Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut data yang ada di Departemen Agama Republik Indonesia sampai Oktober 2007, tanah wakaf yang ada di Indonesia berjumlah 366.595 lokasi, dengan luas tanah 2.686.536,565,68 M 2 . 1 Apabila jumlah tanah wakaf di Indonesia ini dihubungkan dengan Negara yang saat ini sedang menghadapi berbagai krisis termasuk krisis ekonomi, sebenarnya jumlah tanah wakaf tersebut merupakan suatu potensi sumber daya ekonomi untuk lebih dikembangkan guna membantu menyelesaikan krisis ekonomi. Sayangnya tanah wakaf yang jumlahnya begitu banyak, pada umumnya pemanfaatannya masih bersifat konsumtif dan belum dikelola secara produktif. Akan tetapi data mengenai jumlah seluruh aset wakaf yang sebenarnya di Indonesia belum diketahui secara akurat. Ini mengingat data-data tentang aset wakaf di Indonesia tidak terkoordinir dengan baik dan terpusat di institusi yang professional. 2 Di Indonesia sedikit sekali tanah wakaf yang dikelola secara produktif dalam bentuk suatu usaha yang hasilnya dapat dimanfaatkan bagi pihak-pihak yang memerlukan termasuk fakir miskin. Pemanfaatan tersebut dilihat dari segi 1 Profil Badan Wakaf Indonesia periode 2007-2010 Badan Wakaf Indonesia 2008, h.7. 2 Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf Direktorat Jenderal bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan haji tahun 2006, h.60. 2 sosial khususnya untuk kepentingan keagamaan memang efektif, tetapi dampaknya kurang berpengaruh positif dalam kehidupan ekonomi masyarakat. Apabila peruntukan wakaf hanya terbatas pada hal-hal di atas tanpa diimbangi dengan wakaf produktif, maka wakaf sebagai salah satu sarana untuk mewujudkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat, tidak akan dapat terealisasi secara optimal. 3 Dalam beberapa literatur disebutkan bahwa, salah satu kendala atau hambatan yang dihadapi dalam pengelolaan dan pemberdayaan harta benda wakaf sehingga menjadikannya produktif adalah kurang maksimalnya peran nadzir. 4 Namun demikian, setelah memperhatikan tujuan wakaf yang ingin melestarikan manfaat dari hasil harta wakaf, maka keberadaan nadzir profesional sangat di butuhkan, bahkan menempati pada peran sentral. Sebab di pundak nadzirlah tanggung jawab dan kewajiban memelihara, menjaga dan mengembangkan wakaf serta menyalurkan hasil atau manfaat dari wakaf kepada sasaran wakaf. Memang terlalu banyak contoh pengelolaan harta wakaf yang dikelola oleh nadzir yang sebenarnya tidak mempunyai kemampuan memadai, sehingga harta wakaf tidak berfungsi secara maksimal, bahkan sering membebani dan tidak memberi manfaat sama sekali kepada sasaran wakaf. Untuk itulah profesionalisme nadzir menjadi ukuran yang paling penting dalam pengelolaan 3 Profil badan Wakaf Indonesia, h.8. 4 Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam tahun 2006, h.48. 3 wakaf jenis wakaf apapun. Kualifikasi profesionalisme nadzir wakaf di Indonesia masih tergolong tradisional yang kebanyakan mereka menjadi nadzir lebih karena kepercayaan dari masyarakat, sedangkan kemampuan manajerial dalam mengelola wakaf masih sangat lemah. 5 Sedemikian pentingnya kedudukan nazhir dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya wakaf bagi mauquf ‘alaih sangat bergantung pada nazhir wakaf. Meskipun demikian tidak berarti bahwa nazhir mempunyai kekuasaan mutlak terhadap harta yang diamanahkan kepadanya. 6 Pada umumnya, para ulama telah bersepakat bahwa kekuasaan nazhir wakaf hanya terbatas pada pengelolaannya wakaf untuk dimanfaatkan sesuai dengan tujuan wakaf yang dikehendaki wakif. Asaf A.A. Fyzee berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Dr. Uswatun Hasanah bahwa kewajiban nazhir adalah mengerjakan segala sesuatu yang layak untuk mengelola dan menjaga harta. Sebagai pengawas wakaf, nazhir dapat memperkerjakan beberapa wakil atau pembantu untuk menyelenggarakan urusan- urusan yang berkenaan dengan tugas dan kewajibannya. Oleh karena itu, nazhir dapat berupa nazhir perseorangan, organisasi, maupun badan hukum. Nazhir yang berkewajiban mengawasi dan memelihara wakaf tidak boleh menjual, menggadaikan, atau menyewakan harta wakaf kecuali diizinkan oleh 5 Ibid, h.49. 6 Fiqih Wakaf, Direktorat Pemberdayaan Wakaf Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Departemen Agama RI 2006. h. 69. 4 pengadilan. Ketentuan ini sesuai dengan masalah kewarisan dalam kekuasaan kehakiman yang memiliki wewenang untuk mengontrol kegiatan nazhir. 7 Untuk mengelola benda-benda wakaf secara produktif, yang pertama harus dilakukan adalah perlunya pembentukan suatu badan atau lembaga yang khusus mengelola wakaf. Struktur organisasi yang baik dan modern itu jika seluruh potensi kelembagaan berjalan sebagaimana mestinya dan ada mekanisme kontrol yang baik. 8 Selain itu juga memiliki standar operasional pengelolaan wakaf yang baik. Yang dimaksud dengan standar operasional pengelolaan wakaf adalah batasan atau garis kebijakan dalam mengelola wakaf agar menghasilkan sesuatu yang lebih bermanfaat bagi kepentingan masyarakat banyak. 9 Pada saat ini pengelolaan wakaf secara produktif telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 pasal 43 ayat 2 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 Tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf. 10 Sistem pengelolaan dan pengembangan wakaf dalam UU tersebut diatur pada Bab V yaitu tentang pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf. 7 Ibid, h. 70. 8 Dirjen Bimas Islam dan Penyelenggraan haji Departemen Agama, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, 2004, h.106. 9 Ibid, 107. 10 Undang-Undang Nomor 41 Tentang Wakaf Dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaanya, Departemen Agama Dirjen Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007. 5 Dalam UU tersebut juga diatur mengenai kewajiban nazhir, prinsip yang digunakan serta pelaksanaan pengelolaannya. Nazhir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi, dan peruntukannya Pasal 42 Bab V. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nazhir sebagaimana di maksud dalam pasal 42 dilaksanakan sesuai dengan prinsip syariah Pasal 43 ayat 1. Pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dilakukan secara produktif Pasal 43 ayat 2. 11 Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis akan mengkaji tentang profesionalisme nazhir dalam mengelola dan megembangkan wakaf yang dilakukan secara produktif di Tabung Wakaf Indonesia. Maka penulis mengambil judul “Profesionalisme Nazhir Dalam Pemeliharaan Dan Pengembangan Aset- Aset Wakaf Produktif Analisa Terhadap Peran Nazhir Dalam Pengelolaan Wakaf Pada Tabung Wakaf Indonesia.

B. Pembatasan Dan Perumusah Masalah