SD Kelas Awal KK B
13
3. Dalam sastra bahannya diolah secara istimewa. Ini berlaku bagi puisi maupun prosa, tetapi cara pengolahannya berbeda-beda. Ada yang menekankan
ekuivalensi ada yang menekankan penyimpangan dari tradisi atau tata bahasa, sebagai contoh yang diperlihatkan oleh Angkatan 45. Yang disebut sebagai ciri
bahasa sastra ialah unsur ambiguitas. Pengolahan bahan ini juga diterapkan dalam teknik-teknik tertentu yang dipakai dalam penulisan teks-teks naratif dan
drama. 4. Sebuah karya sastra dapat dibaca menurut tahap-tahap yang berbeda. Dalam
sebuah novel misalnya, kita tidak hanya menjadi maklum akan pengalaman dan hidup batin tokoh-tokoh yang fiktif. Melalui peristiwa-peristiwa dalam novel kita
dapat memperoleh pengertian mengenai tema-tema yang lebih umum sifatnya, misalnya: tema sosial, penindasan dalam masyarakat, praktik korupsi, cinta
kasih, pengorbanan seorang ibu, dan seterusnya. Dalam puisi dan novel-novel kita jumpai ucapan-ucapan mengenai dunia.
5. Karya yang bersifat naratif, seperti biografi atau karya lain yang menonjol karena bentuk dan gayanya.
6. Ada beberapa karya yang awalnya tidak dikategorikan dalam karya sastra, tetapi kemudian dimasukkan ke dalam jenis sastra, yaitu teks-teks sejarah yang pada
awalnya dinilai sebagai sebuah penulisan sejarah, tetapi karena sifatnya dan gaya bahasa dekat dengan sastra maka dimasukkan ke dalam karya sastra, sebagai
contoh ‘Epos Ramayana’.
2. Genre Sastra
Penggolongan sastra dapat dilakukan dari berbagai sudut pandang. Berdasarkan jenisnya, sastra dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yakni sastra imajinatif
dan non-imajinatif. Dalam penggunaan bahasa sastra imajinatif lebih menekankan penggunaan bahasa konotatif banyak arti dibandingkan dengan sastra non-
imajinatif yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa denotatif tunggal arti. Jakob Sumardjo Saini K.M, 1988: 17. Dengan demikian, ciri sastra imajinatif
bersifat khayali, menggunakan bahasa yang konotatif dan memenuhi syarat-syarat estetika seni. Sedangkan ciri sastra non-imajinaf lebih banyak unsur faktualnya
Kegiatan Pembelajaran 1
14
daripada khayalinya, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif, dan memenuhi syarat-syarat estetika seni.
Berdasarkan ragam atau genrenya sastra dapat dibedakan ke dalam tiga bentuk yaitu: 1 prosa; 2 puisi; 3 drama. Ketiga genre sastra tersebut mempunyai ciri
yang membedakan namun dalam pemunculannya sangat dimungkinkan ketiganya hadir bersamaan. Secara sederhana untuk membedakan ketiga genre sastra tersebut
dapat dibaca dari uraian berikut.
a. Puisi
Puisi adalah ungkapan imajinatif yang dirangkai dengan irama dan memerhatikan pemaknaan. Secara etimoligis puisi berasal dari bahasa Yunani poio yang artinya
‘aku mencipta’. Ciri khas puisi yang paling menonjol adalah tipografinya, seketika ketika melihat sebuah teks yang larik-lariknya tidak sampai ke tepi halaman kita
mengandaikan teks tersebut adalah puisi. Dick Hartoko, 1982: 175. Banyak orang menganggap puisi adalah bentuk sastra yang paling terikat seperti dalam pantun
atau syair. Akan tetapi, lepas dari hal tersebut puisi telah mengalami perkembangan yang pesat. Puisi telah mengalami pemutakhiran dalam bentuk dan aturannya.
Bila dulu puisi begitu terikat dengan bentuk, sekarang ini puisi telah menemukan kebebasan dan tak memiliki aturan yang terlalu baku. Beberapa puisi bahkan ada
yang memakai bentuk prosa.
b. Prosa
Untuk mempertegas keberadaan prosa, ia sering disandingkan dengan genre lain misalnya puisi, meski sandingan tersebut hanya bersifat teoretis. Dalam unsur
bahasa misalnya ada bahasa puisi yang mirip dengan bahasa prosa, di samping juga bahasa prosa yang puitis.
Istilah prosa menurut Nurgiyantoro 2013: 1 dapat menyaran pada pengertian yang lebih luas. Ia mencakup berbagai karya tulis yang ditulis dalam bentuk prosa,
bukan puisi atau drama, tiap baris dimulai dari margin kiri penuh sampai ke margin kanan. Bisa dikatakan prosa dalam pengertian ini tidak hanya karya sastra, tetapi
juga karya nonfiksi termasuk di dalamnya penulisan berita dalam surat kabar. Prosa