Definisi Bantuan Hidup Dasar Tujuan Bantuan Hidup Dasar Langkah-langkah Pemberian Bantuan Hidup Dasar

Sp N = ×100 Sm Keterangan : N = Nilai yang didapat Sp = Skor yang didapat Sm = Skor tertinggi maksimum Selanjutnya presentase jawaban ditafsirkan dalam kalimat kualitatif. Kemudian hasil presentase diinterpretasikan dengan menggunakan skala kualitatif yaitu : Baik : 76 - 100 Cukup : 56 - 75 Kurang : 41 - 55 Tidak Baik : 40

2.3. Bantuan Hidup Dasar

2.3.1. Definisi Bantuan Hidup Dasar

Menurut American Heart Association AHA 2010, bantuan hidup dasar Basic Life Support adalah usaha sederhana yang dilakukan untuk mempertahankan kehidupan pada saat seseorang mengalami keadaan yang mengancam nyawa cardiac arrest. bantuan hidup dasar BHD merupakan pertolongan pertama yang dapat diberikan oleh setiap lapisan masyarakat yang berada dekat dengan korban sebelum pertolongan lanjutan dari para petugas kesehatan datang ke lokasi kejadian Sudiharto Sartono, 2011.

2.3.2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar

Tindakan BHD bertujuan untuk menyelamatkan kehidupan, mencegah keadaan menjadi lebih buruk, membatasi cacat, dan mempercepat kesembuhan serta meringankan beban penderitaan dari korban Purwadianto Sampurna, 2013. Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Langkah-langkah Pemberian Bantuan Hidup Dasar

Pada kejadian near drowning, pemberian pertolongan pertama BHD harus segera dilakukan agar korban dapat terhindar dari kematian atau kecacatan yang lebih parah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyelamatkan korban dari air sesegera mungkin AHA, 2010. Untuk menyelamatkan korban dari air, penolong dapat memanggilmeminta bantuan kepada orang terdekatsekitar dan menggunakan alat angkut seperti perahu, rakit, papan selancar atau alat bantu apung lainnya jika tersedia. Untuk menghindari terjadinya post-immersion collapse, sebaiknya korban diangkat dari dalam air dengan posisi telungkup. Beberapa hal yang harus dilakukan penolong pada korban sebelum pemberian bantuan hidup dasar menurut Frame 2003, yaitu : I. Memastikan keamanan lingkungan. Inilah hal yang paling utama sebelum melakukan bantuan. Pastikan keselamatan diri dan korban. Pastikan bahwa tidak ada bahaya lain yang ada di sekitar korban yang dapat memperparah kondisi korban. II. Memeriksa kesadaran korban. Penolong dapat mengetahuinya dengan cara menyentuh atau menggoyang-goyangkan bahutubuh korban sambil memanggil korban. Gambar 2.1. Periksa kesadaran korban ERC, 2010 III. Meminta pertolongan. Jika ternyata korban tidak memberikan respon terhadap panggilan, segera minta bantuan dengan cara berteriak minta tolong kepada orang sekitar dan menghubungi layanan darurat setempat. Berikan informasi tertentu seperti : Universitas Sumatera Utara a Lokasi korban b Nomor telepon yang penolong gunakan dan nama penolong c Apa yang terjadi d Jumlah orang yang memerlukan bantuan dan keadaan khusus e Keadaan korban dan semua tindakan yang telah diberikan penolong ditempat Gambar 2.2. Panggil bantuan ERC, 2010 IV. Memperbaiki posisi korban. Tidakan bantuan hidup dasar yang efektif dilakukan dengan memposisikan korban dalam posisi terlentang supin dan berada pada permukaan yang rata dan keras. Jika korban tidak bisa diposisikan terlentang karena indikasi tertentu dan membutuhkan tekanankompresi dada, maka bisa dilakukan dengan posisi tengkurap. V. Pengaturan posisi penolong. Posisi penolong diatur senyaman mungkin dengan memposisikan dirinya di sebelah kanan korban, berlutut sejajar dengan bahu korban ketika akan memberikan bantuan napas dan sirkulasi. Kombinasi bantuan napas dan kompresi dada untuk sirkulasi disebut resusitasi jantung paru RJP. Berdasarkan Guidelines for Cardiopulmonary Resuscitation and Emergency Cardiovascular Care AHA 2010, resusitasi jantung paru RJP dilakukan dengan urutan C-A-B dimana penangan sirkulasi menjadi fokus utama. Namun, pada penanganan korban near drowning siklus A-B-C tetap dipertahankan oleh karena sifat hipoksia dari arrest yang terjadi. Apabila korban hanya mengalami henti napas maka dapat segera merespon tindakan yang diberikan. Berikut tahapan A-B-C-D-E pada bantuan hidup dasar AHA, 2010 : Tolong Universitas Sumatera Utara 1. Tahapan Airway Menurut American College of Surgeon Committee on Trauma 2008 gangguan airway jalan napas dapat timbul secara mendadak dan total, perlahan-lahan dan sebagian, dan progresif danatau berulang. Khusus korban dengan penurunan kesadaran mempunyai risiko terhadap gangguan airway dan seringkali memerlukan pemasangan airway definitive. Oleh karena itu, pada orang yang tidak sadar, tindakan pembukaan jalan napas harus dilakukan. Tanda-tanda objektif sumbatan airway, yaitu : a. Lihat look apakah korban tampak linglung, terlihat sulit bernapas, lihat pergerakan dada, dan perut. b. Dengarkan listen suara-suara dari saluran pernapasan korban, apakah ada suara mendengkur snoring, berkumur gurgling, dan bersiul crowing sound , stridor. c. Rasakan feel hembusan napas korban melalui pipi penolong. Gambar 2.3. Look, Listen and Feel ERC, 2010 Teknik-teknik mempertahankan airway adalah sebagai berikut American College of Surgeon Committee on Trauma , 2008 : x Head Tilt Korban diposisikan terlentang, letakkan telapak tangan pada dahi, tekan dan pertahankan. Posisi muka korban menghadap ke depan. Periksa kembali apakah jalan napas sudah bebas. Universitas Sumatera Utara x Chin Lift Jari-jemari salah satu tangan diletakkan di bawah rahang, yang kemudian secara hati-hati diangkat ke atas untuk membawa dagu ke arah depan. Ibu jari tangan yang sama, dengan ringan menekan bibir bawah untuk membuka mulut. Maneuver chin-lift tidak boleh menyebabkan leher terangkat. Manuver ini berguna pada korban karena tidak membahayakan korban dengan kemungkinan patah ruas tulang leher atau mengubah patah ruas tulang tanpa cedera spinal menjadi patah tulang dengan cedera spinal. Gambar 2.4. Head tilt – Chin lift ERC, 2010 x Jaw Thrust Pertama, ambil posisi di atas kepala korban. Pertahankan dengan hati-hati agar posisi kepala, leher dan spinal korban tetap pada satu garis. Manuver mendorong rahang jaw-thrust dilakukan dengan cara memegang sudut rahang bawah angulus mandibulae kiri dan kanan, dan mendorong rahang bawah ke depan. Bila cara ini dilakukan sambil memegang masker dari alat bag-valve , dapat dicapai kerapatan yang baik dan ventilasi yang adekuat. Manuver ini lebih dianjurkan apabila dicurigai adanya trauma servikal. HEAD TILT CHIN LIFT Universitas Sumatera Utara Gambar 2.5. Jaw thrust ERC, 2010 2. Tahapan Breathing Bantuan napas x Mulut Ke Mulut Pada dewasa dan anak dilakukan dengan menutup hidung korban, kepala tetap diekstensikan. Sedangkan pada neonatus, bantuan napas diberikan pada mulut dan hidung bayi. Pemberian napas yang adekuat tergantung dari kerapatan mulut penolong terhadap mulut korban ketika meniupkan udara. Namun pemberian napas bantu mulut ke mulut ini jarang digunakan karena khawatir terjadi penularan penyakit. Gambar 2.6. Bantuan napas dari mulut ke mulut ERC, 2010 x Mulut Ke Masker Teknik ini lebih aman dari transmisi penyakit. Pemberian napas bantu terlindung oleh masker yang memperantarai mulut penolong dan mulut korban. Universitas Sumatera Utara Gambar 2.7. Mouth-to-mask ventilation ERC, 2010 x Alat Bantu Napas Lainnya Alat bantu napas lainnya dapat dilakukan di rumah sakit disesuaikan dengan kebutuhan pasien, seperti Flow-restricted oxygen-powered ventilating device dan bag-mask device. 3. Tahapan Circulation sirkulasi dan Bleeding perdarahan Bantuan sirkulasi diberikan segera bila korban mengalami henti jantung. Henti jantung adalah berhentinya sirkulasi yang disebabkan oleh fungsi jantung yang tidak efektif. Keadaan ini mengakibatkan tidak terabanya denyut nadi, tekanan darah tidak terukur, serta berhentinya fungsi pernapasan. Penolong harus memastikan adatidaknya henti jantung dengan meraba denyut nadi karotis di leher korban untuk orang dewasa dan anak, sedangkan arteri brakialis di lengan atau femoralis di paha untuk bayi. Tindakan ini dilakukan maksimal dalam 10 detik. Jika denyut nadi dan pernapasan tidak ada, dilakukan resusitasi jantung paru RJP segera. Gambar 2.8. Meraba arteri karotis 5-10 detik Universitas Sumatera Utara Menurut AHA 2010, langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memberikan resusitasi jantung paru RJP adalah sebagai berikut : I. Penolong berada di posisi yang sedemikian rupa, menghadap ke arah korban dan lutut sejajar dengan bahu kanan korban. II. Letakkan tumit telapak salah satu tangan pada tengah dada korban, dan tangan yang lain letakkan di atas tangan tersebut. Kedua jari tangan saling menggenggam, kemudian mulai tekan “kuat dan cepat”. Pastikan tekanan yang diberikan mencapai kedalaman sekitar 2 inchi5 cm. III. Hitung tekanan yang diberikan, yaitu dengan perbandingan 30 kali tekanan kompresi dada dalam 15-18 detik lalu berikan bantuan pernapasan 2 kali. Kompresi dada minimal 100 kali per menit. Gambar 2.9. a Titik kompresi dan b Posisi kompresi ERC, 2010 Gambar 2.10. Push hard-push fast IV. Untuk pemberian napas bantuan, pastikan jalan napas korban terbuka dengan melakukan head-tiltchin-liftjaw-thrust maneuver. Kemudian tutup b a a b Universitas Sumatera Utara lubang hidung pasien dengan jari telunjuk dan jempol ketika memberikan napas buatan. V. Penolong mengambil napas normal bukan napas dalam, kemudian memberikan bantuan napas pada korban, pastikan seluruh mulut korban tertutup rapat dengan mulut penolong, periksa apakah dada pasien mengembang saat diberikan bantuan napas. VI. Kembali berikan kompresi pada dada sebanyak 30 kali diikuti bantuan napas 2 kali, terus lanjutkan sampai bantuan datang. Pengecekan tanda- tanda kesadaran dilakukan tiap 5 kali periode resusitasi jantung paru. Beberapa pertimbangan dihentikannya resusitasi jantung paru RJP, diantaranya : a. Penolong kelelahan. b. Ada penolong yang lebih kompeten. c. Korban telah menunjukkan tanda-tanda kematian. d. Sudah ada respon dari korban napas dan nadi mulai ada. 4. Tahapan Disability Melakukan penilaian kesadaran secara singkat untuk mengetahui keberhasilan tindakan bantuan hidup dasar dan kemungkinan pemulihan. Penilaian yang dapat dilakukan antara lain adalah AVPU, yaitu : a. Alert, yaitu korban bangun dan sadar. b. Verbal response, yaitu tidak sepenuhnya sadar, hanya merespon ketikadipanggil stimulus verbal. c. Pain, yaitu kesulitan bangunsadar, hanya merespon jika diberi rangsang nyeri seperti tekanan pada kuku. d. Unrespond, yaitu korban tidak sadar sepenuhnya. 5. Tahapan ExposureEnvironment Melihat apakah ada lukacedera di tubuh korban, bila perlu pakaian korban dibuka namun jangan sampai korban mengalami hipotermia. Membuka pakaian korban tidak dilakukan sendirian oleh penolong dan sebaiknya sampai batasan Universitas Sumatera Utara tertentu, sedangkan bagian lain yang tidak diperiksa ditutupi dan korban diselimuti dengan kain yang kering dan tebal untuk mencegah terjadinya hipotermi. Untuk exposure lebih lanjut sebaiknya dilakukan oleh petugas medis. Setelah melakukan tahapan A-B-C-D-E di atas sedangkan korban masih belum sadar namun bernapas dan tidak ada perawatan bantuan hidup lainnya, korban harus ditempatkan pada posisi aman recovery position. Posisi korban dengan recovery position akan memastikan jalan napas terbuka dan bebas, serta tidak membuat korban tersedak oleh cairan yang mungkin ada di tenggorokan korban. Cara melakukan recovery position adalah sebagai berikut : Gambar 2.11. Recovery position ERC, 2010 I. Penolong berlutut disalah satu sisi korban. II. Menempatkan lengan korban dengan penolong pada sisi kanan, dengan tangan korban ke atas depan kepalanya. III. Memposisikan bagian punggung tangan satunya agar mengganjal kepala yang sudah dimiringkan sehingga punggung tangan menyentuh pipi korban sendiri. IV. Memfleksikan lutut ke bagian kanan. V. Memutar pasien ke satu sisi dengan hati-hati dengan menarik lutut yang sudah difleksikan. 1 2 3 4 Universitas Sumatera Utara VI. Membebaskan jalan napas dengan head tilt, chin lift, jaw thrust triple airway maneuver dan memeriksa kembali kebebasan jalan napas. VII. Penolong tetap bersama korban dan mengawasi pernapasan dan nadi secara terus menerus sampai bantuan datang. Jika memungkinkan, penolong dapat memutar pasien pada posisi yang lain.

2.4. Tenggelam