Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN JATI

MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010 HARLY VIANI NIM 071000274


(2)

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN JATI

MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

HARLY VIANI NIM 071000274

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS PADA WANITA USIA SUBUR DI KELURAHAN JATI

MAKMUR KECAMATAN BINJAI UTARA TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh :

NIM 071000274

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 21 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji :

Ketua Penguji Penguji I HARLY VIANI

dr. Yusniwati Yusad, M.Si Asfriyati, SKM, M.Kes NIP. 19510520 198703 2 001 NIP. 19701220 199403 2 001

Penguji II Penguji III

dr. Ria Masniari Lubis, M.Si. Drs. Tukiman, MKM

NIP. 19531018 198203 2 001 NIP. 19611024 199003 1 003 Medan, Desember 2010

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

DR. Drs. Surya Utama, M.S NIP. 19610831 198903 1 001


(4)

DAFTAR ISI

Hal

Halaman Pengesahan ……… i

Abstrak ………. ii

Kata Pengantar ………. iv

Daftar Isi ……….. vi

Daftar Tabel ………. viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang………. 1

1.2 Rumusan masalah ……… 5

1.3 Tujuan Penelitian ………. 5

1.3.1 Tujuan Umum ………. 5

1.3.2 Tujuan Khusus ……… 6

1.4 Manfaat Penelitian ……….. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Osteoporosis ……….. 7

2.2 Penyebab Osteoporosis... 8

2.3 Stadium Osteoporosis... 9

2.4 Gejala Osteoporosis... 10

2.5 Faktor Risiko ……… 10

2.6 Pencegahan... 14

2.7 Pengertian WUS ……….. 21

2.8 Pengetahuan (Knowledge) ……….. 21

2.9 Sikap (Attitude) ……….. 23

2.10 Tindakan (Practice) ………. 24

2.11 Variabel yang Diteliti ……….. 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ………. 27

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ……… 27

3.3 Populasi dan Sampel ………. 27

3.4 Pengumpulan Data ……… 29

3.5 Definisi Operasional ……… 29

3.6 Aspek Pengukuran ……….. 30

3.7 Pengolahan dan Analisis Data ……… 31


(5)

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Jati Makmur ……….. 34

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden ……… 36

4.3 Pengetahuan ,Sikap, dan Tindakan Responden tentang Osteoporosis ……… 37

4.3.1 Pengetahuan Responden tentang Osteoporosis ... 37

4.3.2 Sikap Responden tentang Osteoporosis ... 41

4.3.3 Tindakan Pencegahan Responden ……….. 43

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengetahuan WUS Mengenai Penyakit Osteoporosis ……… 49

5.2 Sikap WUS Mengenai penyakit Osteoporosis ……… 50

5.3 Tindakan WUS Mengenai pencegahan Penyakit Osteoporosis .... 52

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ……….. 53

6.2 Saran ……… 54 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN


(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010...35

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010...35

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010... 36

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010...36 Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan

Jati Makmur Tahun 2010...36 Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Osteoporosis ... 37 Tabel 4.7 Distribusi Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang

Osteoporosis di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan

Binjai Utara Tahun 2010...37

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Osteoporosis ... 41 Tabel 4.9 Distribusi Indikator Sikap Responden Tentang Osteoporosis di

Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010... 41

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Yang Suka Minum Susu... 43 Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Yang Minum Susu Dalam

1 Bulan Terakhir ……… 43 Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Susu Dalam

1 Hari. ...44 Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berolahraga Dalam

1 Bulan Terakhir ………44 Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Jenis Olahraga Yang


(7)

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Saat Berolahraga Dalam Seminggu...45 Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Berolahraga

Dalam Seminggu ……….45 Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Lama Berolahraga

Dalam Sehari ………45

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Konsumsi Obat Penambah Kalsium ...45 Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Jenis Vitamin Penambah

Kalsium ... 46 Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Pengetahuan Responden tentang

Osteoporosis Tahun 2010 ... 46 Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Pengetahuan

Responden tentang Osteoporosis Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Umur dengan Sikap Responden tentang

Osteoporosis Tahun 2010 ... 47 Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan dengan Sikap Responden

tentang Osteoporosis Tahun 2010. ... 48 Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Sikap WUS tentang


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Pencegahan Osteoporosis Pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010”.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bimbingan, bantuan dan dorongan moril dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Untuk itu kritik dan saran masih sangat diperlukan demi kesempurnaan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak DR. Drs. Surya Utama MS. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Heru Santoso, Ph.D, selaku Kepala Departemen Kependudukan dan Bioststistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu dr. Yusniwarti Yusad M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan masukan dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Asfriyati SKM, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan masukan dan bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan staf administrasi di Departemen Kependudukan dan Biostatistik Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(9)

6. Lurah Kelurahan Jati Makmur beserta staf yang telah banyak membantu penulis dalam pemberian informasi untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Yang teristimewa Ayahanda dan Ibunda yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan do’a dalam cintanya di setiap langkah penulis, dan adik-adikku tersayang beserta keluarga besar yang juga turut memberikan dukungan moril dan sprirituil kepada penulis.

8. Yang teristimewa juga buat orang yang tersayang Muhammad Faisal Riza, S.Sos.I, S.Pd yang selalu memberikan dukungan dan dorongan yang tak henti-hentinya dari persiapan hingga terselesaikannya skripsi ini dengan penuh rasa cinta dan rasa sayang. Terima kasih untuk semua perhatian dan pengorbanannya selama ini.

9. Rekan-rekan sepeminatan di Departemen Kependudukan dan Biostatistik (Imna, Dewi Jayati, Vina, Buk Yenny) dan semua pihak yang tidak dapat di sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, semoga Allah Subhanahu Wata’ala senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi kita semua dan penelitian selanjutnya.

Medan, Desember 2010

Penulis,


(10)

ABSTRAK

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang dimana terjadi pengurangan yang sangat cepat dalam pembentukan massa tulang. Osteoporosis lebih berisiko pada wanita daripada pria, oleh karena itu tindakan pencegahannya harus dilakukan sejak dini terutama oleh wanita usia subur .

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan osteoporosis pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang berada di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara. Sampel berjumlah 63 orang, yang dipilih secara purposif, kriteria WUS adalah wanita yang berusia 35 – 49 tahun.

Dari penelitian didapatkan 82,5% pengetahuan WUS berada pada kategori cukup baik, 69,8% mempunyai sikap dengan kategori baik dan tindakan responden yang mengkonsumsi susu dalam 1 bulan terakhir sebanyak 27 orang (93,1%), yang berolahraga sebanyak 9 orang (14,3%), dan tidak ada WUS yang mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Dari hasil yang didapat maka disarankan agar petugas kesehatan berperan aktif dalam mensosialisaikan penyakit osteoporosis, dan diharapkan kerjasama kepada pihak kelurahan dan petugas kesehatan untuk mengadakan kegiatan senam atau pun olahraga lain dalam rangka untuk mencegah penyakit osteoporosis dan juga diharapkan kepada pihak kelurahan untuk mengadakan pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala misalnya selama 6 bulan sekali sebagai upaya untuk mendeteksi dini penyakit osteoporosis.


(11)

ABSTRACT

Osteoporosis is a metabolic bone diseases in which the reabsorption rate exceeds in bone mass formation. Osteoporosis is more risk to the woman than man, so that preventive action should be done early, especially by the woman reproductive age.

The purposive of this research is to know the women reproductive age behavior regarding to prevention of osteoporosis in Jati Makmur Village Binjai Utara Sub-District. This research is descriptive study with cross-sectional design. The population of the study was all women reproductive age that living at Jati Makmur Village, Binjai Utara Sub-District. Through the purposive sampling technique there are 63 women reproductive age were selected to be the sample. The criteria of women reproductive age was women have age 35-49 years.

The result of research showed that 82,5% women reproductive age knowledge is in the good enough category, 69,8% had a good attitude and for practice responder action consuming milk in last one month as much 27 people ( 93,1%), athletic as much 9 people ( 14,3%), and there no women reproductive age consuming alcohol and cigarette.

It is recommended to socialization this disease it is need support of the active role of health workers, and expected cooperation to sub-district and health worker to perform gymnastic activity nor sport in attemp to prevent the disease osteoporosis and also expected cooperation to sub-district and helath worker to perform the periodical bone inspection for example during six mmonth a once as effort to detect early disease osteoporosis.

Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Preventive, Woman reproductive age, Osteoporosis


(12)

ABSTRAK

Osteoporosis adalah penyakit metabolik tulang dimana terjadi pengurangan yang sangat cepat dalam pembentukan massa tulang. Osteoporosis lebih berisiko pada wanita daripada pria, oleh karena itu tindakan pencegahannya harus dilakukan sejak dini terutama oleh wanita usia subur .

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan osteoporosis pada Wanita Usia Subur di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah semua WUS yang berada di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara. Sampel berjumlah 63 orang, yang dipilih secara purposif, kriteria WUS adalah wanita yang berusia 35 – 49 tahun.

Dari penelitian didapatkan 82,5% pengetahuan WUS berada pada kategori cukup baik, 69,8% mempunyai sikap dengan kategori baik dan tindakan responden yang mengkonsumsi susu dalam 1 bulan terakhir sebanyak 27 orang (93,1%), yang berolahraga sebanyak 9 orang (14,3%), dan tidak ada WUS yang mengkonsumsi alkohol dan merokok.

Dari hasil yang didapat maka disarankan agar petugas kesehatan berperan aktif dalam mensosialisaikan penyakit osteoporosis, dan diharapkan kerjasama kepada pihak kelurahan dan petugas kesehatan untuk mengadakan kegiatan senam atau pun olahraga lain dalam rangka untuk mencegah penyakit osteoporosis dan juga diharapkan kepada pihak kelurahan untuk mengadakan pemeriksaan kepadatan tulang secara berkala misalnya selama 6 bulan sekali sebagai upaya untuk mendeteksi dini penyakit osteoporosis.


(13)

ABSTRACT

Osteoporosis is a metabolic bone diseases in which the reabsorption rate exceeds in bone mass formation. Osteoporosis is more risk to the woman than man, so that preventive action should be done early, especially by the woman reproductive age.

The purposive of this research is to know the women reproductive age behavior regarding to prevention of osteoporosis in Jati Makmur Village Binjai Utara Sub-District. This research is descriptive study with cross-sectional design. The population of the study was all women reproductive age that living at Jati Makmur Village, Binjai Utara Sub-District. Through the purposive sampling technique there are 63 women reproductive age were selected to be the sample. The criteria of women reproductive age was women have age 35-49 years.

The result of research showed that 82,5% women reproductive age knowledge is in the good enough category, 69,8% had a good attitude and for practice responder action consuming milk in last one month as much 27 people ( 93,1%), athletic as much 9 people ( 14,3%), and there no women reproductive age consuming alcohol and cigarette.

It is recommended to socialization this disease it is need support of the active role of health workers, and expected cooperation to sub-district and health worker to perform gymnastic activity nor sport in attemp to prevent the disease osteoporosis and also expected cooperation to sub-district and helath worker to perform the periodical bone inspection for example during six mmonth a once as effort to detect early disease osteoporosis.

Keywords: Knowledge, Attitude, Practice, Preventive, Woman reproductive age, Osteoporosis


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Awal tahun 1993, National Institute of Health di Amerika Serikat meluncurkan Women’s Health Initiative, sebuah proyek penelitian jangka panjang yang mempelajari berbagai macam penyakit. Dalam konferensi yang disponsori oleh The Journal of Women’s Health ini sebuah forum yang terdiri dari para pakar kedokteran dari berbagai spesialisasi menyampaikan informasi terbaru mengenai penyakit-penyakit wanita, salah satu diantaranya adalah osteoporosis (Suryati, 2006).

Pada wanita, mempunyai dampak tersendiri berkaitan dengan proses siklik haid setiap bulannya yang mulai terganggu dan akhirnya menghilang sama sekali yang disebabkan penurunan dan hilangnya hormon estrogen. Dengan turunnya kadar hormon estrogen maka proses osteoblas (pembentukan tulang) terhambat. Namun setelah hormon estrogen tidak ada maka pembentukan tulang tidak ada. Apabila hal ini terus berlanjut akan mencapai keadaan osteoporosis (Medicastore, 2006)

Osteoporosis atau penyakit keropos tulang adalah kondisi tulang menjadi tipis, rapuh, keropos, dan mudah patah. Keberadaan penyakit ini sering tidak disadari dan ditemukan secara kebetulan, misalnya saat mengangkat beban yang berat, karena itu penyakit keropos tulang sering disebut sebagai silent killer disease (Depkes, 2004).

Penyakit keropos tulang merupakan masalah kesehatan yang cukup besar di dunia karena sering terjadi pada wanita paska menopause maupun pada usia lanjut.


(15)

Dengan bertambahnya usia harapan hidup maka kejadian penyakit keropos tulang juga meningkat. Diperkirakan paling sedikit 20% wanita sampai usia 65 tahun pernah mengalami patah tulang dan menjadi 40% bila telah melampaui umur tersebut. Seperempat dari semua wanita di atas 60 tahun akan mengalami kompresi patah tulang diruas tulang belakang dan seperlimanya pernah mengalami patah tulang panggul di usia 90 tahun (Dalimartha, 2004).

Menurut Organisasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) penyakit keropos tulang tersebar di seluruh dunia dan prevalensinya terdapat pada 200 juta wanita di seluruh dunia dan sekitar 1/3 diantaranya berusia antara 60-70 tahun serta 2/3 berusia diatas 80 tahun. Di Amerika Serikat penyakit keropos tulang menyerang 20-25 juta penduduk, satu diantara 2-3 wanita paska menopause dan lebih dari 50% penduduk di atas 75-80 tahun menderita penyakit keropos tulang.

Pada pasien tersebut 1,5 juta mengalami fraktur (patah) tulang paha sebanyak 250.000 pasien dan patah tulang belakang sebanyak 500.000 pasien. Sedangkan terbanyak adalah patah panggul menimbulkan kematian sebanyak 10% - 15%. Sekitar 20% - 25% persen wanita usia diatas 50 tahun mengalami satu atau lebih patah tulang belakang, misalnya di United States 25%, Australia 20%, Western Europe 19%, Denmark 21%, Scandinavia 26%. Persentase yang besar di Scandinavia diakibatkan karena sinar matahari yang lebih jarang dijumpai di negara tersebut (Anindya, 2009).

Di Amerika Serikat, satu dari dua wanita dan satu di antara delapan pria usia di atas 50 tahun akan mengalami fraktur karena penyakit keropos tulang sepanjang hidupnya. Di Inggris, angka yag didapatkan adalah satu dari tiga wanita dan satu dari


(16)

dua belas pria. Di Ausralia, penyakit keropos tulang bertambah dari 15 persen pada wanita usia 60-64 tahun menjadi 71% pada usia diatas 80 tahun, dan bagi pria dengan usia yang sama, angka meningkat dari 1,6% menjadi 19%.

Patah tulang panggul karena penyakit keropos tulang adalah masalah kesehatan yang besar bagi orang usia lanjut, bahkan merupakan penyebab kematian yang penting. Di negara Eropa Barat dan Amerika Utara, 20% penderita usia lanjut yang patah tulang panggul meninggal dalam waktu enam bulan.

Catatan pada tahun 2003 di Amerika, patah tulang belakang setiap tahun mencapai 1.200.000 kasus. Ini jauh melebihi jumlah serangan jantung (410.000), stroke (371.000) dan kanker payudara (239.300), hal ini dapat disimpulkan bahwa tiap 20 detik penyakit keropos tulang menimbulkan patah tulang (Tandra, 2009).

Di Indonesia insidens (angka kejadian) penyakit keropos tulang pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Satu dari tiga wanita mempunyai kecenderungan terkena penyakit keropos tulang, sedangkan pada pria angka kejadiannya lebih kecil yaitu satu dari tujuh pria (Depkes RI, 2004).

Hasil penelitian Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan RI pada tahun 1999-2002 menunjukkan bahwa masalah penyakit keropos tulang di Indonesia telah mencapai tingkat yang perlu diwaspadai yaitu 19,7% dari seluruh penduduk (Siswono, 2009). Enam propinsi dengan risiko Penyakit keropos tulang lebih tinggi adalah Sumatera Selatan (27,7%), Jawa Tengah (24,02%), DI Yogyakarta (23,5%), Sumatera Utara (22,82%), Jawa Timur (21,42%) dan Kalimantan Timur (10,5%) (Depkes RI, 2005).


(17)

Untuk wilayah Sumatera Utara data terbaru menunjukkan bahwa berdasarkan catatan rekam medis di Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan pada bulan Mei 2009 sampai dengan Juni 2010 terdapat 6 orang yang menderita penyakit keropos tulang.

Osteoporosis menjadi suatu ancaman bagi WUS terlebih lagi akibat adanya perubahan gaya hidup dan rendahnya pengetahuan WUS mengenai pencegahan penyakit khusus seperti osteoporosis. Gejala yang ditimbulkan osteoporosis tidak dapat dideteksi, sehingga banyak wanita menganggap bahwa keadaan tulang mereka masih sempurna. Dari data yang diperoleh diatas banyak orang yang beresiko menderita osteoporosis. Untuk itu diperlukannya upaya pencegahan dini, antara lain dengan mengenal dan mengetahui jenis penyakit pada tingkat awal serta mengadakan pengobatannya tepat dan segera (Ayu, 2004).

Tujuan utama dari pencegahan dini adalah agar dapat dilakukan pengobatan yang setepat-tepatnya dari setiap jenis penyakit sehingga tercapai penyembuhan sempurna dan mencegah terjadinya kecatatan yang diakibatkan sesuatu penyakit. Pengobatan yang tepat dan cepat perlu dilakukan mengingat pengobatan yang terlambat akan mengakibatkan usaha penyembuhan menjadi lebih sulit.

Dari hasil wawancara yang dilakukan di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara dari 10 orang Wanita Usia Subur (WUS) ada 7 orang WUS yang tidak mengetahui tentang penyakit keropos tulang.

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penyakit keropos tulang pada Wanita Usia Subur (WUS) di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut :Bagaimanakah gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan penyakit keropos tulang pada WUS di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan penyakit keropos tulang pada WUS di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan WUS tentang penyakit keropos tulang di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap WUS tentang penyakit keropos tulang di

Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010. 3. Untuk mengetahui gambaran tindakan WUS tentang pencegahan penyakit

keropos tulang di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Tahun 2010.


(19)

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi kepada masyarakat khususnya pada WUS dalam upaya pencegahan dan meningkatkan pengetahuan tentang penyakit keropos tulang.

2. Bagi instansi pemerintah dan lembaga yang terkait dapat digunakan sebagai bahan masukan terhadap pelaksanaan program-program kesehatan seperti penyuluhan tentang osteoporosis.


(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Pengertian Osteoporosis

Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porous berarti berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang dapat menimbulkan kerapuhan tulang ( Tandra, 2009).

Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992 Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan risiko terjadinya patah tulang (Suryati, 2006).

Menurut National Institute of Health (NIH), 2001 Osteoporosis adalah kelainan kerangka, ditandai dengan kekuatan tulang yang mengkhawatirkan dan dipengaruhi oleh meningkatnya risiko patah tulang. Sedangkan kekuatan tulang merefleksikan gabungan dari dua faktor, yaitu densitas tulang dan kualitas tulang (Junaidi, 2007).

Tulang adalah jaringan yang hidup dan terus bertumbuh. Tulang mempunyai struktur, pertumbuhan dan fungsi yang unik. Bukan hanya memberi kekuatan dan membuat kerangka tubuh menjadi stabil, tulang juga terus mengalami perubahan


(21)

karena berbagai stres mekanik dan terus mengalami pembongkaran, perbaikan dan pergantian sel.

Untuk mempertahankan kekuatannya, tulang terus menerus mengalami proses penghancuran dan pembentukan kembali. Tulang yang sudah tua akan dirusak dan digantikan oleh tulang yang baru dan kuat. Proses ini merupakan peremajaan tulang yang akan mengalami kemunduran ketika usia semakin tua.

Pembentukan tulang paling cepat terjadi pada usia akil balig atau pubertas, ketika tulang menjadi makin besar, makin panjang, makin tebal, dan makin padat yang akan mencapai puncaknya pada usia sekitar 25-30 tahun. Berkurangnya massa tulang mulai terjadi setelah usia 30 tahun, yang akan makin bertambah setelah diatas 40 tahun, dan akan berlangsung terus dengan bertambahnya usia, sepanjang hidupnya. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan massa tulang yang berakibat pada osteoporosis ( Tandra, 2009).

2.2 Penyebab Osteoporosis

Beberapa penyebab osteoporosis, yaitu:

1. Osteoporosis pascamenopause terjadi karena kurangnya hormon estrogen (hormon utama pada wanita), yang membantu mengatur pengangkutan kalsium kedalam tulang. Biasanya gejala timbul pada perempuan yang berusia antara 51-75 tahun, tetapi dapat muncul lebih cepat atau lebih lambat. Hormon estrogen produksinya mulai menurun 2-3 tahun sebelum menopause dan terus berlangsung 3-4 tahun setelah menopause. Hal ini berakibat menurunnya massa tulang sebanyak 1-3% dalam waktu 5-7 tahun pertama setelah menopause.


(22)

2. Osteoporosis senilis kemungkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidakseimbangan antara kecepatan hancurnya tulang (osteoklas) dan pembentukan tulang baru (osteoblas). Senilis berarti bahwa keadaan ini hanya terjadi pada usia lanjut. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang-orang berusia diatas 70 tahun dan 2 kali lebih sering menyerang wanita. Wanita sering kali menderita osteoporosis senilis dan pasca menopause.

3. Kurang dari 5% penderita osteoporosis juga mengalami osteoporosis sekunder yang disebabkan oleh keadaan medis lain atau obat-obatan. Penyakit ini bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid, dan adrenal) serta obat-obatan (misalnya kortikosteroid, barbiturat, antikejang, dan hormon tiroid yang berlebihan). Pemakaian alkohol yang berlebihan dan merokok dapat memperburuk keadaan ini.

4. Osteoporosis juvenil idiopatik merupakan jenis osteoporosis yang penyebabnya tidak diketahui. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormon yang normal, kadar vitamin yang normal, dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang ( Junaidi, 2007).

2.3 Stadium Osteoporosis

1. Pada stadium 1, tulang bertumbuh cepat, yang dibentuk masih lebih banyak dan lebih cepat daripada tulang yang dihancurkan. Ini biasanya terjadi pada usia 30-35 tahun.


(23)

2. Pada stadium 2, umumnya pada usia 35-45 tahun, kepadatan tulang mulai turun (osteopenia).

3. Pada stadium 3, usia 45-55 tahun, fraktur bisa timbul sekalipun hanya dengan sentuhan atau benturan ringan.

4. Pada stadium 4, biasanya diatas 55 tahun, rasa nyeri yang hebat akan timbul akibat patah tulang. Anda tidak bisa bekerja, bergerak , bahkan mengalami stres dan depresi (Waluyo, 2009).

2.4 Gejala Osteoporosis

Pada awalnya osteoporosis tidak menimbulkan gejala, bahkan sampai puluhan tahun tanpa keluhan. Jika kepadatan tulang sangat berkurang sehingga tulang menjadi kolaps atau hancur, akan timbul nyeri dan perubahan bentuk tulang.

Jadi, seseorang dengan osteoporosis biasanya akan memberikan keluhan atau gejala sebagai berikut:

1. Tinggi badan berkurang

2. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 3. Patah tulang

4. Nyeri bila ada patah tulang (Tandra, 2009).

2.5 Faktor Risiko Osteoporosis

Osteoporosis dapat menyerang setiap orang dengan faktor risiko yang berbeda. Faktor risiko Osteoporosis dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang tidak dapat dikendalikan dan yang dapat dikendalikan. Berikut ini faktor risiko osteoporosis yang tidak dapat dikendalikan:


(24)

1. Jenis kelamin

Kaum wanita mempunyai faktor risiko terkena osteoporosis lebih besar dibandingkan kaum pria. Hal ini disebabkan pengaruh hormon estrogen yang mulai menurun kadarnya dalam tubuh sejak usia 35 tahun.

2. Usia

Semakin tua usia, risiko terkena osteoporosis semakin besar karena secara alamiah tulang semakin rapuh sejalan dengan bertambahnya usia. Osteoporosis pada usia lanjut terjadi karena berkurangnya massa tulang yang juga disebabkan menurunnya kemampuan tubuh untuk menyerap kalsium.

3. Ras

Semakin terang kulit seseorang, semakin tinggi risiko terkena osteoporosis. Karena itu, ras Eropa Utara (Swedia, Norwegia, Denmark) dan Asia berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dibanding ras Afrika hitam. Ras Afrika memiliki massa tulang lebih padat dibanding ras kulit putih Amerika. Mereka juga mempunyai otot yang lebih besar sehingga tekanan pada tulang pun besar. Ditambah dengan kadar hormon estrogen yang lebih tinggi pada ras Afrika.

4. Pigmentasi dan tempat tinggal

Mereka yang berkulit gelap dan tinggal di wilayah khatulistiwa, mempunyai risiko terkena osteoporosis yang lebih rendah dibandingkan dengan ras kulit putih yang tinggal di wilayah kutub seperti Norwegia dan Swedia.


(25)

5. Riwayat keluarga

Jika ada nenek atau ibu yang mengalami osteoporosis atau mempunyai massa tulang yang rendah, maka keturunannya cenderung berisiko tinggi terkena osteoporosis.

6. Sosok tubuh

Semakin mungil seseorang, semakin berisiko tinggi terkena osteoporosis. Demikian juga seseorang yang memiliki tubuh kurus lebih berisiko terkena osteoporosis dibanding yang bertubuh besar.

7. Menopause

Wanita pada masa menopause kehilangan hormon estrogen karena tubuh tidak lagi memproduksinya. Padahal hormon estrogen dibutuhkan untuk pembentukan tulang dan mempertahankan massa tulang. Semakin rendahnya hormon estrogen seiring dengan bertambahnya usia, akan semakin berkurang kepadatan tulang sehingga terjadi pengeroposan tulang, dan tulang mudah patah. Menopause dini bisa terjadi jika pengangkatan ovarium terpaksa dilakukan disebabkan adanya penyakit kandungan seperti kanker, mioma dan lainnya. Menopause dini juga berakibat meningkatnya risiko terkena osteoporosis.

Berikut ini faktor – faktor risiko osteoporosis yang dapat dikendalikan. Faktor-faktor ini biasanya berhubungan dengan kebiasaan dan pola hidup.

1. Aktivitas fisik

Seseorang yang kurang gerak, kurang beraktivitas, otot-ototnya tidak terlatih dan menjadi kendor. Otot yang kendor akan mempercepat menurunnya kekuatan tulang. Untuk menghindarinya, dianjurkan melakukan olahraga teratur


(26)

minimal tiga kali dalam seminggu (lebih baik dengan beban untuk membentuk dan memperkuat tulang).

2. Kurang kalsium

Kalsium penting bagi pembentukan tulang, jika kalsium tubuh kurang maka tubuh akan mengeluarkan hormon yang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang. Kebutuhan akan kalsium harus disertai dengan asupan vitamin D yang didapat dari sinar matahari pagi, tanpa vitamin D kalsium tidak mungkin diserap usus (Suryati, 2006).

3. Merokok

Para perokok berisiko terkena osteoporosis lebih besar dibanding bukan perokok. Telah diketahui bahwa wanita perokok mempunyai kadar estrogen lebih rendah dan mengalami masa menopause 5 tahun lebih cepat dibanding wanita bukan perokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok berpengaruh buruk pada tubuh dalam hal penyerapan dan penggunaan kalsium. Akibatnya, pengeroposan tulang/osteoporosis terjadi lebih cepat.

4. Minuman keras/beralkohol

Alkohol berlebihan dapat menyebabkan luka-luka kecil pada dinding lambung. Dan ini menyebabkan perdarahan yang membuat tubuh kehilangan kalsium (yang ada dalam darah) yang dapat menurunkan massa tulang dan pada gilirannya menyebabkan osteoporosis.


(27)

5. Minuman soda

Minuman bersoda (softdrink) mengandung fosfor dan kafein (caffein). Fosfor akan mengikat kalsium dan membawa kalsium keluar dari tulang, sedangkan kafein meningkatkan pembuangan kalsium lewat urin. Untuk menghindari bahaya osteoporosis, sebaiknya konsumsi soft drink harus dibarengi dengan minum susu atau mengonsumsi kalsium ekstra (Tandra, 2009)

6. Stres

Kondisi stres akan meningkatkan produksi hormon stres yaitu kortisol yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Kadar hormon kortisol yang tinggi akan meningkatkan pelepasan kalsium kedalam peredaran darah dan akan menyebabkan tulang menjadi rapuh dan keropos sehingga meningkatkan terjadinya osteoporosis. 7. Bahan kimia

Bahan kimia seperti pestisida yang dapat ditemukan dalam bahan makanan (sayuran dan buah-buahan), asap bahan bakar kendaraan bermotor, dan limbah industri seperti organoklorida yang dibuang sembarangan di sungai dan tanah, dapat merusak sel-sel tubuh termasuk tulang. Ini membuat daya tahan tubuh menurun dan membuat pengeroposan tulang (Waluyo, 2009).

2.6 Pencegahan

Pencegahan penyakit osteoporosis sebaiknya dilakukan pada usia muda maupun masa reproduksi. Berikut ini hal-hal yang dapat mencegah osteoporosis, yaitu:


(28)

1. Asupan kalsium cukup

Mempertahankan atau meningkatkan kepadatan tulang dapat dilakukan dengan mengkonsumsi kalsium yang cukup. Minum 2 gelas susu dan vitamin D setiap hari, bisa meningkatkan kepadatan tulang pada wanita setengah baya yang sebelumya tidak mendapatkan cukup kalsium. Sebaiknya konsumsi kalsium setiap hari. Dosis yang dianjurkan untuk usia produktif adalah 1000 mg kalsium per hari, sedangkan untuk lansia 1200 mg per hari. Kebutuhan kalsium dapat terpenuhi dari makanan sehari-hari yang kaya kalsium seperti ikan teri, brokoli, tempe, tahu, keju dan kacang-kacangan.

2. Paparan sinar matahari

Sinar matahari terutama UVB membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang. Berjemurlah dibawah sinar matahari selama 20-30 menit, 3x/minggu. Sebaiknya berjemur dilakukan pada pagi hari sebelum jam 9 dan sore hari sesudah jam 4. Sinar matahari membantu tubuh menghasilkan vitamin D yang dibutuhkan oleh tubuh dalam pembentukan massa tulang (Ernawati, 2008).

3. Melakukan olahraga dengan beban

Selain olahraga menggunakan alat beban, berat badan sendiri juga dapat berfungsi sebagai beban yang dapat meningkatkan kepadatan tulang. Olahraga beban misalnya senam aerobik, berjalan dan menaiki tangga. Olahraga yang teratur merupakan upaya pencegahan yang penting. Tinggalkan gaya hidup santai, mulailah berolahraga beban yang ringan, kemudian tingkatkan intensitasnya. Yang penting


(29)

adalah melakukannya dengan teratur dan benar. Latihan fisik atau olahraga untuk penderita osteoporosis berbeda dengan olahraga untuk mencegah osteoporosis.

Latihan yang tidak boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis adalah sebagai berikut:

• Latihan atau aktivitas fisik yang berisiko terjadi benturan dan pembebanan pada tulang punggung. Hal ini akan menambah risiko patah tulang punggung karena ruas tulang punggung yang lemah tidak mampu menahan beban tersebut. Hindari latihan berupa lompatan, senam aerobik dan joging.

• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan membungkuk kedepn dengan punggung melengkung. Hal ini berbahaya karena dapat mengakibatkan cedera ruas tulang belakang. Juga tidak boleh melakukan sit up, meraih jari kaki, dan lain-lain.

• Latihan atau aktivitas fisik yang mengharuskan menggerakkan kaki kesamping atau menyilangkan dengan badan, juga meningkatkan risiko patah tulang, karena tulang panggul dalam kondisi lemah.

Berikut ini latihan olahraga yang boleh dilakukan oleh penderita osteoporosis :

• Jalan kaki secara teratur, karena memungkinkan sekitar 4,5 km/jam selama 50 menit, lima kali dalam seminggu. Ini diperlukan untuk mempertahankan kekuatan tulang. Jalan kaki lebih cepat (6 km/jam) akan bermanfaat untuk jantung dan paru-paru.


(30)

Latihan beban untuk kekuatan otot, yaitu dengan mengangkat ”dumbble” kecil untuk menguatkan pinggul, paha, punggung, lengan dan bahu.

• Latihan untuk meningkatkan keseimbangan dan kesigapan.

• Latihan untuk melengkungkan punggung ke belakang, dapat dilakukan dengan duduk dikursi, dengan atau tanpa penahan. Hal ini dapat menguatkan otot-otot yang menahan punggung agar tetap tegak, mengurangi kemungkinan bengkok, sekaligus memperkuat punggung.

Untuk pencegahan osteoporosis, latihan fisik yang dianjurkan adalah latihan fisik yang bersifat pembebanan, terutama pada daerah yang mempunyai risiko tinggi terjadi osteoporosis dan patah tulang. Jangan lakukan senam segera sesudah makan. Beri waktu kira-kira 1 jam perut kosong sebelum mulai dan sesudah senam.

Dianjurkan untuk berlatih senam tiga kali seminggu, minimal 20 menit dan maksimal 60 menit. Sebaiknya senam dikombinasikan dengan olahraga jalan secara bergantian, misalnya hari pertama senam, hari kedua jalan kaki, hari ketiga senam, hari keempat jalan kaki, hari kelima senam, hari keenam dan hari ketujuh istirahat.

Jalan kaki merupakan olahraga yang paling mudah, murah dan aman, serta sangat bermanfaat. Gerakannya sangat mudah dilakukan, melangkahkan salah satu kaki kedepan kaki yang lain secara bergantian. Lakukanlah jalan kaki 20-30 menit, paling sedikit tiga kali seminggu.dianjurkan berjalan lebih cepat dari biasa, disertai ayunan lengan.


(31)

• Menyiapkan otot dan urat agar meregang secara perlahan dan mantap sehingg mencegah terjadinya cedera.

• Meningkatkan denyut nadi, pernapasan, dan suhu tubuh sedikit demi sedikit.

• Menyelaraskan koordinasi gerakan tubuh dengan keseimbangan gerak dan

• Menimbulkan rasa santai.

Lakukan selama 10 menit dengan jalan ditempat, gerakan kepala, bahu, siku dan tangan, kaki, lutut dan pinggul. Kemudian lakukan peregangan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan selama kira-kira 5 menit. Latihan peregangan akan menghasilkan kelenturan otot dan kemudahan gerakan sendi. Latihan ini dilakukan secara berhati-hati dan bertahap, jangan sampai menyebabkan cedera. Biasanya dimulai dengan peregangan otot-otot lengan, dada, punggung, tungkai atas dan bawah, serta otot-otot kaki

Latihan inti, kira-kira 20 menit, merupakan kumpulan gerak yang bersifat ritmis atau berirama agak cepat sehingga mempunyai nilai latihan yang bermanfaat. Utamakan gerakan, tarikan dan tekanan pada daerah tulang yang sering mengalami osteoporosis, yaitu tulang punggung, tulang paha, tulang panggul dan tulang pergelangan tangan.

Kemudian lakukan juga latihan beban. Dapat dibantu dengan bantal pasir, dumbble, atau apa saja yang dapat digenggam dengan berat 300-1000 gram untuk 1 tangan, mulai dengan beban ringan untuk pemula, dan jangan melebihi 1000 gram. Beban untuk tulang belakang dan tungkai sudah cukup memdai dengan beban dari tubuh itu sendiri.


(32)

Setelah latihan inti harus dilakukan pendinginan dengan memulai gerakan peregangan seperti awal pemanasan dan lakukan gerakan menarik napas atau ambil napas dan buang napas secara teratur.

Jika masih memungkinkan. Lakukan senam lantai kira-kira 10 menit. Latihan ini merupakan gabungan peregangan, penguatan dan koordinasi. Lakukan dengan lembut dan perlahan dalam posisi nyaman, rileks dan napas yang teratur (Santoso, 2009).

4. Hindari rokok dan minuman beralkohol

Menghentikan kebiasaan merokok merupakan upaya penting dalam mengurangi faktor risiko terjadinya osteoporosis. Terlalu banyak minum alkohol juga bisa merusak tulang.

5. Deteksi dini osteoporosis

Karena osteoporosis merupakan suatu penyakit yang biasanya tidak diawali dengan gejala, maka langkah yang paling penting dalam mencegah dan mengobati osteoporosis adalah pemeriksaan secara dini untuk mengetahui apakah kita sudah terkena osteoporosis atau belum, sehingga dari pemeriksaan ini kita akan tahu langkah selanjutnya.

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengukur kepadatan mineral tulang adalah sebagai berikut (Nissl, 2004) :

a. Dual-energy X-ray absorptiometry (DEXA), menggunakan dua sinar-X berbeda, dapat digunakan untuk mengukur kepadatan tulang belakang dan pangkal paha. Sejumlah sinar-X dipancarkan pada bagian tulang dan jaringan lunak yang


(33)

dibandingkan dengan bagian yang lain. Tulang yang mempunyai kepadatan tulang tertinggi hanya mengizinkan sedikit sinar-X yang melewatinya. DEXA merupakan metode yang paling akurat untuk mengukur kepadatan mineral tulang. DEXA dapat mengukur sampai 2% mineral tulang yang hilang tiap tahun. Penggunaan alat ini sangat cepat dan hanya menggunakan radiasi dengan dosis yang rendah tetapi lebih mahal dibandingan dengan metode ultrasounds.

b. Peripheral dual-energy X-ray absorptiometry (P-DEXA), merupakan hasil modifikasi dari DEXA. Alat ini mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan, tetapi tidak dapat mengukur kepadatan tulang yang berisiko patah tulang seperti tulang belakang atau pangkal paha. Jika kepadatan tulang belakang dan pangkal paha sudah diukur maka pengukuran dengan P-DEXA tidak diperlukan. Mesin P-P-DEXA mudah dibawa, menggunakan radiasi sinar-X dengan dosis yang sangat kecil, dan hasilnya lebih cepat dan konvensional dibandingkan DEXA.

c. Dual photon absorptiometry (DPA), menggunakan zat radioaktif untuk menghasilkan radiasi. Dapat mengukur kepadatan mineral tulang belakang dan pangkal paha, juga menggunakan radiasi sinar dengan dosis yang sangat rendah tetapi memerlukan waktu yang cukup lama.

d. Ultrasounds, pada umumnya digunakan untuk tes pendahuluan. Jika hasilnya mengindikasikan kepadatan mineral tulang rendah maka dianjurkan untuk tes menggunakan DEXA. Ultrasounds menggunakan gelombang suara untuk mengukur kepadatan mineral tulang, biasanya pada telapak kaki. Sebagian mesin melewatkan gelombang suara melalui udara dan sebagian lagi melalui air.


(34)

Ultrasounds dalam penggunaannya cepat, mudah dan tidak menggunakan radiasi seperti sinar-X. Salah satu kelemahan Ultrasounds tidak dapat menunjukkan kepadatan mineral tulang yang berisiko patah tulang karena osteoporosis. Penggunaan Ultrasounds juga lebih terbatas dibandingkan DEXA.

e. Quantitative computed tomography (QTC), adalah suatu model dari CT-scan yang dapat mengukur kepadatan tulang belakang. Salah satu model dari QTC disebut peripheral QCT (pQCT) yang dapat mengukur kepadatan tulang anggota badan seperti pergelangan tangan. Pada umumnya pengukuran dengan QCT jarang dianjurkan karena sangat mahal, menggunakan radiasi dengan dosis tinggi, dan kurang akurat dibandingkan dengan DEXA, PDEXA,atau DPA (Kosnayani,2007).

2.7 Pengertian WUS

WUS (Wanita Usia Subur) berdasarkan konsep Departemen Kesehatan (2006) adalah wanita dalam usia reproduktif, yaitu usia 15 – 49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah.

2.8 Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui telinga. Pengetahuan umumnya datang dari pengalaman, bisa juga didapat dari informasi yang disampaikan oleh guru, orang tua, teman, buku dan surat kabar. Pengetahuan atau kognitif


(35)

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Pengetahuan yang di cakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu:

1. Tahu (know). Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau dirangsang yang telah diterima.

2. Memahami (comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya) 4. Analisis (analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi

atau objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (synthesis). Sintesis menunjukkan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.


(36)

6. Evaluasi (evaluation). Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.9 Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. Sikap mencerminkan kesenangan atau ketidaksenangan seorang terhadap sesuatu. Sikap berasal dari pengalaman atau dari orang yang terdekat dengan kita. Mereka dapat mengakrabkan diri kepada sesuatu atau menyebabkan kita menolaknya (Ahmadi, 1999)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu: 1. Menerima (receiving). Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan

stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding). Memberikan jawaban bila ditanya, mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (valuing). Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4. Bertanggung jawab (responsibility). Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Sedangkan fungsi sikap dibagi menjadi 4 golongan yaitu:

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable, artinya sesuatu yang mudah menjalar, sehingga mudah pula


(37)

menjadi milik bersama. Sikap bisa menjadi rantai penghubung antara orang dengan kelompok atau dengan kelompok lainnya.

2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Pertimbangan dan reaksi pada anak, dewasa dan yang sudah lanjut usia tidak ada. Perangsang itu pada umumnya tidak diberi perangsang spontan, akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangan-perangsangan itu.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman. Manusia didalam menerima pengalaman-pengalaman secara aktif. Artinya semua berasal dari dunia luar tidak semuanya dilayani oleh manusia, tetapi manusia memilih mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan pribadi seseorang ini disebabkan karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap pada objek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap merupakan pernyataan pribadi.

2.10 Tindakan (Practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain di dalam praktek atau tindakan terdapat tingkat-tingkat praktek yaitu:


(38)

1. Persepsi (perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (guided response). Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mecanism). Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adaptasi (adaptation). Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu:

1. Awarenes (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus atau objek.

2. Interest, dimana orang mulai tertarik pada stimulus.

3. Evaluation (menimbang-nimbang terhadap baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik.

4. Trial, dimana orang telah mulai mencoba perilaku hidup baru

5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.


(39)

Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku melaui proses seperti ini didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmojo, 2007).

2.11 Variabel yang diteliti

Dilihat dari tinjauan pustaka maka variabel yang diteliti adalah pengetahuan, sikap dan tindakan pencegahan osteoporosis pada Wanita Usia Subur.

Variabel yang diteliti - Pengetahuan

- Sikap - Tindakan


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat deskriptif, penelitian deskriptif adalah metode penelitian dengan tujuan membuat gambaran atau deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif, untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi khususnya masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan tentang pencegahan osteoporosis pada WUS di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan Oktober tahun 2009 sampai bulan Desember tahun 2010.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi adalah seluruh wanita usia subur dengan kriteria yang berusia 35-49 tahun ada di lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara yang berjumlah 293 orang.


(41)

3.3.2 Sampel

Ada pun besarnya sampel ditentukan dengan rumus (Gaspersz, 1991) :

n =

N .Zc 2 P(1-P)

(N-1).Gp 2 + Zc 2P(1-P)

Dimana : n = Jumlah sampel N = Besar populasi

Z = Tingkat keandalan atau derajat kepercayaan sebesar 95% (1,96) G= Galat pendugaan atau kesalahan maksimum yang diinginkan

peneliti,10% (0,1)

P = Proporsi yang mengetahui tentang osteoporosis (0,3) Sehingga:

n =

293 (1,962)(0,3) (1-0,3) (293-1) (0,12)+(1,962) (0,3)(1-0,3) = 63,4 63 orang

Tehnik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling. Yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah WUS di lingkungan 1 dengan kriteria berusia 35-49 tahun dengan alasan umur tersebut biasanya sudah menunjukkan gejala osteoporosis.


(42)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus diatas maka diketahui besar sampel dari populasi 293 WUS didapat sampel penelitian sebanyak 63 orang.

3.4 Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui teknik wawancara yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan sebelumnya.

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data umum dan data demografi yang diperoleh dari kantor Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara.

3.5 Defenisi Operasional

1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden tentang penyakit osteoporosis. Pengetahuan responden tersebut bisa berasal dari pengalaman dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Sikap adalah tanggapan responden tentang penyakit osteoporosis.

3. Tindakan adalah bentuk nyata yang dilakukan responden dalam pencegahan penyakit osteoporosis.

4. Osteoporosis adalah penyakit keropos tulang.

5. Wanita Usia Subur adalah wanita yang berusia 35-49 tahun baik yang berstatus kawin, janda maupun yang belum menikah.


(43)

3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Pengetahuan

Variabel pengetahuan terdiri dari 14 pertanyaan. Untuk pertanyaan nomor 2, 6, 7, 8, 10, 11 dan 12 dengan masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 3 dan terendah 0. Untuk pertanyaan nomor 1, 3, 4, 5, 9, 13, dan 14 masing-masing pertanyaan mempunyai nilai tertinggi 3 dan terendah 1. Dari hasil penilaian diatas diperoleh skor jawaban responden tertinggi bernilai 42.

Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, pengetahuan dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

1 = Baik, jika total skor jawaban >75% atau dalam interval 36 – 42

2 = Cukup baik, jika total skor jawaban 40%-75% atau dalam interval 21 – 35 3 = Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 7 - 20 3.6.2 Sikap

Variabel sikap menggunakan skala Likert dengan mengukur melalui 12 pertanyaan dengan item jawaban sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Adapun ketentuan pemberian bobot nilai pada item jawaban sikap sebagai berikut (Riduwan, 2007):

a. Apabila pernyataan positif (2, 4, 5, 8, 9 dan 12) maka skor : Sangat setuju : 5

Setuju : 4

Netral/ragu-ragu : 3 Tidak setuju : 2


(44)

b. Apabila pernyataan negatif (1, 3, 6, 7, 10 dan 11), maka skor: Sangat setuju : 1

Setuju : 2

Netral/ragu-ragu : 3 Tidak setuju : 4 Sangat tidak setuju : 5

Berdasarkan interpretasi skor jawaban responden, sikap dikategorikan sebagai berikut (Pratomo, 1986) :

1 = Baik, jika total skor jawaban >75% atau dalam interval 49 – 60

2 = Cukup baik, jika total skor jawaban 40% -75% atau dalam interval 31 – 48 3 = Kurang baik, jika total skor jawaban < 40% atau dalam interval 12 – 30 3.6.3 Tindakan

Tindakan responden diukur dengan melihat apakah responden melakukan atau tidak melakukan pencegehan terhadap osteoporosis, kapan dilakukannya dan apakah tindakan pencegahan itu sesuai dengan tindakan pencegahan terhadap osteoporosis.

3.7 Pengolahan dan Analisa Data 3.7.1 Pengolahan Data

Data yang sudah terkumpul diolah secara manual dan komputerisasi untuk mengubah data menjadi informasi. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data dimulai dari editing, yaitu memeriksa kebenaran data yang diperlukan. Coding, yaitu memberikan kode numerik atau angka kepada masing-masing kategori. Data entry


(45)

yaitu memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputerisasi.

3.7.2 Analisa Data

Data yang telah diolah akan dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan dilanjutkan dengan membahas hasil penelitian berdasarkan teori dari kepustakaan yang ada.

3.8 Uji Validitas dan Reliabilitas

Sebelum penyebaran kuesioner pada sampel penelitian, butir-butir pertanyaan pada kuesioner harus diuji coba untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.

Uji validitas menunjukkan sejauh mana skor atau nilai ataupun ukuran yang diperoleh benar-benar menyatakan hasil pengukuran atau pengamatan yang ingin diukur. Uji validitas dilakukan dengan mengukur korelasi antara masing-masing item pertanyaan dengan skor total variabel dengan nilai item corrected correlation pada analisis reability statistics. Jika nilai item correted correlation > rtabel (0,361), maka

nilai dinyatakan valid.

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Dalam penelitian ini teknik untuk menghitung indeks reliabilitas yaitu menggunakan metode Cronbach’s Alpha, yaitu menganalisis reliabilitas alat ukur dari satu kali pengukuran dengan ketentuan jika nilai r Cronbach’s Alpha > rtabel (0,361), maka dinyatakan reliabel


(46)

Uji coba kuesioner dilakukan pada 30 wanita usia subur di Kelurahan Pahlawan. Bila nilai rhitung setiap pertanyaan > dari rtabel (0,361) α 0,05, maka

pertanyaan dinyatakan valid, untuk realibilitas dilihat dari nilai cronbach’s alpha bila > rtabel dari (0,361) dinyatakan kuesioner reliabel.


(47)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara 4.1.1 Geografi Kelurahan Jati Mamur

Kelurahan Jati Makmur terletak di Kecamatan Binjai Utara yang terdiri dari 5 lingkungan, dimana luas Kelurahan Jati Makmur adalah 263,11 Ha dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Nangka - Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Jati Karya - Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Pahlawan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Sumber Mulio Rejo

4.1.2 Demografi Penduduk

Jumlah penduduk Kelurahan Jati Makmur sebanyak terdiri dari 7827 responden terdiri dari 3811responden laki-laki dan 4016 responden perempuan.


(48)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010

No Umur Jumlah %

1 0-12 bulan 230 2,9

2 1-5 tahun 300 3,8

3 5-7 tahun 253 3,3

4 7-12 tahun 422 5,4

5 13-15 tahun 311 3,9

6 16-20 tahun 219 2,8

7 21-25 tahun 908 11,6

8 26-30 tahun 630 8,9

9 31-40 tahun 1150 14,7

10 41-50 tahun 1050 13,5

11 51-55 tahun 812 10,4

12 56-60 tahun 1125 14,4

13 60 tahun keatas 337 4,4

Jumlah 7827 100

Sumber: Profil Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah pada kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 1150 orang (14,7%).

Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 Belum sekolah 153 1,9

2 Tidak tamat 23 0.3

3 Tamat SD/sederajat 1539 19,7

4 SLTP/sederajat 2317 29,6

5 SLTA/sederajat 3222 41,2

6 Diploma 294 3,7

7 Sarjana (S1) 259 3,3

8 S2 20 0,3

Jumlah 7827 100

Sumber: Profil Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA/sederajat yaitu sebanyak 3222 orang (41,2%).


(49)

Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah %

1 Tidak bekerja 691 16.5

2 PNS/TNI Polri 451 10,8

3 Pegawai swasta 177 4,2

4 Wiraswasta 882 21,1

5 Buruh 1403 33,5

6 Petani 511 12,2

7 Pensiunan 72 1,7

Jumlah 4187 100

Sumber: Profil Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mata pencaharian terbanyak adalah buruh yaitu sebanyak 1403 orang (33,5%).

4.2 Gambaran Umum Karakteristik Responden

Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Umur di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010

No Umur (Tahun) Jumlah %

1 35-39 17 27,0

2 40-44 26 41,3

3 45-49 20 31,7

Jumlah 63 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa kelompok umur terbanyak adalah pada usia 40-44 tahun yaitu sebanyak 26 orang (41,3%).

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Kelurahan Jati Makmur Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah %

1 SMP 8 12,7

1 SMA 45 71,4

2 DIPLOMA 6 9,5

3 SARJANA 4 6,3


(50)

Dari tabel diatas dapat dilihat tingkat pendidikan yang terbanyak adalah SMA yaitu sebanyak 45 orang (71,4%).

4.3 Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Responden tentang Osteoporosis 4.3.1 Pengetahuan Responden tentang Osteoporosis

Pengetahuan responden dikategorikan atas tiga yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Secara rinci dapat dilihat tingkat pengetahuannya sebagai berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden tentang Osteoporosis

No Pengetahuan WUS Jumlah %

1 Baik 9 14,3

2 Cukup baik 52 82,5

3 Kurang baik 2 3,2

Jumlah 63 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berpengetahuan cukup baik mengenai osteoporosis yaitu sebanyak 52 responden (82,5%).

Tingkat pengetahuan responden tersebut diukur melalui beberapa indikator yang secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.7 Distribusi Indikator Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Osteoporosis Di Lingkungan 1 Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010

Indikator Pengetahuan Osteoporosis Ya Tidak

f % f %

1. Mengetahui pengertian osteoporosis 63 100 - - 2. Mengetahui penyebab osteoporosis 62 98,4 1 1,6

Penyebabnya:

a. Menopause 28 45,1 34 54,9

b. Usia tua 42 67,7 20 32,3

c. Kurang kalsium 61 98,3 1 1,7


(51)

Lanjutan tabel 4.7

3. Mengetahui yang lebih berisiko untuk terkena

osteoporosis 57 90,5 6 9,5

4. Mengetahui penyebab osteoporosis pada wanita

setelah menopause 33 52,4 30 47,6

5. Mengetahui penyebab osteoporosis pada lanjut

usia 49 77,8 14 22,2

6. Mengetahui gejala osteoporosis 58 92,1 5 7,9 Gejala osteoporosis:

a. Tinggi badan berkurang 17 26,9 41 83,1 b. Bungkuk atau bentuk tubuh berubah 55 87,3 3 12,7

c. Patah tulang 8 12,6 50 87,4

d. Nyeri bila ada patah tulang 14 22,2 44 77,8 7. Mengetahui yang berisiko untuk terjadinya

osteoporosis 60 95,2 3 4,8

Faktor risikonya:

a. Lanjut usia 57 95 3 5

b. Wanita yang sudah menopuse 49 81,7 11 18,3 c. Keturunan penderita osteoporsis 14 23,3 46 66,7

d. Kurus 8 13,3 52 86,7

8. Mengetahui kebiasaan yang berisiko untuk

terjadinya osteoporosis 60 95,2 3 4,8

Kebiasaan yang berisiko:

a. Tidak berolahraga 52 86,7 8 13,3

b. Merokok 18 30 42 70

c. Minum minuman keras/ beralkohol 28 46,7 32 53,3 d. Minum minuman bersoda 13 21,7 47 78,3

e. Jarang minum susu 2 3,3 58 96,7

9. Mengetahui usia penyakit osteoporosis sering

terjadi 58 92,1 5 7,9


(52)

Lanjutan Tabel 4.7 Pencegahannya:

a. Olahraga 61 98,3 1 1,7

b. Tidak merokok 22 35,4 40 64,6

c. Tidak minum alkohol 26 41,9 36 58,1 d. Berjemur pagi dan sore hari 42 67,7 20 32,3

e. Minum susu 2 3,2 60 96,8

11. Mengetahui olahraga untuk mengurangi

kemungkinan terkena osteoporosis 62 98,4 1 1,4 Olahraga untuk mengurangi kemungkinan terkena

osteoporosis:

a. Berjalan 43 69,3 19 30,7

b. Senam aerobik 49 79 13 21

c. Berlari 14 22,5 48 77,5

d. Yoga 28 45,1 34 54,9

12. Mengetahui sumber zat kalsium 60 95,2 3 4,8 Sumber zat kalsium:

a. Ikan teri 17 28,3 43 71,7

b. Ikan sarden 6 10 54 90

c. Keju 49 81,7 11 18,3

d. Brokoli 17 28,3 43 71,7

e. Susu 5 8,3 55 91,7

13. Mengetahui waktu berjemur matahari 62 98,4 1 1,6 14. Mengetahui tujuan melakukan pemeriksaan

osteoporosis 61 96,8 2 3,2

Tabel diatas menunjukkan mayoritas responden mengetahui tentang pengertian osteoporosis 100%. Dari 63 responden 57 responden (90,5%) menyatakan wanita lebih berisiko untuk terjadinya osteoporosis. Berdasarkan gejala osteoporosis sebanyak 55 responden (87,3%) menyatakan bahwa bungkuk atau bentuk tubuh berubah, tinggi badan berkurang sebanyak 17 responden (26,9%), nyeri bila ada patah tulang sebanyak 14 responden (22,9%) dan patah tulang sebanyak 8 responden (12,6%).


(53)

Berdasarkan penyebab penyakit osteoporosis, mayoritas menyatakan penyebab osteoporosis adalah karena kurang kalsium sebanyak 61 responden (98,3%). Sebanyak 33 responden (52,4%) menyatakan penyebab penyakit osteoporosis yang terjadi pada wanita setelah menopuse adalah karena penurunan hormon estrogen sedangkan sebanyak 49 responden (77,8%) menyatakan pada lansia penyebabnya adalah karena kurang kalsium.

Berdasarkan faktor risiko mayoritas menyatakan lanjut usia berisiko untuk terjadinya osteoporosis yaitu sebanyak 57 responden (95%), wanita yang sudah menopause sebanyak 49 responden (81,7%), keturunan sebanyak 14 responden (23,3%) dan kurus sebanyak 8 responden (13,3%).

Berdasarkan kebiasaan yang berisiko untuk terjadinya osteoporosis sebanyak 52 responden (86,7%) menyatakan tidak berolahraga, merokok sebanyak 18 responden (30%), minum minuman keras/ beralkohol sebanyak 28 responden (46,7%), minum minuman bersoda sebanyak 13 responden (21,7%), dan jarang minum susu sebanyak 2 responden (3,3%).

Berdasarkan pencegahan osteoporosis mayoritas menyatakan olahraga yaitu sebanyak 61 responden (98,3%), tidak merokok sebanyak 22 responden (35,4%), tidak minum alkohol sebanyak 26 responden (41,9%), berjemur pagi dan sore hari sebanyak 42 responden (67,7%) dan minum susu sebanyak 2 responden (3,2%).

Olahraga yang dapat mengurangi untuk kemungkinan terkena osteoporosis sebanyak 49 responden (79%) menyatakan senam aerobik, berjalan 43 responden (69,3%), berlari sebanyak 14 responden (22,5%) dan yoga sebanyak 28 responden (45,1%).


(54)

Sementara itu sumber zat kalsium yang baik menurut responden sebanyak 49 responden (81,7%) menyatakan keju, sebanyak 17 responden menyatakan ikan teri dan brokoli ,sebanyak 6 responden (10%) menyatakan ikan sarden dan susu sebanyak 5 responden (8,3%).

4.3.2 Sikap Responden tentang Osteoporosis

Sikap responden tentang osteoporosis terbagi atas tiga kategori yaitu baik, cukup baik dan kurang baik. Namun hasil penelitian menemukan dua kategori yaitu baik dan cukup baik. Secara rinci dapat dilihat sebagai berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Sikap Responden tentang Osteoporosis

No Sikap WUS Jumlah %

1 Baik 44 69,8

2 Cukup baik 19 30,2

Jumlah 63 100

Tabel diatas menunjukkan sebagian besar responden bersikap baik yaitu 44 responden (69,8%).

Tabel 4.9 Distribusi Indikator Sikap Responden Tentang Osteoporosis di Kelurahan Jati Makmur Kecamatan Binjai Utara Tahun 2010

Pernyataan SS S N TS STS

1. Penyakit osteoporosis harus lebih diwaspadai oleh pria dari pada wanita karena osteoporosis lebih banyak diderita oleh pria.

6 (9,5%) 9 (14,3%) 11 (17,5%) 36 (57,1%) 1 (1,6%)

2. Sebaiknya kita berolahraga secara teratur untuk mencegah penyakit osteoporosis 40 (63,5%) 23 (36,5%) - - -

3. Kebiasaan merokok tidak perlu dihentikan, karena rokok baik untuk kesehatan tulang

- 1

(1,6%)

- 20 (31,7%)

42 (66,7%) 4. Kebiasaan meminum minuman keras

tidak baik untuk kesehatan tulang

36 (57,1) 22 (34,9%) 2 (3,2%) 2 (3,2%) 1 (1,6%)


(55)

Lanjutan tabel 4.9

5. Kita harus banyak memakan makanan yang mengandung kalsium agar tulang kita sehat.

44 (69,8%) 18 (28,6%) 1 (1,6%) - -

6. Meminum minuman ringan tidak ada pengaruhnya terhadap kesehatan tulang 2 (3,2%) 8 (12,7%) 36 (57,1%) 17 (27%) -

7. Kita tidak perlu berjemur pagi dan sore hari karena tidak ada pengaruhnya untuk kesehatan tulang.

1 (1,6%) 5 (7,9%) 8 (12,7%) 34 (54,%) 15 (23,8%) 8. Jika kita mengetahui penyakit

osteoporosis secara dini maka akan memudahkan pengobatan. 26 (41,3%) 35 (55,6%) 1 (1,6%) 1 (1,6%) -

9. Melakukan pemeriksaan

osteoporosis penting, karena responden bersangkutan dapat mengetahui penyakitnya sendiri.

24 (38,1%) 38 (60,3%) 1 (1,6%) - -

10. Olahraga hanya diperlukan untuk responden yang sudah lanjut usia saja.

- 1 (1,6%)

- 36 (57,1%)

26 (41,3%) 11. Pemeriksaan osteoporosis dilakukan

hanya bagi mereka yang merasa sakit tulang saja.

- 2

(3,2%) 6 (9,5%) 39 (61,9%) 16 (25,4%) 12. Sebaiknya kita harus menambah

informasi tentang osteoporosis.

21 (33,3%) 39 (61,9%) 3 (4,8%) - -

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 36 responden (57,1%) tidak menyetujui penyakit osteoporosis lebih banyak diderita oleh pria daripada wanita, sebanyak 40 responden (63,5%) sangat menyetujui olahraga secara teratur dapat mencegah penyakit osteoporosis, sebanyak 42 responden (66,7%) sangat tidak menyetujui untuk tidak menghentikan kebiasaan merokok, sebanyak 22 responden (34,9%) sangat menyetujui kebiasaan meminum minuman keras tidak baik untuk kesehatan tulang, sebanyak 44 responden (69,8%) sangat menyetujui untuk memakan makanan yang mengandung kalsium agar tulang kita sehat. Sebanyak 36 responden (57,1%) bersikap netral meminum minuman ringan tidak ada pengaruhya terhadap kesehatan


(56)

tulang, sebanyak 34 responden (54%) tidak menyetujui untuk tidak berjemur pagi dan sore hari karena tidak ada pengaruhnya terhadap kesehatan tulang. Sebanyak 36 responden (57,1%) tidak menyetujui kalau olahraga hanya untuk responden yang sudah lansia saja. Sebanyak 39 responden tidak menyetujui kalau pemeriksaan osteoporosis hanya untuk yang merasa sakit tulang saja. Sebanyak 39 responden menyetujui untuk menambah informasi tentang osteoporosis.

4.3.3 Tindakan Responden tentang Osteoporosis

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Yang Suka Minum Susu

No Tindakan WUS Jumlah %

1 Ya 29 46

2 Tidak 34 54

Jumlah 63 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak34 responden (54%) tidak suka minum susu.

Tabel 4.11 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Yang Minum Susu Dalam 1 Bulan Terakhir

No Tindakan Jumlah %

1 Ya 27 93,1

2 Tidak 2 6,9

Jumlah 29 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas 27 responden (93,1%) minum susu dalam 1 bulan terakhir.


(57)

Tabel 4.12 Distribusi Frekuensi Responden Dalam Mengkonsumsi Susu Dalam 1 Hari

No Tindakan Jumlah %

1 Tidak minum susu 2 6,8

2 1 kali sehari 15 51,8

3 2 kali sehari 12 41,4

Jumlah 29 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas yang mengkonsumsi susu 1 kali sehari sebanyak 15 responden (51,8 %).

Tabel 4.13 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berolahraga Dalam 1 Bulan Terakhir

No Tindakan Jumlah %

1 Ya 9 14,3

2 Tidak 54 85,7

Jumlah 63 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 53 responden (85,7%) tidak berolahraga.

Tabel 4.14 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Jenis Olahraga Yang Dilakukan

No Jenis olahraga Jumlah %

1 Lari 3 33,4

2 Senam 1 11,1

3 Jalan 2 22,2

4 Jalan +senam 2 22,2

5 Lari +jalan 1 11,1

Jumlah 9 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa olahraga yang paling banyak dilakukan adalah lari yaitu sebanyak 4 responden (%).


(58)

Tabel 4.15 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Saat Berolahraga Dalam Seminggu

No Waktu olahraga Jumlah %

1 Pagi 5 55,6

2 Sore 3 33,3

3 Pagi dan sore 1 11,1

Jumlah 9 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa maoritas responden berolahraga pada pagi hari sebanyak 5 responden (55,6%).

Tabel 4.16 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Tentang Berolahraga Dalam Seminggu

No Tindakan Jumlah %

1 1 hari 3 33,4

2 2 hari 2 22,2

3 3 hari 2 22,2

4 Setiap hari 2 22,2

Jumlah 9 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden berolahraga 1 hari dalam seminggu sebanyak 3 responden (33,4%).

Tabel 4.17 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Lama Berolahraga Dalam Sehari

No Tindakan Jumlah %

1 < 1jam 8 88,9

2 1 jam 1 11,1

Jumlah 9 100

Dari tabel diatas dapat dilihat yang berolahraga selama <1jam sebanyak 8 responden (88,9%).

Tabel 4.18 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Konsumsi Obat Penambah Kalsium

No Tindakan Jumlah %

1 Ya 4 6,3

2 Tidak 59 93,7


(59)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas responden yaitu sebanyak 59 responden (93,7%) tidak mengkonsumsi kalsium.

Tabel 4.19 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Jenis Vitamin Penambah Kalsium

No Tindakan Jumlah %

1 CDR 4 6,3

2 Tidak mengkonsumsi 59 93,7

Jumlah 63 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jenis kalsium yang dikonsumsi adalah tablet CDR sebanyak 4 responden (6,3%).

Dari seluruh responden tidak ada yang mempunyai kebiasaan merokok dan mengkonsumsi alkohol.

Tabel 4.20 Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Pengetahuan Responden Tentang Osteoporosis Tahun 2010

No Umur Pengetahuan Total

Baik % Cukup baik

% Kurang baik

% f %

1 35-39 4 23,5 13 76,5 0 0 17 100

2 40-44 4 15,4 21 80,8 1 3,8 26 100

3 45-49 1 5 18 90 1 5 20 100

Jumlah 9 14,3 52 52,5 2 3,2 63 100

Dari tabel dapat kita lihat dari 17 orang dengan kategori umur 35-39 tahun sebanyak 13 orang (76,5%) berpengetahuan cukup baik. Dari 26 orang dengan kategori umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 21 responden (80.8%) berpengetahuan cukup baik. Dan dari 20 orang dengan kategori umur 45-49 tahun yaitu sebanyak18 orang (90%) berpengetahuan cukup baik.


(60)

Tabel 4.21 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan WUS Tentang Osteoporosis Tahun 2010

No Pendidikan Pengetahuan Total

Baik % Cukup baik

% Kurang baik

% f %

1 SMP 1 12,5 5 62,5 2 25 8 100

2 SMA 6 13,3 39 86,7 0 0 45 100

3 Diploma 2 33,3 4 66,7 0 0 6 100

4 Sarjana 0 0 4 100 0 0 4 100

Jumlah 9 14,3 52 82,5 2 3,2 63 100 Dari tabel dapat kita lihat bahwa dari 8 orang dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 orang (62,5%) berpengetahuan cukup baik. Dari 45 orang dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 39 responden (86,7%) berpengetahuan cukup baik. Dari 6 orang dengan tingkat pendidikan diploma sebanyak 4 orang (66,7%) berpengetahuan cukup baik dan dari 4 orang dengan tingkat pendidikan sarjana sebanyak 4 orang (100%) berpengetahuan cukup baik.

Tabel 4.22 Tabulasi Silang Antara Umur Dengan Sikap Responden Tentang Osteoporosis Tahun 2010

No Umur Sikap Total

Baik % Cukup

baik

% f %

1 35-39 14 82,4 3 17,6 17 100

2 40-44 17 65,4 9 34,6 26 100

3 45-49 13 65 7 35 20 100

Jumlah 44 69,8 19 30,2 63 100 Dari tabel dapat kita lihat dari 17 orang dengan kategori umur 35-39 tahun sebanyak 14 orang (82,4%) bersikap baik. Dari 26 orang dengan kategori umur 40-44 tahun yaitu sebanyak 17 responden (65,4%) bersikap baik. Dan dari 20 orang dengan kategori umur 45-49 tahun yaitu sebanyak 13 orang (65%) bersikap baik.


(61)

Tabel 4.23 Tabulasi Silang Antara Tingkat Pendidikan Dengan Sikap Responden Tentang Osteoporosis Pendidikan Tahun 2010

No Pendidikan Sikap Total

Baik % Cukup

baik

% f %

1 SMP 3 37,5 5 62,5 8 100

2 SMA 31 68,9 14 31,1 45 100

3 Diploma 6 100 0 0 6 100

4 Sarjana 4 100 0 0 4 100

Jumlah 44 69,8 19 30,2 63 100 Dari tabel dapat kita lihat bahwa dari 8 orang dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 5 orang (62,5%) bersikap cukup baik. Dari 45 orang dengan tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 31 responden (68,9%) bersikap baik. Dari 6 orang dengan tingkat pendidikan Diploma sebanyak 6 orang (100%) bersikap baik dan dari 4 orang dengan tingkat pendidikan sarjana 4 orang (100%) bersikap baik.

Tabel 4.24 Tabulasi Silang Antara Pengetahuan Dengan Sikap WUS Tentang Osteoporosis Tahun 2010

No Pengetahuan Sikap Jumlah

Baik % Cukup

baik

% f %

1 Baik 8 88,9 1 11,1 9 100

2 Cukup baik 36 69,2 16 36,8 52 100

3 Kurang baik 0 0 2 100 2 100

Jumlah 44 69,8 19 30,2 63 100

Tabel diatas menunjukkan dari 9 WUS yang berpengetahuan baik mengenai osteoporosis ternyata 8 orang (88,9%) WUS bersikap baik mengenai osteoporosis. Dari 52 WUS yang berpengetahuan baik diketahui 36 orang (69,2%) bersikap baik. Dari 2 WUS yang berpengetahuan kurang baik diketahui 2 orang (100%) bersikap baik mengenai osteoporosis.


(1)

4. Menurut Anda apakah penyebab penyakit penyakit tulang keropos yang terjadi pada wanita setelah menopause?

a. Penurunan hormon estrogen b. Kurang kalsium

c. Karena jatuh

5. Menurut Anda apakah penyebab penyakit penyakit tulang keropos yang terjadi pada lanjut usia?

a. Kurang kalsium b. Sudah tua

c. Kurang makan buah

6. Menurut Anda gejala penyakit tulang keropos adalah (jawaban boleh lebih dari 1)

฀ Tinggi badan berkurang

฀ Bungkuk atau bentuk tubuh berubah ฀ Patah tulang

฀ Nyeri bila ada patah tulang ฀ Tidak tahu

( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)

7. Menurut Anda, siapakah yang berisiko untuk terjadinya penyakit tulang keropos? (jawaban boleh lebih dari 1)

฀ Lanjut Usia

฀ Wanita yang sudah menopause

฀ Keturunan penderita penyakit tulang keropos ฀ Kurus

฀ Tidak tahu

฀ Lain-lain,sebutkan... ( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)

8. Menurut Anda, yang manakah kebiasaan dibawah ini yang berisiko untuk terjadinya penyakit tulang keropos?

฀ Tidak berolahraga ฀ Merokok

฀ Minum minuman keras/ beralkohol ฀ Minum minuman bersoda

฀ Tidak tahu

฀ Lain-lain,sebutkan... ( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)


(2)

9. Menurut Anda pada usia berapakah penyakit penyakit tulang keropos sering terjadi?

a. 60-70 tahun b. 20-35 tahun c. 12-18 tahun

10. Menurut Anda penyakit tulang keropos dapat dicegah dengan cara? (Jawaban boleh lebih dari 1)

฀ Olahraga secara teratur dan benar ฀ Tidak merokok

฀ Tidak minum alkohol ฀ Berjemur pagi dan sore hari ฀ Tidak tahu

฀ Lain-lain,sebutkan... ( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)

11. Menurut Anda olahraga apa sajakah yang menjadi cara terbaik untuk mengurangi kemungkinan terkena penyakit tulang keropos ? (Jawaban boleh lebih dari 1) ฀ Berjalan

฀ Senam aerobik ฀ Berlari

฀ Yoga ฀ Tidak tahu

฀ Lain-lain, sebutkan... ( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)

12. Kalsium adalah zat gizi yang diperlukan tubuh untuk membuat tulang kuat. Menurut Anda yang manakah sumber zat kalsium yang baik? (Jawaban boleh lebih dari 1)

฀ Ikan teri ฀ Ikan sarden ฀ Keju ฀ Brokoli ฀ Tidak tahu

฀ Lain-lain,sebutkan... ( jika responden menjawab tidak tahu skornya 0, jika menjawab 1 skornya 1 jika menjawab 2-3 skornya 2 jika menjawab ≥ 4 skornya 3)


(3)

13. Menurut Anda, berjemur matahari untuk menguatkan tulang sebaiknya dilakukan pada?

a. Pagi dan sore hari b. Siang hari

c. Malam hari

14. Menurut Anda apakah tujuan melakukan pemeriksaan penyakit tulang keropos? a. Untuk mendeteksi lebih dini penyakit penyakit tulang keropos sehingga

pengobatannya menjadi lebih baik b. Untuk mengetahui kesehatan tulang saja. c. Untuk kesehatan badan


(4)

III. SIKAP RESPONDEN Petunjuk pengisian:

Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang telah disediakan. Keterangan:

SS = Sangat Setuju S = Setuju

N = Netral TS = Tidak Setuju

STS = Sangat Tidak Setuju

No. Pernyataan S S S N TS STS

1. Penyakit penyakit tulang keropos harus lebih diwaspadai oleh pria dari pada wanita karena penyakit tulang keropos lebih banyak diderita oleh pria.

2. Sebaiknya kita berolahraga secara teratur untuk mencegah penyakit penyakit tulang keropos

3. Kebiasaan merokok tidak perlu dihentikan, karena rokok baik untuk kesehatan tulang. 4. Kebiasaan meminum minuman keras tidak

baik untuk kesehatan tulang

5. Kita harus banyak memakan makanan yang mengandung kalsium agar tulang kita sehat. 6. Meminum minuman ringan tidak ada

pengaruhnya terhadap kesehatan tulang 7. Kita tidak perlu berjemur pagi dan sore hari

karena tidak ada pengaruhnya untuk kesehatan tulang.

8. Jika kita mengetahui penyakit penyakit tulang keropos secara dini maka akan memudahkan pengobatan

9. Melakukan pemeriksaan penyakit tulang keropos penting, karena orang bersangkutan dapat mengetahui penyakitnya sendiri

10. Olahraga hanya diperlukan untuk orang yang sudah lanjut usia saja

11. Pemeriksaan penyakit tulang keropos dilakukan hanya bagi mereka yang merasa sakit tulang saja

12. Sebaiknya kita harus menambah informasi tentang penyakit tulang keropos


(5)

IV. TINDAKAN RESPONDEN 1. Apakah anda suka minum susu?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah anda minum susu dalam 1 bulan terakhir? 3. Berapa kali sehari Anda minum susu?

Sebutkan...

4. Apakah Anda melakukan olahraga dalam 1 bulan terakhir ini ? a. Ya

b. Tidak

5. Jika Anda melakukan olahraga, olahraga apa yang Anda lakukan? Sebutkan... 6. Kapan anda melakukan olahraga?

Sebutkan... 7. Berapa kali Anda berolahraga dalam seminggu?

Sebutkan... 8. Berapa lama Anda berolahraga dalam satu hari?

Sebutkan...

9. Apakah Anda mengkonsumsi vitamin atau obat-obatan penambah kalsium? a. Ya

b. Tidak

10.Jika Anda mengkonsumsi suplemen kalsium, sebutkan... 11.Apakah Anda merokok? (jika ya lanjut ke nomor 12)

a. Tidak b. Ya

12.Berapa kali sehari? Sebutkan... 13.Apakah anda meminum minuman beralkohol? (jika ya lanjut ke nomor 14)

a. Tidak b. Ya

14.Berapa kali sehari?


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Harly Viani

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 20 Oktober 1984

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Komplek Damai Indah No. 119 Binjai Riwayat Pendidikan

1. SD Swasta Tunas Pelita Binjai tamat tahun 1996. 2. SLTP Negeri 1 Binjai tamat tahun 1999.

3. SLTA Negeri 1 Binjai tamat tahun 2002.

4. Diploma III Kebidanan dr.Rusdi Medan tamat tahun 2006.


Dokumen yang terkait

Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dengan Upaya Mengurangi Premenstrual Syndrome di Kecamatan Muara Dua Kota Lhokseumawe Tahun 2013

1 92 159

Pengetahuan dan Sikap Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) di Wilayah Kerja Puskesmas Helvetia Medan

10 80 82

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Wanita Usia Subur Yang Belum Menikah Tentang Tradisi Badapu Di Wilayah Kerja Puskesmas Singkil Kabupaten Aceh Singkil Tahun 2013

1 43 116

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Wanita Usia Subur (WUS) dalam Menentukan Masa Subur di Kelurahan Sari Rejo Medan Tahun 2010.

5 65 53

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Mengenai Kejang Demam pada Anak di Kelurahan Tembung Tahun 2010.

13 61 72

Gambaran Tingkat Pengetahuan Tentang Osteoporosis pada Wanita dalam Usia Premenopause di Medan 2010.

0 58 65

Pengetahuan dan Sikap Pasangan Usia Subur Tentang Infertilitas di Lingkungan I Kelurahan Kemenangan Tani Kecamatan Medan Tuntungan Tahun 2010

1 54 54

Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang Gangguan Kesehatan Reproduksi Akibat Merokok Di kelurahan Sibuluan Indah Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2008

4 57 116

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PASANGAN USIA SUBUR DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN PENYAKIT KANKER SERVIKS DI KELURAHAN AIR TAWAR BARAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS AIR TAWAR KECAMATAN PADANG UTARA TAHUN 2011.

0 0 10

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA PREMENOPAUS TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN TINDAKAN PENCEGAHAN OSTEOPOROSIS DI KELURAHAN PARUPUK TABING WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK BUAYA PADANG TAHUN 2009.

0 0 9