Mekanisme inti dari Context-Awareness yaitu Abowdet al.,1999: a.
Identity awareness Who Kewaspadaan lingkungan terhadap identitas user. Yang termasuk kategori ini
adalah profiluser, personalisasi, dan model user. b.
Location awareness Where Kapasitas lingkungan dalam mengenali lokasi pada ruangan terbuka atau
tertutup. c.
Mobility awareness When Kapasitas lingkungan dalam penggunaan sistem terdistribusi dan komunikasi
mobile untuk mengenali perubahan lokasi user ke lokasi yang lain. d.
Activity awareness What Kewaspadaan lingkungan dalam hal sensitifitas dan responsifitas pada aktifitas
keseharian user
2.2. Augmented Reality
Augmented Reality adalah konsep pelapisan konten visual seperti grafik di atas
pemandangan dunia nyata seperti yang terlihat melalui sebuah kamera. AR mentransformasi perangkat mobile ke dalam sesuatu yang digambarkan sebagai
suatu cermin ajaib sehingga akan terjadi interaksi dengan dunia nyata Wahyutama et
al., 2013.
Ronald T. Azuma mendefinisikan Augmented Reality sebagai penggabungan benda-benda nyata dan maya di lingkungan nyata, berjalan secara interaktif dalam
waktu nyata dan maya di lingkungan nyata, berjalan secara interaktif dalam waktu nyata, dan terdapat integrasi antar benda dalam tiga dimensi,yaitu benda maya
terintegrasi dalam dunia nyata. Augmented Reality AR juga adalah variasi dari Virtual Environtment VE atau yang lebih dikenal dengan Virtual Reality VR,
sedangkan virtual reality memiliki arti sebuah situasi dimana pengguna secara keseluruhan berada di dalam lingkungan maya. Ketika berada di lingkungan itu
pengguna sendiri tidak dapat melihat dunia nyata sekitarnya. Berbeda dengan AR yang masih dapat melihat dunia nyata dan objek maya hanya ditampilkan ke
lingkungan nyata. Oleh karena itu, AR hanya sebagai tambahan realitas dan bukan menggantikannya Azuma, 1997.
Gambar 2.1. Diagram Ilustrasi Augmented Reality
Augmented reality dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan ada tidaknya penggunaan marker yaitu: marker dan markerless Geroimenko, 2012.
Marker dapat berupa foto sebuah objek nyata atau gambar buatan dengan pola unik. Marker AR erat kaitannya dengan pengenalan pola yang mengkalkulasikan posisi,
orientasi, dan skala dari objek AR. Sedangkan metode markerless yaitu metode pelacakan AR yang menggunakan objek di dunia nyata sebagai marker atau tanpa
menggunakan marker buatan.
2.2.1. Augmented Reality Browser
Augmented RealityBrowser adalah pengganti dari Web browser di dunia nyata, melapisi konten multimedia interaktif di dunia fisik atau objek yang mereka
lihat
Langlotz et al., 2014
. Fungsi inti dari AR browser hanya untuk menampilkan sebagian besar penjelasan informasi tekstual yang teregistrasi ke dalam objek atau
tempat-tempat di dunia nyata. Hal ini meningkatkan informasi objek dunia nyata dengan menambah informasi digital
Kinikar et al. 2013
. Ada dua jenis pendekatan AR browser yaitu
a. Location Based AR Browser
b. Visual Based AR Browser
2.2.2. Markerless Augmented Reality
Salah satu dari metode Augmented Reality yang saat ini sedang berkembang adalah metode Markerles Augmented Reality, dengan metode ini pengguna tidak perlu lagi
mecetak sebuah marker untuk menampilkan elemen-elemen digital. Dalam hal ini, marker yang dikenali berbentuk posisi perangkat, arah, maupun lokasi. Ketika aplikasi
AR ini mengenali tanda yang sudah dikenali, biasanya akan memvisualisasikan video maupun gambar. Total Immersion dan Qualcomm adalah salah satu perusahaan yang
mengembangkan Augmented Reality dengan berbagai macam teknik Markerless Tracking diantaranya adalah Face Tracking, 3D Object Tracking, Motion Tracking
dan GPS Based Tracking Akbar, 2012.
a. Face Tracking
Dengan menggunakan algoritma yang mereka kembangkan, komputer dapat mengenali wajah manusia secara umum dengan cara mengenali posisi mata,
hidung, dan mulut manusia, kemudian akan mengabaikan objek-objek lain di sekitarnya seperti pohon, rumah, dan benda-benda lainnya. Teknik ini pernah
digunakan di Indonesia pada Pekan Raya Jakarta 2010 dan ToyStory 3 Event.
b. 3D Object Tracking
Berbeda dengan Face Tracking yang hanya mengenali wajah manusia secara umum, teknik 3D Object Tracking dapat mengenali semua bentuk benda yang
ada disekitar, seperti mobil, meja, televisi, dan lain-lain.
c. Motion Tracking
Pada teknik ini komputer dapat menangkap gerakan, Motion Tracking telah mulai digunakan secara ekstensif untuk memproduksi film-filmyang mencoba
mensimulasikan gerakan. Contohnya pada film Avatar, dimana James Cameron menggunakan teknik ini untuk membuat film tersebutdan
menggunakannya secara real time.
d. GPS Based Tracking
Pengembangan teknik ini lebih diarahkan pada smartphone, karena teknologi GPS dan kompas yang tertanam pada smartphone tersebut. Dengan
memanfaatkan fitur GPS yang berfungsi sebagai penentu lokasi pengguna pada saat itu berada sehingga lokasi terdekat yang ingin dituju dapat dilihat
melalui implementasi augmented reality. Teknik ini berguna sebagai pemandu selayaknya fungsi GPS, namun dilengkapi dengan marker informasi
arah yang dituju. Dalam implementasinya, teknik ini mengharuskan tersambungnya koneksi GPS dan kebutuhan paket data yang ada pada
smartphone, karena data-data lokasi yang dimiliki GPS memiliki akses langsung dari satelit agar cepat mendeteksi wilayah yang telah dijadikan
sebuah objek marker informasi pada Augmented Reality. Akses internet memiliki fungsi sebagai pemanggilan data-data berupa latitude, longitude,
serta informasi yang mendukung setiap lokasi yang disimpan pada server sehingga beban ukuran aplikasi dapat diminimalisir. Teknik GPS based
tracking sebenarnya membutuhkan peran kompas dan akselerometer sebagai pengatur ukuran layar secara horizontal dan vertikal agar marker lokasi dapat
dilihat ketika kamera handset berada posisi yang sesuai dengan lokasi tersebut. Namun ketika handset tidak berada dalam sudut pandang lokasi
tersebut maka marker tersebut tidak akan tampak Kim, Y. Kim, W., 2014.
2.2.3. Kebutuhan Dasar Augmented Reality
Dalam penerapan teknologi augmented reality dibutuhkan beberapa kebutuhan dasar dari sisi hardware maupun software. Dimulai dari sisi hardware, kebutuhan dasar AR
mencakup kamera, GPS, sensor akselerometer, dan kompas. Sedangkan dari sisi software dibutuhkan sistem operasi mobile untuk mengakses komponen-komponen
hardware tersebut pada perangkat. Platform yang digunakan adalah Android yang menyediakan library yang berisi kelas-kelas untuk mengakses komponen-komponen
yang diperlukan.
2.3. GPS, Location Based Service dan POI