25
tangan karena secara prinsip barang wakaf tidak tidak boleh ditassarrufkan, apakah itu dalam bentuk menjual, dihibahkan atau diwariskan.
19
Kedua , pahala dan keuntungan bagi si wakif akan tetap mengalir
walaupun suatu ketika ia telah meninggal dunia, selagi benda wakaf itu masih ada dan dimanfaatkan. Ketiga, manfaat wakaf merupakan salah satu sumber
dana yang sangat penting manfaatnya bagi kehidupan agama dan umat. Jadi, manfaat dari hasil wakaf yang dapat dirasakan oleh mauquf alaih
adalah tersedianya berbagai sarana yang dihasilkan dari hasil pengelolaan wakaf, di antaranya adalah pada bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang
pelayanan sosial dan bidang pengembangan usaha kecil dan menengah.
B. Profesionalitas Nazhir Dalam Wakaf Produktif 1. Konsep Nazhir
a. Pengertian Nazhir
Meskipun dalam fikih tradisional para ulama tidak memasukkan nazhir sebagai salah satu rukun wakaf, namun nazhir merupakan unsur yang
sangat penting karena berkembang tidaknya suatu perwakafan sangat ditentukan nazhir.
Nazhir berasal dari kata bahasa Arab nadzaro – yandzuru – nadzron yang mempunyai arti menjaga, memelihara, mengelola dan mengawasi.
19
Abdul Halim, Hukum Perwakafan Di Indonesia, Jakarta:Ciputat Press, 2005, h.40
26
Adapun nazhir adalah isim fa’il dari kata nazoro yang kemudian dapat diartikan dalam bahasa Indonesia dengan pengawas atau penjaga.
20
Sedangkan nazhir wakaf atau bisa disebut nazhir adalah orang atau pihak yang diberi wewenang untuk bertindak atas harta wakaf, baik
mengurus, mengembangkan, memelihara, dan mendistribusikan hasilnya kepada orang yang berhak menerimanya.
Muhammad Daud Ali dalam bukunya “Sistem Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf”
mengatakan bahwa nazhir wakaf adalah orang atau badan yang memegang amanat untuk memelihara dan mengurus harta wakaf sebaik-
baiknya sesuai dengan wujud dan tujuannya.
21
Dengan demikian, nazhir berarti orang yag berhak untuk bertindak atas harta wakaf, baik untuk mengurusnya, memeliharanya dan
mendistribusikan hasil wakaf kepada orang yang berhak menerimanya. Nazhir mengerjakan segala kemungkinan harta itu tumbuh dengan baik dan
kekal.
20
Mustafa Edwin Nasution, Uswatun Hasanah, Wakaf Tunai; Inovasi Financial Islam, Peluang Dan Tantangan Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Umat
, Jakarta: PSTTI- UI, 2006, h. 63
21
Muhammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat Dan Wakaf, Jakarta:UI-Press, 2006, h. 91
27
Adapun pengertian nazhir dalam redaksi Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, adalah pihak yang menerima harta benda wakaf
dari wakif untuk dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.
22
Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan di atas, tampak bahwa nazhir sebagai pihak yang bertugas memelihara dan mengurusi wakaf
mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam perwakafan, sehingga berfungsi tidaknya benda wakaf tergantung dari nazhir itu sendiri. Oleh
karena itu, agar benda atau harta wakaf dapat berfungsi sebagaimana mestinya maka harta itu harus dijaga dan dikembangkan sesuai dengan
manfaatnya.
b. Syarat Nazhir
Pada dasarnya, siapapun dapat menjadi nazhir asalkan orang itu cakap dalam melakukan tindakan hukum. Namun, mengingat tujuan wakaf
ialah menjadikan harta wakaf sebagai sumber dana yang produktif tentu saja memerlukan nazhir yang mampu melaksanakan tugas-tugasnya secara
profesional dan bertanggungjawab. Adapun syarat-syarat nazhir, baik perseorangan, organisasi maupun badan hukum adalah sebagai berikut:
1. Perseorangan
22
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 3
28
Perseorangan hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
a. Warga Negara Indonesia
b. Beragama Islam
c. Dewasa
d. Amanah
e. Mampu secara jasmani dan rohani, dan
f. Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum
23
2. Organisasi
Organisasi hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
a. Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi persyaratan
nazhir perseorangan, dan b.
Organisasi yang bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan danatau keagamaan Islam.
24
3. Badan Hukum
Badan hukum hanya dapat menjadi nazhir apabila memenuhi persyaratan:
23
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer
, h.240
24
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf , Departemen Agama, Jakarta, h. 67
29
a. Pengurus badan hukum yang bersangkutan memenuhi
persyaratan nazhir perseorangan b.
Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, dan
c. Badan hukum yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,
pendidikan, kemasyarakatan danatau keagamaan Islam.
25
Selain syarat-syarat pribadi sebagai nazhir, nazhir profesional juga harus memiliki syarat-syarat berikut:
1. Syarat Moral
a. Paham tentang hukum wakaf dan ZIS, baik dalam tinjauan syariah
maupun perundang-undangan negara RI. b.
Jujur, amanah dan adil sehingga dapat dipercaya dalam proses pengelolaan dan pentassarrufan kepada sasaran wakaf.
c. Tahan godaan, terutama menyangkut perkembangan usaha.
d. Pilihan, sungguh-sungguh dan suka tantangan.
e. Punya kecerdasan, baik emosional maupun spiritual.
2. Syarat Manajemen
a. Mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang baik dalam leadership.
b. Visioner.
25
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer
, h.241
30
c. Mempunyai kecerdasan yang baik secara intelektual, sosial dan
pemberdayaan. d.
Profesional dalam bidang pengelolaan harta. e.
Ada masa bakti nazhir. f.
Memiliki program kerja yang jelas. 3.
Syarat Bisnis a.
Mempunyai keinginan. b.
Mempunyai pengalaman dan atau siap untuk dimagangkan. c.
Punya ketajaman melihat peluang usaha sebagaimana layaknya enterpreneur
.
26
c. Fungsi Dan Tugas Nazhir
Dalam UU Nomor 41 tentang Wakaf Pasal 9, Nazhir meliputi perseorangan, organisasi atau badan hukum. Tugasnya, mengelola dan
mengembangkan wakaf sesuai dengan peruntukannya, yaitu berkenaan dengan melakukan pengadministrasian harta benda wakaf; mengelola dan
mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan, fungsi dan
26
Direktorat pemberdayaan wakaf, Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Paradigma Baru Wakaf di Indonesia, Tahun 2006, h. 52
31
peruntukannya; mengawasi dan melindungi harta benda wakaf; melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.
27
Tugas nazhir yang diamanatkan oleh peraturan perundang-undangan ini membutuhkan kemampuan yang sesuai dengan potensi dan peruntukan
wakaf. Dalam hal pengadministrasian menuntut kecakapan hukum dari seorang nazhir, tugas pengelolaan dan pengembangan menuntut keterampilan
skill dan kemampuan menejerial nazhir untuk mencapai tujuan wakaf, sedangkan pengawasan dan pelaporan menuntut kemampuan audit dari
seorang nazhir agar dapat menghitung dan mengkalkulasi hasil pengelolaan harta wakaf.
28
Dengan kata lain, nazhir berkewajiban menjalankan pengelolaan resiko manajemen resiko terhadap harta benda wakaf yang dipercayakan
wakif kepadanya. Manajemen resiko merupakan pilar penting dalam tata kelola organisasi yang baik atau Good Corporate Governanace, yang mutlak
harus diterapkan dalam pelaksanaan Badan Wakaf Indonesia.
29
Nazhir mempunyai tugas : 1.
Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf 2.
Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan tujuan,
fungsi dan peruntukkannya
27
HM. Cholis Nafis, Menggagas Nazhir Wakaf Yang Profesinal, AntarNews.com, Diakses Tanggal 10 Agustus 2010.
28
Ibid.
29
Republika Online, Pengelolaan dan Pengembangan Wakaf Produktif, diakses tanggal 9 juni 2010.
32
3.
Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf
4. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia
30
Dalam melaksanakan tugas, nazhir memperoleh pembinaan dari Menteri dan Badan Wakaf Indonesia. Dalam rangka pembinaan, nazhir harus
terdaftar pada Menteri dan Badan Wakaf Indonesia.
31
d.
Pengangkatan Dan Pemberhentian Nazhir
Pengangkatan nazhir merupakan suatu yang sangat penting dalam perwakafan walaupun para Ulama tidak menjadikan nazhir sebagai rukun
dalam wakaf, namun pengangkatan nazhir itu perlu supaya harta wakaf dapat terjaga dengan baik. Oleh karena itu, maka di dalam sistem perwakafan di
Indonesia dijelaskan dan ditentukan posisi nazhir sebagai pemelihara dan pengurus benda wakaf atau harta wakaf dan Undang-Undang wakaf juga
menjadikan bahwa nazhir merupakan salah satu unsur penting dan perwakafan dianggap tidak sah apabila tidak ada nazhir.
Dalam Undang-Undang wakaf dijelaskan bahwa pengangkatan dan pemberhentian nazhir ada perbedaan antara nazhir perseorangan, organisasi
dan badan hukum. Dalam pasal 4 ayat 1 dijelaskan bahwa nazhir perseorangan ditunjuk
oleh wakif dengan memenuhi persyaratan menurut undang-undang.
32
Nazhir
30
Bab 1 pasal 11 Undang-Undang No. 41 tentang Wakaf, Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam 2007, h.9.
31
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi Dan Keuangan Syariah Kontemporer
, Universitas Muhammadiyyah Surakarta, Surakarta: 2008, h.241
33
perseorangan harus merupakan suatu kelompok yang terdiri paling sedikit 3 tiga orang, dan salah seorang diangkat menjadi nazhir. Nazhir perseorangan
itu harus didaftarkan pada menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat. Jika di daerah itu tidak terdapat Kantor
Urusan Agama, maka pendaftaran dilakukan melalui Kantor Urusan Agama terdekat atau Kantor Departemen Agama atau perwakilan Badan Wakaf
Indonesia di ProvinsiKabupatenKota. Salah seorang dari nazhir perseorangan tersebut harus bertempat
tinggal di kecamatan atau daerah dimana harta wakaf berada. Hal ini dimaksudkan agar harta wakaf itu dapat lebih terkontrol oleh nazhir.
Kemudian berhentinya nazhir perseorangan dari kedudukannya adalah disebabkan apabila: meninggal dunia, berhalangan tetap pada daerah
dimana harta wakaf berada, mengundurkan diri danatau diberhentikan oleh BWI. Berhentinya salah seorang nazhir perseorangan tidak mengakibatkan
berhenti pula nazhir perseorangan lainnya dalam melaksanakan tugasnya sebagai nazhir.
Untuk nazhir organisasi, pengangkatannya harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan
Agama setempat. Syarat menjadi nazhir organisasi adalah harus bergerak di bidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan danatau keagamaan Islam.
32
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf dan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 Tentang Pelaksanaannya, Departemen Agama Direktorat
Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Tahun 2007, h. 64.
34
Adapun pengurus organisasi itu harus memenuhi syarat sebagaimana nazhir perseorangan dan salah seorang pengurus organisasi tersebut harus juga
berdomisili di KabupatenKota tempat harta wakaf berada.
33
Nazhir organisasi berhenti, bubar atau dibubarkan adalah sesuai dengan ketentuan Anggaran Dasar organisasi yang bersangkutan. Apabila
salah seorang nazhir yang diangkat oleh nazhir organisasi meninggal dunia, mengundurkan diri, berhalangan tetap danatau dibatalkan kedudukannya
sebagai nazhir, maka nazhir yang bersangkutan harus diganti. Adapun prosedur penggantiannya adalah organisasi itu harus
melaporkannya kepada KUA setempat atau KUA terdekat untuk selanjutnya diteruskan kepada BWI dalam jangka waktu paling lambat 30 tiga puluh
hari sejak kejadian tersebut. Kemudian nazhir badan hukum. Dalam pendirian dan
pengangkatannya harus didaftarkan terlebih dahulu pada Menteri yang bersangkutan dan BWI melalui Kantor Urusan Agama setempat atau yang
terdekat. Nazhir badan hukum juga harus bergerak dibidang sosial, pendidikan, kemasyarakatan danatau keagamaan Islam. Syarat dari pengurus
nazhir badan hukum juga harus memenuhi sebagaimana persayaratan nazhir perseorangan dan juga salah seorang dari pengurus itu harus berdomisili di
KabupatenKota dimana harta wakaf itu berada.
33
Ibid, h. 66.
35
Nazhir badan hukum dapat diberhentikan apabila dakal kurun waktu 1 satu tahun sejak Akta Ikrar Wakaf AIW tidak melaksanakan tugasnya,
artinya nazhir itu tidak mengurus dan mengelola harta wakaf yang diserahkan wakif, maka kepala KUA baik atas inisiatif sendiri maupun atas
usul wakif atau ahli warisnya berhak mengusulkan kepada BWI untuk pemberhentian dan penggantian nazhir.
34
Nazhir profesional harus membuat laporan secara berkala kepada Menteri yang bersangkutan dan BWI mengenai kegiatan perwakafan yang
dilakukannya. Adapun masa bakti nazhir adalah 5 lima tahun dan dapat diangkat kembali. Untuk pengangkatan kembali nazhir itu dilakukan oleh
BWI, dengan ketentuan adalah apabila yang bersangkutan telah melaksanakan tugasnya dengan baik dalam periode sebelumnya sesuai
dengan ketetntuan prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan.
C. Pandangan Ulama Tentang Wakaf Produktif