Epidemiologi Faktor resiko Osteoporosis .1 Definisi

meningkatkan suseptibilitas untuk fraktur. Kedua osteoklas dan osteoblas mengekspresikan reseptor estrogen dan merupakan target langsung untuk estrogen, tetapi keseluruhan, estrogen diklasifikasikan sebagai agen-agen antiresoptif. Estrogen secara langsung menghambat fungsi osteoklas. 2.3 Osteoporosis 2.3.1 Definisi Osteoporosis didefinisikan sebagai penyakit skeletal sistemik yang ditandai dengan penurunan massa tulang dan perubahan mikroarsitektural jaringan tulang yang mengakibatkan peningkatan fragilitas dan risiko terjadinya fraktur American Journal Medicine pada tahun, 1993 Sedangkan menurut Konferensi Konsensus United States National Institutes of Health2000 osteoporosis sebagai penyakit metabolik tulang yang ditandai dengan penurunan kekuatan tulang pada orang tertentu yang akan meningkatkan risiko terjadinya fraktur.Kekuatan tulang ini mencakup kesatuan dari densitas dan kualitas tulang. Osteoporosis merupakan keadaan terdapat pengurangan jaringan tulang perunit volume sehingga tidak mampu lagi melindungi atau mencegah terjadinya fraktur terhadap trauma minimal Harrison’s Principle of Interna Medicine Vol.2.Pengurangan massa tulang tersebut tidak disertai dengan adanya perubahan perbandingan antara substansi mineral dan organik tulang.

2.3.2 Epidemiologi

Menurut satu laporan Badan Kesehatan Sedunia WHO, dianggarkan bahwa setiap 1 dari 3 wanita memiliki kecenderungan terkena osteoporosis ataupun terdapat kemungkinan sebanyak 67 untuk golongan wanita mengalaminya. Sedangkan pada pria, insidensinya lebih kecil yaitu 1 dari 7 pria namun kemungkinan bagi orang lelaki mengalaminya juga agak tinggi dikalangan mereka yang berumur, merokok, minum minuman keras dan kurang bersenam. Osteoporosis memang biasanya menyerang sebagian besar wanita pasca menopause. Namun penelitian terkini membuktikan wanita usia muda, yaitu mulai Universitas Sumatera Utara 25 tahun berisiko terkena osteoporosis. Pada usia diatas 45 tahun percepatan proses penyakit ini pada wanita meningkat menjadi 80 dan sebaliknya pada pria hanya 20 Anonymous, 2004. Dengan meningkatnya usia harapan hidup maka pelbagai penyakit degeneratif dan metabolik termasuk osteoporosis akan menjadi masalah muskuloskeletal yang memerlukan perhatian khusus terutama di negara-negara ang berkembang, termasuk Indonesia. Pada survey kependudukan tahun 1990, ternyata jumlah penduduk yang berusia 55 tahun atau lebih mencapai 9,2, menigkat 50 dibandingkan survey tahun 1971. Dengan demikian, kasus osteoporosis dengan berbagai akibatnya, terutama fraktur juga diperkirakan juga akan meningkat. Penelitian Roeshandi di Jawa Timur, mendapatkan bahawa puncak massa tulang dicapai pada usia 30-34 tahun rata-rata kehilangan massa tulang pasca menapouse adalah 1,4 tahun. Penelitian yang dilakukan di klinik reumatologi RSCM mendapatkan faktor risiko osteoporosis yang meliputi umur, lamanya menopause dan kadar estrogen yang rendah, sedangkan faktor proteksinya adalah kadar estrogen yang tinggi.riwayat berat badan yang lebihobesitas, asupan kalsium dan latihan yang teratur Bambang Setiyohadi .

2.3.3 Faktor resiko

Osteoporosis adalah penyakit dengan etiologi multifaktorial. Umur merupakan salah satu faktor risiko yang terpenting yang tidak tergantung pada densitas tulang . Setiap peningkatan umur 1 dekade setara dengan peningkatan risiko osteoporosis 1,4-1,8 kali. Ras kulit putih dan wanita juga merupakan faktor risiko osteoporosis. Faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan pencapaian puncak massa tulang juga merupakan faktor risiko osteoporosis, seperti sindrom Klinefelter, sindrom Turner, terapi glukokortikoid jangka panjang dan dosis tinggi, hipertiroidisme atau defisiensi hormon pertumbuhan. Pubertas terlambat, aneroksia nervosa dan kegiatan fisik yang berlebihan yang menyebabkan amenore juga berhubungan erat dengan puncak massa tulang yang tidak maksimal. Defisiensi kalsium dan vitamin D juga merupakan faktor risiko osteoporosis ,oleh Universitas Sumatera Utara sebab itu harus diperhatikan masalah ini pada penduduk yang tinggal di daerah 4 musim. Selain kalsium dan vitamin D, defisiensi protein dan vitamin K juga berhubungan dengan osteoporosis. Faktor hormonal juga berperanan pada pertumbuhan tulang, termasuk hormon seks gonadal dan androgen adrenaldihidroepiandrosteron dan androstenedion. Aspek hormonal yang lain berperan pada peningkatan massa tulang adalah IGF-1,25OH2D, reabsorbsi fosfat anorganik di tubulus dan peningkatan fosfat serum. Faktor hormonal yang berhubungan dengan kehilangan massa tulang adalah hiperkortisolisme, hipertiroidisme dan hiperparatiroidisme. Faktor lain juga berhubungan dengan osteoporosis adalah merokok dan konsumsi alkohol yang berlebihan. Aspek skeletal yang harus diperhatikan sebagai faktor resiko osteoporosis adalah densitas masa tulang, ukuran tulang, makro dan mikroarsitektur, derajat mineralisasi dan kualitas kolagen tulang. Selain faktor risiko osteoprosis, maka risiko terjatuh juga harus diperhatikan kerana terjatuh berhubungan erat dengan fraktur osteoporotik. Beberapa faktor yang berhubungan dengan risiko terjatuh adalah usia tua, ketidakseimbangan, penyakit kronik seperti sakit jantung, gangguan neurologik, gangguan penglihatan, lantai yang licin dan sebagainya. Faktor resiko osteoporosis table 2.1 Umur • Tiap peningkatan 1 dekad,risiko meningkat 1,4- 1,8 Genetik • Etnis kaukasia dan oriental kulit hitam dan polinesia • Seks perempuan laki-laki • Riwayat keluarga Lingkungan • Defisiensi kalsium • Aktivitas fisik kurang • Obat-obatankortikosteroid,anti konvulsan,heparin,siklosporin • Merokok,alkohol • Risiko terjatuh yang meningkat gangguan keseimbangan, licin, gangguan penglihatan Hormonal dan penyakit kronik • Defisiensi estrogen dan androgen • Tirotoksikosis, hiperparatiroidisme primer, hiperkortisolisme • Penyakit kronik sirosis hepatis,gagal Universitas Sumatera Utara ginjal,gastrektomi Sifat fisik tulang • Densitas massa • Ukuran dan geometri • Mikroarsitektur • Komposisi Sumber daripada:Faktor resiko Osteoporosis Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam – edisi 4,Editor-Aru W.Sudoyo,Bambang Setiyohadi,Idrus A,Marcellus S K,Siti Setiati 1259

2.3.4 Klassifikasi