Singkatan Lain LATAR BELAKANG MASALAH

xvii DAFTAR SINGKATAN A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Alkitab Deuterokanonika 2005, Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Lembaga Biblika Indonesia. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja FC : Familiaris Consortio, Ensiklik Paus Yohanes Paulus tentang Peranan Keluarga Kristen dalam Dunia Modern, diterbitkan pada 22 November 1981. GS : Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa Ini, diterbitkan pada 07 Desember 1965. KGK : Katekismus Gereja Katolik, Paus Yohanes Paulus II, diterbitkan lewat Konstitusi Apostolik Fidei Depositum, pada 11 Oktober 1992. KHK : Kitab Hukum Kanonik Codex Iuris Canonici, dipromulgasikan oleh Paus Yohanes Paulus II pada 25 Januari 1983. LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja pada 21 November 1964.

C. Singkatan Lain

PAK : Pendidikan Agama Katolik USD : Universitas Sanata Dharma JIP : Jurusan Ilmu Pendidikan xviii RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Bdk : Bandingkan Kan : Kanon KWI : Konferensi Waligereja Indonesia Lih : Lihat

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pengertian perkawinan menurut ajaran agama Katolik adalah “persekutuan hidup antara seorang pria dan seorang wanita yang terjadi karena persetujuan pribadi, yang tidak dapat ditarik kembali dan harus diarahkan kepada saling mencintai sebagai suami isteri dan kepada pembangunan keluarga, sehingga oleh karenanya menuntut kesetiaan yang sempurna dan tidak mungkin dibatalkan lagi oleh siapapun, kecuali oleh kematian. Sedangkan dalam Kitab Hukum Kanonik 1983, Kanon 1055 ditegaskan bahwa “perjanjian perkawinan, dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan membentuk antara mereka persekutuan seluruh hidup, yang menurut ciri kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-istri serta kelahiran dan pendidikan anak, antara orang-orang yang dibaptis, oleh Kristus Tuhan diangkat ke martabat sakramen. Tujuan dan sifat dasar perkawinan adalah saling membahagiakan dan mencapai kesejahteraan suami-istri, di mana kedua pihak memiliki tanggung jawab dan memberi kontribusi mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaan. Selain itu, tujuan perkawinan terarah pada keturunan, karena kesatuan sebagai pasangan suami istri pasutri dianugerahi rahmat kesuburan untuk memperoleh buah cinta berupa keturunan yang akan menjadi mahkota perkawinan. Anak yang dipercayakan Tuhan harus dicintai, dirawat, dipelihara, dilindungi, dididik secara Katolik yang kesemuanya itu merupakan tugas dan kewajiban pasutri. Maka cinta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2 Kristus menjadi dasar perkawinan Katolik, sehingga yang menjadi dasar dalam membangun hidup berkeluarga adalah cinta Yesus Kristus kepada Gereja-Nya. Suami dan istri dipanggil untuk saling mencintai secara timbal balik, dan menyeluruh, saling memberi dan menerima yang diungkapkan dalam kasih nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kesetiaan dalam perkawinan Katolik merupakan unsur penting dalam upaya mempertahankan keutuhan perkawinan. Dalam menjalani kehidupan rumah tangga acapkali terdapat beberapa masalah yang dapat mengganggu keharmonisan dalam keluarga. Meski demikian, kebahagiaan dalam perkawinan merupakan sesuatu yang seharusnya diusahakan terus menerus dalam perjalanan hidup bersama pasangan suami istri. Setiap pasangan suami istri memiliki cita-cita untuk membangun keluarga yang bahagia, secara lahir maupun batin. Namun faktanya, banyak pasutri berpendapat bahwa membentuk keluarga ideal yang mampu saling membahagiakan bukanlah perkara mudah. Berkenaan dengan hal itu, Gereja Katolik sangat prihatin dengan meningkatnya angka perceraian dan pernikahan kedua, juga perkawinan melalui catatan sipil, perkawinan adat, perkawinan sakramental tanpa iman dan penolakan moral seksual Kristiani. Fakta perceraian di masyarakat amat memprihatikan. Data jumlah perceraian yang terjadi di Pengadilan Negeri Kutai Barat pada tahun 2013 mencapai 16 kasus perceraian, padahal pada tahun 2014 hanya 8 kasus dan pada tahun 2015 dari Januari hingga pertengahan Mei tercatat 8 kasus perceraian. Penyebab utama gugatan cerai adalah perkawinan usia muda, tekanan sosial, perselingkuhan, dan perbedaan prinsip hidup http:www.kaltimpost.com. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3 Berkenaan dengan kasus perceraian tersebut, ironisnya ruang privasi suami istri yang sesungguhnya menjadi milik pribadi, justru dipertontonkan di hadapan publik. Bahkan hal itu dianggap sebagai suatu yang biasa dan sebagai gaya hidup modern. Maraknya tayangan di televisi dan publikasi di media cetak tentang kecenderungan perceraian dan juga perselingkuhan di kalangan selebritis, semakin menunjukkan bahwa lembaga perkawinan mengalami kemerosotan nilai. Makna perkawinan dalam kehidupam saat ini semakin mengalami degradasi nilai seiring dengan munculnya anggapan, bahwa perkawinan dengan satu pasangan untuk selama hidup terlalu sukar dilaksanakan, sehingga perceraian menjadi semacam alternatif apabila masa sukar dalam hidup bersama itu muncul. Menurut L.C. Wrenn, seorang hakim di Rota Romana Pengadilan Tingkat Kepausan di Roma, berpendapat mayoritas orang yang menikah di negara-negara modern hampir semuanya mengakui kemungkinan perceraian sipil, mereka akan menikah namun akan melakukan perceraian apabila perkawinannya tidak bahagia Wrenn, 1972:87. Fenomena perceraian hanyalah salah satu dari ragam masalah yang mengancam nilai-nilai luhur perkawinan dan dapat menyebabkan munculnya krisis dalam kehidupan rumah tangga. Maka kehidupan keluarga di zaman modern menghadapi tantangan yang lebih besar, yakni terjadinya kemerosotan nilai-nilai kehidupan keluarga, menipisnya suasana religius dalam keluarga, maraknya perselingkuhan, perceraian, dan hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan cinta dalam keluarga. 4 Keluarga kristiani sesungguhnya juga sedang menghadapi fenomena universal ini, yaitu merosotnya nilai-nilai kesetiaan dalam perkawinan. Padahal sejatinya kesetiaan merupakan hal yang paling hakiki dalam relasi suami dan istri. Kesetiaan sesungguhnya mempunyai arti yang luas dan tidak terbatas hanya pada masalah seks dan cinta semata. Kesetiaan adalah suatu keputusan untuk tetap memegang komitmen dan tangggung jawab dalam membangun keutuhan perkawinan. Maka dalam keluarga kristiani, kesetiaan merupakan tolok ukur bagi keutuhan sebuah perkawinan. Fenomena kemerosotan nilai-nilai luhur perkawinan menunjukkan bahwa makna kesetiaan belum dihayati secara utuh dalam kehidupan keluarga-keluarga kristiani yang terancam keutuhannya. Maka kesadaran terhadap penghayatan mengenai nilai-nilai kesetiaan adalah mutlak perlu sebagai syarat bagi keutuhan ikatan perkawinan. Sistem perkawinan pada suku Dayak Tunjung di Kec. Linggang Bigung menggambarkan mengenai hakekat perkawinan yang diungkapkan melalui berbagai simbol material yang digunakan dalam tatacara perkawinan adat. Perlengkapan perkawinan adat, diantaranya adalah mandau sebagai lambang keteguhan hati kedua mempelai; gong untuk tempat duduk kedua mempelai yang melambangkan kesatuan cinta tak terpisahkan; piring putih sebagai lambang kesucian cinta; dan seperangkat pakaian sebagai lambang pengikat janji setia dalam untung dan malang. Selain itu, dalam tatacara perkawinan Dayak Tunjung juga disertai dengan ritual untuk memohon restu kepada Sang Pencipta, para leluhur, kedua orangtua dan handai tolan. Sedangkan nasehat perkawinan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5 disampaikan oleh para tetua sebagai bekal kehidupan bagi kedua mempelai yang selanjutnya diakhiri dengan perjamuan makan sebagai lambang ucapan syukur. Namun simbol-simbol yang terdapat dalam perkawinan adat suku Dayak Tunjung, acapkali hanya dipahami secara artifisial dan bersifat seremonial semata sehingga tidak dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Padahal sesungguhnya simbol-simbol yang terdapat dalam perkawinan adat Dayak Tunjung memiliki korelasi dengan makna simbol dalam perkawinan menurut ajaran Gereja Katolik, terutama berkaitan dengan nilai-nilai kesetiaan dalam kehidupan berkeluarga. Menurut ajaran Gereja Katolik dan perkawinan adat Dayak Tunjung, nilai- nilai kesetiaan amat penting dalam kehidupan berkeluarga, untuk itu Penulis memilih tema kesetiaan dalam pembahasan skripsi ini ditinjau dari simbol-simbol perkawinan adat suku Dayak Tunjung. Maka dalam skripsi ini, Penulis akan memfokuskan pembahasan tema kesetiaan dengan menggali simbol-simbol perkawinan adat suku Dayak Tunjung di Kec. Linggang Bigung, Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur dalam upaya untuk menghayati nilai kesetiaan dalam perkawinan Katolik.

B. RUMUSAN PERMASALAHAN