xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Good Corporate Governance GCG merupakan sistem yang mengatur
dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah value added untuk semua stakeholder. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni,
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk
melakukan pengungkapan disclosure secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder.
Hal ini juga diperjelas oleh keputusan Kepala Badan Penanaman Modal dan Pembinaan Badan Usaha Milik Negara tentang pengembangan praktik GCG
dalam perusahaan persero, disebutkan bahwa GCG adalah prinsip perusahaan yang sehat dan diterapkan dalam pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan
semata-mata demi menjaga kepentingan perusahaan dalam rangka mencapai maksud dan tujuan perusahaan Kaihatu, 2006:9.
Penerapan good corporate governance harus menjadi standar tinggi dari perilaku perusahaan dan menjadikannya sebagai budaya di dalam bisnis
inti operasinya dan juga didalam interaksinya dengan lingkungan eksternal perusahaan, dimana dia menjelaskan standar perilaku didalam bisnis inti
1
2 operasi sebagai corporate responsibility CR dan standar perilaku
dilingkungan eksternal sebagai corporate social responsibility Urip, 2010:7. Dewasa ini persaingan antar perusahaan semakin meningkat diiringi
dengan berbagai masalah yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia. Dalam menghadapi masalah itu para pengelola perusahaan membutuhkan jasa
akuntan, khususnya jasa akuntan publik. Akuntan dalam hal ini adalah auditor yaitu suatu profesi yang salah satu tugasnya melaksanakan audit terhadap
laporan keuangan sebuah perusahaan dan memberikan opini atau pendapat terhadap saldo akun dalam laporan keuangan yang harus disajikan secara wajar
sesuai SAK Standar Akuntansi Keuangan atau PABU Prinsip Akuntansi Berterima Umum. Akuntanbilitas publik sangat ditentukan oleh kualitas
laporan audit yang dibuatnya Setyorini, 2011:1. Banyaknya kasus manipulasi data keuangan yang dilakukan oleh
perusahaan besar seperti Tyco, Worldcom, Xerox, AIG, Satyam Computer 1Services
dan lain-lain, menyebabkan profesi akuntan publik banyak mendapat kritikan. Auditor dianggap ikut andil dalam memberikan informasi yang salah,
sehingga banyak pihak yang merasa dirugikan. Seperti kasus AIG yang terjadi PWC tidak berhasil mendeteksi kecurangan yang dilakukan oleh AIG terkait
kontrak asuransi senilai 500 juta sehingga meningkatkan pendapatan demi tujuan mempoles laporan keuangan. Kasus lainya adalah pada kasus Satyam
Computer 1Services dalam kasus ini PWC tidak mampu mendeteksi
kecurangan yang dilakukan pemilik Satyam yaitu Ramalinga Raju yang memalsukan nilai pendapatan bunga diterima dimuka, lalu mencatat kewajiban
3 yang lebih rendah dari yang seharusnya dan piutang yang digelembungkan
http:bizcovering.comhistory10-major-accounting-scandals. Pengauditan merupakan bagian dari assurance service, maka jelaslah
bahwa pengauditan melibatkan usaha peningkatan kualitas informasi bagi pengambil keputusan serta independensi dan kompetensi dari pihak yang
melakukan audit auditor. Kualitas informasi yang meningkat akibat audit akan menimbulkan peningkatan kepercayaan dari publik, dalam hal ini
terutama pihak – pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan. Laporan
hasil audit audit report di jadikan bahan pertimbangan oleh pengambil keputusan dalam menilai laporan go public. Syarat tersebut menyatakan bahwa
perusahaan go public diharuskan untuk meminta opini audit dari auditor eksternal terhadap laporan keuangan yang akan dipublikasikan pada
masyarakat luas. Hal ini dilakukan sebagai bentuk penjaminan atas kepercayaan publik pada perusahaan tersebut. Meskipun dalam sebuah teori
dinyatakan bahwa audit yang baik adalah audit yang mampu meningkatkan kualitas informasi beserta konteksnya namun kenyataan di lapangan berbicara
lain. Fenomena perilaku pengurangan kualitas audit Reduced Audit Quality Behaviours
semakin banyak terjadi Suryanita, 2006:1. Hal ini menimbulkan perhatian yang lebih terhadap cara auditor dalam
melakukan audit. Pengurangan kualitas dalam audit diartikan sebagai “pengurangan mutu dalam pelaksanaan audit yang dilakukan secara sengaja
oleh auditor”. Pengurangan mutu ini dapat dilakukan melalui tindakan seperti mengurangi jumlah sampel dalam audit, melakukan review dangkal terhadap
4 dokumen klien, tidak memperluas pemeriksaan ketika terdapat item yang
dipertanyakan dan pemberian opini saat semua prosedur audit yang di isyaratkan belum dilakukan dengan lengkap. Reduce Audit Quality Behaviours
perilaku pengurangan kualitas audit dideskripsikan oleh Malon dan Roberts 1996 sebagai tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan
pekerjaan yang nantinya tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit. perilaku ini muncul karena adanya
dilema antara inherent cost biaya yang melekat pada proses audit dan kualitas yang dihadapi oleh auditor dalam Choram, dkk., 2004:4.
Kualitas audit merupakan suatu isu yang komplek, karena begitu banyak factor yang dapat mempengaruhi kualitas audit, yang tergantung dari
sudut pandang masing-masing pihak. Hal tersebut menjadikan kualitas audit sulit pengukurannya, sehingga menjadi suatu hal yang sensitif bagi perilaku
individual yang melakukan audit. Secara teoritis kualitas pekerjaan auditor biasanya dihubungkan dengan kualifikasi keahlian, ketepatan waktu
penyelesaian pekerjaan, kecukupan bukti pemeriksaan yang kompeten pada biaya yang paling rendah serta sikap independensinya dengan klien. Kualitas
audit yang baik akan memberikan konsekuensi bagi pihak yang di audit auditee. Salah satu bentuk konsekuensi tersebut adalah kepuasan auditee.
Widagdo 2002:4 mendefinisikan kepuasan auditee sebagai tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan dengan
harapannya. Kualitas audit yang dirasakan auditee diperoleh melalui pengalaman diaudit atau diperiksa. Auditee akan terkesan dan merespon atas
5 apa yang dialami termasuk dalam hal pengkomunikasian hasil pemeriksaan
Basuki dan Krisna, 2006:7. Kualitas audit yang baik pada prinsipnya dapat dicapai jika auditor
menerapkan standar - standar dan prinsip - prinsip audit, bersikap bebas tanpa memihak Independen, patuh kepada hukum serta mentaati kode etik profesi.
Standar Profesional Akuntan Publik SPAP adalah pedoman yang mengatur standar umum pemeriksaan akuntan publik, mengatur segala hal yang
berhubungan dengan penugasan dan independensi dalam sikap mental. Kane
dan Velury 2005:14, mendefinisikan kualitas audit sebagai kapasitas auditor eksternal untuk mendeteksi terjadinya kesalahan material dan bentuk
penyimpangan lainnya. Russel 2000:5, menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk
membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan yang seharusnya Simanjuntak, 2008:3.
Penurunan kualitas audit adalah akibat dari tekanan pressure, sistem pengendalian control system dan gaya pengendalia supervissory style. Otley
dan Pierce 1995, menjelaskan bahwa beberapa perilaku disfungsional auditor seperti Prematur Sign-Off Audit Procedures menghentikan prosedur audit,
Underreporting of Time keterlambatan atau tidak tepat waktu, Altering Audit
Process dan Gathering Unsufficient Evidence mengganti proses audit dan
mengumpulkan bukti yang tidak cukup akan berdampak terhadap penurunan kualitas audit Simanjuntak, 2008:4.
6 Berkurangnya kualitas informasi yang dihasilkan dari proses audit
dapat terjadi karena beberapa tindakan, seperti Mengurangi jumlah sampel dalam audit, Melakukan review dangkal terhadap dokumen klien, Tidak
memperluas pemeriksaan ketika terdapat pos yang dipertanyakan dan Memberikan opini ketika semua prosedur audit belum dilaksanakan secara
lengkap. Dalam prakteknya tindakan pengurangan kualitas audit reduced audit quality
masih sering terjadi, padahal dalam teori telah jelas dinyatakan bahwa proses audit yang baik adalah yang mampu meningkatkan kualitas informasi.
Perilaku pengurangan kualitas audit reduced audit quality behaviours adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh auditor selama melakukan pekerjaan
dimana tindakan ini dapat mengurangi ketepatan dan keefektifan pengumpulan bukti audit Lestari, 2010:2.
Dampak penurunan kualitas audit dapat menurunkan kepercayaan publik terhadap profesi akuntansi, menurunkan kredibilitas para akuntan publik
atas hasil - hasil audit yang mereka lakukan. Pada akhirnya akibat dari penurunan kualitas audit dapat mematikan profesi itu sendiri serta akan
menimbulkan campur tangan pemerintah yang berlebihan terhadap profesi itu sendiri. Lembaga profesi Ikatan Akuntan Indonesia sendiri terus berusaha
untuk menjaga kualitas audit dengan melakukan peer review atas pekerjaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik KAP melalui SK Menkeu
No.472 KMK. 01. 017 1999 tanggal 4 Oktober 1999 yang dilakukan oleh BPKP. Namun demikian usaha tersebut belum menunjukkan keberhasilan yang
cukup berarti. Hal tersebut dapat dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh
7 Indonesian Corruption Watch
ICW tahun 2005 menghasilkan kesimpulan sebagai berikut 1 hampir semua KAP tersebut tidak melakukan pengujian
yang memadai atas suatu account, 2 pada umumnya dokumentasi audit kurang memadai, 3 terdapat auditor yang tidak memahami peraturan perbankan,
tetapi menerima penugasan audit terhadap bank, 4 pengungkapan yang tidak memadai di dalam laporan audit, 5 masih terdapat auditor yang tidak
mengetahui laporan dan opini audit yang sesuai standar. Hal ini pada akhirnya akan menghasilkan kualitas audit yang rendah dan tidak dapat diandalkan oleh
pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan ekonomis Simanjuntak, 2008:5 - 6.
Survey yang dilakukan oleh Conram, dkk 2004:5, terhadap 106 senior auditor menjelaskan secara umum bahwa tekanan anggaran waktu memberikan
pengaruh yang paling besar terhadap perilaku penurunan kualitas audit dan berhubungan dengan risiko audit. Hasil penelitian ini menjelaskan lebih lanjut
bahwa dalam kondisi tingkat risiko kesalahan audit rendah berhubungan dengan peningkatan tindakan penurunan kualitas audit secara keseluruhan
. Para manager cenderung untuk melakukan tindakan penurunan kualitas
audit dibandingkan melakukan pendekatan kepada manager audit untuk peningkatan
anggaran waktu. Anggaran waktu senior audit kurang berpengaruh terhadap risiko klien dalam hal tekanan fee audit. Sedangkan Malone dan Roberts
1996, tidak menemukan adanya hubungan antara tingkat tekanan anggaran waktu dan penurunan kualitas audit Conram, dkk., 2004:7.
Tuntutan laporan yang berkualitas dengan anggaran waktu terbatas tentu saja kayanya harus dihapus, pemborosan kata merupakan tekanan
8 tersendiri bagi auditor. Dalam studinya, Azad 1994 menemukan bahwa dalam
kondisi yang tertekan secara waktu, auditor cenderung berperilaku disfungsional, misalnya melakukan prematur sign off, terlalu percaya kepada
penjelasan dan presentasi klien, serta gagal mengivestigasi isu - isu relevan, yang pada gilirannya dapat menghasilkan laporan audit dengan kualitas rendah.
Riset Coram, dkk., 2004:6 menunjukkan terdapat penurunan kualitas audit pada auditor yang mengalami tekanan dikarenakan anggaran waktu yang
sangat ketat. Situasi seperti ini merupakan tantangan tersendiri bagi auditor, karena dalam kompleksitas tugas yang semakin tinggi dan anggaran waktu
yang terbatas, mereka dituntut untuk menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Kualitas kinerja seseorang akan sangat dipengaruhi oleh tekanan
atau tuntutan tugas yang dihadapi Simanjuntak, 2008:9. Penelitian ini mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh
Conram, dkk.,. 2004:6, yakni pengujian pengaruh anggaran tekanan waktu, risiko audit yang berhubungan dengan penugasan dan tiga jenis perilaku
pengujian yang akan menurunkan kualitas audit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya Conram, dkk., 2004:7, adalah bahwa
penelitian sebelumnya menggunakan sampel mahasiswa pada Advanced Audit Module of the Professional Year PY
pada Institute of Chartered Accountant in Australia ICAA
yang diidentifikasikan sebagai senior audit sebagai objek penelitian, Sedangkan penelitian ini akan mengunakan Kantor Akuntan Publik
KAP. Objek penelitian ini adalah auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
9 Publik KAP di Jakarta dengan mengambil sampel KAP di DKI Simanjuntak,
2008:9. Hasil penelitian Josoprijonggo, 2005 agar laporan audit yang
dihasilkan auditor berkualitas, maka auditor harus menjalankan pekerjaannya secara profesional. Termasuk saat menghadapi persoalan audit yang kompleks.
Auditor harus bisa memenuhi tuntutan yang diinginkan oleh klien, walaupun seberapa tinggi tingkat kompleksitas yang diberikan agar klien merasa puas
dengan pekerjaannya dan tetap menggunakan jasa auditor yang sama diwaktu yang akan dating Setyorini, 2011:1.
Pekerjaan audit harus direncanakan dengan matang dan jika menggunakan asisten maka harus dilakukan supervisi yang memadai.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh, pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat lingkup
, dan saat perencanaan
bervariasi dengan ukuran dan kompleksitas entitas, pengalaman mengenai entitas, dan pengetahuan tentang bisnis entitas PSA 311,01. Dengan demikian
auditor harus merencanakan pekerjaan auditnya sebaik - baiknya, sehingga kemungkinan menanggung risiko yang besar dapat dihindari, sehingga
pertimbangan yang diambil untuk menyatakan opini yang sesuai dapat dipertanggungjawabkan. Risiko audit audit risk merupakan risiko kesalahan
auditor dalam memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Risiko bisnis business risk
merupakan risiko dimana auditor akan menderita kerugian atau merugikan
10 dalam melakukan praktik profesinya akibat proses pengadilan atau penolakan
publik dalam hubungannya dengan audit widarsono, 2005:1. Pengguna laporan keuangan merupakan unsur utama dalam risiko
bisnis. Untuk menentukan tingkat kepastian yang diperlukan, auditor terlebih dahulu harus mengidentifikasi pengguna potensial laporan keuangan. Jumlah
pengguna laporan keuangan yang lebih besar akan meningkatkan risiko bisnis dan dapat meningkatkan tingkat kepastian yang diinginkan auditor.
Kecendrungan lain yang mendorong auditor untuk melakukan penyimpangan pada pelaksanaan prosedur audit yaitu ketika auditor menetapkan bahwa risiko
audit rendah, sehingga auditor harus lebih banyak melakukan prosedur audit sementara disisi lain auditor dihadapkan atas anggaran waktu dan biaya yang
terbatas misalnya melakukan penyimpangan dengan melakukan pengurangan sampel yang telah di tetapkan dikarenakan keterbatasan faktor ekonomis
waktu dan biaya, hal tersebut dapat menimbulkan kecenderungan auditor untuk mengabaikan prosedur audit yang disyaratkan atau tidak melakukan
prosedur audit secara lengkap Yuliana, dkk., 2009:23. Kemampuan auditor dalam memberikan opini yang salah akan semakin
tinggi, jika salah satu langkah - langkah dalam prosedur audit yang ada dihilangkan, prilaku tersebut akan menyebabkan praktik kesalahan dalam
pembuatan opini oleh seorang auditor, hal ini akan sebanding dengan meningkatkan ketentuan hukum atau risiko litigasi. Yuliana, dkk., 2009:23.
Perkembangan kegiatan bisnispun ternyata mampu mempengaruhi dan membawa perubahan paradigma pelaksanaan audit dari pendekatan dengan
11 pengendalian ke pendekatan audit berdasarkan Risiko Pemeriksa No. 93,
2003. Pergeseran fokus audit dari pengendalian ke risiko telah membuat suatu revolusi yang besar dalam pendekatan audit masa kini. Sebagai contoh, The
Institute of Internal Auditor IIA dalam standarnya telah menyatakan dengan
tegas bahwa fokus utama pelaksanaan pemeriksaan bukan lagi pada pengendalian control tetapi pada risiko. Auditor internal diharapkan dapat
mengambil kesimpulan apakah sisa Risiko residual risk yang diterima oleh manajemen telah memadai. Disamping itu, IIA juga mengharuskan
pengendalian internal suatu organisasi harus memiliki suatu perangkat pengelolaan risiko risk management Widarsono, 2005:3.
Widarsono 2005:3 juga mengungkapkan bahwa Risiko audit yang dihadapi auditor hendaknya terus diusahakan dapat diminimalisir untuk
menghindari risiko bisnis yang dihadapi oleh pengguna laporan auditor dan juga bertujuan untuk menjaga reputasi dari auditor itu sendiri. Di New Zealand,
Project Enable‟s mengembangkan pendekatan baru yang bertujuan untuk lebih memfokuskan audit pada area dimana terdapat risiko audit yang siginifikan,
sedangkan untuk area lainnya dilakukan prosedur audit yang minimal. Hal ini membantu dihasilkanya laporan yang lebih terfokus pada
”big picture issues”, yaitu yang dikenal dengan CARKEYS Control, Analytical Review, Key Item,
dan Sampling. Pemeriksa No. 86:2002. Kompleksitas audit didasarkan pada persepsi individu tentang kesulitan
suatu tugas audit, sulit bagi seseorang namun mudah bagi orang lain Priyo, 2007:4. kompleksitas audit juga bersifat penting karena kecenderungan bahwa
12 tugas melakukan audit adalah tugas yang banyak menghadapi persoalan
kompleks. Terdapat tiga alasan yang cukup mendasar mengapa pengujian terhadap kompleksitas audit untuk sebuah situasi audit perlu dilakukan.
Pertama, kompleksitas audit ini diduga berpengaruh signifikan terhadap
kinerja seorang auditor. Kedua, sarana dan teknik pembuatan keputusan dan latihan tertentu diduga telah dikondisikan sedemikian rupa ketika para peneliti
memahami keganjilan pada kompleksitas audit. Ketiga, pemahaman terhadap kompleksitas dari sebuah audit dapat membantu tim manajemen audit
perusahaan menemukan solusi terbaik bagi staf audit dan tugas audit Jamilah, ., dkk 2007:10.
Beberapa penelitian sebelumnya berupaya meneliti pengaruh time budget pressure
dengan penurunan kualitas audit. tujuan penelitian -penelitian tersebut adalah untuk mencari tahu apakah time budget pressure dapat
mempengaruhi penurunan kualitas dalam pelaporan audit secara positif atau sebaliknya. Beberapa penelitian tersebut memberikan hasil yang diharapkan
bahwa time budget pressure berpengaruh terhadap penurunan kualitas audit. Tetapi, tidak semua penelitian memberikan hasil yang sama. Penelitian ini
perlu dilakukan karena bukti secara empiris masih sangat terbatas dalam konteks di Indonesia. Selain itu usaha peningkatan kualitas audit yang
dilakukan oleh berbagai lembaga terkait perlu didukung dalam bentuk penelitian akademis Coram, dkk., 2004:15.
Lebih lanjut dari hasil penelitian yang dilakukan Priyo, 2007:19-20 menunjukkan bahwa interaksi antara kompleksitas audit, tekanan anggaran
13 waktu dan pemahaman sistem informasi berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Hadi dan Reeve 1999 yang menyatakan bahwa auditor yang melakukan pemeriksaan pada
perusahaan dengan sistem informasi yang berteknologi harus lebih dahulu melakukan review yang komprehensif untuk menentukan langkah program
audit. Hal ini berarti akan menambah kompleksitas audit dan anggaran waktu. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian ini menguji variabel -
variabel yang mempengaruhi kualitas audit atau dalam hal ini disebut variabel independen diantaranya time budget pressure, risiko kesalahan dan
kompleksitas audit. Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah dilakukan Priyo 2007:20.
Peneliti tersebut menguji kualitas audit dengan moderasi pemahaman terhadap sistem informasi, serta menguji
apakah terdapat kompleksitas audit dan tekanan anggaran waktu terhadap kualitas audit. Terdapat Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya. Pertama, peneliti akan menambahkan satu variabel independen
berupa risiko kesalahan. Penulis ingin mengetahui apakah risiko kesalahan yang dilakukan oleh auditor dapat mempengaruhi kualitas dari laporan audit.
Hal ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menguji pengaruh faktor kompleksitas audit dan time budget pressure untuk mengetahui apakah
terjadi kualitas dalam mengukur kualitas audit, sedangkan penelitian ini menguji faktor situasional lainnya yaitu resiko kesalahan. Kedua, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor
14 Akuntan Publik di wilayah DKI Jakarta, sedangkan penelitian sebelumnya
menggunakan sampel auditor yang bekerja di wilayah Semarang.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mengambil topik penelitian di bidang akuntansi khususnya auditing dengan judul
”Pengaruh Time Budget Pressure, Resiko Kesalahan dan Kompleksitas Audit terhadap Kualitas Audit Studi Empiris pada KAP di DKI
Jakarta”.
B. Perumusan Masalah