Berpendidikan rendah Kawin paksa Tidak berhak mengemukakan pendapat

6 mengejar ketertinggalan agar tidak terjadi kesenjangan antara laki-laki dan perempuan 2

1. Berpendidikan rendah

. Ketertinggalan perempuan disebabkan masih kentalnya pandangan akan lebih pentingnya anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Anak laki-laki akan menjadi kepala keluarga, anak laki-laki akan meniti karir yang dapat dibanggakan dan dipamerkan serta merupakan tumpuan harapan untuk menghidupi keluarganya. Penilaian tersebut menempatkan anak laki-laki dan perempuan seakan-akan memiliki nilai yang berbeda. Semakin tinggi tingkat pendidikan anak laki-laki, semakin tinggi pula nilai dan kedudukannya. Beberapa isu yang selalu dihadapi oleh perempuan di Indonesia yang diakibatkan dari sistem patriarkhi yang dianut oleh mayoritas masyarakat budaya di Indonesia : Anak perempuan jarang bersekolah tinggi misalnya melanjutkan sekolah di SMPSMU, apalagi ke Perguruan Tinggi. Mereka hanya tamat Sekolah Dasar, setelah itu tinggal di rumah membantu orangtua membanting tulang mencari nafkah dan biaya pendidikan untuk saudara laki-laki. Akibat dari pendidikan yang rendah ini, perempuan semakin terpinggirkan dan tinggal dalam kebodohan dengan dalih kodrat. 2 www.depdiknas.go.id Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 7

2. Kawin paksa

Ini juga sudah menjadi tradisi. Banyak alasan mengapa terjadi kawin paksa. Umpamanya, orangtua perempuan memaksa anaknya untuk kawin supaya ia mendapat penghormatan dari orang lain, segera mendapat cucu, merasa berutang budi kepada pihak laki-laki, meringankan beban keluarga, calon menantu kebetulan orang kaya sehingga derajatnya di tengah masyarakat akan meningkat, dan masih banyak alasan lain.

3. Tidak berhak mengemukakan pendapat

Di kebanyakan budaya di Indonesia, perempuan tidak boleh angkat bicara, sekalipun keputusan itu merugikan dirinya sendiri. Dalam hal suami-istri, seandainya suami tidak ada di rumah sementara ada satu hal penting yang harus diputuskan saat itu juga, maka istri tidak boleh mengambil keputusan sendiri, melainkan harus menunggu suami pulang atau bila ada ayah mertuanya, maka itulah yang bisa membantu memberi keputusan. Dalam musyawarah adat, perempuan tidak dilibatkan. Mereka hanya menunggu apa yang diputuskan oleh kaum lelaki. 4. Anak perempuan tidak membawa rejeki Pada masyarakat Nias dan Cina, bila seorang ibu melahirkan anak pertama perempuan, maka keluarga tersebut akan sangat kecewa, sebab yang paling diharapkan lahir adalah anak laki-laki yang dianggap sebagai pembawa rejeki dan generasi penerus. Perempuan dianggap kurang penting, inferior, dan tidak berkompeten memegang satu jabatan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 8

5. Peminggiran terhadap Janda dan Perawan Tua.