Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid 24 Sejarah Kelapa Sawit

DAFTAR ISI Halaman Persetujuan i Pernyataan ii Penghargaan iii Abstrak v Abstract vi Daftar Isi vii Daftar Tabel ix Daftar Gambar x Bab 1. Pendahuluan 1 1.1. Latar Belakang 1 1.2. Perumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 4 Bab 2. Tinjauan Pustaka 5 2.1. Kelapa Sawit 5 2.1.1. Sejarah Kelapa Sawit 6 2.1.2. Jenis – Jenis Kelapa Sawit 7 2.2. Minyak Kelapa Sawit 10 2.3. Minyak Inti Sawit 12 2.4. Pengolahan Kelapa Sawit 14 2.5. Proses Pengolahan Kelapa Sawit Menjadi PKO 17 2.6. Standart Mutu 18 2.6.1. Mutu Minyak Sawit 18 2.6.2. Mutu Inti Sawit 19 2.7. Penentuan Kualitas Minyak 20 2.7.1. Kadar Minyak 20 2.7.1.1. Rendering 20 2.7.1.2. Pengepresan Mekanis Mechanical Expression 22 2.7.1.3. Ekstraksi Dengan Pelarut Solvent Extraction 23 2.8. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Minyak Sawit 23

2.8.1. Asam Lemak Bebas Free Fatty Acid 24

2.8.2. Kadar Zat Menguap dan Kotoran 24

2.8.3. Kadar Logam 24 2.8.4. Angka Oksida 25 2.8.5. Pemucatan 25 2.9. Pemanfaatan Hasil Olahan TBS 26 3.0. Ekstraksi Sokletasi 28 Universitas Sumatera Utara 3.0.1. Ekstraksi 28 3.0.2. Sokletasi 28 Bab 3. Metode Penelitian 30 3.1. Alat Penelitian 30 3.2. Bahan Penelitian 30 3.3. Prosedur Penelitian 31 3.3.1. Persiapan Sampel 31 3.3.2. Ekstraksi 31 Bab 4. Hasil dan Pembahasan 32 4.1. Hasil Analisa 32 4.2. Perhitungan Data 33 4.3. Pembahasan 36 Bab 5. Kesimpulan dan Saran 38 5.1. Kesimpulan 38 5.2. Saran 38 Daftar Pustaka 39 Universitas Sumatera Utara DAFTAR TABEL Nomor Judul Halaman Tabel 2.1. Komposisi Asam Lemak Minyak Kelapa Sawit dan Minyak Inti 11 Kelapa Sawit 2.2. Standart Mutu Minyak Sawit 19 2.3. Komposisi Biji Inti Sawit 20 2.4. Standart Mutu Minyak Sawit, Minyak Inti Sawit dan Inti Sawit 26 4.1.1. Hasil Analisa Kadar Minyak Pada Cangkang 32 4.1.2. Hasil Analisa Kadar Minyak Pada Inti Sawit 32 4.1.3. Hasil Analisa Kadar Minyak Pada Bungkil Inti Sawit 33 Universitas Sumatera Utara DAFTAR GAMBAR Nomor Judul Halaman Gambar 2.1.2 Jenis – Jenis Kelapa Sawit 9 2.7.1.2. Skema Cara Memperoleh Minyak Dengan Pengepresan 22 Universitas Sumatera Utara ANALISIS KADAR KANDUNGAN MINYAK PADA CANGKANG, INTI SAWIT DAN BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI Di PT. SMART Tbk ABSTRAK Telah dilakukan analisa kadar kandungan minyak pada sampel cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi dengan pelarut n-heksana selama 6 jam. Hasil analisa yang diperoleh dari kadar minyak pada cangkang dengan nilai rata – rata adalah 22,3828 . Kadar minyak pada inti sawit adalah 49,2782. Kadar minyak pada bungkil inti sawit adalah 7,4701. Kata kunci : cangkang, inti sawit, bungkil inti sawit, metode ekstraksi Universitas Sumatera Utara ANALYSIS LEVELS OF OIL CONTENT PALM KERNEL SHELL, PALM KERNEL AND PALM KERNEL EXPELLER WITH EXTRACTION METHOD SOXHLETATION IN PT. SMART Tbk ABSTRACT An analytical had been conducted levels of oil content palm kernel shell, palm kernel and palm kernel expeller using extraction soxhletation with n- heksana solvent for three hours. The results obtained from oil content palm kenel shell with an average value of 22,3828. Oil content palm kernel is 49,2782. Oil content Plm kenel expeller is 7,4701. Keywords : palm kernel shell, palm kernel, palm kernel expeller, extraction method soxhletation Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun kenyataannya mampu hadir dan berkiprah di Indonesia tumbuh dan berkembang dengan baik. Perkebunannya dapat ditemukan antara lain di Asahan Sumatera Utara, Sungai Liput Aceh Timur dan produk olahannya minyak sawit menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Minyak kelapa sawit dapat dihasilkan dari inti kelapa sawit yang dinamakan minyak inti sawit Palm Kernel Oil dan sebagai hasil samping ialah bungkil inti kelapa sawit Palm Kernel Expeller. Bungkil kelapa sawit digunakan sebagai makanan ternak yang terlebih dahulu harus diproses. Produk samping kelapa dari pengolahan minyak sawit adalah cangkang kelapa sawit Palm Kernel Shell yang merupakan bagian terkeras dari buah kelapa sawit. Pada saat ini pemanfaatan cangkang sawit dari berbagai pengolahan kelapa sawit masih belum banyak digunakan sepenuhnya sehingga menghasilkan residu, yang pada akhirnya dijual mentah ke pasaran. Pada umumnya cangkang sawit tersebut banyak digunakan sebagai bahan bakar, karbon aktif, asap cair, fenol, tepung tempurung serta briket arang. Penentuan kadar kandungan minyak pada suatu bahan dapat dilakukan dengan metode ekstraksi sokletasi. Cara ini juga dapat digunakan untuk ekstraksi minyak dari suatu bahan yang mengandung minyak. Ekstraksi dengan alat sokletasi merupakan cara Universitas Sumatera Utara ekstraksi yang efisien karena dengan alat ini pelarut yang dipergunakan dapat diperoleh kembali. Bahan dalam bentuk padat umumnya membutuhkan waktu lebih lama, karena itu dibutuhkan pelarut yang lebih banyak juga dan penentuan kadar minyak yang diuji harus kering. Pengolahan minyak inti sawit tidak banyak menghasilkan minyak yang terdapat pada inti sawit lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan minyak yang terdapat pada daging buah karena minyak inti sawit PKO lebih mahal dibandingkan miyak sawit mentah CPO. Agar keuntungan minyak sawit yang diperoleh maksimal, maka harus mengalami proses produksi yang menghasilkan minyak yang maksimal pula, untuk itu diperlukan sistem yang pengolahan yang baik. Minyak inti sawit yang baik harus didapat dari inti sawit yang mengandung jumlah minyak yang tinggi dan proses pengolahan yang baik agar kadar kandungan minyak inti sawit tidak banyak terbuang pada sisa hasil pengolahan PKE. Terdapat beberapa metode ekstraksi untuk pengambilan minyak inti sawit, salah satu contohnya yaitu metode ekstaksi pelarut sokletasi. Sokletasi dipilih menjadi metode percobaan karena pelarut yang diperlukan disini relatif sedikit dan dapat direfluks sehingga bisa diambil kembali untuk kemudian dapat digunakan berulang – ulang. Dengan dapat digunakan lagi pelarut yang sama untuk penelitian berikutnya, maka metode sokletasi menjadi lebih murah dan efisien. Selain itu, maetode sokletasi juga merupakan yang paling efektif untuk mengekstrak minyak karena dengan metode ini hamper 99 minyak dalam sampel dapat diekstrak. Atas dasar itulah, maka pengambilan komponen minyak dilakukan dengan metode ekstraksi sokletasi. Universitas Sumatera Utara Salah satu penentuan kualitas minyak inti sawit adalah kadar minyak dari inti sawit. Dengan adanya analisa tersebut dapat diketahui apakah inti sawit dapat diproses menjadi produk selanjutnya atau tidak, sesuai dengan satndart mutu yang telah dietapkan. Berdasarkan hal tersebut penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS KADAR KANDUNGAN MINYAK PADA CANGKANG, INTI SAWIT DAN BUNGKIL INTI SAWIT DENGAN METODE EKSTRAKSI SOKLETASI DI PT.SMART Tbk”

1.2. Perumusan Masalah

1. Berapakah kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit dengan menggunakan metode ekstaksi sokletasi di PT SMART Tbk 2. Apakah kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit telah memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit dengan menggunakan metode ekstaksi sokletasi di PT SMART Tbk 2. Untuk mengetahui standart mutu kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit 3. Untuk mengetahui cara pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan minyak inti sawit

1.4 Manfaat Penelitian

Universitas Sumatera Utara 1. Dapat mengetahui kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit dengan menggunakan metode ekstraksi sokletasi 2. Dapat mengetahui standart mutu kadar minyak dari cangkang, inti sawit dan bungkil inti sawit 3. Dapat mengetahui cara pengolahan minyak kelapa sawit dan pengolahan minyak inti sawit Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

Kelapa sawit Elaeis quinensis jacq merupakan salah satu dari beberapa tanaman palm yang dapat menghasilkan minyak. Nama genus Elaeis berasal dari bahasa yunani Elaion atau minyak, sedangkan nama species Guinensis berasal dari kata Guinea yaitu tempat dimana seorang ahli bernama Jacquin menemukan tanaman kelapa sawit pertama kali di pantai Guinea. Kelapa sawit biasanya mulai berbuah pada umur 3-4 tahun dan buahnya menjadi masak 5-6 bulan setelah penyerbukan. Proses pemasakan buah kelapa sawit dapat dilhat dari perubahan warna kulit buahnya, dari hijau pada buah muda menjadi merah jingga pada daging buahnya telah maksimal. Jika terlalu matang, buah kelapa sawit akan terlepas dari tangkai tandanya. Tim Penulis PS,1993 Dalam hal pertumbuhan, tanaman kelapa sawit dapat tumbuh subur dengan memanfaatkan pupuk nitrogen oleh petani. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah beriklim tropis dengan curah hujan 2000 mmtahun dan kisaran suhu 22 -32 C. Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh sampai umur 60 tahun terutama untuk mencapai hasil pembuahan yang tinggi. Panen kelapa sawit terutama didasarkan pada saat kadar minyak mesoparp mencapai maksimum dan kandungan asam lemak minimum, yaitu pada saat buah mencapai tingkat Universitas Sumatera Utara kematangan yang tepat yaitu dilihat dari warna kulit buah dan jumlah buah yang rontok pada tiap tandan. Biasanya warna kulit buah yang telah masak adalah merah kehitaman dan bentuk buah dengan penampang yang bulat dan tempurung tebal. Warna daging buah adalah putih kekuningan di waktu masih muda dan berwarna jingga setelah buah menjadi matang. Kataren,1986

2.1.1 Sejarah Kelapa Sawit

Kelapa sawit didasarkan atas bukti-bukti fosil, sejarah, dan linguistic yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Ditempat asalnya ini kelapa sawit yang pada saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan-hutan sejak awal telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting. Oleh penduduk setempat, kelapa sawit telah di proses dengan amat sederhana menjadi minyak dan tuak sawit. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintah colonial Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat bibit kelapa sawit yang di bawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis uasha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, seorang belgia yang belajar banyak tentang kalapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya di ikuti oleh K. Schadt yang menandai lahirnya kebun sawit di Indonesia mulai bekembang. Pada masa pendudukan Belanda, perkembangan kelapa sawit mengalami perkembangan yang cukup pesat. Indonesia menggelar dominasi ekspor Negara Afrika pada waktu itu. Yan Fauzi,2004 Pada saat yang bersamaan meningkatlah permintaan minyak nabati akibat Revolusi Industri pertengahan abat ke-19. Dari sini kemudian muncul ide membuat perkebunan kelapa Universitas Sumatera Utara sawit berdasarkan tumbuhan seleksi dari Bogor dan Deli, maka dikenalkan jenis sawit “Deli Dura”. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal perkebunan mencapai 5.123 ha. Pusat pemuliaan dan penangkaran kemudian didirikan di Marihat terkenal sebagai AVROS, Sumatera Utara dan di Rantau Panjang , Kuala Selangor, Malaya pada 1911-1912. Di Malaya, perkebunan pertama dibuka pada tahun 1917 di ladang Tenmaran, Kuala Selangor menggunakan benih Dura Deli dari Rantau Panjang. Di Afrika Barat sendiri penanaman kelapa sawit basar-besaran baru di mulai tahun 1911. Hingga menjelang pendudukan Jepang, Hindia Belanda merupakan pemasok utama minyak sawit dunia. Semenjak pendudukan Jepang, produksi merosok hingga tinggal seperlima dari angka tahun 1940. Usaha peningkatan pada masa Republik dilakukan dengan program Bumil buruh-militer yang tidak berhasil meningkatkan hasil, dan pemasok utama kemudian di ambil alih Malaya lalu Malaysia. Baru semenjak era Orde Baru perluasan areal penanaman digalakkan, dipadukan dengan sistem PIR Perkebunan. Perluasan areal perkebunan kelapa sawit terus berlanjut akibat meningkatnya harga minyak bumi sehingga peran minyak nabati meningkat sebagai energi alternatif. Beberapa pohon kelapa sawit yang ditanam di Kebun Botani Bogor hingga sekarang masih hidup, dengan ketinggian sekitar 12 m, dan merupakan kelapa sawit tertua di Asia Tenggara yang berasal dari Afrika.

2.1.2 Jenis – Jenis Kelapa Sawit

Dokumen yang terkait

Penentuan Kadar Air Inti Sawit dengan Menggunakan Alat Moisture Balance dan Kadar Minyak Inti Sawit dengan Ekstraksi Sokletasi di PTPN IV Medan

5 100 47

Analisis Kadar Dan Rendemen Minyak Sawit (CPO) Dan Minyak Inti Sawit (PKO) Dengan Ekstraksi Sokletasi Di PTPN III PKS Rambutan Tebing Tinggi

22 155 52

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

1 13 53

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 4

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 23

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 12

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 2

Analisis Kadar Kandungan Minyak Pada Cangkang, Inti Sawit dan Bungkil IntiSawit Dengan Metode ekstraksi Sokletasi Di PT. SMART Tbk

0 0 1

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

0 0 9

Penentuan Kadar Minyak Inti Sawit Dengan Ekstraksi Sokletasi Dan Kadar Air Inti Sawit Dengan Menggunakan Alat Moisture Balance Di PT. Multimas Nabati Asahan – Batu Bara

0 0 2