alat ukur yang telah dibuat. Dalam tahap try out ini peneliti memberikan 52 item pernyataan pada skala dukungan orangtua dalam belajar membaca. Hasil dari skala yang telah diberi skor kemudian dibuat distribusi frekuensi dengan sistem tabulasi untuk mendapatkan nilai mean. Kemudian untuk menguji angka kebenaran hipotesis digunakan program SPSS versi 17.0.

Pelaksanaan try out skala dukungan orangtua dilaksanakan pada tanggal 22 Agustus 2010. Sedangkan untuk try out kemampuan membaca dilaksanakan pada tanggal 23 Agustus 2010. Sampel yang digunakan adalah orangtua dan siswa kelas 2A SDN Bakti Jaya 3 Depok.


(60)

3.4.2.1.Uji validitas

Menurut Azwar (2003) suatu tes atau instrumen pengukur dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur, yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

Dalam menguji validitas alat tes, peneliti menggunakan validitas butir atau validitas internal. Validitas ini merupakan validitas yang diukur dengan besaran yang menggunakan instrument sebagai kesatuan (total butir) sebagai kriteria untuk menentukan validitas item atau butir dari suatu instrument. Validitas internal diperlihatkan oleh seberapa jauh hasil ukur butir tersebut konsisten dengan hasil ukur instrumen secara keseluruhan (total). Suatu butir (item) dikatakan valid apabila memiliki koefisien yang positif dan signifikan dengan total item.

Penghitungan korelasi menggunakan program SPSS versi 17.0 dengan teknik korelasi Product Moment Karl Pearson. Hasil penghitungan skala dukungan orangtua didapatkan 9 item yang tidak valid yaitu item nomor 2, 3, 5, 20, 32, 38, 44, 50 dan 52. Setelah itu, penulis menyusun kembali blue print skala berdasarkan item yang valid tersebut untuk diajukan kepada responden penelitian


(61)

Tabel 3. 5.

Blue print setelah try out

skala dukungan orangtua dalam belajar membaca

NO ASPEK INDIKATOR F UF TOT

1. Dukungan Emosional - menanyakan anak mengenai perkembangan belajar membacanya

- menjadi pendengar yang baik

- memberi semangat agar anak mau membaca buku/cerita sampai selesai

2, 23 24 6, 25 26 4, 27 11 9

2. Dukungan Penghargaan - memberikan pujian atau hadiah

- antusias menanggapi pertanyaan anak

18, 28

19, 29

20, 30

22, 31 8 3. Dukungan instrumental - menemani anak saat belajar

membaca

- menyediakan ruangan khusus untuk belajar

- membantu saat anak menemui kata/kalimat yang sulit

- menyediakan buku-buku bacaan untuk anak 1, 32 7 17, 33 9, 34 35 10, 36 21, 37 13 13

4. Dukungan Informatif - mengajukan pertanyaan atau umpan balik

- memberikan saran/nasihat dalam belajar membaca

8, 38

3, 39

12, 40

5, 41 8 5. Dukungan jaringan - mengajak anak ke pameran/toko

buku

- mengajak anak ke perpustakaan

14, 42

-

16, 43

15

5


(62)

3.4.2.2.Uji Reliabilitas

Azwar (2003) menyatakan bahwa hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang di ukur dalam diri subyek memang belum berubah. Dalam penelitian ini reliabilitas tes diukur dengan menggunakan Alpha Cronbach (Koefisien Alpha).

Tabel 3.6. Kaidah Reliabilitas

Nilai Status

> 0, 90 0, 70 – 0, 90 0, 40 – 0, 70 0, 20 – 0, 40 < 0, 20

Sangat Reliabel Reliabel Cukup reliabel Kurang reliabel Tidak reliabel

Hasil yang diperoleh berdasarkan penghitungan SPSS 17.0 pada skala dukungan orangtua didapatkan angka reliabilitas sebesar 0,8624. Berdasarkan hasil yang diperoleh maka skala tersebut dapat dikatakan reliabel.

3.5. Teknik Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah mencari hubungan antara dukungan orangtua dalam kegiatan belajar membaca dengan kemampuan membaca, maka


(63)

untuk menguji hipotesis penelitian tersebut digunakan korelasi Product Moment

dari Pearson dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

Hasil penghitungan kemudian diinterpretasikan dengan merujuk pada tabel nilai r product moment pada level 5%. Jika hasil penghitungannya lebih besar dari r tabel maka korelasi dianggap signifikan atau Ho ditolak dan Ha diterima. Dengan demikian berarti ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok. Akan tetapi jika hasil penghitungannya lebih kecil dari r tabel maka korelasi dianggap tidak signifikan atau Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan orangtua dalam belajar membaca dengan kemampuan membaca siswa kelas 2 SDN Bakti Jaya 3 Depok.

3.6. Prosedur Penelitian

Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen skala maka penelitian pun dapat dilaksanakan. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 25 Agustus 2010 bertempat di gedung SDN Bakti Jaya 3 Depok. Tes kemampuan membaca dilakukan terhadap 35 siswa kelas 2B dengan cara memanggil mereka satu persatu sesuai urutan absen. Setelah mereka selesai menjalankan tes kemampuan membaca, penulis menitipkan kuisioner berupa skala dukungan orangtua yang telah dimasukkan ke dalam amplop tertutup untuk diberikan dan diisi oleh orangtua mereka. Penulis juga berpesan untuk mengembalikan kuisioner yang telah diisi pada keesokan harinya yaitu tanggal 26 Agustus 2010.


(64)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Subyek Penelitian

4.1.1. Gambaran siswa berdasarkan jenis kelamin

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas 2B sebanyak 35 orang yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan.

Tabel 4.1.

Gambaran siswa berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Siswa Jumlah Persentase

Laki 21 60%

Perempuan 14 40%

Total 35 100 %

4.1.2. Gambaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.2.

Gambaran orangtua siswa berdasarkan tingkat pendidikan

Tingkat Pendidikan

Orangtua Jumlah Persentase

SD 2 5.7%

SMP 5 14.3%

SMA 24 68.6%

D3 2 5.7%

S1 2 5.7%


(1)

Oneway

Descriptives

Dukungan Orang Tua

N Mean

Std. Deviation

Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower

Bound

Upper Bound

Ibu Bekerja 6 139.6667 16.86021 6.88315 121.9730 157.3604 121.00 160.00 Ibu Tidak

Bekerja 29 130.2069 12.82681 2.38188 125.3278 135.0860 101.00 151.00 Total 35 131.8286 13.79788 2.33227 127.0888 136.5683 101.00 160.00

Test of Homogeneity of Variances

Dukungan Orang Tua Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2.233 1 33 .145

ANOVA

Dukungan Orang Tua

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 444.879 1 444.879 2.435 .128 Within Groups 6028.092 33 182.669

Total 6472.971 34

Oneway

Descriptives

Dukungan Orang Tua

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

SD 2 127.5000 37.47666 26.50000 -209.2144 464.2144 101.00 154.00 SMP 5 135.0000 12.80625 5.72713 119.0989 150.9011 120.00 150.00 SMA 24 130.1667 11.52942 2.35343 125.2982 135.0351 108.00 151.00 D3 2 129.5000 17.67767 12.50000 -29.3276 288.3276 117.00 142.00 S1 2 150.5000 13.43503 9.50000 29.7911 271.2089 141.00 160.00 Total 35 131.8286 13.79788 2.33227 127.0888 136.5683 101.00 160.00

Test of Homogeneity of Variances

Dukungan Orang Tua Levene

Statistic df1 df2 Sig.


(2)

ANOVA

Dukungan Orang Tua

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 862.138 4 215.535 1.152 .351 Within Groups 5610.833 30 187.028

Total 6472.971 34

Oneway

Descriptives

Kemampuan Membaca

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

SD 2 97.0000 15.55635 11.00000 -42.7683 236.7683 86.00 108.00 SMP 5 105.6000 6.50385 2.90861 97.5244 113.6756 96.00 112.00 SMA 24 104.1667 9.64891 1.96958 100.0923 108.2410 74.00 112.00 D3 2 111.5000 2.12132 1.50000 92.4407 130.5593 110.00 113.00 S1 2 112.0000 .00000 .00000 112.0000 112.0000 112.00 112.00 Total 35 104.8286 9.21152 1.55703 101.6643 107.9928 74.00 113.00

Test of Homogeneity of Variances

Kemampuan Membaca Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.212 4 30 .326

ANOVA

Kemampuan Membaca

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 327.938 4 81.985 .962 .443

Within Groups 2557.033 30 85.234

Total 2884.971 34

Oneway

Descriptives

Dukungan Orang Tua

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

< 1 juta 17 130.8235 16.22974 3.93629 122.4790 139.1681 101.00 154.00 1 - 2 juta 14 130.5714 9.99010 2.66997 124.8033 136.3395 117.00 145.00 2 - 3 juta 2 133.5000 10.60660 7.50000 38.2035 228.7965 126.00 141.00 > 3 juta 2 147.5000 17.67767 12.50000 -11.3276 306.3276 135.00 160.00 Total 35 131.8286 13.79788 2.33227 127.0888 136.5683 101.00 160.00


(3)

Test of Homogeneity of Variances

Dukungan Orang Tua Levene

Statistic df1 df2 Sig.

1.906 3 31 .149

ANOVA

Dukungan Orang Tua

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 536.072 3 178.691 .933 .436 Within Groups 5936.899 31 191.513

Total 6472.971 34

Oneway

Descriptives

Kemampuan Membaca

N Mean

Std.

Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

< 1 juta 17 101.1176 11.75735 2.85158 95.0726 107.1627 74.00 112.00 1 - 2 juta 14 107.6429 3.69214 .98676 105.5111 109.7746 100.00 113.00 2 - 3 juta 2 111.5000 .70711 .50000 105.1469 117.8531 111.00 112.00 > 3 juta 2 110.0000 2.82843 2.00000 84.5876 135.4124 108.00 112.00 Total 35 104.8286 9.21152 1.55703 101.6643 107.9928 74.00 113.00

Test of Homogeneity of Variances

Kemampuan Membaca Levene

Statistic df1 df2 Sig.

5.599 3 31 .003

ANOVA

Kemampuan Membaca

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. Between Groups 487.492 3 162.497 2.101 .120

Within Groups 2397.479 31 77.338


(4)

salah ucap ditolak terselip hilang diulang terbalik

1 M . Dw i Rangga 1 0 1 0 3 0 5 99 95%

2 Yasint a 6 1 2 0 2 0 11 93 89%

3 Devia 1 0 0 1 1 0 3 101 97%

4 Adelia 0 0 4 0 1 0 5 99 95%

5 Ine F 1 0 0 0 0 0 1 103 99%

6 Akm al Abrar 1 0 1 0 1 0 3 101 97%

7 M ahyudin 2 0 0 1 1 0 4 100 96%

8 M . Rizky S 6 0 2 4 4 0 16 88 85%

9 Ahm ad M ahesa 4 0 0 0 3 0 7 97 93%

10 Hana A 3 0 1 1 1 0 6 98 94%

11 Fazha M uham m ad 3 0 0 0 8 0 11 93 89%

12 Fajar Trisnadi 1 0 0 0 8 0 9 95 91%

13 Dw i Aryant o 0 0 0 1 1 0 2 102 98%

14 Salw a Fat hia 1 0 1 3 0 0 5 99 95%

15 Raid Tam m am 1 0 0 1 1 0 3 101 97%

16 Rayhan 0 0 0 0 4 0 4 100 96%

17 Vilya 1 0 0 0 0 0 1 103 99%

18 Jihan 10 0 0 0 0 0 10 94 90%

19 Ade Ikhsan 23 0 1 4 8 0 36 68 65%

20 Ahm ad Yazid 0 0 0 1 1 0 2 102 98%

21 Ikhlasul Am al 2 0 0 0 5 0 7 97 93%

22 M ift ah Lulu 1 0 0 1 1 0 3 101 97%

23 M . Sat ria 1 0 0 1 0 0 2 102 98%

24 Noval 1 0 0 1 0 0 2 102 98%

25 Salw a H 0 0 0 0 0 0 0 104 100%

26 Seva M 0 0 0 0 0 0 0 104 100%

27 Syahrudin 2 0 0 0 0 0 2 102 98%

28 Wardani 2 0 0 0 2 0 4 100 96%

29 Alif A 1 0 0 0 0 0 1 103 99%

30 M elat i Zahra 0 0 0 0 1 0 1 103 99%

31 Khafifat un N 15 0 1 2 5 0 23 81 78%

32 Nabila N 11 0 0 4 6 0 21 83 80%

33 Fajar Ardiansyah 2 0 0 0 1 0 3 101 97%

34 M Anw ar Hidayat 2 0 0 0 1 0 3 101 97%

35 M Daffa 13 0 2 4 7 0 26 78 75%

No Nama

KEM AM PUAN M EKANIS

Jenis Kesalahan Total

Kesalahan

Total Ketepatan

Akurasi (%)


(5)

Tot al 118 1 16 30 77 0 242 Persent ase 48.8% 0.4% 6.6% 12.4% 31.8% 0.0% 100.0%


(6)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80% 107 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 103 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90% 110 Inst ruksional 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 4 40% 103 frust rat ion 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80% 111 inst ruksional 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 8 80% 109 Inst ruksional 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 70% 107 frust rat ion 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80% 96 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90% 106 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 108 Inst ruksional 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 7 70% 100 frust rat ion 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 7 70% 102 frust rat ion 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 112 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 109 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 111 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 110 Inst ruksional 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80% 111 Inst ruksional 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 7 70% 101 frust rat ion 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 6 60% 74 frust rat ion 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80% 110 Inst ruksional 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 6 60% 103 frust rat ion 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 70% 108 frust rat ion 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 6 60% 108 frust rat ion 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 8 80% 110 Inst ruksional 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90% 113 independent 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 8 80% 112 Inst ruksional 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 8 80% 110 Inst ruksional 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 6 60% 106 frust rat ion 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 90% 112 independent 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90% 112 independent 0 1 1 0 0 1 0 0 1 1 5 50% 86 frust rat ion 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 5 50% 88 frust rat ion 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80% 109 Inst ruksional 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80% 109 Inst ruksional 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 4 40% 82 frust rat ion

SUM Kategori KEM AM PUAN PEM AHAM AN

Nomor Item Total